Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan modal utama dalam kehidupan setiap orang,


dimanapun dan siapapun pasti membutuhkan badan yang sehat, baik jasmani
maupun rohani guna menopang aktifitas sehari-hari. Seseorang yang hidup di
tengah masyarakat sebagai warga masyarakat luas tentu mempunyai
keterbatasan dalam hal kemampuan ekonomi, keterbatasan ilmu, pengetahuan
untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.Oleh karena itu, setiap orang tentu
membutuhkan bantuan orang lain baik sesama masyarakat maupun pemerintah
terutama dalam hal penerapan pola hidup sehat dan pola makan yang baik dan
benar.

Pengembangan kerjasama lintas program merupakan suatu upaya


meningkatkan kerjasama yang sinergis antara PNPM MPd dengan program
program dan atau proyek-proyek lain dalam suatu kawasan tertentu. Dengan
kerjasama sinergis tersebut diharapkan akan terjadi peningkatan kualitas, baik
proses maupun hasil pembangunanya bagi masyarakat sebagai subyek
pembangunan. Bahkan tidak sekedar menghasilkan output yang berkualitas,
namun juga dapat menghasilakan outcome dan impact (Multiplier effect).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kerjasama Lintas Program ?
2. Apa Pengertian Kemitraan ?
3. Bagaimana Keterpaduan dan Kegiatan Lintas Program ?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kerja sama lintas program dan kemitraan.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Pengertian Kerjasama Lintas Program
2. Mengetahui definisi kemitraan.
3. Mengetahuan Keterpaduan Dan Kegiatan Lintas Program

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerja Sama Lintas Program

Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara
beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.
Kerja sama lintas program yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan
beberapa program terkait yang ada di puskesmas. Tujuan khusus kerja sama
lintas program adalah untuk menggalang kerja sama dalam tim dan selanjutnya
menggalang kerja sama lintas sektoral. (WHO,1998)
Komitmen memerlukan pembagian visi dan tujuan serta penetapan
kepercayaan yang lebih tinggi dan tanggung jawab timbal balik untuk tujuan
bersama. Peran dan tanggung jawab menunjuk masalah siapa yang akan
melakukan keseluruhan kerja sama. Semua kerja sama memerlukan struktur dan
proses untuk memperjelas tanggung jawab dan bagaimana tanggung jawab
tersebut dikerjakan. (Renstra Depkes 2005-2009)

B. Kemitraan
1. Pengertian Kemitraan

Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong


royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun
kelompok. Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai
suatu tugas atau tujuan tertentu. Ada berbagai pengertian kemitraan secara
umum (Promkes Depkes RI) meliputi :
a. Kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi minimal antara
dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra”
atau ”partner”.

2
b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk
kebersamaan yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara
sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.
c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor,
kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk
bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan,
prinsip, dan peran masing-masing.

Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok


atau organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan
melaksanakan serta membagi tugas, menanggung bersama baik yang berupa
resiko maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan masingmasing secara
teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan.(Ditjen P2L
& PM, 2004)

2. Prinsip Kemitraan

Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun


suatu kemitraan oleh masing masing anggota kemitraan yaitu: (Ditjen P2L
& PM, 2004)
a. Prinsip Kesetaraan (Equity)
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin
kemitraan harus merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang
lain dalam mencapai tujuan yang disepakati.
b. Prinsip Keterbukaan
Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-
masing anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu
harus diketahui oleh anggota lain. Keterbukaan ada sejak awal
dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling
keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling
membantu diantara golongan (mitra).

3
c. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)
Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan
memperoleh manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan
kontribusi.

3. Ruang Lingkup dan Jenis Kemitraan

Ruang lingkup kemitraan secara umum meliputi pemerintah, dunia


usaha, LSM/ORMAS, serta kelompok profesional.
Ada empat jenis atau tipe kemitraan yaitu:
a. Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama
lain tetapi belum bekerja bersama secara lebih dekat.
b. Nascent Partnership
Pada kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi
efisiensi kemitraan tidak maksimal
c. Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan
pertambahan pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup
aktivitas yang tetap dan relatif terbatas seperti program delivery dan
resource mobilization.
d. Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh
dengan masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang
lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan penelitian. Bentuk-
bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen
Kesehatan RI yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring, konsorsium,
kooperasi dan sponsorship. Bentuk-bentuk kemitraan tersebut dapat
tertuang dalam:
1) SK bersama
2) MOU

4
3) Pokja
4) Forum Komunikasi
5) Kontrak Kerja/perjanjian kerja

4. Faktor Pendukung Kemitraan


Menurut Phillips El Ansori (2001), dalam peningkatan dampak
kemitraan agar lebih baik dipengaruhi oleh faktor personal, adanya
hambatan dari personal,faktor kekuasaan, faktor organisasional, hambatan
dalam pengorganisasian, danfaktor lainnya. Faktor-faktor tersebut akan
mempengaruhi kepuasaan dan peningkatan keefektifan komitmen serta
keberhasilan aktivitas atau kegiatan. (Anshori, 2001)

5. Konflik dalam Kemitraan

Wujudnya bisa berupa ketidak-setujuan kecil sampai ke perkelahian


(Purnama, 2000). Konflik dalam organisasi biasanya terbentuk dari
rangkaian konflik-konflik sebelumnya. Konflik kecil yang muncul dan
diabaikan oleh manajemen merupakan potensi munculnya konflik yang
lebih besar dan melibatkan kelompok-kelompok dalam organisasi. Faktor-
faktor yang bisa mendorong konflik adalah (Daft: 1992) :
a. Perubahan lingkungan eksternal,
b. Perubahan ukuran perusahaan sebagai akibat tuntutan persaingan,
c. Perkembangan teknologi,
d. Pencapaian tujuan organisasi, dan
e. Struktur organisasi.

6. Indikator Keberhasilan Kemitraan

Untuk dapat mengetahui keberhasilan pengembangan kemitraan


diperlukan adanya indikator yang dapat diukur. Dalam penentuan indikator
sebaiknya dipahami prinsip-prinsip indikator yaitu: spesifik, dapat diukur,

5
dapat dicapai, realistis dan tepat waktu. Sedangkan pengembangan indikator
melalui pendekatan manajemen program yaitu: (Kuswidanti, 2008)

Input Proses Output Outcome

Mitra yang Pertemuan, Tebentuk Indikator


terlibat lokakarya, jaringan kesehatan
SDM seminar, kerja, membaik
kesepakata tersusun
n program
a. Indikator Input
Tolak ukur keberhasilan input dapat diukur dari tiga indikator, yaitu:
1) Terbentuknya tim wadah atau sekretariat yang ditandai dengan
adanya kesepakatan bersama dalam kemitraan.
2) Adanya sumber dana/biaya yang memang diperuntukkan bagi
pengembangan kemitraan.
3) Adanya dokumen perencanaan yang telah disepakati oleh institusi
terkait. Hasil evaluasi terhadap input dinilai berhasil apabila ketiga
tolok ukur tersebut terbukti ada.
b. Indikator Proses
Tolak ukur keberhasilan proses dapat diukur dari indikator
sebagai frekuensi dan kualiatas pertemuan tim atau secretariat sesuai
kebutuhan. Hasil evaluasi terhadap proses nilai berhasil, apabila tolok
ukur tersebut terbukti adanya yang dilengkapi dengan agenda
pertemuan, daftar hadir dan notulen hasil pertemuan.
c. Indikator Output
Tolok ukur keberhasilan output dapat diukur dari indikator
sebagai berikut: Jumlah kegiatan yang dikerjakan oleh institusi terkait
sesuai dengan kesepakatan peran masing-masing institusi. Hasil

6
evaluasi terhadap output dinilai berhasil, apabila tolok ukur tersebut
diatas terbukti ada.
d. Indikator Outcome
Tolok ukur keberhasilan outcome adalah menurunnya angka
kesakitan dan kematian karena penyakit.

7. Kemitraan Kesehatan

Landasan hukum pelaksanaan kemitraan kesehatan adalah Undang-


undang No. 23 tahun 1992 pasal 5, pasal 8, pasal 65, pasal 66, pasal 71 dan
pasal 72.berikut ini penjelasannya:
Tabel 2.1 Pasal-pasal dalam UU No. 23/1992 yang Terkait dengan
Kemitraan
Pasal Uraian
Pasal Uraian
5 Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan
lingkungannya
8 Pemerintah bertugas menggerakkan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan, dengan
memperhatikan fungsi sosial sehingga pelayanan keschatan bagi
masyarakat yang kurang mampu tetap terjamin.
65 (1) Penyelenggaraan upaya kesehatan dibiayai olch pemerintah
dan atau masyarakat

(2) Pemerintah membantu upaya kesehatan yang


diselenggarakan olehmasyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku,terutama upaya kesehatan
bagi masyarakat rentan

71 (1) Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam


penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber dayanya.

7
(2) Pemerintah membina, mendorong, dan menggerakkan
swadaya masyarakat yang bergerak di bidang keschatan agar
dapat lebih berdayaguna dan berhasilguna.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara peran serla
masyarakat di bidang keschatan ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
72 (1) Peran serta masyarakat untuk memberikan pertimbangan
dalam ikut menentukan kebijaksanaan pemerintah pada
penyelenggaraan keschatan dapat dilakukan mclalui Badan
Pertimbangan Kesehatan Nasional, yang beranggotakan
tokoh masyarakat dan pakar lainnya.
(2) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas pokok, fungsi, dan
tata kerja Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Kemitraan dalam upaya kesehatan (partnership for health) adalah


kebersamaan dari sejumlah pelaku untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu
meningkatkan kesehatan masyarakat yang didasarkan atas kesepakatan
tentang peranan dan prinsip masing-masing pihak. (WHO, 1998)
Setiap kemitraan dalam upaya kesehatan perlu menerapkan prinsip-
prinsip sebagai berikut: (Kuswidanti, 2008)
a. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing
b. (struktur)
c. Saling memahami kemampuan masing-masing (capacity)
d. Saling menghubungi dan berkomunikasi (linkage)
e. Saling mendekati (proximity)
f. Saling sedia membantu dan dibantu (opennse)
g. Saling mendorong (sinergy)
h. Saling menghargai (reward)
Sifat Kemitraan (Kuswidanti, 2008)

8
a. Insidental : sifat kerja sesuai dengan kebutuhan sesaat, misalnya Safari
KB (Manunggal-KB-Kes)
b. Jangka pendek : pelaksanaan proyek dalam kurun waktu tertentu,
skreening anak sekolah (Juli-Agt)
c. Jangka panjang : pelaksanaan program tertentu misalnya imunisasi,
posyandu, pemberantasan TB paru, PJB
Menurut Notoadmodjo (2007), dalam pengembangan kemitraan di
bidang kesehatan terdapat tiga institusi kunci organisasi atau unsur pokok
yang terlibat di dalamnya, yaitu:
a. Unsur pemerintah, yang terdiri dari berbagai sektor pemerintah yang
terkait dengan kesehatan, antara lain; kesehatan sebagai sektor kunci,
pendidikan, pertanian, kehutanan, lingkungan hidup, industri dan
perdagangan, agama, dan sebagainya.
b. Unsur swasta atau dunia usaha (private sector) atau kalangan bisnis,
yaitu dari kalangan pengusaha, industriawan, dan para pemimpin
berbagai perusahaan.
c. Unsur organisasi non-pemerintah atau non-government organization
(NGO), meliputi dua unsur penting yaitu Lembaga swadaya Masyarakat
(LSM) dan Organisasi Masyarakat (ORMAS) termasuk yayasan di
bidang kesehatan.
Pengembangan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri
3 tahap yaitu tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan
sektor kesehatan sendiri, tahap kedua kemitraan lintas sektor di lingkungan
institusi pemerintah dan yang tahap ketiga adalah membangun kemitraan
yang lebih luas, lintas program, lintas sektor (Promkes Depkes RI).
Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil
yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni: (Kepmenkes,
2004)

9
C. Keterpaduan dan Kegiatan Lintas Program

Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan


penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintasprogram antara
lain:
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan
P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan
2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi,
kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa
3) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi,
promosi kesehatan, kesehatan gigi
4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa,
promosi kesehatan
5) Program promosi kesehatan(Promkes): penyuluhan kesehatan
masyarakat(PKM), sosialisasi program kesehatan,survey perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS), penilaian strata posyandu.
6) Program pencegahan penyakit menular (P2M): Pelacakan kasus :
TBC, kusta, DBD, malaria,flu burung, infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA), diare, penyakit menular seksual (PMS), penyuluhan
penyakit menular.
7) Program pengobatan: Pengobatan dalam gedung: poli umum, poli
gigi(rawat jalan), apotek, unit gawat darurat (UGD), perawatan
penyakit(rawat inap), pertolongan persalinan.
Pengobatan diluar gedung: rujukan kasus, pelayana puskesmas
keliling.
8) Program kesahatan Ibu dan Anak (KIA): ANC (antenatal care), PNC
(Post natal care), pertolongan persalinan, rujukan ibu hamil resiko
tinggi, pelayanan neonatus, manajemen terpadu balita sakit
(MTBS).

10
9) Program upaya peningkatan gizi masyarakat: penimbangan bayi
balita, pelacakan dan perawatan gizi buruk, stimulasi dan deteksi
dini tumbuh kembang anak, penyuluhan gizi.
10) Program kesehatan reproduksi dan keluarga berencana: pelayanan
kesehatan pedulu remaja (PKPR), pelayanan KB pasangan usia
subur(PUS), penyuluhan KB.
11) Program sanitasi dan kesehatan lingkungan: pengawasan kesehatan
lingkungan: SPAL(Saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA
(sumber air minum- jamban keluarga). Pemeriksaan sanitasi:
institusi perkantoran dan rumah sakit, survey jentik nyamuk.
12) Program pelayanan kesehatan komunitas: kesehatan mata,
kesehatan jiwa, kesehatan lansia, perawatan kesehatan masyarakat
(paskesmas), upaya kesehatan sekolah(UKS).
Pemeriksaan sanitasi: TTU(tempat-tempat umum), institusi
perkantoran, survey jentik nyamuk.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara
beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong
atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.
Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-
kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu.
B. Saran

Kepada semua lintas program terkait diharapkan dapat melaksanakan


peranya sesuai kesepakatan demi kepentingan masyarakat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia,Yesi. 2011. Kerjasama Lintas Sektoral. http:// www. scribd. com/ doc/
79736393/9/ Sistem-Kerjasama-Lintas Sektoral. di akses 2 februari 2017
Pontianak.
Anonim. 2010. Kemitraan. http:// www. sieradproduce. com/ ID/ peluang/ Pages/
Kemitraan. aspx. diakses 2 februari 2017 Pontianak.
Anonim. 2012. Kemitraan Sector Kesehatan. http:// www. wiziq. com/
tutorial/147960-KEMITRAAN-BIDANG-KESEHATAN. di akses 2
februari 2017 Pontianak.
Anonim. 2010. Pengertian Keitraan Kesehatan. http:// syehaceh. wordpress. com/
2008/05/12/kemitraa -dalam-kesehatan/. di akses 2 februari 2017
Pontianak.
Anonim. 2011. Usaha Usaha Kesehatan Masyarakat. http:// sehat jasmani dan
rohani. blogspot. com/ 2011/ 01/usaha-usaha-kesehatan-masyarakat. html.
di akses 2 februari 2017 Pontianak.
Kuswidanti. Gambaran Kemitraan dan Organisasi di Bidang Kesehatan. Diunduh
dari : www.lontar.ui.ac.id Diakses tanggal 6 April 2013.
Rencana Strategis Departemen Kesehatan RI Tahun 2005-2009
Notoadmojo, S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/Sk/Ii/2004 Tanggal 2 februari
2017 Pontianak.

13

Anda mungkin juga menyukai