Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) adalah tanaman yang berasal dari Asia dan
Afrika. Menurut penelitian yang dilakukan Usoh dkk (2005) kelopak bunga Rosella
memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 0,20 mg/ml. Senyawa fenolik pada
kelopak bunga Rosella terdiri dari anthocyanins seperti delphinidin-3-glucoside,
delphinidin-3-sambubioside,dan cyanidin-3-sambubioside, kandung-an flavonoid seperti
gossypetin, hibiscetin, dan glukosida lainnya (Sonia dkk, 2007).
Mengingat pentingnya fungsi se-nyawa fenolik sebagai antioksidan, maka
penelitian kadar fenolik total yang ter-kandung dalam tanaman Rosella dari berbagai
tempat tumbuh perlu dilakukan. Dengan demikian pemanfaatan tanaman
Rosella dapat lebih maksimal untuk dijadikan sebagai alternatif pengobatan herbal
dalam penyembuhan berbagai macam penyakit. Dengan melihat kadar fenolik total yang
terkandung dalam ekstrak Rosella maka dapat diperkirakan besar aktivitas antioksidannya.

1
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menetapkan kadar fenolik total ekstrak metanol kelopak bunga rosella merah
2. Mempelajari dan menganalisis komponen aktif dalam ekstrak bunga rosella

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

Rosella (Hibiscus sadbariffa L.) merupakan anggota famili Malvaceae. Rosella

dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai

habitat asli di daerah yang terbentang dari India hingga Malaysia. Sekarang, tanaman ini

tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia dan mempunyai nama umum

yang berbeda-beda di berbagai negara (Maryani dan Kristiana, 2008).

Tanaman rosella hidup berupa semak yang berdiri tegak dengan tinggi 0,5-5

meter, memiliki batang yang berbentuk silindris dan berkayu, serta memiliki banyak

percabangan. Ketika masih muda, batangnya berwarna hijau. Dan ketika beranjak dewasa

dan sudah berbunga, batang rosella berwarna cokelat kemerahan. Pada batang rosella

melekat daun-daun yang tersusun, berwarna hijau, berbentuk bulat telur dengan

pertulangan menjari dan tepi beringgit. Ujung daun rosella ada yang meruncing dan tulang

daunnya berwarna merah. Panjang daun rosella dapat mencapai 6-15 cm dan lebar 5-8 cm.

Akar yang menopang batangnya berupa akar tunggang. Mahkota bunganya berbentuk

corong yang tersusun dari 5 helai daun mahkota (Widyanto dan Nelistya, 2009).

3
Berikut merupakan klasifikasi dan gambar bunga rosella menurut BPOM RI (2010):

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dilleniidae

Bangsa : Malvales

Suku : Malvaceae

Marga : Hibiscus

Jenis : Hibiscus sabdariffa Linn

Gambar 1. Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

2.2 Komponen Aktif Pada Bunga Rosella

2.2.1. Antosianin

Antosianin merupakan salah satu bagian penting dalam kelompok pigmen setelah

klorofil. Antosianin berasal dari bahasa Yunani, anthos yang berarti bunga dan kyanos

yang berarti biru gelap. Antosianin merupakan pigmen yang larut dalamair, menghasilkan

warna dari merah sampai biru, dan tersebar luas dalam buah, bunga, dan daun

(Mortensen, 2006). Sebagai sumber pewarna alami, antosianin berpotensi terdapat pada

banyak tanaman.

4
Berbagai jenis tanaman yang telah diteliti sebagai sumber antosianin diantaranya

yaitu katul ketan hitam (Hanum, 2000), terung Belanda (Kumalaningsih dan Suparyogi,

2006), buah duwet (Sari dan Sukatiningsih, 2012), dan bunga rosella yaitu sianidin 3-

glikosida (Hayati etal., 2012).

Menurut Mardiah et al. (2009) antosianin termasuk kedalam flavonoid. Flavonoid

termasuk kedalam golongan senyawa fenol yang terdapat banyak di alam antara lain

ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi, tetapi tidak dalam mikroorganisme. Lebih dari

4000 jenis flavonoid teridentifikasi di alam. Flavonoid teridentifikasi dalam buah–buahan,

sayuran dan minuman (teh, kopi, bir, minuman anggur, dan buah). Beberapa senyawa

antosianin yang paling banyak ditemukan adalah pelargonidin, peonidin, sianidin,

malvidin, petunidin, dan delfinidin (Delgado-Vargas et al., 2000).

Menurut Markakis (1982), antosian tersusun dari sebuah aglikon (antosianidin)

yang teresterifikasi dengan satu atau lebih gugus gula (glikon) dan asam organik.

5
Apabila gugus glikon dihilangkan melalui proses hidrolisis maka dihasilkan

antosianidin. Antosianidin ini berwarna merah di lingkungan asam, berwarna

ungu di lingkungan netral, dan berwarna biru di lingkungan basa (Dwidjoseputro,

1990). Kestabilan antosianin tergantung pada banyak faktor seperti suhu, pH,

oksigen, penambahan gula, asam, dan adanya ion logam. Proses pemanasan

merupakan faktor terbesar yang menyebabkan kerusakan antosianin (Tensiska et

al., 2007). Struktur kimia antosianin dapat dilihat pada Gambar 2 dan Tabel 2.

Gambar 2. Struktur kimia antosianidin (Castaneda-Ovando et al., 2009)

Tabel 2. Gugus pengganti pada struktur kation flavilium (antosianidin)


untuk membentuk antosianin

Antosianidin Substit Warna


usi (R)
3 5 6 7 3’ 5’
Pelargonidin OH OH H OH H H Oranye
Sianidin OH OH H OH OH H Oranye-
merah
Delfinidin OH OH H OH OH OH Biru-
merah
Peonidin OH OH H OH OMe H Oranye-
merah
Petunidin OH OH H OH OMe OH Biru-
merah
Malvidin OH OH H OH OMe OMe Biru-
merah
Sumber : Castaneda-Ovando et al. (2009)
Menurut Timberlake dan Bridle (1983), gula yang menyusun antosianin terdiri

dari: (1) monosakarida, biasanya glukosa, ramnosa, dan arabinosa, (2) disakarida, yang

merupakan dua buah monosakarida dengan kombinasi dari keempat monosakarida di

atas dan xilosa, seperti rutinosa, dan (3) trisakarida, merupakan tiga buah monosakarida

yang mengandung kombinasi dari gula-gula di atas dalam posisis linear maupun rantai

cabang. Keragaman antosianin dapat terjadi karena perbedaan sifat gula, jumlah satuan

gula, dan letak ikatan gulanya. Glikosilasi dapat meningkatkan kestabilan dan kelarutan

antosianin di dalam air, sebab antosianidin kurang stabil dan kurang larut air

dibandingkan antosianin. Beberapa peneliti telah melakukan ekstraksi terhadap

antosianin dengan berbagai macam metode dan bahan, salah satunya yaitu Hayati et al.

(2012) yang telah melakukan ekstraksi terhadap kelopak bunga rosella dengan metode

maserasi selama 30m,menit. Antosianin tertinggi dihasilkan pada suhu 30 oC sebesar

75,164 mg/Lnamun mengalami penurunan hingga pada suhu 80 oC menjadi sebesar

56,231 mg/L.

2.2.2. Fenolik dan Sifat Antioksidan


Fenolik merupakan salah satu senyawa yang terdapat banyak pada tumbuhan.

Senyawa ini diberi nama sesuai dengan nama senyawa induknya yaitu fenol.

Fenolik memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksi (OH -) dan gugus–

gugus lain penyertanya. Ketersediaan senyawa fenolik di alam sangat luas, mempunyai variasi

struktur yang luas, mudah ditemukan dalam bagian tanaman (batang, daun, bunga, dan buah).

Beberapa senyawa fenolik alam telah diketahui


strukturnya antara lain flavonoid, fenol monosiklik sederhana, fenil propanoid, polifenol

(lignin, melanin, tannin), dan kuinon fenolik (Poedjiadi et al., 2009).

Senyawa fenolik adalah salah satu bahan alam yang saat ini cukup luas penggunaannya.

Pada industri makanan dan minuman, senyawa fenolik berperan dalam memberikan aroma

yang khas pada produk makanan dan minuman, sebagai zat pewarna makanan dan

minuman, dan sebagai antioksidan. Pada industri farmasi dan kesehatan, senyawa ini

banyak digunakan sebagai antioksidan, antimikroba, antikanker dan lain-lain, contohnya

obat antikanker (podofilotoksan), antimalaria (kuinina) dan obat demam (aspirin)

(Lapornik et al., 2005). Gambar struktur fenol disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur fenol (Alawiyah et al., 2013)

Senyawa fenolik mempunyai struktur yang memiliki satu atau lebih gugus hidroksil yang

terikat pada satu atau lebih cincin aromatik benzena. Hal ini menyebabkan senyawa

fenolik memiliki sifat dapat teroksidasi. Kemampuannya membentuk radikal yang stabil

pada proses oksidasi menyebabkan senyawa ini banyak digunakan sebagai antioksidan

(Poedjiadi et al., 2009). Antioksidan merupakan senyawa penting dalam menjaga

kesehatan tubuh karena berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yang banyak

terbentuk dalam tubuh. Antioksidan dapat memperkecil terjadinya oksidasi dari lemak

dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam makanan, serta

memperpanjang
massa pemakaian bahan dalam industri makanan. Antioksidan memiliki struktur molekul

yang memungkinkan untuk memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan

dapat memutus reaksi berantai dan radikal bebas (Kumalaningsih, 2006)

Dalam mengukur aktifitas antioksidan, digunakan metode DPPH (diphentyl

picrylhydrazil) untuk mengetahui tinggi rendahnya aktifitas penangkapan radikal bebas

oleh senyawa fenol. Senyawa fenol bertanggung jawab terhadap proses reduksi senyawa

radikal bebas yang dimiliki oleh DPPH. Senyawa fenol juga dapat menyumbangkan

atom hidrogen sehingga radikal DPPH berubah menjadi DPPH-H yang lebih stabil

(Paulinus et al.,2015). Proses reduksi DPPH menjadi DPPH-H dapat dilihat pada

Gambar 4.

a b

Gambar 4. Reaksi radikal DPPH dengan senyawa antioksidan (a) DPPH


radikal (b) DPPH yang lebih stabil (Yuhenita dan Juniarti, 2011)

Antioksidan dari golongan fenolik banyak sekali ditemukan hampir di setiap

tumbuhan. Lebih dari 4.000 jenis fenolik ditemukan diberbagai tumbuhan tingkat tinggi

dan tingkat rendah (Marinova et al., 2005). Pada umumnya, untuk mengambil kandungan

fenolik dari tanaman, dilakukan dengan cara ekstraksi. Sari et al. (2012) telah melakukan

ekstraksi komponen fenolik pada Kappahycusalvarezzi dengan metode sonikasi pada

berbagai variasi suhu dan waktu.


Kandungan fenolik yang dihasilkan yaitu sebesar 556, 43 mg/L yang diperoleh

pada ekstraksi selama 10 menit pada suhu 50 oC.

5
6
darah tinggi; gagal ginjal; diabetes; katarak dan glukoma. Antioksidan pada buah kiwi
antara lain vitamin C, β karoten, klorofil a dan b dan beberapa senyawa flavonoid. Buah
kiwi mengandung banyak fitonutrien serta vitamin dan mineral yang baik untuk kesehatan.
Berikut adalah beberapa manfaat mengkonsumsi buah kiwi (whofoods, 2012):

1. Serat sebagai pengendali gula darah


Buah kiwi termasuk buah yang memiliki banyak serat. Para peneliti telah
menemukan bahwa diet yang mengandung banyak serat dapat menurunkan kadar
kolesterol tinggi, sehingga mengurangi risiko serangan jantung. Serat juga baik untuk
membantu mencegah kanker usus besar. Selain itu, serat pada buah kiwi baik untuk
menjaga kadar gula darah penderita diabetes.
2. Mencegah asma
Konsumsi vitamin C yang banyak terdapat pada buah-buahan seperti kiwi dapat
memberikan pengaruh perlindungan yang signifikan terhadap gejala pernapasan yang
terkait dengan asma.
3. Perlindungan terhadap degenerasi makula
Data sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Archives of Opthamology
menunjukkan bahwa konsumsi tiga butir atau lebih buah kiwi per hari dapat menurunkan
risiko yang berkaitan dengan usia degenerasi makula (ARMD), yaitu penyebab utama
kehilangan penglihatan pada orang dewasa yang lebih tua.

4. Mengurangi kadar lemak darah

Mengkonsumsi beberapa buah kiwi setiap hari secara signifikan dapat menurunkan
resiko pembekuan darah dan mengurangi kadar lemak (trigliserida) dalam darah sehingga
membantu melindungi kesehatan jantung. Tidak seperti aspirin yang membantu
mengurangi pembekuan darah, tetapi memiliki efek samping seperti peradangan dan
perdarahan di saluran pencernaan.

2.1.3 Fitokimia pada Buah Kiwi

Buah kiwi dengan berbagai manfaatnya, telah diolah lebih lanjut menjadi produk –
produk kesehatan. Produk tersebut berasal dari ekstrak kulit, daging maupun biji buah
kiwi. Biji kiwi adalah salah satu produk ekstraksi buah kiwi yang cukup banyak
penggunaannya. Minyak biji buah Kiwi mengandung rata-rata 62% asam α- linolenat.

7
Gambar 2.3 Polifenol yang terdapat pada bagian buah kiwi(Sumber:
Oryza, 2011)

Minyak biji kiwi banyak mengandung asam lemak omega-3 esensial, α-linolenat
yang dikenal dengan sifat anti-alergi, dan ditemukan sejumlah tokotrienol, suatu
antioksidan yang dapat menurunkan kolesterol. Polifenol banyak terdapat pada biji kiwi
dibandingkan dengan kulit dan daging buah kiwi ( gambar 2.3 ). Flavonol glikosida, yaitu
quercitrin dan kaempferol 3-o-rhamnoside diidentifikasi sebagai komponen utama
ekstrakbiji buah kiwi. Banyak tanaman obat menunjukkan khasiatnya seiring dengan
tingginya kandungan quercetin. Quercetin telah terbukti memiliki aktivitas sebagai anti
peradangan (Rahmat, 2009). Sebuah studi lain mengungkapkan bahwa quercitrin berperan
dalam penghambatan yang berhubungan dengan komplikasi diabetes mellitus. Kaempferol
3-O-rhamnoside memiliki struktur yang mirip dengan quercitrin dan mempunyai
pengaruhfisiologis yang serupa.

Gambar 2.4 Quercitrin dan kaempferol pada biji buah kiwi


(Sumber: Oryza, 2011)

8
2.2 Antioksidan

2.2.1 Pengertian Antioksidan

Antioksidan adalah suatu senyawa yang pada konsentrasi rendah secara signifikan
dapat menghambat atau mencegah oksidasi substrat dalam reaksi rantai (Halliwell dan
Whitemann, 2004; Leong dan Shui, 2002). Antioksidan dapat melindungi sel-sel dari
kerusakan yang disebabkan oleh molekul tidak stabil yang dikenal sebagai radikal bebas.
Antioksidan dapat mendonorkan elektronnya kepada molekul radikal bebas, sehingga dapat
menstabilkan radikal bebas dan menghentikan reaksi berantai. Contoh antioksidan antara
lain β karoten, likopen, vitamin C, vitamin E (Sies, 1997).
Antioksidan dikelompokkan menjadi antioksidan enzim dan vitamin. Antioksidan
enzim meliputi superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutathion peroxidases
(GSH.Prx). Antioksidan vitamin meliputi alfa tokoferol (vitamin E), beta karoten dan asam
askorbat (vitamin C). Antioksidan vitamin lebih populer sebagai antioksidan dibandingkan
enzim. Antioksidan yang termasuk ke dalam vitamin dan fitokimia disebut flavonoid.
Flavonoid memiliki kemampuan untuk meredam molekul tidak stabil yang disebut radikal
bebas. Para peneliti di the U.S. Department of Agriculture’s (USDA’s) ArkansasChildren’s
Nutrition Center in Little Rock melakukan studi perbandingan antara buah kiwi,anggur
merah dan stroberi, hasil menunjukkan antioksidan dalam buah kiwi adalah yang paling
mudah dimetabolisme dan diserap ke dalam aliran darah.

2.2.2 Klasifikasi Antioksidan

Antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu antioksidan primer


atau alami dan antioksidan sekunder atau sintetik

2.2.2.1. Antioksidan Primer atau alami

Antioksidan adalah zat yang dapat mencegah atau menghambat proses oksidasi
sehingga membentuk senyawa yang lebih stabil. Antioksidan golongan Polifenol adalah
kelompok yang paling banyak terdapat dalam buah-buahan, sayuran, tanaman polongan,
biji-bijian, teh, rempah-rempah dan anggur (Horubała 1999; Borowska, 2003). Berikut
adalah pengelompokkan antioksidan primer (Hurrell, 2003):

9
3.1. Bahan dan alat
Bahan baku yang digunakan untuk penelitian adalah kelopak bunga rosella yang
didapat Yogya Bandung, diameter buah ± 7 cm. Bahan penunjang dalam analisis ini
adalah akuades, 5% NaNO2 , 10% AlCl3.6H2O, 7% Na2CO3, pelarut etanol 95 %.
Bahan yang digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan adalah pereaksi DPPH
(1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl ) dan Folin Ciocalteu.
Peralatan yang digunakan dalam percobaan utama adalah:
Waterbath
Termostat
Sentrifuge
Evaporator vakum
Neraca analitik
Spektrofotometer UV Visible
Kondensorspiral
Peralatan pendukung penelitian ini meliputi pengaduk, labu takar, gelas ukur,
spatula, pipet volum, botol sampel, kuvet. Proses ekstraksi padat cair dilakukan di dalam
ekstraktor secara batch. Rangkaian ekstraktor dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Rangkaian Ekstraktor

17
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam mengekstraksi antioksidan pada
buah kiwiini terdiri dari:
1. Persiapan kelopak bunga rosella sebagai bahan baku
2. Ekstraksi padat cair dengan ekstraktor batch
3. Analisis antioksidan dan zat aktif pada kelopak buga
rosella

Diagram alir percobaan dapat dilihat pada Gambar 3.2


dibawah ini:

Persiapan bahan baku


dipotong 0,5 cm,
dikeringkan 400C,
dihaluskan (mesh -20+30)
ditentukan kadar air (< 10%)

Ekstraksi buah kiwi


pelarut etanol
variasi F:S: 1:10,1:15,1:20
variasi temperatur: 300C, 400C, 500C

Analisis
Aktivitas antioksidan (metode DPPH)
Analisis kadar klorofil, flavonoid,
fenolik dan rendemen
Analisis GCMS

Gambar 3.2 Diagram Alir Percobaan


3.3 Prosedur Penelitian
Percobaan pendahuluan adalah penentuan panjang gelombang maksimum dari
reaksi DPPH 0,1 mM dan ekstraksi buah kiwi. Percobaan utama adalah ekstraksi
antioksidan pada buah kiwi dengan pelarut etanol, dengan variasi rasio massa umpan
pelarut (F:S) dan temperatur ekstraksi. Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif antioksidan ekstrak buah kiwi. Analisis berupa penentuan aktivitas antioksidan,
kadar flavonoid, kadar fenolik total dan klorofil, serta uji fitokimia,
GCMS(GasChromatography Mass Spectrometric).

18
3.3.1 Persiapan Bahan Baku
Bahan baku utama yang akan digunakan dalam penelitian adalah kelopak bunga
rosella
yang didapat di Yogya Bandung. Pada tahap persiapan sampel, buah kiwi hijau ZESPRI
4030 dikupas terlebih dahulu dan dagingnya dipotong-potong tipis setebal ±1 cm dan
panjang 1-2 cm, bertujuan untuk memperluas luas permukaan kelopak pada saat
dikeringkan di dalam oven. Sebelum dikeringkan, kadar air kelopak bunga rosella diukur
lebih dahulu . Kadar air awal kelopak adalah 85 %.
Kleopak bunga rosella yang telah dipotong, dipanaskan di dalam oven selama 24
jam dengan temperatur pengeringan kira-kira 300C-40 0C, sampai kadar air dibawah 10 %.
Pengeringan sampel bertujuan agar sampel dapat disimpan lebih lama. Kelopak bunga
rosella yang sudah kering diblender sampai halus dan diayak dengan ukuran mesh -20+
30. Selanjutnya serbuk disimpan di dalam freezer sebelum digunakan untuk ekstraksi.
Berikut adalah tahapan persiapan serbuk kelopak bunga rosella :

Kelopak bunga rosella dipotong kecil

Kelopak bunga keringkan pada temperatur


40OC kadar air dibawah 10 %

Sampel diblender dan diayak dengan ukuran mesh -20+30

Gambar 3.3 Diagram Alir Persiapan Bahan Baku

3.3.2 Ekstraksi Kelopak Bunga Rosella


Ekstraksi kelopak bunga rosella dilakukan dengan pelarut etanol 95% selama 3
jam
perbandingan rasio umpan pelarut (F:S) adalah 1:10, 1:15 dan 1:20, serta variasi
o o o
temperatur ekstraksi adalah 30 C, 40 C, 50 C. Ekstraksi dilakukan dengan ekstraktor
batch. Berikut ini adalah bagan ekstraksi buah ki

19
Serbuk kelopak bunga rosella ditimbang sebanyak 10 gram dimasukkan kedalam
ekstraktor, temperatur air pada pena ngas diatur sesuai dengan kondisi ekstraksi yang
diinginkan. Setelah temperatur ekstraksi tercapai, dimasukkan pelarut dengan perb
andingan tertentu. Kecepatan pengadukan yang dipilih adalah 300 ± 5 rpm. Pengaduk an
bertujuan untuk membantu agar solute dapat diekstrak lebih merata pada pelarut. Ekstraksi
dilakukan selama 3 jam sesuai wak tu kesetimbangan, padatan yang tersisa di dalam
ekstraktor dipisahkan, kemudian ekstrak disaring dengan kertas saring whatman no 41.
Filtrat yang didapat sebagian dianalisis untuk kadar klorofil, fenolik total, flavo noid dan
fitokimia. Sebagian besar filtrat d ipekatkan dengan evaporator vakum, k emudian aktivitas
antioksidan dianalisis.

3.4 Analisis
Untuk mengetahui ka dar antioksidan pada kelopak bunga rosella, dilakukan se
rangkaian analis.

Analisis kuantitatif berupa penentuan aktivitas antioksidan, kadar flavonoid kadar


fenolik total, klorofil dan vitamin C. Data yang digunakan untuk analisis adalah nilai
absorbansi yang didapat dari semua ekstrak kelopak bunga rosella dengan variasi F:S dan
temperatur ekstraksi. Analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Uji aktivitas antioksidan (Blois, 2005)


Sebagian besar filtrat dari ekstrak bunga rosella dipekatkan dengan evaporator
vakum untuk dipisahkan dari pelarutnya. Ektrak buah kiwi hasil evaporasi
dilarutkan dengan metanol menjadi konsenterasi 10000 ppm, kemudian diencerkan
menjadi lima variasi konsenterasi yaitu 5000, 2500, 1250, 500 dan 250 ppm,
tujuannya untuk menentukan aktivitas antioksidan dengan membuat kurva IC 50.
Masing-masing ekstrak direaksikan dengan DPPH 0,1mM dengan perbandingan
volum 1: 1, diinkubasi selama 30 menit, kemudian diukur absorbansi sampel
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 515 nm. Penentuan IC50 dibuat
dari persamaan regresi antara persentase aktivitas radikal bebas DPPH pada ekstrak
terhadap 5 konsentrasi tadi.

20
Aktivitas antioksidan dapat dihitung dengan rumus beri
%Aktivitasantioksidanutni: = Absorbansi kontrol − Absorbansi sampel x 100%
Absorbansikontrol
b) Penentuan kadar flavonoid
Metode analisis flavonoid total yang diukur merupakan golongan flavon dan
flavonol yang terdapat pada ekstrak, kedua kelompok senyawa ini dapat
membentuk kompleks stabil dengan AlCl3 (Chang dkk., 2002; Kao, 2006)).
Senyawa ini merupakan komponen flavonoid yang mayoritas terdapat pada sayuran
dan buah (Lee, 2000). Analisis kandungan flavonoid total dari ekstrak dilakukan
dengan metode pewarnaan AlCl3, diukur dengan spektofotometer pada panjang
gelombang 510 nm. Kadar flavonoid secara kuantitatif diukur dengan
menggunakan kurva standar katekin (James, 1978), dengan y = 0,0053x + 0,0075.
c) Uji kadar fenolik total
Kandungan fenolik total dianalisa dengan pereaksi Folin-Ciocalteu (Kao, 2006).
Prinsip metode Folin Ciocalteu adalah oksidasi gugus fenolik hidroksil. Sampel
kelopak bunga rosella direaksikan dengan Folin Ciocalteu lalu diukur
absorbansinya pada 725nm. Data absorbansi dialurkan terhadap kurva standar
asam galat untuk
menentukan kadar fenolik total.
d) Penentuan kadar total klorofil (Leunda, dkk 1999)
Kandungan klorofil total diukur dengan menggunakan metode spektrofotometri.
Ekstrak kiwi disaring dengan kertas saring. Filtrat yang didapat ditempatkan dalam
kuvet untuk selanjutnya diukur kandungan klorofil total dengan alat
spektrofotometer pada panjang gelombang 649 nm, dan 665 nm.
e) Uji kadar vitamin C
Metode pengukuran kadar vitamin C dilakukan dengan menggunakan titrasi redoks
iodometri. Caranya yaitu dengan menambahkan larutan kanji (indikator) pada
larutan sampel, kemudian dititrasi dengan larutan iodin (I2). Proses titrasi berakhir
ketika warna larutan berubah menjadi biru.
3.5 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancang percobaan faktorial dua
faktor. Rancangan ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh dua faktor (variabel)
daninteraksinya. Perhitungan ANOVA menggunakan software DesignExperts
21
KESIMPULAN

1. Temperatur ekstraksi yang tinggi dapat mengurangi aktivitas antioksidan


2. Pada kondisi optimum ekstraksi diperoleh aktivitas antioksidan dengan nilai IC50
7,2mg/L, rendemen 86,8%, kadar flavonoid 147,7 mg per 100 gram ekstrak, kadar
fenolik 224,9 mg per 100 gram ekstrak; Kadar klorofil dan vitamin C berturut-turut
adalah 10,24 ppm dan 7,7 mg/g ekstrak
3. Dari hasil analisis varian, pada tingkat kepercayaan 95% diketahui bahwa rasio F:S
dan temperatur ekstraksi berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan, kadar klorofil
total, kadar fenolik total dan kadar flavonoid
4. Hasil analisis dengan gas kromatografi mass spektrometri menunjukkan ekstrak
kelopak bunga rosella mengandung Quinic Acid dan 2-Furancarboxaldehyde5-
(hydroxymethyl)–CAS HMF

22
DAFTAR PUSTAKA

Blois, M.S. 1958. Antioxidant determinations by the use of a stable free radical, Nature,
181:1199- 1200.
Ferguson, A.R. (ed.). 1990. Kiwifruit: Science and Management. Wellington, New Zealand:
New Zealand Society for Horticultural Science, pp. 415-435.
Hamid, et all. Antioxidants: Its medicinal and pharmacological Applications. African Journal
of Pure and Applied Chemistry Vol. 4(8), pp. 142-151, August 2010
Julkunen-Tiitto, R. (1985) Phenolics Constituens in the Leaves of Northern Willows:Methods
for the Analysis of Certain Phenolics. J. Agric. Food Chem. 33: 213-217.
Kusumaningati RW. 2009. Analisa Kandungan Fenol Total Jahe (Zingiber officinale Rosc.)
Secara In vitro.Jakarta: Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia.
Neeraj Mishra, et all. Antimicrobial, Antioxidant and Chemopreventive Potential of Vitamin
C in Rich Fruits.International Journal of Applied Biology and
PharmaceuticalTechnology. Volume: I: Issue-3: Nov 2010
Shahidi F, Wanasundara PK (1992) Phenolic antioxidants. Crit Rev Food Sci Nutr 32:67-103.
Sherry Kao, Ming-Wei. 2006. A Comparative Study of Antioxidant and Physicochemical
Properties of Blackberry and Kiwifruit.Auburn, Alabama.
Sri,Paini Widyawati, dkk. Pengaruh Ekstraksi dan Fraksinasi Terhadap Kemampuan
Menangkap Radikal Bebas DPPH Ekstrak dan Fraksi Daun Beluntas (Pluchea
indica Less).Seminar Rekayasa Kimia dan Proses. 2010
Windono, T., Soediman, S., Yudawati, U., Ermawati, E., Srielita, Erowati, T. I. Uji Peredam
Radikal Bebas terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl (DPPH) dari Ekstrak Kulit
Buah dan Biji Anggur (Vitis vinifera L.) Probolinggo Biru dan Bali. Artocarpus.
2001, 1, 34-43
Yanhouy Lee, dkk 2011. Antioxidant and Glycation Inhibitory Activities of Gold Kiwifruit,
Actinidia chinensis. J. Korean Soc. Appl. Biol. Chem. 54(3), 460-467

23

Anda mungkin juga menyukai