TAHUN 2018
OLEH:
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur tertuju hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seluruh ilmu pengetahuan
hanya milik- Nya. Sebagai penulis Laporan Observasi “Observasi pada Ruang Central
Sterile Supply Departement (CSSD) di Rumah Sakit Umum Bunda Palembang Tahun 2018”
sangat berterima kasih kepada dr. Fika Minata Wathan, M. Kes selaku direktur RSIA Kader
Bangsa Palembang dan kepada dr. Ahmad Arif, Sp. OG selaku pembimbing, atas dukungan
dan bimbingan yang diberikan untuk mengobservasi dan membuat laporan observasi ini
menjadi lebih berwarna dan berkesan. Serta sangat berterima kasih kepada dr. Hj. Halipah
Mahyuddin, Sp. THT, MM selaku direktur RSU Bunda Palembang yang telah memberi izin
kepada saya untuk mengobservasi ruang CSSD RSU Bunda Palembang.
Kepada saudari Sista Rosdyah, A. Md. Kep, selaku pembimbing di ruang CSSD RSU
Bunda Palembang dan pihak- pihak yang terkait serta teman- teman RSIA Kader Bangsa
yang telah memberikan dukungan saya ucapkan terima kasih untuk kerjasamanya yang baik.
Kritik dan saran serta masukan yang bermanfaat dalam perbaikan makalah ini sangat
diharapkan karena penulis sadari, laporan observasi ini jauh dari kesempurnaan. Semoga
laporan observasi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
LAPORAN OBSERVASI
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. TAHAPAN OBSERVASI
D. HASIL OBSERVASI
E. KESIMPULAN
F. REKOMENDASI
LAPORAN OBSERVASI
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan salah satu mata rantai pelayanan kesehatan yang mempunyai
fungsi utama sebagai tempat penyembuhan dan pemulihan penderita. Perkembangan global
yang terjadi dewasa ini, berdampak pula terhadap dunia perumah sakitan. Persaingan antar
rumah sakit sampai pada saat sekarang ini, membuat semua rumah sakit berusaha
meningkatkan mutu pelayanannya untuk menjaring konsumen sebanyak– banyaknya di
Indonesia. Sehingga peningkatan mutu layanan merupakan suatu kebutuhan yang mendesak
bagi rumah sakit dan setiap unit layanan di rumah sakit terus menerus dipacu untuk
memperbaiki mutu layanannya.
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat. Rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan wajib berupaya untuk mencegah
risiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit (Dirjen Yanmed, 2009).
Seiring dengan peningkatan pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat,
maka sistem nilai dan orientasi dalam masyarakat mulai berubah. Masyarakat mulai
menuntut pelayanan umum yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu, termasuk juga
pelayanan kesehatan ini. Dengan semakin banyaknya tuntutan masyarakat akan mutu
pelayanan kesehatan, maka fungsi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalam Rumah
Sakit secara bertahap perlu terus ditingkatkan, agar menjadi lebih efektif dan efisien, serta
memberi kepuasan terhadap pasien, keluarga maupun masyarakat (Mulyadi, 2007). Sejalan
dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan, maka peningkatan sumber daya manusia
menjadi tuntutan masyarakat, sehingga kinerja pelayanan dapat diandalkan, bermutu dan
berorientasi kepada pelanggan yang dapat memberikan kepuasan pasien. Tata cara
penyelenggaraannya harus juga sesuai dengan standar kode etik yang telah ditetapkan
(Azwar, 2010).
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya
angka infeksi atau Healthcare Associated Infections (HAIs)di rumah sakit. Ada lebih kurang
1,7 juta infeksi yang mengakibatkan 99.000 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat,
sehingga kesehatan terkait infeksi penyebab utama keempat kematian (Klevens, et al 2002).
Pencegahan infeksi merupakan tanggung jawab semua individu dan penyelenggaran
kesehatan. Setiap orang harus bisa bekerja sama untuk mengurangi risiko infeksi di rumah
sakit. Program pengendalian infeksi bisa dapat efektif jika kita semua bertindak secara
komprehensif dan meliputi kegiatan pengawasan dan pencegahan, serta pelatihan staf rumah
sakit. NICE memperbaharui pedoman mengenai infeksi kontrol di pelayanan kesehatan, yang
awalnya dilakukan penelitian tahun 2003. Panduan terbaru mengatakan bahwa setiap tenaga
kesehatan harus melakukan tindakan dekontaminasi segera setelah melakukan
pemeriksaanatau tindakan kesehatan sebelum melakukan kontak dengan pasien selanjutnya,
dan sekarang menjadi suatu keharusan termasuk tindakan aseptik (NICE, 2012).
Kunci utama dari sebuah pencegahan infeksi yang efektif adalah melindungi pasien
dari penularan penyakit menular dan dari kondisi yang disebabkan oleh perawatan yang
diterima di rumah sakit. Serta mencegah penyakit menular kepada petugas kesehatan
merupakan aspek penting lainnya dalam pengendalian infeksi. Untuk mencapai keberhasilan
itu maka perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian yang efektif di rumah sakit.
Central Sterile Supply Department(CSSD) atau Instalasi Pusat Sterilisasi adalah unit
layanan yang sangat strategis dalam upaya pencegahan infeksi. CSSD adalah tempat dimana
dilaksanakan proses sterilisasi dalam upaya pencegahan infeksi, penerimaan dan
pendistribusian semua alat / instrumen yang memerlukan kondisi steril untuk kegiatan klinisi
kedokteran dan lain – lain. Oleh karena itu layanan harus dijalankan sesuai standar dan mutu
yang telah ditetapkan, sehingga didapat outcome rumah sakit yang bermutu tinggi (Hidayat,
2003 )
Instalasi pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Untuk
melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi. Instalasi pusat sterilisasi sangat bergantung pada
unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik, maupun instalasi
antaralain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan lain –
lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub unit diatas maka pada akhirnya akan
mengganggu proses dan hasil sterilisasi (Depkes, 2009).Kesalahan pada sterilisasi dapat
mengakibatkan bencana dan konsekuensi beban ekonomi (cit, CDC, 1998). Kualitas produk
yang disterilkan harus dinilai dengan indikator kualitas tertentu. Ini harus mencakup tidak
hanya produk, tapi juga struktur dan proses kerja di CSSD. Struktur organisasi instalasi pusat
sterilisasi dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi (dalam jabatan fungsional) dan
bertanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur Penunjang Medik. Kepala Instalasi
dibantu sekurang – kurangnya oleh penanggung jawab administrasi, sub instalasi
dekontaminasi, sub sterilisasi
dan sub produksi, sub instalasi pengawasan mutu, pemeliharaan sarana & peralatan K3 dan
diklat serta sub instalasi distribusi. Alur proses kerja CSSD meliputi pengumpulan,
pembersihan, pengeringan, pemilihan, pengemasan/penyusunan, sterilisasi/selesai,
penyimpanan dan distribusi. Rumah sakit merupakan tempat kegiatan yang sangat kompleks,
rumah sakit adalah tempat yang padat modal karena membutuhkan biaya yang besar dalam
pengelolaannya. Padat teknologi karena di rumah sakit terdapat peralatan – peralatan canggih
untuk mendiagnosis penyakit, padat karya karena memerlukan banyak tenaga kerja dengan
keahlian khusus. Dalam operasional kegiatan pelayana medis rumah sakit memerlukan
banyak peralatan dan peralatan tersebut mutlak diperlukan dalam keadaan steril, dan dalam
pemeliharaannya memerlukan sumber daya manusia yang memahami teknik sterilisasi yang
benar, selain itu juga diperlukan lahan tempat untuk melakukan kegiatan sterilisasi yang
memadai. Bila ditinjau dari besarnya jumlah alat dan bahan yang harus disterilkan di rumah
sakit, maka rumah sakit dianjurkan untuk mempunyai suatu instalasi pusat sterilisasi
tersendiri dan mandiri. Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan
pelatihan, serta monitoring dan evaluasi. Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau
bahan secara profesional diperlukan pengetahuan dan keterampilan tertentu oleh perawat,
apoteker ataupun tenaga non medik yang berpengalaman dibidang sterilisasi.
B. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan observasi ini adalah untuk mendapatkan gambaran pengelolaan
di CSSD Rumah Sakit Umum Bunda Palembang pada tahun 2018.
C. TAHAPAN OBSERVASI
1. Topik Observasi
Topik yang diambil dalam observasi ini adalah berkaitan dengan implementasi pada
ruang CSSD Rumah Sakit Umum Bunda Palembang pada tahun 2018.
2. Tujuan Observasi
No Nama
3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6
1. Kurnia Nurfadilah P P P L P P S S M M L L P P S S M M L L P P S S
Actor ( orang- orang yang memainkan peran tertentu)
Terdiri dari 2 orang. 1 orang perawat di ruang CSSD dan 1 pekarya di ruang
dekontaminasi.
2. Pekarya= 1 orang (Dinas pagi dengan tugas mencuci alat dan menjaga kebersihan
ruang yang terkait CSSD)
4. Desain
Observasi partisipatif dilakukan jika orang yang mengadakan observasi turut ambil
bagian dalam kehidupan observe. Pengamatan partisipatif memungkinkan peneliti dapat
berkomunikasi secara leluasa dan memungkinkan untuk bertanya secara rinci dan detail.
Dalam penelitian ini jenis partisipasi yang dipilih oleh peneliti adalah partisipasi aktif
dimana peneliti mengamati apa yang dilakukan subjek dan melihat perilaku subjek dalam
bekerja serta ikut kegiatan di ruang CSSD RSU Bunda Palembang..
b. Informan Kunci
c. Tim Observasi
Observasi dilakukan oleh Kurnia Nurfadilah, A. Md. Kep. Pegawai RSIA Kader
Bangsa Jl. Ki Merogan No. 446 RT. 08 RW. 02, Kel. Kemas Rindo, Kec. Kertapati-
Palembang.
5. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara wawancara ( metode pengambilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada responden caranya bercakap- cakap secara tatap muka) dan
dengan observasi ( metode dengan mengamati dan pencatatan secara sistimatik terhadap
unsur- unsur yang tampak) serta ikut serta dalam kegiatan untuk memahami pengetahuan dan
mendapatkan informasi- informasi yang dibutuhkan.
Pencatatan hasil observasi ini harus mampu memberi informasi tentang gambaran
dan pengelolaan tentang ruang CSSD. Sehingga siapapun yang membacanya akan mendapat
gambaran dan pengelolaan tentang CSSD. Peneliti mencatat kesan yang didapatkan di
lapangan, mengambil gambar untuk memotret hal- hal penting yang terkait dengan CSSD.
D. HASIL OBSERVASI
Rumah Sakit Bunda berdiri sejak tanggal 22 Febuari 1990 yang berawal dari
Bersalin Bunda dan bern.aung di bawah Yayasan Bunda dan diresmikan tanggai 06 Agustus
1990. Sejalan dengan perkembangan waktu dan kebutuhan peningkatan pelayanan kepada
masyarakat, maka dalam rapat kepengurusan Yayasan diusulkan agar Klinik Bersalin Bunda
menjadi. Rumah Sakit Bersalin. Bunda. Kemudian pada tanggal 29 Juni 1995 Pengurus
Yayasan menghadap notaris H. Akhmad Bustami Gentimat, SH untuk merubah status Rumah
Sakit dan berdasarkan atas akta notaris H. Akhmad Bustami Gentimat, SH No.87 tahun 1995
Rumah Sakit Bersalin Bunda berubah status dari Rumah Sakit Bersalin Bunda menjadi
Rurnah Sakit Anak dan Bersalin Bunda.
Selanjutnya tanggal 5 Juni 2009 Rumah Sakit Anak dan Bersalin Bunda berubah
status menjadi Rumah Sakit Umum stelah mendapatkan ijin tetap penyelenggaraan Rumah
Sakit yang berdasarkan KEMENKES No: HK.07.06/III/2372/2009 tentang Pemberian Ijin
Penyelenggaraan Kepada Yayasan Btmda untuk menyelenggarakan Rumah Sakit Umum
dengan nama Rumah Sakit Bunda dan berdasarkan KEMENKES No. HK.02.03/1/0271/2014
Rumah sakit Bunda ditetapkan sebagai Rtunah Sakit Tipe C.
Rumah Sakit Bunda merupakan salah satu Rumah Sakit yang telah mendapatkan
pengakuan sebagai Rumah Sakit yang telah memenuhi standar akreditasi Rumah Sakit dan
dinyatakan Lulus Akreditasi Tingkat PERDANA, sesuai dengan sertifikat KARS
Nomor KARS-SERT/36/X11/2015 tanggal 30 Desember 2015.
Kota Palembang, ibukota Provinsi Sumatera Selatan, merupakan kota terbesar kedua di
Sumatera setelah Medan. Secara geografis, kota ini terletak antara 2 °52" sampai 3°5'
Lintang Selatan dan 104 °37" hingga 104°52" Bujur Timur.. Kota Palembang memiliki
iklirn tropis, dengan suhu udara yang cukup panas, yakni 23,4 °C 31,7°C dan curah
hujan berkisar antara 2.000 mm — 3.000 mm per tahun. Secara fisik, kota ini memiliki
topografi yang relatif datar. Hanya sebagian kecil wilayah kota yang meiliki tempat yang
agak tinggi, yakni pada bagian utara. Secara rata-rata kota ini memiliki ketinggtan 12 m
dari permukaan laut.
2. Kota Palembang telah rnengalami beberapa kali perubahan luas dan pemekaran wilayah.
Pada tahun 1988, kota ini mengalami perluasan wilayah (berdasarkan Peraturan
Pemerintahan No. 23/1988) dengan mendapatkan 10 desa dari kabupaten Musi Banyuasin
dan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Pada tahun 1995, kota ini mengalami pemekaran
wilayah kelurahan, dari semula 72 kelurahan menjadi 103 kelurahan. Sampai saat ini,
kota Palembang memilild 16 kecamatan dengan luas total 400,61 km2.
2. Kota Palembang memiliki 32 Rumah Sakit dengan perincian 1 milik Kemenkes, 1 milik
Pemerintah Kota Palembang, 2 milik TNI/Polri, 2 milik BUMN, 20 milik swasta, 5
Rumah Sakit Khusus milik Pemerintah Provinsi. Kota Palembang memiliki 39
Puskesmas, dengan rasio 2,68 puskesmas per 100.000 penduduk yang tersebar di 16
Kecamatan di Kota Palembang.
2. VISI, MISI, MOTTO, FALSAFAH PELAYANAN, NILAI PELAYANAN
DAN TUJUAN PELAYANAN
VISI:
" Menjadi rumah sakit pilihan utama masyarakat dengan pelayanan yang berkualitas
kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan di tahun 2022.
MISI:
FALSAFAH PELAYANAN:
Setiap pasien adalah mahluk sesama ciptaan Allah yang harus dikasihi
melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas secara professional dengan hati
tulus, hangat dan bersababat.
Memberikan pelayanan yang professional dan bermutu.
Melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan.
Nilai Value Pelayanan :
TUJUAN PELAYANAN
Profesional
Berpikir Cerdas
Bekerja Tuntas
Beramal Ikhlas
3. STRUKTUR ORGANISASI
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, Rumah Sakit Bunda Palembang
memandang penting sumber daya inanusia sebagai sumber daya utama dalam usaha jasa
layanan kesehatan. Oleh karena itu kami mempunyai komitmen yang kuat untuk selalu
berusaha meningkatkan kemampuan dan keahlian mereka melalui pendidikan dan pelatihan
yang berkesinambungan. dan kebersihan & perawatan sarana bangunan lainnya. Didukung pula
Sub Bagian Marketing, Gizi, Sectuity, Laundry, dan Administrasi - Keuangan dalam
operasional sehari-hari.
Dokter Spesialis
Tim dokter jaga yang berada di RS. Bunda Palembang 24 jam setiap hari, untuk
menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.
Staf Keperawatan
RS. Bunda Palembang merekrut perawat terbaik dengan seleksi yang ketat dan
memberikan pelatihan dan pendidikan intensif, sehingga mereka mempunyai keeakapan
seeztra teknis dan medis dan mempwpfai sikap perhatian dan ramah terhadap seluruh pasien.
Staf lainnya
RS. Bunda Palembang memiliki Sub Bagian Sumber Daya Manusia dan Diklat yang
bertugas untuk melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan penilaian yang berkesinambungan
kepada seluruh staf. Seluruh jajaran staf kami mulai dari resepsionis, keperawatan, keamanan
sampai dengan staf urusan administari dan pemeliharaan disiapkan untuk selalu memberikan
bantuan dan pelayanan terbaik demi kenyamanan dan kepuasan pelanggan.
dan kebersihan & perawatan sarana bangunan lainnya. Didukung pula Sub Bagian Marketing,
Gizi, Sectuity, Laundry, dan Administrasi - Keuangan dalam operasional sehari-hari.
5. JENIS PELAYANAN
c. Fisioterapi
(Diatenni, SWD, US, Tens, Laser, Traksi)
d. G i zi .
e. ECG, Audiometri, Spirometri, Treadmill.
Pelayanan Hemodialisa
Klinik Tumbuh Kembang
Klinik Laktasi
Pelayanan Senam Hamil
Pelayanan Ambulance.
6. FASILITAS GEDUNG
Blok A
Lantai 1 : Pendaftaran, Poliklinik Rawat Jalan dan Instalasi Farmasi
Blok B
Lantai 1 : Poliklinik Rawat Jalan
Lantai 2 : Ruang Perawatan
Lantai 3 : Ruang Perawatan
Blok C
Basement, Area Parkir dan IPSRS
Blok D
Lantai 1 : Laboratorium, Radiologi dan Instalasi Farmasi
Lantai : Kamar Bersalin (VK), Ruang Perawatan ICUINICU/PICU.
Lantai 3 : Ruang Perawatan
Lantai 4 : Administrasi dan Aula
NB ; (*) Persiapan
Tabel 2. Jumlah Tempat Tidur Rawat Inap
1. VVIP 5
2 VIP 20
3 KELAS I 50
4 KELAS II 48
5 KELAS III 22
TOTAL 145
* Data Desember 2016
Kualifikasi Jumlah
No.
1. RUANG ISOLASI 1
2 ICU 6
3 PICU 2
4 NICU 4 Inkubator
2 Infant Warmer
5 OK 4
6 VK 4
7 GIN 2
8 RECOVERY 7
I Rata-rata
BPJS Rawat Jalan
20 Jumlah
8
880
15
22711
13
42250
19
52801
Rata-rata 14 62 116 175
Tabel 4. 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Tahun 2017
3. Essential
Origin (Primary) Hypertension 153
Dengue Haemorrhagic Fever 138
5. Benign Neoplasm Of Breast 136
6. Congestive Heart Failure 132
7. Dyspepsia 121
8_ Senile Cataract, Unspecified 110
9. Astlima, Unspecified 108
10. Febrile Convulsion 80
8. DEFINISI CSSD
Central Sterile Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Sterilisasi adalah unit
layanan yang sangat strategis dalam upaya pencegahan infeksi. CSSD adalah tempat dimana
dilaksanakan proses sterilisasi dalam upaya pencegahan infeksi, penerimaan dan
pendistribusian semua alat / instrumen yang memerlukan kondisi steril untuk kegiatan klinisi
kedokteran dan lain – lain. Oleh karena itu layanan harus dijalankan sesuai standar dan mutu
yang telah ditetapkan, sehingga didapat outcome rumah sakit yang bermutu tinggi (Hidayat,
2003 ).
Catatan
Memberi label pada peralatan yang sudah steril dengan
mencantumkan nama, jenis peralatan, tanggal, jam disterilkan
dan tanggal kadaluarsa
INSTALASI Sterilisasi sentral
TERKAIT
10. RUANGAN YANG TERKAIT DENGAN CSSD RSU BUNDA
3. Terdapat 5 bak
Bak pertama untuk merendam
kain yang terkena darah direndam
klorin 15 menit, klorin 300 ml air
sebanyak bak kurang 5 jari,
sedangkan yang tidak terkena
darah langsung dimesin cuci
memakai deterjen
Bak kelima untuk membilas kain Mesin cuci untuk kain bernoda darah
yang noninfeksi
3. Pintu Kedua
4. Suasana ruangan letak autoclave
6. Pintu masuk
12. LANGKAH PENGGGUNAAN AUTOCLAVE
Gambar:
Persiapan alat:
1. Pastikan arus listrik (NCB) sudah ON
2. Pastikan level air ½ (lihat indikator lever air) dalam autoclave
3. Pastikan level air ½ (penampungan aliran air di depan dan di belakang)
4. Pastikan electricity boiler sudah ON
Menghidupkan Alat:
1.Tekan tombol poer ON
2. Gezer Onlock pintu dibuka
3. Pastikan level air ½ (lihat indikator level air)dalam autoclave
4. Masukkan instrumen yang akan di steril
5. Tutup pintu dan pastikan pintu tertutup dengan baik (lock)
5. Posisi monitor ST- By
6. Tekan tombol power ON
7. Tekan mode
8. Tekan (Set/ ENT)
Heatg
Steril (buka tombol/ putaran close)
Cool
Warm- Comp (Alarm bunyi)
Tekan Tombol Stop:
1. Geser onlock
2. Buka pintu (diamkan alat / instumen selama 15 menit sampai mengering)
3. Keluarkan alat/ instrumen yang sudah mengering
Mematikan Alat:
1. Pastikan pintu dalam keadaan tertutp dengan baik (Lock)
2. Tekan tombol off
Catatan: Air harus aqua (sumber informasi: petugas CSSD)
E. KESIMPULAN
Setelah dilakukan observasi di ruang CSSD di Rumah Sakit Bunda Palembang maka
didapatkan bahwa petugas CSSD dan pihak yang berkaitan telah melakukan penerapan
implementasi peraturan tentang sterilisasi dengan baik. Namun masih terdapat hal- hal
sederhana yang masih terlupakan, sehingga hal seperti ini dapat menjadi potensi bahaya
infeksi. Sehingga perlu dilakukan perhatian khusus terhadap hal- hal sederhana.
F. REKOMENDASI
1. Perlunya perhatian terhadap hal- hal yang kecil dengan implementasi cara pensterilan
sesuai prosedur secara keseluruhan agar menghindari potensi terjadinya infeksi.
2. Memakai Alat pelindung diri sesuai prosedur untuk petugas yang sedang bekerja demi
keselamatan bersama.
LAMPIRAN