Anda di halaman 1dari 9

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa keterbatasan

yaitu diataranya peneliti hanya menggunakan lembar kuesioner untuk

mendapatkan data pada semua variabel penelitian yaitu perilaku caring dan

kepuasan pasien dinilai hanya berdasarkan apa yang dirasakan pasien saat itu

dan ada perbedaan persepsi antara pasien dan peneliti. Saat pengumpulan data

peneliti juga mengalami kendala yaitu pasien yang kurang aktif dalam

memberikan jawaban.

5.2 Pembahasan Analisa Univariat

5.2.1 Distribusi Gambaran Perilaku Caring Pada Responden di Rawat Inap

VIP RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2018

Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat

memiliki perilaku caring yang kurang baik yaitu 22 (44%) responden.

Dilihat dari kuesioner perilaku caring perawat ada 26 responden

mengatakan bahwa perawat jarang menyebutkan namanya ketika

melakukan tindakan, ada 25 responden mengatakan perawat selalu

memanggil nama pasien dengan benar. 30 responden mengatakan perawat

kadang-kadang memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit

pasien. 28 responden mengatakan perawat kadang-kadang menanyakan

51
52

kembali apakah yang pasien butuhkan sudah terpenuhi sebelum

meninggalkan pasien, dan 26 responden mengatakan perawat jarang

menjaga privasi pasien.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Abdul (2013) yang menunjukkan hasil 81,3% responden mempunyai

persepsi bahwa perawat mempunyai perilaku caring yang baik.

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada,

menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan

cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan. (Potter, &

Perry, 2009).

Caring merupakan bentuk kepedulian perawat terhadap pasien,

caring juga dapat didefinisikan sebagai memberikan perhatian atau

penghargaan terhadap manusia, yang tidak mampu memenuhi

kebutuhannya (Leinberg, 1990 dalam Nursalam 2011).

Perilaku yang ditampilkan oleh perawat adalah dengan

memberikan rasa nyaman, perhatian, kasih saying, peduli, pemeliharaan

kesehatan, memberi dorongan, empati, cinta, percaya melindungi,

kehadiran, mendukung, member sentuhan dan siap membantu serta

mengunjungi pasien (Watson, 2007).

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa perilaku caring perawat

baik sebanyak 28 (56%) dikarenakan baiknya hubungan interpersonal

antara perawat dan pasien, dan karena jumlah pasien yang tidak banyak
53

dan tenaga perawat yang seimbang maka terjalinlah hubungan baik antara

perawat dan pasien.

5.2.2 Distribusi Gambaran Kepuasan Pasien Pada Responden di Rawat Inap

VIP RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2018

Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil pasien

yang mengatakan kurang puas yaitu sebayak 22 (44%) responden.

Dilihat dari kuesioner kepuasan pasien, ada 32 responden

mengatakan kurang puas pada poin perawat menyediakan waktu khusus

untuk membantu pasien berjalan, BAB/BAK ganti posisi tidur dll. Dan ada

25 responden mengatakan kurang puas pada poin perawat membantu

memperoleh obat. 28 responden mengatakan kurang puas pada poin

perawat memberitahu dengan jelas tentang hal-hal yang dilarang dalam

perawatan anda.

Hasil dari penelitian tidak sejalan dengan penelitian wahda

Anggraini (2010) sebanyak 57,3% responden menyatakan ketidakpuasan.

Menurut Tjiptono (2008), kepuasan pelanggan adalah respons

pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara

harapan sebelumnya dan kinerja actual produk yang dirasakan antara

harapan sebelumnya dan kinerja actual produk yang dirasakan setelah

pemakaiannya. Untuk menciptakan kepuasan pasien perlu dibina

hubungan yang baik antara karyawan dengan pelanggan.


54

Menurut Muninjaya (2009), tujuan utama melakukan analisis

kepuasan pasien selaku pengguna jasa pelayanan kesehatan atau sebagai

pelanggan Rumah Sakit/Puskesmas adalah untuk mengetahui sejauh mana

tingkat kepuasan mereka dan menghitung indeks digunakan oleh pihak

manajemen Rumah Sakit/Puskesmas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien

sebanyak 28 (56%) dikarenakan dari poin item kuesioner yang peneliti

berikan hanya sebagian yang tidak dilakukan atau jarang dilakukan oleh

perawat ruangan tersebut.

5.3 Pembahasan Analisa Bivariat

5.3.1 Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien

Di Ruang Rawat Inap VIP RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2018.

Hasil analisis Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat

Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap VIP RSUD Raden Mattaher

Jambi Tahun 2018 bahwa dari 50 Responden, sebanyak 14 (63,3)

responden dengan perilaku Caring kurang baik dengan kategori tidak puas

dan sebanyak 8 (21,4%) responden dengan perilaku Caring tidak puas.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p-value 0.006<0,05) Hasil uji statistik

ini menunjukkan bahwa ada Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan

Tingkat Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap VIP RSUD Raden

Mattaher Jambi Tahun 2018.


55

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Harniah & Ilkafah (2017) yang melakukan penelitian dengan judul

“Perilaku Caring Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap

private Care Centre Rsup Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar”

didapatkan hasil dari 40 responden, sebanyak 33 responden (82,5%)

dengan Perilaku Caring baik dan sebanyak 30 responden (75%) dengan

kepuasan kategori puas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmawan (2015) mengenai

hubungan perilaku caring perawat terhadap tingkat kepuasan pasien maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku

caring perawat dengan kepuasan pasien. Pada hasil analisis hubungan

perilaku caring perawat terhadap tingkat kepuasan pasien menunjukkan

bahwa yang tidak berperilaku caring sebanyak 61 responden yaitu 49

orang menyatakan tidak puas (38,9%) dan yang menyatakan puas

sebanyak 12 orang (9,5%), sedangkan yang berperilaku caring sebanyak

65 responden yaitu 25 orang menyatakan tidak puas (19,8%) dan yang

menyatakan puas sebanyak 40 orang (31,7%).

Perilaku caring adalah suatu tindakan yang didasari oleh

kepedulian, kasih sayang, keterampilan, empati, tanggung jawab,

sensitive, dan dukungan. Perilaku ini berfungsi untuk memperbaiki atau

meningkatkan kondisi dan cara hidup manusia yang menekankan pada

aktivitas yang sehat dan memampukan individu serta kelompok

berdasarkan budaya (Watson, 1979 dalam Potter Perry, 2009).


56

Perilaku caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari

bentuk kinerja perawat dalam merawat pasien. Sikap caring adalah

kecenderungan perawat untuk berperilaku caring terhadap pasien,

sedangkan perilaku caring adalah tindakan nyata seorang perawat dalam

menampilkan nilai-nilai curing. Caring memberikan arahan dan motivasi

kepada perawat untuk peduli dan membantu klien. Perilaku caring tidak

tumbuh dengan sendirinya di dalam diri seseorang, tetapi merupakan hasil

dari budaya, nilai-nilai, pengalaman dan hubungan individu dengan orang

lain (Potter & Perry, 2010). Untuk membangun perilaku caring perawat

dibutuhkan peningkatan pengetahuan perawat tentang manusia, aspek

tumbuh kembang, respon terhadap lingkungan yang terus berubah,

keterbatasan dan kekuatan serta kebutuhan dasar manusia. Sikap dan

perilaku caring perawat terhadap setiap orang berbeda-beda (Leininger,

1988 dalam Potter & Perry, 2010), sesuai dengan kebutuhan, masalah dan

nilai-nilai yang dianut oleh klien. Sehingga dalam menerapkan perilaku

caring harus memperhatikan askep nilai dan budaya. Perilaku caring

seseorang perawat dapat ditunjukan melalui sikap perawat selama

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Keterampilan dalam

tindakan, sopam, sentuhan, member harapan, dan selalu siap untuk pasien

merupakan sikap perawat yang menunjukan perilaku caring. Sikap

perawat yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan,

mendengarkan dan memahami klien. Perawat melakukan caring dengan


57

menggunakan pendekatan pelayanan dalam setiap pertemuan dengan

klien.

Menurut Tjiptono (2008), kepuasan pelanggan adalah respons

pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara

harapan sebelumnya dan kinerja actual produk yang dirasakan antara

harapan sebelumnya dan kinerja actual produk yang dirasakan setelah

pemakaiannya. Untuk menciptakan kepuasan pasien perlu dibina

hubungan yang baik antara karyawan dengan pelanggan.

Menurut Pohan (2012), pasien baru akan merasa puas apabila

kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi

harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien

akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya itu

tidak sesuai dengan harapannya. Berdasarkan apa yang disebutkan diatas,

kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai

akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien

membandingkannya dengan apa yang diharapkannya.

Kepuasan pasien sangat tergantung dari sikap caring perawat.

Semakin baik sikap caring perawat kepada pasien maka pasien akan

semakin percaya dengan perawat dan akan mengikis anggapan tentang

perawat yang hanya membantu tugas dokter. Selain pasien semakin

merasa puas dengan pelayanan yang diberikan, dengan caring pasien akan

semakin mempersingkat lama rawat pasien. Rumah sakit perlu


58

menanamkan sikap caring kepada perawat dan selalu mengadakan

pelatihan tentang sikap caring.

Menurut Muninjaya (2009), Apabila kepuasan pasien tercapai akan

dapat memberikan beberapa manfaat yaitu Hubungan antara Rumah Sakit

dan pelanggan menjadi harmonis sehingga pelanggan melakuakan

pembelian ulang dan mendorong tercapainya loyalitas pelanggan. Reputasi

Rumah Sakit menjadi baik dimata pelanggan. Membentuk suatu

rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan Rumah Sakit.

Laba Rumah Sakit semakin meningkat.

Sikap perilaku caring perawat harus diperhatikan dalam

memberikan pelayan kesehatan karena perawat merupakan garda terdepan

dari rumah sakit, jika perawat memberikan perilaku yang tidak ramah

kepada pasien, maka akan sangat berdampak pada kepuasan pasien, jika

pasien merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat

maka akan berdampak pada kualitas pelayanan rumah sakit. Dilihat dari

kuesioner perilaku caring perawat yaitu sebanyak 46 dari 50 responden

mengatakan perawat sering menunjukkan sikap penuh sabar dalam

menghadapi keluhan pasien dan perawat memperlakukan pasien/keluarga

dengan sopan dan jika dilihat dari kuesioner kepuasan pasien yaitu

sebanyak 41 dari 50 responden mengatakan perawat mampu menangani

masalah perawatan dengan tepat dan professional. Jadi, semakin tinggi

tingkat kepuasan pasien maka semakin baik kualoitas pelayann yang


59

diberikan oleh perawat dan semakin berdampak positif pula bagi rumah

Sakit Raden Mattaher Jambi.

Anda mungkin juga menyukai