Anda di halaman 1dari 35

TUGAS LAPORAN OBSERVASI

OBSERVASI PADA RUANG CENTRAL STERILE SUPPLY DEPARTEMENT (CSSD)

DI RUMAH SAKIT UMUM BUNDA PALEMBANG

TAHUN 2018

OLEH:

KURNIA NURFADILAH, A. Md. Kep

RSIA KADER BANGSA

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur tertuju hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seluruh ilmu pengetahuan
hanya milik- Nya. Sebagai penulis Laporan Observasi “Observasi pada Ruang Central
Sterile Supply Departement (CSSD) di Rumah Sakit Umum Bunda Palembang Tahun 2018”
sangat berterima kasih kepada dr. Fika Minata Wathan, M. Kes selaku direktur RSIA Kader
Bangsa Palembang dan kepada dr. Ahmad Arif, Sp. OG selaku pembimbing, atas dukungan
dan bimbingan yang diberikan untuk mengobservasi dan membuat laporan observasi ini
menjadi lebih berwarna dan berkesan. Serta sangat berterima kasih kepada dr. Hj. Halipah
Mahyuddin, Sp. THT, MM selaku direktur RSU Bunda Palembang yang telah memberi izin
kepada saya untuk mengobservasi ruang CSSD RSU Bunda Palembang.

Kepada saudari Sista Rosdyah, A. Md. Kep, selaku pembimbing di ruang CSSD RSU
Bunda Palembang dan pihak- pihak yang terkait serta teman- teman RSIA Kader Bangsa
yang telah memberikan dukungan saya ucapkan terima kasih untuk kerjasamanya yang baik.
Kritik dan saran serta masukan yang bermanfaat dalam perbaikan makalah ini sangat
diharapkan karena penulis sadari, laporan observasi ini jauh dari kesempurnaan. Semoga
laporan observasi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.

Palembang, Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

LAPORAN OBSERVASI

A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. TAHAPAN OBSERVASI
D. HASIL OBSERVASI
E. KESIMPULAN
F. REKOMENDASI
LAPORAN OBSERVASI

A. LATAR BELAKANG

Rumah sakit merupakan salah satu mata rantai pelayanan kesehatan yang mempunyai
fungsi utama sebagai tempat penyembuhan dan pemulihan penderita. Perkembangan global
yang terjadi dewasa ini, berdampak pula terhadap dunia perumah sakitan. Persaingan antar
rumah sakit sampai pada saat sekarang ini, membuat semua rumah sakit berusaha
meningkatkan mutu pelayanannya untuk menjaring konsumen sebanyak– banyaknya di
Indonesia. Sehingga peningkatan mutu layanan merupakan suatu kebutuhan yang mendesak
bagi rumah sakit dan setiap unit layanan di rumah sakit terus menerus dipacu untuk
memperbaiki mutu layanannya.
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat. Rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan wajib berupaya untuk mencegah
risiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit (Dirjen Yanmed, 2009).
Seiring dengan peningkatan pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat,
maka sistem nilai dan orientasi dalam masyarakat mulai berubah. Masyarakat mulai
menuntut pelayanan umum yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu, termasuk juga
pelayanan kesehatan ini. Dengan semakin banyaknya tuntutan masyarakat akan mutu
pelayanan kesehatan, maka fungsi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalam Rumah
Sakit secara bertahap perlu terus ditingkatkan, agar menjadi lebih efektif dan efisien, serta
memberi kepuasan terhadap pasien, keluarga maupun masyarakat (Mulyadi, 2007). Sejalan
dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan, maka peningkatan sumber daya manusia
menjadi tuntutan masyarakat, sehingga kinerja pelayanan dapat diandalkan, bermutu dan
berorientasi kepada pelanggan yang dapat memberikan kepuasan pasien. Tata cara
penyelenggaraannya harus juga sesuai dengan standar kode etik yang telah ditetapkan
(Azwar, 2010).
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya
angka infeksi atau Healthcare Associated Infections (HAIs)di rumah sakit. Ada lebih kurang
1,7 juta infeksi yang mengakibatkan 99.000 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat,
sehingga kesehatan terkait infeksi penyebab utama keempat kematian (Klevens, et al 2002).
Pencegahan infeksi merupakan tanggung jawab semua individu dan penyelenggaran
kesehatan. Setiap orang harus bisa bekerja sama untuk mengurangi risiko infeksi di rumah
sakit. Program pengendalian infeksi bisa dapat efektif jika kita semua bertindak secara
komprehensif dan meliputi kegiatan pengawasan dan pencegahan, serta pelatihan staf rumah
sakit. NICE memperbaharui pedoman mengenai infeksi kontrol di pelayanan kesehatan, yang
awalnya dilakukan penelitian tahun 2003. Panduan terbaru mengatakan bahwa setiap tenaga
kesehatan harus melakukan tindakan dekontaminasi segera setelah melakukan
pemeriksaanatau tindakan kesehatan sebelum melakukan kontak dengan pasien selanjutnya,
dan sekarang menjadi suatu keharusan termasuk tindakan aseptik (NICE, 2012).
Kunci utama dari sebuah pencegahan infeksi yang efektif adalah melindungi pasien
dari penularan penyakit menular dan dari kondisi yang disebabkan oleh perawatan yang
diterima di rumah sakit. Serta mencegah penyakit menular kepada petugas kesehatan
merupakan aspek penting lainnya dalam pengendalian infeksi. Untuk mencapai keberhasilan
itu maka perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian yang efektif di rumah sakit.
Central Sterile Supply Department(CSSD) atau Instalasi Pusat Sterilisasi adalah unit
layanan yang sangat strategis dalam upaya pencegahan infeksi. CSSD adalah tempat dimana
dilaksanakan proses sterilisasi dalam upaya pencegahan infeksi, penerimaan dan
pendistribusian semua alat / instrumen yang memerlukan kondisi steril untuk kegiatan klinisi
kedokteran dan lain – lain. Oleh karena itu layanan harus dijalankan sesuai standar dan mutu
yang telah ditetapkan, sehingga didapat outcome rumah sakit yang bermutu tinggi (Hidayat,
2003 )
Instalasi pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Untuk
melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi. Instalasi pusat sterilisasi sangat bergantung pada
unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik, maupun instalasi
antaralain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan lain –
lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub unit diatas maka pada akhirnya akan
mengganggu proses dan hasil sterilisasi (Depkes, 2009).Kesalahan pada sterilisasi dapat
mengakibatkan bencana dan konsekuensi beban ekonomi (cit, CDC, 1998). Kualitas produk
yang disterilkan harus dinilai dengan indikator kualitas tertentu. Ini harus mencakup tidak
hanya produk, tapi juga struktur dan proses kerja di CSSD. Struktur organisasi instalasi pusat
sterilisasi dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi (dalam jabatan fungsional) dan
bertanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur Penunjang Medik. Kepala Instalasi
dibantu sekurang – kurangnya oleh penanggung jawab administrasi, sub instalasi
dekontaminasi, sub sterilisasi
dan sub produksi, sub instalasi pengawasan mutu, pemeliharaan sarana & peralatan K3 dan
diklat serta sub instalasi distribusi. Alur proses kerja CSSD meliputi pengumpulan,
pembersihan, pengeringan, pemilihan, pengemasan/penyusunan, sterilisasi/selesai,
penyimpanan dan distribusi. Rumah sakit merupakan tempat kegiatan yang sangat kompleks,
rumah sakit adalah tempat yang padat modal karena membutuhkan biaya yang besar dalam
pengelolaannya. Padat teknologi karena di rumah sakit terdapat peralatan – peralatan canggih
untuk mendiagnosis penyakit, padat karya karena memerlukan banyak tenaga kerja dengan
keahlian khusus. Dalam operasional kegiatan pelayana medis rumah sakit memerlukan
banyak peralatan dan peralatan tersebut mutlak diperlukan dalam keadaan steril, dan dalam
pemeliharaannya memerlukan sumber daya manusia yang memahami teknik sterilisasi yang
benar, selain itu juga diperlukan lahan tempat untuk melakukan kegiatan sterilisasi yang
memadai. Bila ditinjau dari besarnya jumlah alat dan bahan yang harus disterilkan di rumah
sakit, maka rumah sakit dianjurkan untuk mempunyai suatu instalasi pusat sterilisasi
tersendiri dan mandiri. Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan
pelatihan, serta monitoring dan evaluasi. Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau
bahan secara profesional diperlukan pengetahuan dan keterampilan tertentu oleh perawat,
apoteker ataupun tenaga non medik yang berpengalaman dibidang sterilisasi.

B. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan observasi ini adalah untuk mendapatkan gambaran pengelolaan
di CSSD Rumah Sakit Umum Bunda Palembang pada tahun 2018.

C. TAHAPAN OBSERVASI

1. Topik Observasi

Topik yang diambil dalam observasi ini adalah berkaitan dengan implementasi pada
ruang CSSD Rumah Sakit Umum Bunda Palembang pada tahun 2018.

2. Tujuan Observasi

Untuk mendapatkan gambaran pengelolaan di CSSD Rumah Sakit Umum Bunda


Palembang pada tahun 2018.
3. Objek Observasi
Obyek yang diobservasi terdiri atas tiga komponen:
 Place (dimana interaksi berlangsung)
Observasi ini mulai dilakukan pada hari senin 3 Desember sampai 26 Desember 2018
di CSSD/ Instalasi pusat sterilisasi RSU Bunda (Jl. Demang Lebar Daun No. 70
Palembang).
Jadwal piket :

No Nama
3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6
1. Kurnia Nurfadilah P P P L P P S S M M L L P P S S M M L L P P S S
 Actor ( orang- orang yang memainkan peran tertentu)
Terdiri dari 2 orang. 1 orang perawat di ruang CSSD dan 1 pekarya di ruang
dekontaminasi.

 Activity ( kegiatan yang dilakukan oleh actor saat observasi berlangsung)


1. Perawat= 1 orang (Dinas pagi dengan tugas mencuci alat, membilas alat,
merendam alat dengan cairan DTT, mengemas alat, mensterilkan alat, menyimpan
alat dan mendistribusikan alat)

2. Pekarya= 1 orang (Dinas pagi dengan tugas mencuci alat dan menjaga kebersihan
ruang yang terkait CSSD)

4. Desain

a. Jenis Partisipan Observasi Partisipasi

Observasi partisipatif dilakukan jika orang yang mengadakan observasi turut ambil
bagian dalam kehidupan observe. Pengamatan partisipatif memungkinkan peneliti dapat
berkomunikasi secara leluasa dan memungkinkan untuk bertanya secara rinci dan detail.
Dalam penelitian ini jenis partisipasi yang dipilih oleh peneliti adalah partisipasi aktif
dimana peneliti mengamati apa yang dilakukan subjek dan melihat perilaku subjek dalam
bekerja serta ikut kegiatan di ruang CSSD RSU Bunda Palembang..

b. Informan Kunci

Salah satu aspek terpenting dari observasi partisipatif adalah mengidentifikasi


informan kunci yang mampu memberikan informasi penting tentang gambaran dan
pengelolaan di ruang CSSD RSU Bunda Palembang.

c. Tim Observasi

Observasi dilakukan oleh Kurnia Nurfadilah, A. Md. Kep. Pegawai RSIA Kader
Bangsa Jl. Ki Merogan No. 446 RT. 08 RW. 02, Kel. Kemas Rindo, Kec. Kertapati-
Palembang.

5. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara wawancara ( metode pengambilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada responden caranya bercakap- cakap secara tatap muka) dan
dengan observasi ( metode dengan mengamati dan pencatatan secara sistimatik terhadap
unsur- unsur yang tampak) serta ikut serta dalam kegiatan untuk memahami pengetahuan dan
mendapatkan informasi- informasi yang dibutuhkan.

6. Pencatatan Hasil Observasi

Pencatatan hasil observasi ini harus mampu memberi informasi tentang gambaran
dan pengelolaan tentang ruang CSSD. Sehingga siapapun yang membacanya akan mendapat
gambaran dan pengelolaan tentang CSSD. Peneliti mencatat kesan yang didapatkan di
lapangan, mengambil gambar untuk memotret hal- hal penting yang terkait dengan CSSD.
D. HASIL OBSERVASI

1. SEJARAH RSU BUNDA PALEMBANG

Rumah Sakit Bunda berdiri sejak tanggal 22 Febuari 1990 yang berawal dari
Bersalin Bunda dan bern.aung di bawah Yayasan Bunda dan diresmikan tanggai 06 Agustus
1990. Sejalan dengan perkembangan waktu dan kebutuhan peningkatan pelayanan kepada
masyarakat, maka dalam rapat kepengurusan Yayasan diusulkan agar Klinik Bersalin Bunda
menjadi. Rumah Sakit Bersalin. Bunda. Kemudian pada tanggal 29 Juni 1995 Pengurus
Yayasan menghadap notaris H. Akhmad Bustami Gentimat, SH untuk merubah status Rumah
Sakit dan berdasarkan atas akta notaris H. Akhmad Bustami Gentimat, SH No.87 tahun 1995
Rumah Sakit Bersalin Bunda berubah status dari Rumah Sakit Bersalin Bunda menjadi
Rurnah Sakit Anak dan Bersalin Bunda.

Selanjutnya tanggal 5 Juni 2009 Rumah Sakit Anak dan Bersalin Bunda berubah
status menjadi Rumah Sakit Umum stelah mendapatkan ijin tetap penyelenggaraan Rumah
Sakit yang berdasarkan KEMENKES No: HK.07.06/III/2372/2009 tentang Pemberian Ijin
Penyelenggaraan Kepada Yayasan Btmda untuk menyelenggarakan Rumah Sakit Umum
dengan nama Rumah Sakit Bunda dan berdasarkan KEMENKES No. HK.02.03/1/0271/2014
Rumah sakit Bunda ditetapkan sebagai Rtunah Sakit Tipe C.

Rumah Sakit Bunda merupakan salah satu Rumah Sakit yang telah mendapatkan
pengakuan sebagai Rumah Sakit yang telah memenuhi standar akreditasi Rumah Sakit dan
dinyatakan Lulus Akreditasi Tingkat PERDANA, sesuai dengan sertifikat KARS
Nomor KARS-SERT/36/X11/2015 tanggal 30 Desember 2015.

I. Letak Geografis Kota Palembang.

Kota Palembang, ibukota Provinsi Sumatera Selatan, merupakan kota terbesar kedua di
Sumatera setelah Medan. Secara geografis, kota ini terletak antara 2 °52" sampai 3°5'
Lintang Selatan dan 104 °37" hingga 104°52" Bujur Timur.. Kota Palembang memiliki
iklirn tropis, dengan suhu udara yang cukup panas, yakni 23,4 °C 31,7°C dan curah
hujan berkisar antara 2.000 mm — 3.000 mm per tahun. Secara fisik, kota ini memiliki
topografi yang relatif datar. Hanya sebagian kecil wilayah kota yang meiliki tempat yang
agak tinggi, yakni pada bagian utara. Secara rata-rata kota ini memiliki ketinggtan 12 m
dari permukaan laut.

2. Kota Palembang telah rnengalami beberapa kali perubahan luas dan pemekaran wilayah.
Pada tahun 1988, kota ini mengalami perluasan wilayah (berdasarkan Peraturan
Pemerintahan No. 23/1988) dengan mendapatkan 10 desa dari kabupaten Musi Banyuasin
dan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Pada tahun 1995, kota ini mengalami pemekaran
wilayah kelurahan, dari semula 72 kelurahan menjadi 103 kelurahan. Sampai saat ini,
kota Palembang memilild 16 kecamatan dengan luas total 400,61 km2.

Batas- batas Kota Palembang adalah sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Musi


Banytiastn.
 Sebelah selatan berbatasan dengan Kecainatan Indralaya, Kabupaten Ogan Komermg
Ilir dan Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim
 Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Banyuasin I, Kabupaten Musi
Banyuasin.

 Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Musi


Banyuasm.

3. Kota Palembang tergolong kota metropolitan karena jumlah penduduknya telah


melebihi 1 juta jiwa. Berdasarkan registrasi penduduk pertengahan tahun yang
dipublikasikan BPS Kota Palembang, jumlah penduduk kota ini pada tahun 2010 tercatat
1.468.007 jiwa dan meningkat menjadi 1.580.517 jiwa di tahun 2015. Laju pertumbuhan
penduduk Kota Palembang dalam kurun 2006 2010 tercatat 1,08%. Angka ini kemudian
mengalami kenaikan dalam kurun 2011 — 2015 menjadi 1,49%. Jumlah penduduk Kota
Palembang pada tahun 2015 adalah sebesar 1.580.517 jiwa dengan jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 791.943 dan perempuan sebesar 788.574 jiwa. Angka kerja Kota
Palembang di tahun 2011 yang terdata sebanyak 9.183 orang, dimana angkatan kerja
yang didata telah bekerja sebanyak 2.183 orang, sedangkan angkatan kerja yang sedang
mencart ketjaipengangguran sebanyak 7.000 orang (Sumber: Dinas Tenaga Keija Kota
Palembang tahun 2011). Sarana Pendidikan seperti jumlah Sekolah di Kota Palembang baik
Negeri maupun Swasta pada tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 1341 sarana pendidikan yang
terdiri dari: 285 TK, 448 SD, 357 SMP/MTs, 130, SMUNIA, 54 SMK dan 67 Perguruan
Tinggi/Universitas.

2. Kota Palembang memiliki 32 Rumah Sakit dengan perincian 1 milik Kemenkes, 1 milik
Pemerintah Kota Palembang, 2 milik TNI/Polri, 2 milik BUMN, 20 milik swasta, 5
Rumah Sakit Khusus milik Pemerintah Provinsi. Kota Palembang memiliki 39
Puskesmas, dengan rasio 2,68 puskesmas per 100.000 penduduk yang tersebar di 16
Kecamatan di Kota Palembang.
2. VISI, MISI, MOTTO, FALSAFAH PELAYANAN, NILAI PELAYANAN
DAN TUJUAN PELAYANAN

Berdasarkan SK, Pengurus Yayasan Bunda No: 014/02/V/2013

VISI:

" Menjadi rumah sakit pilihan utama masyarakat dengan pelayanan yang berkualitas
kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan di tahun 2022.

MISI:

 Memberikan Pelayanan Kesehatan Yang Berkualitas Dan Bermutu

 Meningkatkan Kualitas Pengembangan SDM Yang Professional

 Meningkatkan Dan Mengembangkan Kualitas Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit


MOTTO: Kepuasan anda adalah kebanggaan kami.

FALSAFAH PELAYANAN:

 Setiap pasien adalah mahluk sesama ciptaan Allah yang harus dikasihi
melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas secara professional dengan hati
tulus, hangat dan bersababat.
 Memberikan pelayanan yang professional dan bermutu.
 Melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan.
Nilai Value Pelayanan :

 Berbuat baik terhadap sesama


 Kualitas pelayanan yang optimal

Kebersamaan y,,ang dinamis dan sinergis

TUJUAN PELAYANAN

 Mewujudkan kasih kepada sesama melalui pelayanan kesehatan yang


berkualitas untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
 Sebagai rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar
pelayanan kesehatan secara professional
 Sebagai rumah sakit yang mampu menjadi rujukan masyarakat yang memiliki
pelayanan berkualitas, penuh cinta kasih yang tulus, hangat dan bersahabat
❖ Budaya Kerja (Corporate Culture) :

 Profesional

 Berpikir Cerdas

 Bekerja Tuntas
 Beramal Ikhlas

3. STRUKTUR ORGANISASI

4. SUMBER DAYA MANUSIA

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, Rumah Sakit Bunda Palembang
memandang penting sumber daya inanusia sebagai sumber daya utama dalam usaha jasa
layanan kesehatan. Oleh karena itu kami mempunyai komitmen yang kuat untuk selalu
berusaha meningkatkan kemampuan dan keahlian mereka melalui pendidikan dan pelatihan
yang berkesinambungan. dan kebersihan & perawatan sarana bangunan lainnya. Didukung pula
Sub Bagian Marketing, Gizi, Sectuity, Laundry, dan Administrasi - Keuangan dalam
operasional sehari-hari.

Dokter Spesialis

Rumah Sakit Bunda Palembang memiliki ± 50 Dokter spesialis, meliputi Spesialis


Kandungan, Anak, Penyakit Dalam, Bedah Umum, Bedah Ortopedi, Saraf, Mata, THT, Kulit
dan Kelarnin, Jantung, Gigi, Akupuritur Medik, Radiologi, Anastesi, Patologi Klinik.
Dokter Jaga.

Tim dokter jaga yang berada di RS. Bunda Palembang 24 jam setiap hari, untuk
menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.

Staf Keperawatan

RS. Bunda Palembang merekrut perawat terbaik dengan seleksi yang ketat dan
memberikan pelatihan dan pendidikan intensif, sehingga mereka mempunyai keeakapan
seeztra teknis dan medis dan mempwpfai sikap perhatian dan ramah terhadap seluruh pasien.

Staf lainnya

RS. Bunda Palembang memiliki Sub Bagian Sumber Daya Manusia dan Diklat yang
bertugas untuk melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan penilaian yang berkesinambungan
kepada seluruh staf. Seluruh jajaran staf kami mulai dari resepsionis, keperawatan, keamanan
sampai dengan staf urusan administari dan pemeliharaan disiapkan untuk selalu memberikan
bantuan dan pelayanan terbaik demi kenyamanan dan kepuasan pelanggan.

RS Bunda Palembang dalam operasionalnya, didukung oleh Tim Peneegahan Penyakit


Infeksi (PPI), yaitu untuk pengendalian, pengawasan dan peneegahan terhadap infeksi atau
kontaminasi kuman penyakit. IPSRS, untuk mengatur perawatan, perbaikan, dan
pengkalibrasian alat-alat medis yang digunakan, pemeliharaan semua peralatan listrik AC, ,

dan kebersihan & perawatan sarana bangunan lainnya. Didukung pula Sub Bagian Marketing,
Gizi, Sectuity, Laundry, dan Administrasi - Keuangan dalam operasional sehari-hari.

Tabel 1. Data Sumber Daya Manusia RS Bunda Palembang

No. Kualifikasi Jumlah Tetap Mitra


Kontrak
Dokter Umum 7 2 5
Dokter Gigi 3 0 3
3 Dokter Spesialis
A. Kebidanan & Penyakit kandungan 9 3 6
B. Penyakit Anak I0 1 9
C. Penyakit Dalam 6 0 6
D. Bedah Umum 4 0 4
E. Bedah Ortopedi 1 0 1
. F. Penyakit Saraf 2 0 2
' G. Penyakit Mata 1 0
H. Penyakit THT 4 1 3
I. Penyakit Kulit dan Kelarain 3 0 3
J. Penyakit Jantung 1 0 I
L. Radiotogi I o i
M. Anastesi 2 0 '7
N. Rehabilitasi Medik I 0 1
D. Pato1ogi Klinik 1 0 1
Tenaga Keperawatan
A. Perawatan 84 22 62
B. Bidan 35 2 33
.
Tenaga Kesehatan
A. Farmasi I7 3 I4
B. Laboratorium 7 1 6
C. Radiologi 6 0 6
D. Gizi 2 0 2
E. Rehabilitasi Medik 5 0 5
F. Rekam Medik 4 0 4
G, Sanitarian 1 0 1
Tenaga Non Kesehatan 69 21 48
Total 295 56 239

5. JENIS PELAYANAN

Pelayanan Kesehatan yang diselenggarakan di Rumah Sakit bunda Antara 1ain :

 Instalasi Gawat Darurat 24 jam


 Pelayanan Rawat Jalan
 Pelayanan Rawat Inap dengan ICU/ NICU/ PICU
 Pelayanan Spesialisasi
 Pelayanan Medical Check Up (MCU)
 Pelayanan Farmasi (Farmasi Rawat Jalan &
Farmasi Rawat Inap)

 Pelayanan Penunjang Medik, meliputi :


a. Laboratorium
(Hematologi, Kimia Darah, Immuno-Serologi dan Mikrobiologi)
b. Radiologi
(Konvensional, ECHO, USG 3D, USG 4D & CT Scan)

c. Fisioterapi
(Diatenni, SWD, US, Tens, Laser, Traksi)

d. G i zi .
e. ECG, Audiometri, Spirometri, Treadmill.
 Pelayanan Hemodialisa
 Klinik Tumbuh Kembang
 Klinik Laktasi
 Pelayanan Senam Hamil
 Pelayanan Ambulance.

6. FASILITAS GEDUNG

Bangunan Rumah Sakit Bunda Palembang terbagi menjadi 4 bagian :

 Blok A
Lantai 1 : Pendaftaran, Poliklinik Rawat Jalan dan Instalasi Farmasi

Lantai 2 : Poliklinik Rawat Ja1an (Khusus Poli Anak)

 Blok B
Lantai 1 : Poliklinik Rawat Jalan
Lantai 2 : Ruang Perawatan
Lantai 3 : Ruang Perawatan

 Blok C
Basement, Area Parkir dan IPSRS

Lantai 1 : Pendaftaran, 1nformasi, Lobi dan IGD

Lantai 2 : Kamar Operasi (OK)

Lantai 3, 4, 5, 6, 7 : Kamar Perawatan

Lantai 8 : MCU, Rehabilitasi Medik (Fisioterapi), Hemodialisa

 Blok D
Lantai 1 : Laboratorium, Radiologi dan Instalasi Farmasi
Lantai : Kamar Bersalin (VK), Ruang Perawatan ICUINICU/PICU.
Lantai 3 : Ruang Perawatan
Lantai 4 : Administrasi dan Aula

NB ; (*) Persiapan
Tabel 2. Jumlah Tempat Tidur Rawat Inap

No. Kualifikasi Jumlah

1. VVIP 5
2 VIP 20
3 KELAS I 50
4 KELAS II 48
5 KELAS III 22
TOTAL 145
* Data Desember 2016

Tabel 3. Jumlah Tempat Tidur Lain

Kualifikasi Jumlah
No.

1. RUANG ISOLASI 1
2 ICU 6
3 PICU 2

4 NICU 4 Inkubator
2 Infant Warmer
5 OK 4
6 VK 4
7 GIN 2
8 RECOVERY 7

7. HASIL KEGIATAN PELAYANAN

Kegiatan pelayanan kesehatan di RS Bunda Palembang sudah mulai dilakukan


semenjak diperolehnya surat ijin sementara penyelenggaraan rumah sakit. Pelayanan
kesehatan yang diberikan meliputi pelayanan rawat jalan ( poli umum dan spesialis ),
pelayanan gawat darurat dan pelayanan rawat inap dan pelayanan penunjang medik.
Berdasarkan cara pembayaran pasien, RS Bunda Palembang melayani pasien BPJS
Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, jaminan perusahaan, jaminan asuransi dan pasien umum.
Tabel 3. Data Pelayanan Rumah Sakit Bunda

NO URAIAN KEGIATAN TAHUN


2013 2014 2015 2016 2017
1 Tempat tidur tersedia 100 100 - 120 145 145 145
Pasien masuk
2 a. Jumlah 4963 5332 10168 9589 10297
b. Rata- rata 14 15 28 26 28
Pasien keluar (hidup/mati)
3 a. Jumlah 4889 5249 10076 9585 10272
b. Rata-rata 13 14 28 ~ 28
Kematian .
a. Jumlah seluruh kematian 10 13 26 21
4 b. Dibawah 48 jam 3 8 12 14
c. Gruss death rate (GDR) 0.20% 0.25% 0.26% 0.22% 0.34%
d. Net death rate (NDR) 0,14% 0 10% 0.14% 0.10% 0.20%
5 Lama dirawat 14950 23078 36146 33923 38371
6 Lengh of stay (LOS) 3 4 4 4 4
7 Jumlah hari perawatan (HP) 16653 19749 34114 31718 33610
8 Rata-rat,a pasien dirawat 46 54 93 87 92
9 Bed occupancy rate (BOR) 45.62% 50.73% 64.46% 59.93% 63.50%
10 (%)turn over (BTO)
Bed 49 49 69 66 71
11 Turn over interval (TOI) 4 4 2 2 2
Operasi besar
12 a. Jumlah 453 547 2051 2190 2402
b. Rata-rata 1.09 1.50 5.62 6.00 6.58
Operasi sedang
13 a. Jumlah 174 375 338 372 231
b. Rata-rata 0,48 1,03 1 1 1
Operasi kecil
14 47 2 1 0 0
a. Jumlah
b. Rata-rata 0.13 0.01 0.00 0.00 0.00
Persalinan
' a. Jumlah 581 789 1872 1613 1751
15. b. Rata-rata persalinan 1.59 2 5 4 5
c. Kematian ibu melahirkan 0 0 0 0 0
d. % kematian ibu 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Bayi lahir (II+ M)
a. Jumlah 581 789 1872 1613 1748
16. b. Lahir hidup 578 789 1872 1605 1740
c. Lahir mati 3 0 6 8 8
d. % bayi lahir mati 0.52% 0.00% 0.32% 0.50% 0.46%
' Kunjungan Inst. Rawat jalan
17 Jumlah 20682 29109 41359 59090 90945
Rata-rata 57 80 113 162 303
Kunjungan IGD
18 : Jumlah 6804 12323 15633 18084 19316
Rata-rata 19 34 43 50 64
BPJS Rawat Inap
19 . Jumlah 476 5497 4698 6847

I Rata-rata
BPJS Rawat Jalan
20 Jumlah
8

880
15

22711
13

42250
19

52801
Rata-rata 14 62 116 175
Tabel 4. 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Tahun 2017

No Diagnosa Penyakit Jumlah


1. Thypoid Fever 4299
2. Acute Upper Respiratory Infection, Unspecified 3126
3. Diarrhoea and Gastroenteriris Of Presumed Infectious 3053
Origin
4. Hypertensive Heart Disease Without (Congestive) 2548
Heart Failur
5. Fever, Unspecified 2212
6. Essential (Primary) Hypertension 2019
7. Senile Cataract, Unspecified 2012
8. Unspecified Diabetes Mellitus Without Complications 1739
Dyspepsia 1637
10. Dengue Haemorrhagic Fever 1375

Tabel 5. 10 Penyakit Terbanyak cli Pelayanan Rawat Inap Tahun 2017


Diagnosa Penyakit Jumlah
1. Typhoid Fever 1396
Diarrhoea and Gastroenteritis Of Preswned Infectious 391
2. . .

3. Essential
Origin (Primary) Hypertension 153
Dengue Haemorrhagic Fever 138
5. Benign Neoplasm Of Breast 136
6. Congestive Heart Failure 132
7. Dyspepsia 121
8_ Senile Cataract, Unspecified 110
9. Astlima, Unspecified 108
10. Febrile Convulsion 80
8. DEFINISI CSSD

Central Sterile Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Sterilisasi adalah unit
layanan yang sangat strategis dalam upaya pencegahan infeksi. CSSD adalah tempat dimana
dilaksanakan proses sterilisasi dalam upaya pencegahan infeksi, penerimaan dan
pendistribusian semua alat / instrumen yang memerlukan kondisi steril untuk kegiatan klinisi
kedokteran dan lain – lain. Oleh karena itu layanan harus dijalankan sesuai standar dan mutu
yang telah ditetapkan, sehingga didapat outcome rumah sakit yang bermutu tinggi (Hidayat,
2003 ).

9. TAHAPAN- TAHAPAN STERILISASI

TATA LAKSANA STERILISASI


No. Dokumen No. Revisi Hal

RUMAH SAKIT 041/PPI/VI/2015 C 1/4


BUNDA
PALEMBANG
Tanggal Terbit Ditetapkan
STANDAR Direktur
PROSEDUR 07 Juni 2015
OPERASIONAL
dr. Hj. Halipah Mayuddin, SpTHT,MM

PENGERTIAN Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen


beserta sporanya pada peralatan perawatan, dan kedokteran
dengan cara merebus stoom, panas tinggi atau menggunakan
bahan kimia.
TUJUAN Untuk menjamin kualitas alkes, peralatan laboratorium dan linen
dalam keadaan steril guna menekan kejadian infeksi di rumah
sakit.
KEBIJAKAN SK Direktur No.125/SK-DIR/V/2013 tentang Kebijakan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)
PROSEDUR Petugas CSSD melakukan :
1. Dekontaminasi
1. Memakai sarung tangan (lihat SOP memakai dan melepas
handscoen)
2. Menyiapkan bak perendaman yang diisi dengan larutan
klorin 0,5% dengan cara :
 Mencampur 1 sendok makan kaporit dengan 1 liter
air.
 Mengaduk larutan sampai terlarut.
3. Memasukkan alat-alat kesehatan atau alat laboratorium
yang sudah terpakai dan bisa digunakan lagi kedalam bak
perendaman dengan cara :
 Mengambil satu persatu alkes dengan korentang
 Memasukan satu persatu alkes atau peralatan
laboratorium kedalam bak perendaman klorin 0,5%
dengan korentang.
4. Biarkan selama kurang lebih 10 menit.
2. Pencucian dan pembilasan
1. Membuka kran air dengan cara memutar searah jarum
jam (model kran bukan putaran) dengan tangan kanan.
2. Mengambil peralatan bekas pakai yang sudah
didekontaminasi (hati-hati bila memegang peralatan yang
tajam, seperti gunting dan jarum jahit). Agar tidak
merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet,
jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari
logam atau kaca.
 Bila memungkinkan gunakan bak perendaman yang
berbeda caranya dengan mengambil satu persatu
alkes atau peralatan laboratorium yang sudah
didekontaminasi dengan korentang.
3. Mencuci dengan hati-hati semua benda tajam atau yang
terbuat dari kaca dengan cara :
a. Menggunakan sikat dengan air dan sabun untuk

TATA LAKSANA STERILISASI


No. Dokumen No. Revisi Hal

RUMAH SAKIT 041/PPI/VI/2015 C 2/4


BUNDA
PALEMBANG

Dari kaca dengan cara :


a. Menggunakan sikat dengan air dan sabun untuk
menghilangkan sisa darah dan kotoran dengan cara :
menyikat dengan perlahan, searah dan berulang-ulang di
bawah air mengalir sampai sisa darah dan kotoran bersih di
semua permukaan
b. Membuka engsel, gunting dan klem dengan cara memutar
skrup secara perlahan ke kiri sampai terlepas. Menyikat
dengan seksama terutama pada bagian sambungan dan sudut
peralatan dengan cara : menyikat dengan perlahan, searah
dan berulang-ulang di bawah ini mengalir sampai tidak
tampak noda darah atau kotoran.
c. Memastikan sudah tidak ada sisa darah dan kotoran yang
tertinggal pada peralatan dengan cara melihat dengan
membolak balik di bawah penerangan yang cukup terang.
d. Mengulangi prosedur diatas setiap benda sedikitnya tiga kali
( atau lebih bila perlu ) dengan air dan sabun atau detergen.
e. Membilas benda-benda tersebut dengan air bersih dengan
cara :
 Mengambil satu persatu alkes dan peralatan
laboratorium.
 Membilas satu persatu di bawah air mengalir
4. Mengulangi prosedur tersebut untuk benda-benda lain. Jika
peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi
(misalkan dalam larutan klorin 0,5%) tempatkan peralatan dalam
wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum mulai proses
(DTT) dengan cara :
 Menyiapkan baki yang bersih dan kering
 Ambil alat satu-persatu sesuai dengan jenisnya ( mis :
tabung reaksi dengan tabung reaksi, beaker glass dengan
beaker glass).
5. Peralatan yang akan di desinfeksi tingkat tinggi dengan cara di
sterilisasi di dalam autoclave / oven panas kering, dikeringkan
dulu sebelum proses sterilisasi dimulai.
6. Selagi masih menggunakan sarung tangan, cuci sarung tangan
dengan air dan sabun, kemudian bilas dengan seksama
menggunakan air bersih dengan cara :
 Meletakan tangan yang masih bersarung tangan di bawah
air mengalir.
 Mengambil sabun
 Menggosokkan kedua tangan dengan sabun sampai
bersih.
 Melepas sarung tangan (lihat SOP memasang dan
melepas handscoen).
TATA LAKSANA STERILISASI
No. Dokumen No. Revisi Hal

RUMAH SAKIT 041/PPI/VI/2015 C 3/4


BUNDA
PALEMBANG

7. Menggantung sarung tangan dan dibiarkan kering dengan


cara diangin-anginkan dengan cara :
8. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir (lihat
SOP mencuci tangan).

3. Desinfeksi Tingkat Tinggi / Steriliasi


AUTOCLAVE
a. Menuangkan air suling secukupnya ke dalam autoclave.
b. Menuang air suling sampai batas tertentu ke dalam
autoclave.
c. Menata tabung reaksi atau peralatan gelas lain di dalam
wadah alumnium bagian dalam sedemikian rupa hingga
tersedia ruangan untuk bergeraknya uap air secara bebas
diantara alat-alat selama steriliasi. Letakkan wadah ke
dalam autoclave dengan cara : tabung reaksi diambil satu
- persatu dengan korentang, kemudian disusun di dalam
wadah alumunium yang sudah terdapat di dalam
autoclave dengan jarak minimal 0,5 cm dengan alat yang
lain.
d. Meletakkan tutup sterilisator pada tubuh sterilisator dan
meletakkan baut-baut penahan ke atas tempat yang sesuai
dengan tutup sterilisator, kemudian kencangkan masing-
masing murnya secara bersama pada tempat yang
beralawan dengan cara : memutar baut pada sudut yang
bersilangan dan diputar kearah kanan, baru pada dua baut
pada sisi sebelahnnya kearah kanan sampai erat dan tidak
bisa diputar lagi.
e. Membuka pengatur klep pengaman, dalam keadaan
terbuka penahan tersebut letaknya lurus. Pasang
pemanasnya. Uap yang terbentuk pada dasar sterilisator
akan mengalir ke atas di seputar wadah bagian dalam dan
kemudian ke bawa diantara labu-labu dan tabung-tabung
ke dasar wadah, memaksa keluarnya udara dari dasar ke
atas melalui tabung pengeluran fleksibel dan klep
pengaman.
f. Bila uap air mulai keluar dengan deras (menimbulkan
bunyi mendesis) tutuplah klep pengaman dengan cara
mendorong pengaturannya ke bawah sehingga posisinya
mendatar. Tekanan di dalam sterilisator akan naik dan
dapat dibawa pada alat pengukur tekanan.
g. Mempertahankan tekanan pada suhu 121ºC. Dengan cara
mengurangi pemanasan seperlunya untuk
mempertahankan

TATA LAKSANA STERILISASI


No. Dokumen No. Revisi Hal

RUMAH SAKIT 041/PPI/VI/2015 C 4/4


BUNDA
PALEMBANG

Tekanan tersebut dengan cara : mengecek tekanan dan


suhu pada alat penunjuk suhu dan tekanan.
h. Menyeterilkan media dan peralatan dengan cara
mempertahankan tekanan 1 atm selama 15-20 menit
dengan cara : membiarkan alat bekerja selama 15-20
menit sambil terus diawasi pada tekanan 1 atm.
i. Mengawasi tekanan selama proses steriliasi dengan cara :
mengawasi angka yang tertera pada penunjuk tekanan.
j. Mematikan pemanasan dan tunggulah sampai tekanan
kembali no. Dengan cara : mematikan alat dengan cara
mencabut steker listrik dan mendiamkannya selama 15
menit sambil dibuka penutupnya
k. Bila alat penunjuk tekanan sudah mencapai nol dan suhu
telah turun sampai jauh di bawah 100ºC, bukalah
pengatur klep pengaman dengan cara meluruskannya
untuk mengeluarkan sisa uap yang tertinggal di dalam.
Kendurkan mur, lepaskan baut-bautnya dan angkat
tutupnya.
l. Membuang air yang tersisa di dalam sterilisator dan
keringkan baik-baik semua bagiannya dengan cara :
menunggu sampai alatnya dingin kemudian
membersihkan air yang tersisa sebanyak kurang lebih 1
cm dengan lap yang bersih sampai kering.

Catatan
Memberi label pada peralatan yang sudah steril dengan
mencantumkan nama, jenis peralatan, tanggal, jam disterilkan
dan tanggal kadaluarsa
INSTALASI Sterilisasi sentral
TERKAIT
10. RUANGAN YANG TERKAIT DENGAN CSSD RSU BUNDA

No. Hasil Temuan Gambar


1. Loket penyerahan instrumen/ alat- alat
kotor lalu direndam klorin dan air
dengan perbandingan 1 makan sendok
kaporit berbanding 1 liter air(sesuai
SOP) selama 10 menit, lalu diletakkan di
ruang dekontaminasi.

2. Ruang dekontaminasi yaitu ruang untuk


mencuci dan membilas serta merendam
alat.
Setelah dicuci(disikat) dengan deterjen
sampai bersih lalu dibilas dengan air
mengalir sampai bersih lalu direndam
dengan cairan kimia yaitu alkazid(yang
di ember biru di atas meja untuk
perendaman berbahan karet atau plastik)
serta alkazim (yang di ember hijau di
bawah meja untuk perendaman berbahan
keras seperti gunting jahitan, pinset
dsb.) perendaman dilakukan selama 15
menit.
3. Tempat pengeringan alat (dikeringkan
sampai benar- benar kering) lalu
dikemas
4. Mesin pengemas alat lalu disterilkan di
autoclave

5. Tempat pensterilan alat- alat yang


berbahan keras(alat- alat sc, alat- alat
partus, alat- alat kuretase, alat- alat ganti
verban, alat- alat hecting, alat- alat
circumsisi, alat- alat bedah lainnya, dsb),
linen (jas OK, duk bolong besar, duk
biasa, duk bolong kecil), dan alat yang
dari bahan karet (selang suction) bukan
untuk bahan plastik karena akan
merusak alat (sumber informasi:
petugas) pensterilan dilakukan selama 1
jam setengah. 15 menit pendinginan lalu
setelah alat dingin letakkan di lemari
steril.

6. Alat- alat diletakkan di lemari steril, bisa


bertahan selama 7 hari selama tetap
terjaga kesterilannya.
Sedangkan untuk pencucian linen di ruang laundry:

No. Hasil Temuan Gambar


1. Kain diambil petugas laundry di
ruang linen kotor, yang berwarna
merah bata untuk kain kotor yang
ada darah, sedangkan yang biru
untuk yang tidak terkena darah
2. Petugas laundry linen harus
memakai APD (topi, masker,
celemek, sarung tangan, sepatu
boots)

3. Terdapat 5 bak
Bak pertama untuk merendam
kain yang terkena darah direndam
klorin 15 menit, klorin 300 ml air
sebanyak bak kurang 5 jari,
sedangkan yang tidak terkena
darah langsung dimesin cuci
memakai deterjen

Bak kedua untuk pembilasan dari


klorin, lalu dicuci di mesin cuci
menggunakan deterjen

Bak ketiga untuk membilas yang


kain yang infeksi

Bak keempat untuk membilas kain


yang infeksi untuk yang kedua
kalinya

Bak kelima untuk membilas kain Mesin cuci untuk kain bernoda darah
yang noninfeksi

Mesin cuci untuk kain yang tidak terkena


darah
4. Setelah Kain dikeringkan kain
disetrika lalu di simpan di lemari
kemudian di distribusikan ke
ruangan masing- masing oleh
petugas laundry memakai
keranjang khusus.
Dan tahap terakhir di sterilkan
menggunakan autoclave di ruang
CSSD.
11. SUASANA RUANGAN CSSD RSU BUNDA

No. Hasil temuan Gambar


1. Tampak luar ruang CSSD area steril

2. Pintu pertama pintu keluar

3. Pintu Kedua
4. Suasana ruangan letak autoclave

5. Pintu ketiga dan keempat di dalam ruang


CSSD

6. Pintu masuk
12. LANGKAH PENGGGUNAAN AUTOCLAVE

Gambar:
Persiapan alat:
1. Pastikan arus listrik (NCB) sudah ON
2. Pastikan level air ½ (lihat indikator lever air) dalam autoclave
3. Pastikan level air ½ (penampungan aliran air di depan dan di belakang)
4. Pastikan electricity boiler sudah ON
Menghidupkan Alat:
1.Tekan tombol poer ON
2. Gezer Onlock pintu dibuka
3. Pastikan level air ½ (lihat indikator level air)dalam autoclave
4. Masukkan instrumen yang akan di steril
5. Tutup pintu dan pastikan pintu tertutup dengan baik (lock)
5. Posisi monitor ST- By
6. Tekan tombol power ON
7. Tekan mode
8. Tekan (Set/ ENT)

 Suhu derajat celcius


 Min/ waktu
9. Tekan START

 Heatg
 Steril (buka tombol/ putaran close)
 Cool
 Warm- Comp (Alarm bunyi)
Tekan Tombol Stop:
1. Geser onlock
2. Buka pintu (diamkan alat / instumen selama 15 menit sampai mengering)
3. Keluarkan alat/ instrumen yang sudah mengering
Mematikan Alat:
1. Pastikan pintu dalam keadaan tertutp dengan baik (Lock)
2. Tekan tombol off
Catatan: Air harus aqua (sumber informasi: petugas CSSD)
E. KESIMPULAN
Setelah dilakukan observasi di ruang CSSD di Rumah Sakit Bunda Palembang maka
didapatkan bahwa petugas CSSD dan pihak yang berkaitan telah melakukan penerapan
implementasi peraturan tentang sterilisasi dengan baik. Namun masih terdapat hal- hal
sederhana yang masih terlupakan, sehingga hal seperti ini dapat menjadi potensi bahaya
infeksi. Sehingga perlu dilakukan perhatian khusus terhadap hal- hal sederhana.

F. REKOMENDASI
1. Perlunya perhatian terhadap hal- hal yang kecil dengan implementasi cara pensterilan
sesuai prosedur secara keseluruhan agar menghindari potensi terjadinya infeksi.
2. Memakai Alat pelindung diri sesuai prosedur untuk petugas yang sedang bekerja demi
keselamatan bersama.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai