Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Totok Gunawan (2004) geografi pada dasarnya merupakan
kajian mengenai geosfera serta komponen-komponennya secara terpadu,
holistik dan sistematis dalam konteks keruangan, lingkungan serta kompleks
wilayah untuk kepentingan negara, peradaban manusia dan ilmu pengetahuan
atau pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan. Dalam pengertian
itu beberapa aspek yang esensial, yaitu adanya hubungan timbal balik antara
unsur alam dan manusia (reciprocal), hubungan dapat bersifat interelatif,
interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya,dan cara memadang
hubungan itu bersifat keruangan. Melalui pendekatan ekologikal, geografi tak
terlepas dari masalah lingkungan alam, khususnya hubungan antara
pertumbuhan penduduk, konsumsi sumberdaya, dan peningkatan intensitas
masalah akibat ekploitasi sumberdaya yang berlebihan.
Energi yang merupakan tenaga penggerak industri dan juga kehidupan
manusia semakin lama semakin banyak dibutuhkan. Sumber energi yang
berasal dari fosil seperti minyak atau batu bara semakin menipis
persediaannya terutama setelah terjadi krisis minyak dunia pada tahun 1973.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak gunungapi aktif
dan sumber-sumber air panas yang menunjukkan adanya air panas pada
kedalaman yang dangkal dibawah permukaan bumi. Indonesia dinilai
memiliki prospek tinggi dalam bidang pengembangan panasbumi untuk
karena dari letak tektoniknya memungkinkan adanya aktivitas panas
permukaan. Sebanyak 252 lokasi panasbumi di Indonesia membentang dari
Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, sampai dengan Maluku. Dengan
total potensi sekitar 27 GWe, Indonesia merupakan negara dengan potensi
panasbumi terbesar di dunia. Sumber energi yang besar ini belum mampu
dioptimalkan oleh Indonesia karena keterbatasan dalam data penyelidikan
awal atau dikenal dengan survei pendahuluan penentuan lokasi panasbumi.

1
Pemanfaatan energi panasbumi sebagai energi alternatif utama
memiliki keuntungan yang cukup besar yaitu tidak menimbulkan pencemaran
udara. Kapasitas suatu pusat listrik tenaga panasbumi lebih mudah
ditingkatkan sesuai dengan permintaan sampai tingkat tertentu secara
kontinyu. Peningkatan tersebut dapat dicapai dengan menambah sumur.
Menurut Solia dkk (1976), dipandang dari sudut geologi sumber panas bumi
yang paling prospek terdapat pada daerah aktivitas vulkanik resen antara lain
daerah pengangkatan kwarter atau daerah kwarter, juga daerah amblesan
tersier. Saat ini eksplorasi panasbumi mulai digalakkan oleh Kementrian
Energi dan Sumberdaya Mineral untuk memenuhi kebutuhan pasokan energi
listrik merata diberbagai daerah di seluruh Indonesia. Sebagai energi yang
terbarukan dan ramah lingkungan, potensi energi panasbumi yang besar ini
perlu ditingkatkan kontribusinya untuk memenuhi kebutuhan pasokan energi
domestik yang akan dapat mngurangi ketergantungan Indonesia terhadap
sumber energi fosil yang semakin menipis setiap tahun.
Dengan adanya UU No. 27 Tahun 2003 Tentang Panasbumi
diharapkan akan memberikan kepastian hukum dalam pengembangan
panasbumi di Indonesia. Untuk mempercepat investasi di bidang panasbumi
perlu disiapkan informasi mengenai Wilayah Kerja Pertambangan (WKP)
panasbumi yang dapat dikembangkan. Selain 33 WKP yang telah ditetapkan,
sebanyak 28 peta saran WKP panasbumi telah dibuat dengan total potensi
sekitar 13.000 Megawatt Electrical (Mwe). Potensi yang cukup besar ini
diharapkan mampu memenuhi target pengambangan panasbumi untuk
membangkitkan energi listrik sebesar 6.000Mwe di tahun 2020. Masalah yang
muncul sekarang adalah bagaimana cara menentukan sumber panasbumi
secara tepat dari tiap-tiap WKP dan peta rujukan yang telah
dibuatmampumempermudah untuk menentukan lokasi pemborannya dan hasil
yang didapatkan lebih maksimal. Sampai saat ini dalam survei pendahuluan
untuk eksplorasi panasbumi masih menggunakan foto udara inframerah
sebagai sumber data utamanya.

2
Eksplorasi panasbumi didasarkan pada kajian-kajian ilmu kebumian.
Kajian tersebut meliputi geologi, geofisika, dan geokimia. Kajian geologi
ditekankan pada sistem vulkanisme, manifestasi panasbumi, struktur geologi,
jenis batuan dan tipe alterasi batuan dalam kaitannya dengan sistem
panasbumi. Data penginderaan jauh untuk keperluan eksplorasi panasbumi
sangat membantu dalam melakukan analisa kenampakan objek-objek geologi
permukaan berupa struktur geologi, identifikasi batuan, sistem volkanisme,
manifestasi panasbumi berupa fumarol, kolam lumpur panas, mata air panas,
serta pendeteksian anomali panas.
Potensi panasbumi ini, baik secara kuantitatif maupun kualitatif perlu
dikaji lebih mendalam lagi, sehingga konsep stock yang berorientasi pada
stabilitas ketersediaan dan keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam dapat
lebih menonjol dibandingkan dengan konsep flow yang berorientasi pada
peningkatan hasil produk. Secara kuantitatif, analisis potensi sumberdaya
panasbumi ini dapat dikaji melalui pemanfaatan teknologi penginderaan jauh.
Dimungkinkannya penggunaan teknologi penginderaan jauh ini adalah
dikarenakan data penginderaan jauh yang berupa citra penginderaan jauh
menggambarkan obyek, daerah dan gejala di permukaan dengan wujud dan
letak obyek mirip dengan wujud dan letaknya di permukaan bumi, relatif
lengkap, liputan daerah luas dan permanen (Sutanto, 1986)
Data penginderaan jauh diperoleh dengan penginderaan jauh dari udara
maupun ruang angkasa atau sistem satelit. Penginderaan jauh sitem satelit
mempunyai beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan penginderaan jauh
sistem fotografi. Kelebihannya antara lain adalah luas liputan dan
pengulangan rekaman daerah yang sama dilakukan dalam waktu yang relatif
singkat. Citra Landsat TM dengan resolusi spasial 30 meter dan 7 saluran
spektralnya menarik untuk dikaji kemampuannya dalam memonitor adanya
kegiatan panasbumi. Penelitian panasbumi menggunakan bantuan citra satelit
belum banyak ditemui, padahal data tersebut tersedia cukup banyak dan tidak
memakan waktu serta banyak biaya apabila dibandingkan dengan survei
lapangan secara berkala untuk melakukan pemeriksaan daerah panasbumi.

3
Potensi panasbumi Ngebel terletak di Gunung Wilis Kabupaten
Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Survei pendahuluan telah dilaksanakan oleh
PT Pertamina (Persero) dengan beberapa kegiatan penyelidikan diantaranya
analisa geologi, analisa geokimia, dan analisa geofisika. Ngebel dipilih
sebagai daerah penelitian karena belum banyak kegiatan eksplorasi di Jawa
Timur mengingat potensi panasbumi terbesar di Indonesia terletak di Provinsi
Jawa Barat.Kondisi lingkungan di Ngebel berupa endapan vulkanik Gunung
Wilis, untuk saat ini nilai potensi terduga sementara dari lebih pengkajian
Pertamina Geothermal Energy dan Keputusan Mentri ESDM untuk potensi
dari panasbumi Ngebel sebesar 120 Mwe. Potensi ini dapat dimanfaatkan
langsung ataupun untuk membangkitkan tenaga listrik. Potensi panas bumi
Ngebel masuk dalam wilayah kerja panasbumi Jawa Timur. Hal ini berarti
bahwa panasbumi yang akan dibangun di Ngebel diprioritaskan untuk wilayah
panasbumi di Jawa Timur. Dari uraian tersebut, untuk mengetahui sebaran
panasbumi didaerah Ngebel dan sekitarnya dapat dilakukan dengan aplikasi
penginderaan jauh sistem termal melalui sensor termal pada citra Landsat.

1.2 Perumusan Masalah


Metode ekstraksi informasi tentang suhu permukaan daratan banyak
dilakukan dan diaplikasikan untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Dalam
geografi biasanya dilakukan untuk penelitian murni dalam bidang
penginderaan jauh maupun integrasi dengan Sistem Informasi Geografis untuk
mengetahui anomali panas yang terjadi di permukaan bumi. Kajian panasbumi
menggunakan citra Landsat masih belum banyak digunakan. Sebagian besar
survei pendahuluan dalam eksplorasi panasbumi masih menggunakan
pendekatan terestris dalam menentukan daerah yang berpotensi panasbumi.
Dalam penelitian panasbumi, citra Landsatmelalui 7 saluran dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui kenampakan obyek-obyek geologi
permukaan serta mengidentifikasi adanya manifestasi panasbumi. Dengan
memperhatikan latar belakang penelitian, maka perumusan masalah yang
berhasil dirumuskan adalah sejauh mana kemampuan citra Landsat TM dalam

4
mengidentifikasi adanya indikasi panasbumi di Ngebel dan bagaimanakah
bentuk dari kenampakan obyek-obyek geologi permukaan pada pengolahan
citra Landsat TM terkait dengan sistem panasbumi.

1.3 Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan uraian sebelumnya dari rumusan masalah, maka
didapatkan beberapa pertanyaan penelitian yang akan dijawab dari hasil
penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimanakah kemampuan saluran termal pada citra Landsat TM dalam
menyajikan informasi suhu permukaan terkait dengan indikasi adanya
panasbumi di Ngebel?
Untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut, maka
penelitian ini dilakukan dengan menganalisis sebaran panasbumi. Berdasarkan
latar belakang dan permasalahan yang ada, maka penelitian ini mengambil
judul;

“PENGINDERAAN JAUH SISTEM TERMAL UNTUK MENGETAHUI


SEBARAN PANASBUMI DI NGEBEL, KABUPATEN PONOROGO,
PROVINSI JAWA TIMUR”

1.4 Tujuan Penelitian


a. Mengetahui kemampuan saluran termal pada citra Landsat TM dalam
mengidentifikasi sebaran panasbumi sebagai indikasi adanya kegiatan
panasbumi di Ngebel.

5
1.5 Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah;
1. Penginderaan jauh dapat dimanfaatkan dalam penyelidikan potensi
panasbumi sehingga kegiatan penyelidikan panasbumi dapat
direncanakan dan dikaji lebih jauh lagi tanpa mengabaikan stabilitas
ketersediaan dan keberlanjutan pemanfaatan kandungan panas yang ada
pada kawasan tersebut.
2. Dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan untuk
menentukan kebijakan pada penelitian dan pengembangan daerah
potensi panasbumi selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai