PEMBAHASAN
3
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang
menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang
kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Dari segi etimologi,
etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan
ilmu pengetahuan tentang azas-azas akhlak (moral). Dari pengertian
kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan
tingkah laku manusia. Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan
para ahli dengan ungkapan yang berbeda-
beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika adalah ilmu
yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat.4
4
Dasar akhlak dari hadits yang secara eksplisit menyinggung akhlak tersebut
yaitu sabda Nabi:
ِ اِنَّ َما ب ُِعثْتُ ِِلُت َِم َم َمك
ََار َم ْاِل َ ْخ ََلق
Artinya : “Bahwasanya aku (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan
keluhuran akhlak”. Jika telah jelas bahwa al-Qur’an dan hadits rasul adalah
pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah
keduanya merupakan sumber akhlaqul karimah.
2. Karakteristik Akhlak
Kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh Alquran dan Sunnah,
mengandung muatan universalistik dan partikularistik. Muatan
universalistik merupakan “common platform”(titik persamaan) nilai-nilai
moral lain yang ada di dunia, sedangkan muatan partikularistik
menunjukkan cirri khas dan karakteristik akhlak Islam yang berbeda dengan
yang lainnya. Ciri khas dan karakteristik akhlak Islam itu meliputi:
a. Akhlak Rabbaniyah
Akhlak rabbaniyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu Ilahi
merupakan “reference source” (sumber rujukan) ajaran akhlak. Hal ini
tidak berarti mengandung kontradiksi dengan pendapat akal sehat, karena
kebaikan yang diajarkan oleh wahyu adalah kebaikan menurut akal dan
yang diajarkan sebagai keburukan menurut wahyu adalah keburukan
menurut akal.
b. Akhlak Insaniyah
Akhlak insaniyah mengandung pengertian bahwa tuntutan fitrah dan
eksistensi manusia sebagai makhluk yang bermartabat, sesuai dan
ditetapkan oleh ajaran akhlak. Kecenderungan manusia kepada hal-hal
yang positif dan ketetapan akal tentang kebaikan, secara langsung akan
terpenuhi dan bertemu dengan kebaikan ajaran akhlak. Orientasi akhlak
insaniyah ini, tidak terbatas pada perikemanusiaan yang menghargai nlai-
nilai kemanusiaan secara umum, tetapi juga mencakup kepada
perikemakhlukan, dalam pengertian menanamkan rasa cinta terhadap
semua makhluk Allah.
5
c. Akhlak Jami’iyah
Akhlak jami’iyah mempunyai arti bahwa kebaikan yang terkandung di
dalamnya sesuai dengan kemanusiaan yang universal, kebaikannya
untuk seluruh umat manusia di segala zaman dan di semua tempat,
mencakup semua aspek kehidupan baik yang berdimensi vertikal
maupun yang berdimensi horisontal.
d. Akhlak Wasithiyah
Akhlak wasithiyah berarti bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan
keseimbangan (tawassuth) antara dua sisi yang berlawanan, seperti
keseimbangan antara rohani dan jasmani, keseimbangan antara dunia dan
akhirat, dan seterusnya.
Allah swt. dalam firman-Nya mengilustrasikan tentang dua kelompok
manusia yang memiliki sifat saling berlawanan. Kelompok pertama
hanya memprioritaskan kehidupan dunianya, dengan sekuat tenaga
berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan hedonistiknya dan membunuh
kesadarannya akan kehidupan akhirat. Sedangkan kelompok yang kedua
berusaha menyeimbangkan kepentingan hidupnya di dunia dan di akhirat
serta merasa takut akan siksa neraka. Kelompok pertama akan
mendapatkan keinginan-keinginan duniawinya, namun di akhirat tidak
mendapatkan apa-apa, sedangkan kelompok yang kedua benar-benar
akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
e. Akhlak Waqi’iyah
Akhlak waqi’iyah mengandung pengertian bahwasanya ajaran akhlak
memperhatikan kenyataan (realitas) hidup manusia didasari oleh suatu
kenyataan, bahwasanya manusia itu di samping memiliki kualitas-
kualitas unggul, juga memiliki sejumlah kelemahan. Firman Allah
berikut memperjelas kondisi objektif manusia paling mendasar: “Dan
jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Q.S. 91:7-8). Ayat
di atas memberikan pemahaman bahwasanya manusia memiliki dua
potensi yang berhadapan secara diametral. Satu potensi menunjukkan
kualitas insaniyah dan yang satunya lagi manunjukkan kelemahan.
6
Dalam ayat lain terdapat sebuah ilustrasi, bahwasanya kondisi realitas
menjustifikasi untuk melakukan sesuatu yang tadinya terlarang.
“Barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Q.S. 2:173). Dengan memahami karakteristik akhlak Islam ini, mudah-
mudah kita terpacu untuk mewujudkan akhlak Islam di pentas kehidupan
sehingga harmoni tercipta di muka bumi.
7
kewajiban yang dibebankan Islam kepada setiap muslim merupakan latihan
yang berulang-ulang agar terbiasa dengan akhlak yang benar dan senantiasa
komitmen dengan akhlak tersebut apun kondisi yang dialaminya. Ia tak
ubahnya seperti senam yang sangat diminati orang. Dengan melakukannya
secara kontinu ia berharap agar badannya sehat dan hidupnya sejahtera.
1. Syahadatain dan akhlak
Mengucapkan dua kalimat syahadat bukan kegiatan formalitas untuk
menjadi muslim akan tetapi lebih jauh dan lebih dalam dari itu adalah bukti
keyakinan yang kuat dan kejujuran yang sempurna serta keikhlasan yang
mendalam dalam menerima islam sebagai system hidup.Oleh karena itu
Rasulullah menegaskan barang siapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah
dengan dengan hati yang jujur maka ia masuk surga.
2. Shalat dan akhlak
Al-Qur'an Al-Karim dan As-Sunnah Al-Muthahharah menyingkap hakikat
ini. Shalat wajib misalnya, saat Allah memerintahkan melaksanakannya Dia
juga menjelaskan hikmahnya. Allah berfirman, “Bacalah apa yang Telah
diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan”.Menjauhkan diri dari keburukan dan mensucikan diri
dari semua perkataan serta amal buruk adalah hakikat shalat.
3. Zakat dan Akhlak
Zakat wajib bukan pajak yang diambil dari kas. Namun, pertama-tama ia
merupakan bentuk penanaman perasaan kasih sayang, penguat hubungan
antar orang-orang yang saling mengenal, serta penyatuan lintas strata
masyarakat. Al-Qur'an menyebutkan tujuan dikeluarkannya zakat.
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. Membersihkan dari daki-
daki kekurangan dan mengangkat masyarakat ke tingkat keluhuran
8
merupakan hikmah utama zakat. Oleh sebab itu Nabi memperluas
pemahaman sedekah agar seorang muslim berusaha untuk melakukannya,
ajaran semacam ini bagi masyarakah gurun pasir yang selama berabad-abad
berada dalam permusuhan dan pertikaian mengisyaratkan tujuan yang
dipaparkan oleh Islam, yang membimbing masyarakat Arab jahiliyah yang
gelap gulita itu
4. Puasa dan akhlak
Islam juga mensyariatkan puasa. Ibadah ini tidak dipandang sebagai
larangan makan dan minum untuk rentang waktu tertentu. Namun ia
dianggap sebagai tahapan larangan bagi jiwa manusia untuk memenuhi
syahwatnya yang berbahaya serta keinginannya yang bejat. Al-Qur'an juga
menyebutkan buah puasa seperti halnya firman Allah, "Diwajibkan kepada
kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum
kalian agar kalian bertakwa." (Al-Baqarah: 183).
5. Haji dan akhlak
Mungkin seseorang mengira bahwa bepergian ke tampat suci, yang
diwajibkan bagi siapa yang mampu dan dijadikan sebagai salah satu
kewajiban Islam kepada pengkikutnya, hanya sebagai wisata dan jauh dari
pesan-pesan moral dan nilai-nilai luhur yang kadang dimiliki oleh berbagai
agama melalui ritual gaibnya. Tentu ini tidak benar. Sebab Allah telah
berfirman," (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi,
barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan
haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam
masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan,
niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik
bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang
berakal." (Al-Baqarah: 1997). Inilah paparan ringkas tentang sebagian
ibadah populer dalam Islam dan dikenal sebagai rukun-rukun utamanya.
Jelaslah kiranya sejauh mana kuatnya hubungan antara agama dengan
akhlak. Ibadah yang berbeda inti dan tampilannya. Namun ia bertemu pada
tataran tujuan sebagaimana yang digambarkan Rasulullah saw melalui
sabdanya, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempuranakan akhlak
9
mulia." Shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah ketaatan lainnya yang ada pada
ajaran Islam merupakan tangga menuju kesempurnaan ideal dan sarana
mensucikan jiwa untuk memelihara dan meninggikan kualitas hidup.
Perilaku yang mulia dan berkaitan erat dengan ibadah itu atau muncul akibat
itu akan membuat seseorang memiliki tempat tertinggi dalam agama Allah.
10
e. Berhusnudzhon, kepada Allah
yakni berbaik sangka kepada Allah SWT karena sesungguhnya apa saja
yang di berikan Allah merupakan jalan yang terbaik untuk hamba-Nya.
11
2. Akhlak terhadap Rasulullah
a. Mengikuti atau menjalankan sunnah Rosul
mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah menjalani
Hidupnya atau garis-garis perjuangan / tradisi yang dilaksanakan oleh
Rasulullah. Sunnah merupakan sumber hukum kedua dalam Islam,
setelah Al-Quran.
b. Bersholawat Kepada Rosul
Mengucapkan puji-pujian kepada Rosulullah S.A.W . Sesungguhnya
Tuhan beserta para malaikatnya semua memberikan Sholawat kepada
Nabi (dari Allah berarti memberi rakhmat, dan dari malaikat berarti
memohonkan ampunan). Hai orang-orang beriman, ucapkanlah
Sholawat kepadanya (AQ Al Ahzab : 56)
12
orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya
bersumber dari Allah SWT
d. Bertaubat.
apabila melakukan kesalahan, maka segera bertaubat dan tidak
mengulanginya lagi. Apabila ada dari kita yang merasa telah terlalu
banyak berbuat dosa dan maksiat sebaiknya kita jangan berputus asa
dari rahmat ampunan Allah, karena Allah SWT selalu memberikan
kesempatan pada kita untuk bertobat,
4. Aklak Terhadap Sesama Manusia
a. Merajut Ukhuwah atau Persaudaraan
Membina persaudaraan adalah perintah Allah yang diajarkan oleh
semua agama, termasuk agama Islam. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya
kalau semua elemen membangun ukhuwwah dalam komunitasnya.
Apabila ada kelompok tertentu dengan mengatas-namakan agama
tetapi enggan memperjuangkan perdamaian dan persaudaraan maka
perlu dipertanyakan kembali komitmen keagamaannya,
b. Ta’awun atau saling tolong menolong
Dalam Islam, tolong-menolong adalah kewajiban setiap Muslim. Sudah
semestinya konsep tolong-menolong tidak hanya dilakukan dalam
lingkup yang sempit. Tolong-menolong menjadi sebuah keharusan
karena apapun yang kita kerjakan membutuhkan pertolongan dari
orang lain. Tidak ada manusia seorang pun di muka bumi ini yang tidak
membutuhkan pertolongan dari yang lain.
c. Suka memaafkan kesalahan orang lain
Islam mengajar umatnya untuk bersikap pemaaf dan suka memaafkan
kesalahan orang lain tanpa menunggu permohonan maaf daripada
orang yang berbuat salah kepadanya. Pemaaf adalah sikap suka
memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikit pun
rasa benci dan dendam di hati. Sifat pemaaf adalah salah satu
perwujudan daripada ketakwaan kepada Allah.
d. Menepati Janji
13
Janji memang ringan diucapkan namun berat untuk ditunaikan.
Menepati janji adalah bagian dari iman. Maka seperti itu pula ingkar
janji, termasuk tanda kemunafikan.
14
1. Menjadikan murid seorang pembimbing spiritual (syekh)
2. Minta bantuan seorang yang tulus, taat, dan punya pengertian.
3. Berupaya unuk mengetahui kekurangan diri kita dari sesorang yang
tidak senang (benci) dengan kita.
4. Bergaul bersama orang banyak dan memisalkan kekurangan yang ada
pada orang lain bagaikan yang ada pada kita
Sedangkan menurut Achmad Amin, upaya mengubah kebiasaan
buruk sebagaimana yang dikutip Ishak solih (1990) adalah hal-hal sebagai
berikut ini.
1. Menyadari perbuatan buruk, dan bertekad untuk meninggalkannya.
2. Mencari Waktu yang baik untuk mengubah kebiasaan itu untuk
mewujudkan niat atau tekad semula.
3. Menghindari diri dari segala yang dapat menyebabkan kebiasaan buruk
itu terulang lagi.
4. Kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk memiliki akhlak
(akhlak karimah) dan berupaya dapat menjauhi akhlak jelek (akhlak
sayiah). Jika kita ingin memiliki Negara yang baldatun thoyibatun
warobun ghofur (Negara yang, baik, makmur, dan senantiasa dalam
ampunan-Nya) kuncinya adalah masyarakat, bangsa tersebut harus
berakhlak baik. Jika tidak, kehancuran dan kehinaan akan meliputi
masyarakat, bangsa tersebut.
15