Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN MANAJEMEN APRIL 2019

POSBINDU PTM PUSKESMAS BIROMARU

DISUSUN OLEH:

NAMA : SAKINAH. TANDJUMBULU

STAMBUK : N 111 17 045

PEMBIMBING : drg. Elli Yane B., M.Kes

dr. Nurul Eksan

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian
secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang
terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua
pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular. PTM juga membunuh
penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat
ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada
orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM,
sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi
penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun,
penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti kanker
(27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan
PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4%
kematian disebabkan diabetes.1
Dalam kurun waktu tahun 1995-2007, kematian akibat PTM
mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit Stroke 12,1 per 1000,
Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal Jantung 0,3%, Diabetes Melitus
6,9%, Gagal Ginjal 0,2%, Kanker 1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik
Obstruktif 3,7% dan Cidera 8,2%.2,3
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang
serius dalam pembangunan karena mengancam pertumbuhan ekonomi
nasional. Untuk itu dikembangkan model pengendalian PTM berbasis
masyarakat melalui Posbindu PTM. Posbindu PTM merupakan bentuk
peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara
mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat
dipadukan dengan upaya yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui

2
Posbindu PTM, dapat sesegeranya dilakukan pencegahan faktor risiko PTM
sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan. 4
Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal, maka puskesmas
harus melaksanakan manajemen dengan baik. Manajemen puskesmas
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan
dan pertanggungjawaban. Maka dari itu, penting untuk membahas mengenai
manajemen posbindu PTM yang terdapat pada Puskesmas Biromaru
berdasarkan masalah tingkat prevalensi penyakit tidak menular di wilayah
kerja Puskesmas Biromaru. 1

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan manajemen ini antara lain;
1. Sebagai bahan pembelajaran dalam manajemen pengelolaan
Puskesmas.
2. Sebagai syarat penyelesaian tugas di bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
3. Sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan program Posbindu PTM di
Puskesmas Biromaru.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Puskesmas Biromaru


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Pusat Kesehatan
Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Tujuan pembangunan kesehatan
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yang dilakukan
secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. 4
Puskesmas Biromaru adalah salah satu Puskesmas yang ada di
wilayah Kabupaten Sigi, terletak di desa Mpanau Kecamatan Sigi
Biromaru, mempunyai luas wilayah kerja ± 289,60 km2, yang terdiri dari 17
Desa dan 1 UPT Lembah Palu dengan batas- batas wilayah sebagai berikut :
 Sebelah utara : Kecamatan Palu Selatan
 Sebelah Selatan : Kecamatan Tanambulava
 Sebelah Timur : Kecamatan Palolo
 Sebelah Barat : Kecamatan Dolo

Berdasarkan elevasi, wilayah kerja Puskesmas Biromaru/ Kecamatan


Sigi Biromaru pada umumnya terletak di daerah dataran (65%), Perbukitan
(25%), Pegunungan (10%) dan terletak pada ketinggian 22-257 meter diatas
permukaan laut; (Kecamatan Sigi Biromaru dalam angka 2017).

4
Berdasarkan data BPS Kabupaten Sigi, jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Biromaru pada akhir tahun 2017 sebesar
44,734 jiwa. Jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk
pada periode sebelumnya, maka terlihat adanya peningkatan laju
pertumbuhan. Kecenderungan peningkatan tersebut dimungkinkan
antara lain oleh karena makin meningkatnya tingkat kelahiran atau
menurunnya tingkat kematian.

Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis


Kelamin Puskesmas Biromaru Tahun 2017

35,000
30,245
30,000

25,000

20,000
15,889
14,356
15,000 12,513

10,000
6,436 6,077
5,000 1,976
962 1,014
-
Laki - Laki Perempuan Puskesmas

0-14 thn 15-64 thn >65 thn

Sumber : BPS Kabupaten Sigi 2017

5
Distribusi Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk
Puskesmas Biromaru Tahun 2017
Jumlah Luas Wilayah Kepadatan
No D e s a
Penduduk ( km2) Penduduk
1. Mpanau 4.921 4.59 1072.11
2. Lolu 4.251 6.23 682.34
3. Jonooge 2.605 4.47 582.77
4. Loru 2.307 35.92 64.23
5. Pombewe 2.188 52.71 41.51
6. Ngatabaru 1.530 25.47 60.07
7. Watunonju 1.390 19.97 69.60
8. Bora 2.021 19.05 106.09
9. Sidera 2.034 7.52 306.38
10. Oloboju 962 28.68 33.54
11. Soulowe 936 3.02 309.93
12. Kalukubula 10.098 8.99 1.123.25
13. Maranatha 2.620 6.20 422.58
14. Bulupountujaya 897 28.27 31.73
15. Sidondo 1 2.972 21.57 137.78
16. Sidondo 2 763 4.33 176.21
17. Sidondo 3 1.174 4.73 248.20
18. Sidondo 4 795 7.88 100.89
Puskesmas 44.734 289,60 154

Sumber : BPS Kabupaten Sigi

Desentralisasi bidang kesehatan ditandai dengan kewenangan dan


tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Kabupaten/Kota.
Kebijakan ini memberi dampak sosial politik dan ekonomi yang besar serta
menimbulkan tantangan, peluang dan permasalahan tersendiri termasuk pada
mutu pelayanan kesehatan di masyarakat. Dimana Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mempunyai peran dalam pengembangan dan penetapan
standar pelayanan berdasarkan standar yang telah dikembangkan oleh
Propinsi atau Pusat. Standar yang telah ditetapkan tersebut sebagai pedoman
masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan program kesehatan. Sedangkan

6
standar yang bersifat non medis dikembangkan dan ditetapkan sendiri oleh
Puskesmas dengan bimbingan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang
disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan serta sumber daya yang tersedia
di masing-masing Puskesmas.

2.2 Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular


A. Definisi
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular atau disingkat
dengan POSBINDU PTM merupakan peran serta masyarakat dalam
melakukankegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM
utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor
risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi
minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik,
obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol sertamenindak
lanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling
kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker,
penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paruobstruktif
kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak
kekerasan.4

B. Tujuan
Terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor resiko PTM
berbasis peran serta masyarakat secara terpadu, rutin, dan periodic.4

C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
sasaran utama, sasaran antara, dan sasaran penunjang. Pendekatan
terhadap ketiga sasaran tersebut tidak dilakukan satu per satu berurutan
namun harus dilakukan secara terintegrasi atau bersama-sama.2

7
a. Sasaran Utama
Sasaran utama merupakan sasaran penerima langsung manfaat
pelayanan yang diberikan, yaitu masyarakat sehat, masyarakat
berisiko dan masyarakat dengan PTM berusia mulai dari 15 tahun
ke atas.
b. Sasaran Antara
Sasaran antara merupakan sasaran individu/ kelompok masyarakat
yang dapat berperan sebagai agen pengubah terhadap faktor risiko
PTM, dan lingkungan yang lebih kondusif untuk penerapan gaya
hidup sehat. Sasaran antara tersebut adalah petugas kesehatan baik
pemerintah maupun swasta, tokoh panutan masyarakat, anggota
organisasi masyarakat yang peduli PTM.
c. Sasaran Penunjang
Sasaran penunjang merupakan sasaran individu,
kelompok/organisasi/ lembaga masyarakat dan profesi, lembaga
pendidikan dan lembaga pemerintah yang berperan memberi
dukungan baik dukungan kebijakan, teknologi dan ilmu
pengetahuan, material maupun dana, untuk terlaksananya
Posbindu PTM dan keberlanjutannya. Mereka antara lain adalah
pimpinan daerah/ wilayah, Perusahaan, Lembaga Pendidikan,
Organisasi Profesi, dan Penyandang Dana.
D. Pelaku Kegiatan
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang
telah ada atau beberapa orang dari masing – masing kelompok/
organisasi/ lembaga/tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan
posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk
melakukan pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing kelompok
atau organisasinya. Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain
berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan
berkaitan dengan Posbindu PTM. 1

8
E. Pengelompokan Tipe Posbindu.
Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak
lanjut yang dapat dilakukan oleh Posbindu PTM, maka dapat dibagi
menjadi 2 kelompok Tipe Posbindu PTM, yaitu; 1
a. Posbindu PTM Dasar meliputi pelayanan deteksi dini faktor
risiko sederhana, yang dilakukan dengan wawancara terarah
melalui penggunaan instrumen untuk mengidentifikasi riwayat
penyakit tidak menular dalam keluarga dan yang telah diderita
sebelumnya, perilaku berisiko, potensi terjadinya cedera dan
kekerasan dalam rumah tangga, pengukuran berat badan, tinggi
badan, lingkar perut, Indeks massa tubuh (IMT), alat analisa
lemak tubuh, pengukuran tekanan darah, paru sederhana serta
penyuluhan mengenai pemeriksaan payudara sendiri pemeriksaan
uji fungsi paru sederhana serta penyuluhan mengenai
pemeriksaan payudara sendiri.
b. Posbindu PTM Utama yang meliputi pelayanan Posbindu PTM
Dasar ditambah pemeriksaan gula darah, kolesterol total dan
trigliserida, pemeriksaan klinis payudara, pemeriksaan IVA
(Inspeksi Visual Asam Asetat), pemeriksaan kadar alkohol
pernafasan dan tes amfetamin urin bagi kelompok pengemudi
umum, dengan pelaksana tenaga kesehatan terlatih (dokter, bidan,
perawat kesehatan/tenaga analis laboratorium/lainnya) di
desa/kelurahan, kelompok masyarakat, lembaga/institusi. Untuk
penyelenggaraan Posbindu PTM Utama dapat dipadukan dengan
Pos Kesehatan Desa atau Kelurahan siaga aktif, maupun di
kelompok masyarakat/lembaga/institusi yang tersedia tenaga
kesehatan tersebut sesuai dengan kompetensinya.

F. Standar Sarana Posbindu PTM


Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
Posbindu PTM adalah sebagai berikut:2

9
a) Untuk standar minimal lima set meja-kursi, pengukur tinggi badan,
timbangan berat badan, pita pengukur lingkar perut, dan tensimeter
serta buku pintar kader tentang cara pengukuran tinggi badan dan
berat badan, pengukuran lingkar perut, alat ukur analisa lemak
tubuh dan pengukuran tekanan darah dengan ukuran manset
dewasa dan anak, alat uji fungsi paru sederhana (peakflowmeter)
dan media bantu edukasi.
b) Sarana standar lengkap diperlukan alat ukur kadar gula darah, alat
ukur kadar kolesterol total dan trigliserida, alat ukur kadar
pernafasan alkohol, tes amfetamin urin kit, dan IVA kit.
c) Untuk kegiatan deteksi dini kanker leher rahim (IVA) dibutuhkan
ruangan khusus dan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
(Dokter ataupun Bidan di kelompok masyarakat/lembaga/institusi)
yang telah terlatih dan tersertifikasi.
d) Untuk pelaksanaan pencatatan hasil pelaksanaan Posbindu PTM
diperlukan kartu menuju sehat Faktor Risiko Penyakit Tidak
Menular (KMS FR-PTM) dan buku pencatatan.
e) Untuk mendukung kegiatan edukasi dan konseling diperlukan
media KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang memadai,
seperti serial buku pintar kader, lembar balik, leaflet, brosur, model
makanan (food model) dan lainnya.

10
Tabel 2.1 Standar Sarana Posbindu PTM. 1

G. Ketenagaan

Tenaga untuk kegiatan Posbindu lakukan oleh 5 orang kader


dengan di bantu oleh tenaga kesehatan dari puskesmas setempat.

No Tenaga Peranan

1 Koordinator Ketua dari perkumpulan dan


penanggungjawab kegiatan serta
berkoordinasi terhadap Puskesmas
dan para Pembina terkait di
wilayahnya.
2 Kader Penggerak Anggota perkumpulan yang aktif,
berpengaruh dan komunikatif
bertugas menggerakkan
masyarakat, sekaligus melakukan
wawancara dalam penggalian
informasi
3 Kader Pemantau Anggota Perkumpulan yang aktif
dan komunikatif bertugas
melakukan pengukuran faktor
risiko PTM

11
4 Kader Anggota perkumpulan yang aktif,
Konselor/Edukator komunikatif dan telah menjadi
panutan dalam penerapan gaya
hidup sehat, bertugas melakukan
konseling, edukasi, motivasi serta
menindaklanjuti rujukan dari
Puskesmas
5 Kader Pencatat Anggota perkumpulan yang aktif
dan komunikatif bertugas
melakukan pencatatan hasil
kegiatan Posbindu PTM dan
melaporkan kepada koordinator
Posbindu PTM.

Tabel 2.2 Peran dari tenaga kader kegiatan Posbindu PTM. 1

H. Pelaksanaan Kegiatan

Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan yang


disebut sistem 5 meja, namun dalam situasi kondisi tertentu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan
tersebut berupa pelayanan deteksi dini dan tindak lanjut sederhana
serta monitoring terhadap faktor risiko penyakit tidak menular,
termasuk rujukan ke Puskesmas. 1
Penyelenggaraan Posbindu PTM meliputi kegiatan wawancara,
pengukuran, pemeriksaan dan tindak lanjut. Wawancara dilakukan
untuk menelusuri faktor risiko perilaku seperti merokok, konsumsi
sayur dan buah, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stress.
Pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT),
lingkar perut, dan tekanan darah. Pemeriksaan faktor risiko PTM
seperti gula darah sewaktu, kolesterol total, trigliserida, pemeriksaan
klinik payudara, arus puncak ekspirasi, lesi pra kanker (Inspeksi
Visual asam asetat /IVA positif), kadar alkohol dalam darah, tes
amfetamin urin. Berdasarkan hasil wawancara, pengukuran dan
pemeriksaan dilakukan tindak lanjut berupa pembinaan secara terpadu

12
dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat tentang
cara mengendalikan faktor risiko PTM melalui penyuluhan/ dialog
interaktif secara massal dan atau konseling faktor risiko secara
terintegrasi pada individu dengan faktor risiko, sesuai dengan
kebutuhan masyarakat termasuk rujukan sistematis dalam sistem
pelayanan kesehatan paripurna. Dalam pelaksanaannya pada setiap
langkah secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut; 2

Gambar 2.1 Proses kegiatan Posbindu PTM. 1

13
BAB III

PEMBAHASAN

Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular atau disingkat dengan


POSBINDU PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan
deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM utama yang dilaksanakan secara
terpadu, rutin, dan periodik. Posbindu PTM merupakan salah satu upaya
kesehatan masyarakat (UKM) yang berorientasi kepada upaya promotif dan
preventif dalam pengendalian PTM dengan melibatkan masyarakat mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring-evaluasi. Masyarakat diperankan
sebagai sasaran kegiatan, target perubahan, agen pengubah sekaligus sebagai
sumber daya. Dalam pelaksanaan selanjutnya kegiatan Posbindu PTM menjadi
Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dimana kegiatan ini
diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan sumber daya, kemampuan, dan
kebutuhan masyarakat. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi
merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas
fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta
menindaklanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling
kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.1,2

3.1 Input
Adapun perangkat program Posbindu PTM yang terlaksana di Puskesmas
Biromaru mulai dari sumber daya manusia (man), pendanaan (money),
metode, material (logistik), dan distribusi disusun dalam tabel berikut ini:
INPUT KETERANGAN
Man Berjumlah 4 orang yang terdiri dari masing - masing 1
(satu) penanggung jawab dari program yang ada dalam
Posbindu PTM.
Money BOK (Bantuan Operasional Kesehatan)
Methode  Jadwal pelaksanaan minimal 1 kali dalam sebulan
berkoordinasi dengan lintas program dan lintas

14
sektor
 Penyelenggaraan Posbindu PTM meliputi kegiatan
wawancara, pengukuran, pemeriksaan, pengobatan
dan tindak lanjut.
 Posbindu PTM tidak dilaksanakan dengan 5
tahapan layanan
Material Peralatan deteksi dini dan monitoring meliputi alat ukur
lingkar perut, tinggi badan, berat badan, tensimeter digital,
alat ukur gula darah, bahan IVA
Media seperti leaflet/brosur, buku panduan, buku
pencatatan, alat tulis kantor dan kursi serta meja
Machine Akses ke lapangan dapat dijangkau baik itu dengan
kendaraan roda dua dan roda empat.
Tabel 3.1 Input

Tabel diatas menggambarkan input dari program Posbindu PTM


yang terjadi di Puskesmas Biromaru sesuai dengan wawancara dan
observasi di lapangan. Masalah yang muncul dari input program ini antara
lain dari segi sumber daya manusia (man) dimana berjumlah 4 orang yang
terdiri dari 1 (satu) penanggung jawab dari setiap kegiatan didalam
Posbindu PTM. Adapun program di dalam Posbindu PTM antara lain
pengendalian penyakit diabetes melitus, penyakit hipertensi, PPOK dan
kanker serviks. Walaupun didalam pelaksanaannya terdapat tenaga
kesehatan lain dari program kesehatan Puskesmas yang berbeda. Dalam
hal ini mereka bertindak dengan fungsi ganda dalam melaksanaan suatu
program. Dari hasil observasi di lapangan saat dilakukan Posbindu PTM,
biasanya dilaksanakan dengan kegiatan lintas program lainnya yaitu
Posbindu lansia dan promosi kesehatan, maka didalam kegiatan tersebut
diikuti oleh dua orang tenaga kesehatan bidan atau perawat dan seorang
apoteker serta dibantu oleh dokter muda dan kader Posbindu yang telah
terlatih. Biasanya dokter tidak setiap saat ikut karena tenaga kesehatan

15
khususnya dokter masih kurang di Puskesmas ini sehingga harus
mengutamakan pelayanan UKP di Puskesmas Biromaru.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 43 tahun 2016 tentang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan, dimana tercantum bahwa sumber
daya manusia dalam hal ini tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan
meliputi dokter, perawat, bidan, tenaga gizi, dan petugas pelaksanan
Posbindu PTM terlatih. 5
Selain itu, kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke
Posbindu sangat rendah. Dari hasil wawancara dengan masyarakat maka
dapat terlihat adanya pergesaran stigma masyarakat mengenai Posbindu
sebagai suatu kegiatan pengobatan. Jika tidak diberi obat, maka
masyarakat merasa tidak perlu ke Posbindu. Hal ini juga terkait dengan
kunjungan masyarakat yang rata – rata termasuk usia lanjut, padahal untuk
Posbindu PTM memiliki sasaran >15 tahun. Oleh karena itu kesadaran
masyarakat terhadap kunjungan Posbindu PTM karena kurangnya
pengetahuan mereka mengenai kegiatan ini.
Hal ini tidak sesuai dengan pedoman Posbindu karena hal yang
membedakan Posbindu PTM dengan UKBM lainnya adalah kegiatannya
berupa deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya.
Posbindu PTM memiliki sasaran utama dimana sasaran penerima langsung
manfaat pelayanan yang diberikan, yaitu masyarakat sehat, masyarakat
berisiko dan masyarakat dengan PTM berusia mulai dari 15 tahun ke atas.
Penyelenggaraan Posbindu PTM meliputi kegiatan wawancara,
pengukuran, pemeriksaan dan tindak lanjut. 2
Jika ditinjau dari pendanaan (money), masalah yang terdapat pada
kegiatan ini adalah terbatasnya pendanaan yang bersumber dari BOK
untuk kegiatan Posbindu PTM. Sehingga akibat keterbatasan ini maka
terbatas pula tenaga kesehatan yang ada dan mempengaruhi fasilitas untuk
deteksi dini PTM seperti pengadaan reagen (untuk IVA Test), stik
pemeriksaan laboratorium sederhana (meliputi pemeriksaan asam urat,
gula darah dan kolesterol) menjadi terbatas sehingga pemeriksaan yang

16
dilakukan tidak dapat mencakup seluruh jumlah pasien yang memiliki
faktor risiko.
Berdasarkan pedoman, dalam mendukung terselengggaranya
Posbindu PTM, diperlukan pembiayaan yang memadai baik dana mandiri
dari perusahaan, kelompok masyarakat/lembaga atau dukungan dari pihak
lain yang peduli terhadap persoalan penyakit tidak menular di wilayah
masing-masing. Puskesmas juga dapat memanfaatkan sumber-sumber
pembiayaan yang potensial. Pembiayaan ini untuk mendukung dan
memfasilitasi Posbindu PTM, salah satunya melalui pemanfaatan Bantuan
Operasional Kesehatan. Pembiayaan bersumber daya dari masyarakat
dapat melalui Dana Sehat atau mekanisme pendanaan lainnya. Dana juga
bisa didapat dari lembaga donor yang umumnya didapat dengan
mengajukan proposal/usulan kegiatan. 2
Dari segi metode, Posbindu PTM Puskesmas Biomaru melakukan
penyusunan jadwal pelaksanaan kegiatan, dengan masing – masing
kegiatan memiliki target frekuensi pelaksanaannya. Dari hasil observasi di
lapangan, jadwal seperti hari dan tanggal yang jelas tidak dituliskan
melainkan mengikuti koordinasi dengan Posbindu Lansia dan
dilaksanakan sekitar pagi hari sehingga sasaran yang datang lebih banyak
lansia karena untuk umur yang produktif lebih banyak bekerja dan ke
sekolah pada pagi hari. Pelaksanaanya pun bersifat aksidental disesuaikan
dengan lintas program dan lintas sektor, misalnya promosi kesehatan
mengadakan penyuluhan mengenai hipertensi dan diabetes melitus atau
saat kegiatan tertentu seperti kegiatan dilaksanakan oleh Kantor
Kecamatan atau suatu perkumpulan organisasi tertentu maka Posbindu
PTM ikut mengambil bagian untuk melakukan pemeriksaan. Pada
Puskesmas Biromaru, penyelenggaraan Posbindu PTM meliputi kegiatan
wawancara tetapi biasanya tidak dilakukan, pengukuran, pemeriksaan, dan
terdapat pengobatan dan tindak lanjut. Posbindu PTM tidak dilaksanakan
dengan 5 tahapan layanan karena disesuaikan dengan fasilitas, sarana dan
tenaga yang ada.

17
Berdasarkan pedoman, secara substansi Posbindu PTM mengacu
kepada kegiatan, bukan terhadap tempat. Hal ini yang membedakan
Posbindu PTM dengan UKBM lainnya. Kegiatannya berupa deteksi dini,
monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini dapat
berlangsung secara terintegrasi dengan kegiatan masyarakat yang sudah
aktif. 1
Ditinjau dari logistik (material), Posbindu PTM Puskesmas
Biromaru memiliki peralatan deteksi dini dan monitoring meliputi alat
ukur lingkar perut, tinggi badan, berat badan, tensimeter digital, alat ukur
gula darah, bahan IVA. Media seperti leaflet/brosur, buku panduan, buku
pencatatan, alat tulis kantor dan kursi serta meja. Jika dibandingkan
dengan pedoman yang ada standar yang harus dimiliki antara lain
tercantum dalam tabel berikut: 1

Selanjutnya jika ditinjau dari segi distribusi (machine), Puskesmas


Biromaru memiliki 2 unit ambulance untuk pelaksanaan kegiatan. Tetapi
yang sehari – hari digunakan untuk melaksanakan kegiatan di Puskesmas
Biromaru hanyalah 1 unit mobil ambulane dikarenakan mobil ambulance
yang lain mengalami kerusakan.

18
4.2 Proses

A. Planning
Persiapan dalam penyelenggaraan Posbindu PTM didahului
dengan identifikasi kelompok potensial yang ada di masyarakat,
sosialisasi dan advokasi, fasilitasi teknis, dan logistik, pengaturan
mekanisme kerja antara tenaga pelaksana Posbindu PTM dengan
pembinanya, serta sumber pembiayaan. Secara substansi Posbindu
PTM mengacu kepada kegiatan, bukan terhadap tempat. Hal ini yang
membedakan Posbindu PTM dengan UKBM lainnya. Kegiatannya
berupa deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak
lanjutnya. Posbindu PTM Puskesmas Biromaru melakukan
identifikasi kelompok beresiko dalam masyarakat melalui penemuan
kasus dan data lapangan. Penyusunan jadwal pelaksanaan kegiatan,
dengan masing – masing kegiatan memiliki target frekuensi
pelaksanaannya. Dari hasil observasi di lapangan, jadwal seperti hari
dan tanggal yang jelas tidak dituliskan melainkan mengikuti
koordinasi dengan Posbindu Lansia dan dilaksanakan sekitar pagi hari
sehingga sasaran yang datang lebih banyak lansia karena untuk umur
yang produktif lebih banyak bekerja dan ke sekolah pada pagi hari.
Pelaksanaanya pun bersifat aksidental disesuaikan dengan lintas
program dan lintas sektor, misalnya promosi kesehatan mengadakan
penyuluhan mengenai hipertensi dan diabetes melitus atau saat
kegiatan tertentu seperti kegiatan dilaksanakan oleh Kantor
Kecamatan atau suatu perkumpulan organisasi tertentu maka Posbindu
PTM ikut mengambil bagian untuk melakukan pemeriksaan.
B. Organizing
Posbindu PTM merupakan salah satu upaya kesehatan
masyarakat (UKM) yang berorientasi kepada upaya promotif dan
preventif dalam pengendalian PTM dengan melibatkan masyarakat
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan monitoring-evaluasi.

19
Masyarakat diperankan sebagai sasaran kegiatan, target perubahan,
agen pengubah sekaligus sebagai sumber daya. Dalam pelaksanaan
selanjutnya kegiatan Posbindu PTM menjadi Upaya Kesehatan
Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dimana kegiatan ini
diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan sumber daya,
kemampuan, dan kebutuhan masyarakat. 2
Pengorganisasian program Posbindu PTM diinstruksikan
langsung dari kepala Puskesmas sebagai pemegang otoritas tertinggi
dan pelaksanaannya oleh staf/petugas Posbindu PTM di Puskesmas
Biromaru yang berjumlah 1 orang. Adapun, dalam pelaksanaan
program Posbindu PTM dilakukan dengan kerjasama lintas program
dan lintas sektor di wilayah kerja Puskesmas Biromaru.
C. Actuating
Penyelenggaraan Posbindu PTM meliputi kegiatan wawancara,
pengukuran, pemeriksaan dan tindak lanjut. Wawancara dilakukan
untuk menelusuri faktor risiko perilaku seperti merokok, konsumsi
sayur dan buah, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stress.
Pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT),
lingkar perut, dan tekanan darah. Pemeriksaan faktor risiko PTM
seperti gula darah sewaktu, kolesterol total, trigliserida, pemeriksaan
klinik payudara, arus puncak ekspirasi, lesi pra kanker (Inspeksi
Visual asam asetat /IVA positif), kadar alkohol dalam darah, tes
amfetamin urin. Berdasarkan hasil wawancara, pengukuran dan
pemeriksaan dilakukan tindak lanjut berupa pembinaan secara terpadu
dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat tentang
cara mengendalikan faktor risiko PTM melalui penyuluhan/ dialog
interaktif secara massal dan atau konseling faktor risiko secara
terintegrasi pada individu dengan faktor risiko, sesuai dengan
kebutuhan masyarakat termasuk rujukan sistematis dalam sistem
pelayanan kesehatan paripurna. 1

20
Hasil observasi di lapangan, sesi wawancara kadang tidak
dilakukan dengan alasan mengefisienkan waktu. Pasien biasanya
langsung diarahkan untuk dilakukan pengukuran tekanan darah. Hasil
ini kemudian diisi di sebuah catatan bentuk album yang dipegang oleh
kader atau tenaga kesehatan. Dalam hal ini ada KMS atau buku
kontrol yang diberikan kepada pasien sehingga pasien dapat
mengetahui perkembangan penyakitnya sendiri. Tetapi didapatkan ada
pasien yang lupa membawa buku kontrol sehingga tidak dituliskan
hasil pemeriksaan saat itu. Setelah itu, menuju pemeriksaan faktor
risiko PTM seperti gula darah sewaktu, kolesterol total, dan asam urat.
Hasil ini juga ditulis dalam buku laporan puskesmas. Setelah itu,
pasien dianamnesis, dan menuju ke bagian apotik untuk diberi obat
sesuai dengan gejala jika diperlukan. Dilakukan tindak lanjut berupa
pemberian konseling dan diarahkan atau dirujuk ke Puskesmas. Maka
dapat disimpulkan bahwa 5 tahapan meja pada proses kegiatan
Posbindu PTM tidak dilakukan seluruhnya pada Puskesmas Kaleke
karena terbatasnya tenaga kesehatan dan disesuaikan dengan sarana
dan fasilitas yang ada.
D. Controlling
Pemantauan bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, apakah hasil kegiatan sudah
sesuai dengan target yang diharapkan dan mengidentifikasi masalah
dan hambatan yang dihadapi, serta menentukan alternatif pemecahan
masalah, pemantauan dilakukan dengan cara :2
a. Analisis laporan hasil kegiatan Posbindu PTM
b. Kunjungan Lapangan pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM
c. Sistim Informasi Manajemen PTM.

21
Pemantauan dan penilaian kegiatan Posbindu PTM dilakukan
sebagai berikut: 2
1. Pelaksana pemantauan dan penilaian adalah petugas Puskesmas.
2. Sasaran pemantauan dan penilaian adalah para petugas pelaksana
Posbindu PTM.
3. Pemantauan kegiatan dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali dan
penilaian indikator dilakukan setiap 1 tahun sekali.
4. Hasil pemantauan dan penilaian ini dipergunakan sebagai kegiatan
yang lalu dan sebagai bahan informasi besaran faktor risiko PTM di
masyarakat serta tingkat perkembangan kinerja Kegiatan Posbindu
PTM disamping untuk bahan menyusun perencanaan pengendalian
PTM pada tahun berikutnya.
5. Hasil pemantauan dan penilaian kegiatan Posbindu PTM
disosialisasikan kepada lintas program, lintas sektor terkait dan
masyarakat untuk mengambil langkah-langkah upaya tindak lanjut.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan, maka
Posbindu PTM Puskesmas Biromaru sudah menjalankannya sesuai
dengan pedoman yang tertulis diatas.
4.3 Output

Berdasarkan observasi dan wawancara, indikator keberhasilan dari


kegiatan Posbindu PTM dilihat dari cakupan Posbindu PTM Puskesmas
Biromaru dalam satu tahun berjalan. Berikut disajikan tabel indikator
keberhasilan:

NO Indikator Target Sasaran TW I TW II


Kinerja 2018
1 Pelayanan 100 % 2600 6,31% 8,92%
Kesehatan
Penderita
Hipertensi
2. Pelayanan 100% 672 0,73% 3,27%

22
Kesehatan
Penderita
Diabetes
Melitus
3. Pelayanan 100% - - -
Kesehatan
Orang
dengan
Gangguan
Jiwa Berat
Tabel 4.2 Indikator Keberhasilan Posbindu PTM.4

Dari tabel diatas maka dapat dilihat cakupan pelayanan penderita


diabetes melitus dan hipertensi masih sangat rendah bahkan jauh dari
target hingga triwulan ke-2 tahun 2018. Hal yang menarik bahwa
pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat dimasukkan dalam
kegiatan tetapi tidak ada sasaran dan hasil. Hal ini dapat terjadi karena
tidak dilakukannya konseling, masih kurang pendataan dengan gangguan
jiwa berat di masyarakat setempat, dan kurangnya pengetahuan mengenai
faktor risiko dan gejala gangguan tersebut. 4

23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Program Posbindu PTM di Puskesmas Biromaru sudah baik,
namun masih perlu peningkatan antara lain:
 Input : Tenaga kesehatan yang turut serta dalam pelayanan Posbindu
PTM kurang, masih kurangnya pengetahuan kader, sarana dan fasilitas
terutama alat pemeriksaan atau deteksi dini penyakit tidak menular
belum memadai, dan sumber dana masih terbatas.
 Proses : Jadwal pelaksanaan tidak tepat, kurangnya koordinasi lintas
sektor, serta pada mekanisme pelaksanaan kegiatan di Posbindu PTM
belum semua tahap yang sesuai standar dilakukan.
 Output : Kehadiran masyarakat saat pelaksanaan Posbindu PTM
kurang, cakupan hipertensi dan diabetes melitus masih rendah,
terjadinya peningkatan penyakit hipertensi dan diabetes melitus setiap
tahunnya di wilayah kerja Puskesmas Biromaru.

4.2 Saran

Untuk meningkatkan program ini maka terdapat beberapa saran untuk


masalah dalam kesimpulan diatas:
1. Mengadakan pelatihan untuk kader dan merekrut kader yang yang
telah terlatih untuk setiap posbindu, sehingga mereka mampu
membantu tenaga ksesehatan tanpa menambah tenaga ksehatan yang
ada.
2. Meningkatkan rasa tanggung jawab kepada pemegang program yang
telah diberi tugas dalam melaksanakan setiap kegiatan dibawah
Posbindu PTM.
3. Lebih aktif melakukan sosialisasi dan penyuluhan mengenai sasaran
dari Posbindu PTM dan kegiatan didalamnya sebagai bentuk promotif
dan preventif bukan sebagai kuratif.

24
4. Pemegang program lebih kreatif dalam mencari sumber pembiayaan
bukan hanya dari BOK tapi bisa dana mandiri dari perusahaan,
kelompok masyarakat/lembaga atau dukungan dari pihak lain dengan
memasukkan proposal/ usulan kegiatan.
5. Sebelum pelaksanaan dibuat dahulu perencanaan sasaran dengan
memperhatikan tempat dan waktu, misalnya saat kegiatan besar yang
melibatkan masyarakat banyak Posbindu PTM bisa mengambil bagian
didalamnya, di sekolah – sekolah, lingkup organisasi, atau kegiatan
lainnya sehingga sasaran PTM bisa menyeluruh.
6. Sebaiknya, pihak program Posbindu PTM yang langsung pergi ke
rumah warga jika memang memiliki indikasi perlu dirujuk ke UKP
karena pada umumnya masyarakat tidak ke UKP dan lebih memilih
mengonsumsi obat dari Posbindu.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis Pos Pembinaan Terpadu


Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). Jakarta: 2012.
2. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman umum Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular, Edisi 1, cetakan kedua. Jakarta : 2014.
3. Kementerian Kesehatan RI. Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2016.
Jakarta: 2017.
4. Puskesmas Biromaru, 2017. Profil Puskesmas Biromaru Tahun 2017.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2016
tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan.

26
LAMPIRAN

27
28

Anda mungkin juga menyukai