Anda di halaman 1dari 25

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


BAYUNG LENCIR
NOMOR : / /RSUD/
/2019

TENTANG KEBIJAKAN
Menimban TRANSFER
g : DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAYUNG LENCIR

a. Bahwa dalam upaya meningkat kualitas dan keamanan


pelayanan Pasien, maka diperlukan adanya Panduan Transfer
di Rumah Sakit Umum Daerah Bayung Lencir.
b. Bahwa sesuai butiran a diatas perlu menetapkan Keputusan
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Bayung Lencir tentang
Panduan Transfer

Mengingat : 1. Undang – Undang RI Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan
2. Undang – Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
3. Undang – Undang RI Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1165.A/MenKes/SK/X/2004 Tentang Komisi
Akreditasi Rumah Sakit.

MEMUTUSKA
N
Menetapkan :
PERTAMA : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Kayuagung Tentang Panduan
Transfer Pasien Rumah Sakit Umum
Daerah Bayung Lencir.

KEDUA : Panduan Transfer dimaksudkan Tercantum


dalam panduan di keputusan ini.

KETIGA : Pelaksanaan Panduan Transfer dimaksudkan untuk


meningkatkan Kualitas dan keamanan pelayanan
pasien sebagaimana dimaksu Dalam Diktum kesatu

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di
Bayung Lencir
Pada Tanggal
Direktur,
dr.Diyanti
Novitasari,MARS

NIP.198103132010012015
PANDUAN TRANSFER PASIEN

A. DEFINISI

1. Transfer Pasien adalah pemindahan pasien dari suatu unit pelayanan ke unit
pelayanan lain, atau dari suatu rumah sakit ke rumah sakit lain
2. Rumah Sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dan diselenggarakan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif) penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitative). Yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesimbungan.
3. Instalasi adalah pengelompokan unit pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan yang sejenis.
4. Unit Pelayanan adalah tempat diselenggarakan pelayanan rumah sakit
5. Pasien adalah orang yang menerima jasa pelayanan kesehatan dirumah sakit
baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
6. Ambulance adalah kendaraan transpormasi untuk melakukan transfer pasien.
Ambulance digunakan untuk membawa pasien ke luar rumah sakit atau
memindahkan pasien ke rumah sakit lain untuk perawatan lebih lanjut.
7. Brankar atau kereta dorong adala suatu sarana transfer begi pasien yag
tidak bias duduk atau berdiri.
8. Kursi roda adala suatu sarana transfer bagi pasien yang tidak bias berjalan

B. RUANG LINGKUP
1. Kriteria Transfer Pasien
Panduan transfer pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Bayung Lencir adalah
suatu panduan cara memberikan standar pengelolaan prosedur transfer pasien
yang seragam di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Kayuagung
panduan transfer pasien ini arus dipatuhi oleh semua instalasi/unit pelayanan
dilingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Kayuagung karena panduan ini
bertujuan meningkatkan mutu pelayanan, meningkatkan keselamatan pasien
serta melindungi pasien dari resiko yang mengancam jiwa selama proses
transfer berlangsung panduan transfer pasien ini dimaksudkan untuk
menjamin bahwa semua pasien yang berobat di lingkungan Rumah Sakit
Umum Daerah kayuagung menerima standar pengelola transfer yang baik,
bermutu dan terkoordinir sesuai peraturan yag berlaku kondisi pasien yang
menjalani prosedur transfer berbeda – beda tergantung dari keadaan umum
pasien itu sendiri, hal tersebut dapat dijabarkan dengan kriteria di bawah ini.

a. Pasien dengan kondisi derajat 0


Pasien dengan Airway, Breating, Circulation (ABC) / hemodinamik stabil
yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan rawat inap biasa.

b. Pasien dengan kondisi derajat 0,5

Pasien dengan Airway, Breating, Circulation (ABC) / hemodinamik stabil


yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan rawat inap biasa (orangtua /
delirium).

c. Pasien dengan kondisi derajat 1


Pasien dengan Airway, Breating, circulation (ABC)/ emodinamik stabil,
namun berpotensi menjadi tidak stabil, misalnya pada pasien yang baru
menjalani perawatan di ICU yang sudah memungkinkan untuk perawatan di
ruangan rawat inap biasa.

d. Pasien dengan kondisi derajat 2


Pasien dengan Airway, Breating, Circulation (ABC) yang stabil dan
membutukan observasi lebih ketat dan intervensi lebih mendalam termasuk
penanganan kegagalan satu system organ atau pasien yang habis menjalani
operasi besar.

e. Pasien dengan kondisi derajat 3


Pasien dengan Airway, Breating, Circulation (ABC) yang tidak stabil yang
membutukan batuan pernapasan dan atau dengan kegagalan system organ
lainnya.
2. Jenis Transfer Pasien
a. Transfer Intra Ruma Sakit
Transfer intra rumah sakit adalah transfer antara unit / instalasi pelayanan
yang ada di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Bayung Lencir. Transfer
biasa dari unit rawat jalan ke unit rawat inap atau sebaliknya, bisa dari ICU ke
kamar operasi , dan kamar operasi ke ruang ICU atau RR, dari ICU ke unit rawat
inap, dari RR ke unit rawat inap, dari unit rawat inap ke penunjang dan lain
sebagainya.

Kesiapan Standar peralatan minimal transfer intra Rumah Sakit harus


dapat terpenui. Hal ini bertujuan agar pada saat transfer berlangsung, dasar
beranggapan baik termasuk diantara adalah kesiapan oksigen yang mobile atau
dengan energy/tenaga baterai dengan kapasitas yang cukup.
Selama transfer berlangsung semua peralatan yang berhubungan dengan
pasien letaknya harus berada sejajar atau di bawah pasien kecuali tidak diperkuat
melebihi alat pada tubuh pasien.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Transfer Intra dan antar Rumah
Sakit adalah sebagai berikut:
1) Standar pematauan minimal, pelatihan, dan petugas yang berpengalaman,
diaplikasikan pada transfer intra dan antar rumah sakit.
2) Sebelum transfer lakukan analisa mengenai resiko dan keuntungannya
3) Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya beterai yang cukup untuk
mengantisipasi kejadian emergensi.
4) Lembar pematauan Monitor, ventilator, dan pompa harus terlihat sepanjag waktu
oleh petugas dan harus dalam posisi aman dibawah level pasien.

b. Pemilian Metode Transfer antar RS untuk pasien Kritis


1. Pemilihan metode transfer harus mempertimbangkan sejumlah komponen
penting seperti dibawah ini
a. Derajat urgensi untuk melakukan transfer
b. Kondisi pasien
c. Faktor geografik
d. Kondisi cuaca
e. Arus lalu lintas
f. Ketersedian / availabalitas
g. Area untuk mendarat ditempat tujuan
h. Jarak tempuh
2. Pilian kendaraan untuk transfer pasien antara lain
- Jasa ambulan Gawat Darurat
i. Siap sedia 24 jam
ii. Perjalanan darat
iii. Durabilitas dengan pertimbangan petugas dan peralatan yang
dibutuhkan dan lamanya waktu yang diperlukan.

c. Alat transportasi untuk transfer pasien antara rumah sakit


1. Gunakan mobil ambulan RSRP / AGD 118 mobil dilengkapi soket listrik
12 V, suplai oksigen, monitor, dan peralatan lainnya.

2. Sebelum melakukan transfer pastikan kebutuhan–kebutuhan untuk


mentransfer pasien terpenuhi (seperti suplai oksigen, baterai cadangan, dll)

3. Standar ambulan

a. Suplai oksigen

b. Ventilator

c. Jarum suntik

d. Baterai cadangan

e. Suction

f. Syringe (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi pasien).

g. Alat penghangat ruangan portable (untuk mempertahankan temperature


pasien)

h. Alat kenal jantung (defibrillator)

3. Tim transfer/ SDM pendamping dapat memberi saran mengenai kecepatan ambulan
yang diperlukan dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.

4. Keputusan untuk menggunakan alat diserahkan kepada petugas pendamping adalah


untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera dengan akselerasi dan deselerasi
yang memadai.

5. Pendampingan oleh polisi dapat mempertimbangkan pada area yang sangat padat
penduduknya.

6. Peralatan listrik harus terpasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen sentral
digunakan selama perawatan di unit tujuan
7. Petugas yang mentransfer pasien ke ruangan pemeriksaan radiologi harus
paham akan biaya potensial yang ada.

8. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level pasien.

d. Transfer antar Rumah Sakit

Transfer dari luar atau keluar Rumah Sakit Umum Daerah Bayung Lencir biasa
berupa transfer dari Rumah sakit Umum Daerah kayuagung ke rumah sakit lain atau
sebaliknya, transfer mungkin berasal dari kejadian kecelakaan lalu lintas, musibah
masal/bencana dan sebagainya.
A. TATALAKSANA TRANSFER PASIEN
1. Maksud dan Tujuan Transfer
Ada dua alasan untuk mentransfer :
a. Transfer untuk perawatan klinis
Ini adalah prosedur transfer di mana pasien membutukan pengobatan/tindakan
medis spealistik yang tidak dapat disediakan di instalasi/unit/ rumah sakit asal
pasien berobat.
b. Transfer untuk non – klinis
Transfer non-klinis diperlukan dengan berbagai alasan seperti kurangnya SDM
atau kurangnya tempat tidur perawatan seperti pada situasi dimana permintaan
untuk tempat tidur rawat inap penuh sehingga perlu dibuat keputusan untuk
mentransfer pasien ke instalasi/unit lain yang masih mempunyai kapasitas
tempat tidur yang kosong.

2. Standarisasi SDM
a. Rumah Sakit Umum Daerah Bayung Lencir melalui Bidang Diklat
memfasilitasi pelatihan untuk transfer pasien mulai dari merencanakan,
menyediakan, memfasilitasi dan membiayai pelatihan tersebut.
b. Dokter/perawat disemua instalasi/unit pelayanan di Rumah Sakit Umum
Daerah kayuagung harus mampu menstabilkan dan melakukan resusitasi pada
pasien yang sakit kritis pada saat transfer berlangsung.

3. Standarisasi Transfer Pasien


Mentransfer pasien baik intra rumah sakit maupun antara rumah sakit
terutama yang sakit kritis membutukan koordinasi dengan banyak pihak. Hal
tersebut menyagkut kerjasama antara rumah sakit instalasi/unit pelayanan,
ketersedian SDM yang kompeten/terlatih ketersedian peralatan utama sampai pada
modal transportasi seperti brankar/kursi roda atau ambulan (untuk mentransfer
antar rumah sakit) yang memadai dan sesuai standar dan perundang-undangan
yang berlaku. Koordinasi ini semua bertujuan untuk menyediakan proses transfer
pasien dengan standar terbaik seperti yang ditampilkan pada tabel di bawah ini.
TABEL .1

No PASIEN KONDISI PASIEN PETUGAS KETERAMPILA PERALATAN UTAMA


PENDAMPING N YANG
MINIMAL DIBUTUKAN
Derajat 0 Pasien yang 1. Transporter
2. Petugas BHD Infuse
hanya membutuhkan Keamanan

ruang
perawatan
Derajat 0,5 Pasien delirium/ 1. Transporter
Orangtua 2. Petugas BHD Infuse
Keamanan
Derajat 1 Pasien yang berisiko 1. Perawat BLS,
mengalami 2. Transporter PPGD,BTCLS
perburukan kondisi, 3. Petugas BHD
pasien yang Keamanan BHD Infuse, Oksigen
sebelumnya
menjalani perawatan
di Intensive Care
Unit
(ICU).
Derajat 2 Pasien yang 1. Dokter BTLS, ACLS, Semua peralatan
memerlukan 2. Perawat ATLS BLS, diatas ditambah:
observasi dan 3. Transporter PPGD,BTCLS Monitor EKG dan
intervensi lebih ketat 4. Petugas BHD tekana darah dan
termasuk Keamanan BHD defibrillator.
penanganan
kegagalan satu Untuk Dokter dan
system organ atau Perawat semua
perawatan pasca keterampilan diatas
operasi di tambah 2 tahun
pengalaman dalam
perawatan intensif
( Oksigenasi,
sungkup
pernafasan,
defibrillator,
monitor
EKG).
Derajat 3 Pasien yang 1. Dokter Standar kompetensi
membutuhkan 2. Perawat dokter harus di atas
batuan pernafas 3. Transporter standar minimal:
lanjut (Advanced 4. Petugas Dokter:
Respiratory Support) Keamanan  Minimal 6 bulan
atau bantuan pengalaman
pernafasan dasar mengenai
Basic Life Support) perawatan pasien
dengan dukungan/ intensif dan
bantuan pada bekerja di ICU
minimal 2 sistem  Keterampilan
organ, termasuk bantuan
pasien-pasien yag hidup dasar dan
membutuhkan lanjut
penanganan  Keterampilan
kegagalan multi menangani
organ. permasalahan
 Jalan napas dan
pernafasan,
minimal level ST
3 atau sederajat.
 Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien
dengan sakit
berat/ kritis.

Perawat:
 Minimal 2 tahun
bekerja di ICU
 Keterampilan
bantuan
hidup dasar dan
lanjut
 Harus
mengikuti
pelatihan
untuk transfer
pasien dengan
sakit berat/ kritis.
TABEL .2

No PASIEN PETUGAS KETERAMPILAN YANG PERALATAN


PENDAMPING DIBUTUKAN UTAMA
MINIMAL
Derajat 0 1. Petugas ambulan Petugas ambulan & TPP / Perawat Kendaraan High
2. TPP atau Perawat BLS dependence, service
(HDS)/ ambulan

Derajat 0,5 1. Petugas ambulan Petugas ambulan & TPP / Perawat Kendaraan High
2. TPP atau Perawat BLS dependence,
service(HDS)/
ambulan
Derajat 1 1. Petugas ambulan Petugas ambulance BLS Kendaraan
2. TPP atau Perawat Perawat atau Dokter BLS / PPGD HDS/ambulance.
Oksigen suction, tiang
infuse, infuse pump
dengan baterai,
oksimeter ambubag,
obat
emergensi.
Derajat 2 1. Petugas petugas ambulance BLS Kendaraan
ambulance Perawat & Dokter HDS/ambulan,
2. Perawat & Dokter BLS, PPGD oksigen suction, tiang
yang berkompetensi Harus mengikuti pelatihan untuk infuse, pompa infuse
penanganan pasien transfer pasien dengan sakit dengan baterai
kritis berat/kritis oksimeter denyut serta
Monitor EKG,
Tensimeter dan
defibrillator,
ambubag, serta
obat emergensi.

Derajat 3 1. Petugas Dokter Oksigen,


ambulance Minimal 6 bulan pengalaman suction, tiang infuse,
2. Perawat & dokter pompa infuse, baterai,
yang berkompeten oksimeter,
penanganan pasien serta monitor EKG,
kritis defibrillator,
ambubag,
lackson rees scoop
sireteher dan long
spine board.
Transfer Antar Rumah Sakit
4. Tingkat Penanganan Pasien

No TINGKAT DERAJAT KONDISI UNIT PELAYANAN


KEPERAWATAN PASIEN
1 Intensive Care 3 ICU, IBS
2 Intensive care 1 dan 2 ICU, IBS
3  Ward Care  Semua ruang rawat Inap
 Out Patient  Semua pelayanan rawat jalan
 Pelayanan lain 0 dan 0,5  Semua pelayanan yang tidak
selain 1 dan 2 termasuk intensive care Unit
diatas (ICU).

5. Tata Cara Transfer Pasien


a. Kategori 1
Kategori 1 adalah arah pemindahan pasien dari derajat kondisi yang lebih tinggi ke
kondisi derajat yang lebih rendah.

Intensive Care (derajat 3)


3
Ig Care (Derajat 1 – 2 )

Ward Care (derajat 0 – 0,5) 1–2

0 – 0,5

Pasien yang sudah memenuhi kriteria keluar dari ruang ICU. Dimana kondisi pasien
mulai stabil. Sudah tidak memerlukan bantuan pernapasan, dimana pasien dapat dirawat
diruangan seperti di ig Care atau dapat langsung dirawat di Ward Care.
Berikut Algoritmanya:
 Dari intensive Care ke Ward Care

MULAI

PASIEN
Sudah tidak memerlukan perawatan intensive

DPJP
Memutuskan pasien memenuhi kriteria keluar intensive care

Tidak
PERAWAT INTENSIVE CARE
Menghubungi Ward Care mengenai kesiapan TT

TT
Tersedia ?

Ya

DOKTER & PERAWAT WARD CARE


Menandatangi pasien di intensive care untuk persiapan transfer

TRANSPORTER & PERAWAT WARD CARE


Mempersiapkan brankar, obat-obatan & peralatan sesuai kondisi pasien

TRANSPORTER & PERAWAT & DOKTER WARD CARE


Mentranfer pasien menuju ward care

SELESAI
Pada prosedur transfer dari Intensive Care ke Ward Care, transporter dan petugas pendampingnya
berasal dari Ward Care

b. Kategori 2
3
Intensive care
( derajat 3)
High Care 1-2
( Derajat 1 – 2 )

Ward Care 0 – 0.5


( derajat 0 – 0.5 )

Kategori 2 adalah arah pemindahan pasien dari derajat kondisi yang lebih rendah ke kondisi
yang lebih tinggi, misalnya dari Ward ke Intensive Care. Perpindahan perawatan dari kondisi
derajat yang rendah ke perawatan yang lebih tinggi diperlukan karena mengingat kondisi pasien
dengan Airway, Breathing, Circulation (ABC) yang tidak stabil sangat membutuhkan observasi 1
ketat dan Intervensi yang mendalam.
Berikut Algoritmanya :

 Ward Care Ke Intensive Care


MULAI

DOKTER JAGA WARD CARE


Menghubungi dokter jaga intensive care / HCU
TIDAK

DOKTER JAGA INTENSIVE CARE / HCU


Datang ke Ward Care untuk memeriksa kondisi pasien

Indikasi masuk
Intensive Care

PERAWAT INTENSIVE CARE


Telpon Unit intensive Care untuk persiapan perawatan

TRANSPORTER & PERAWAT INTENSIVE CARE


Mempersiapkan brankar, peralatan, & obat-obatan sesuai kondisi

TRANSPORTER & PERAWAT & DOKTER INTENSIVE CARE / HCU


Menstranfer pasien menuju Intensive Care

SELESAI

Pasien yang masuk ke Intensive Care, juga bisa berasal dari kamar operasi mengingat kondisi
pasien yang tidak stabil, maka transporter dan petugas pendamping berasal dari Intensive Care.
Terkadang pada kondisi tertentu, pasien yang sedang dirawat di Intensive Care memerlukan
pemeriksaan penunjang seperti CT – Scan , MRI atau pemeriksaan penunjang lainnya. Pada kondisi
tersebut maka transporter dan petugas pendamping berasal dari Intensive Care.

Mengingat kondisi pasien yang tidak stabil, maka prosedur transfer perlu dilakukan oleh
petugas yang berkompeten dibidangnya, jadi apabila pasien diputuskan untuk dirawat di Intensive
Care, maka yang menjemput pasien dari ruang perawatan semula (HCU atau Ward Care) adalah
petugas dari ruang Intensive Care, begitu pula bila pasien dari Ward Care dan di putuskan akan
dirawat di High Care, maka yang menjemput pasien adalah transporter dan petugas pendamping
yang berasal dari High Care.
C. Kategori 3

Kategori 3 adalah arah pemindahan pasien dengan kondisi derajat yang sama

Intensive Care (derajat 3 ) Intensive Care (derajat 3 )

High Care
( derajat 1 – 2 )

High Care
( derajat 1 – 2 )

Ward Care
( derajat 0 – 0,5)

Ward Care
( derajat 0 – 0,5)

Petugas pendamping pasien para prosedur transfer dengan kondisi derajat yang sama dapat
dilakukan oleh petugas yang berasal dari ruang asal pasien dirawat atau dapat dijemput oleh petugas
yang berasal dari ruang perawatan yang akan dituju. Mengingat perpindahan pasien terjadi anatar
unit yang sederajat, maka darimana pun petugas pendamping / transporter berasal tidak akan
membahayakan kondisi pasien tersebut sepanjang petugas pendamping memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan.
Pada situasi ini yang diperlukan adalah komunikasi 2 arah antara unit pengirim dan unit
penerima

Berikut Algoritmanya :
MULAI

PASIEN
Diputuskan untuk transfer ke unit/instalasi Lain karena tempat tidur penuh

DPJP TEMPAT PASIEN DIRAWAT


Menilai derajat kesehatan pasien
Sebelum dilakukan transfer

PERAWAT TEMPAT PASIEN DIRAWAT


Menghubungi ruang perawatan yang dituju mengenai kesiapan TT/sarana lain

PERAWAT TEMPAT PASIEN DIRAWAT


Menghubungi ruangan lain Tidak TT / Sarana
lain tersedia ?

PERAWAT
Melakukan komuikasi dengan petugas diruang perawatan tujuan mengenai kesepakatan
Ya

Tidak

Terjadi
Kesepakatan

TRANSPORTER/PETUGAS PENDAMPING
Mentransfer pasien menuju ruang perawatan yang dituju

SELESAI

SELESAI
6. Etika dan Keputusan Transfer Pasien

Berbagai pertimbangan perlu diambil sebelum transfer dilakukan, yaitu :

a. Apabila keputusan transfer telah diambil, lakukan komunikasi dengan Instalasi/unit


penerima. Bila transfer antar rumah sakit maka perlu terlebih dahulu kontak dengan rumah
sakit penerima.
b. Berikan informasi yang sejelas – jelasnya kepada pasien dan keluarga mengenai alasan
dilakukan transfer.
c. Tidak menganggap remeh resiko yang akan dialami pasien selama proses transfer telah siap
dan semua peralatan medis dan obat – obatan tersedia lengkap dan tidak kadaluarsa.
d. Keputusan mentransfer pasien harus di dokumentasikan dalam rekam medis pasien berikut
kriteria kondisi umum pasien.

7. Moda Transportasi Antar Rumah sakit

Ambulans 118 adalah kendaraan transportasi gawat darurat medis khusus orang sakit atau
orang cedera, dari satu tempat ke tempat lain guna perawatan medis. Istilah Ambulans digunakan
menerangkan kendaraan yang digunakan untuk membawa peralatan medis kepada pasien di luar
rumah sakit atau memindahkan pasien ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut. Ambulans
harus di service secara berkala dan begitu pula dengan semua peralatan minimal yang di perlukan
dalam proses transfer pasien harus terpelihara dengan baik dan dikalibrasi secara berkala.

8. Penanganan Selama Transfer Berlangsung

a. posisi pasien harus stabil selama di dalam perjalanan


b. semua peralatan harus aman disimpan di posisi bawah dari tempat tidur pasien.
c. Pasien harus dipantau terus – menerus sepanjang transfer dan dicatat pada formulir
transfer.
d. Monitor, ventilator, pompa infus dan tabung oksigen harus terlihat dan mudah dijangkau.
e. Jika kebutuhan klinis timbul dimana pasien memerlukan intervensi, maka kendaraan
harus berhenti di tempat yang aman, karena petugas mungkin memerlukan tempat untuk
bergerak di luar kendaraan.

9. Serah Terima Pasien di Tempat Tujuan

Setibahnya di rumah sakit / instalasi / unit tujuan, harus ada serah terima resmi antara tim
transfer dengan dokter / perawat juga yang berada di rumah sakit / instalasi / unit penerima yang
selanjutnya akan bertanggung jawab atas perawatan pasien tersebut. Satu salinan formulir
transfer pasien yang berisi catatan medis pasien seperti tanda vital hasil lab, hasil x-ray / scan,
serta kondisi pasien selama transfer berlangsung (jika
terjadi insiden dimana pasien tiba – tiba mengalami kondisi kritis selama transfer nerlangsung)
diserahkan kepada rumah sakit / instalasi / unit penerima, dan satu salianan akan disimpan oleh
rumah sakit / instalasi / unit perujuk dan dimasukkan kedalam rekam medis.

D. DOKUMENTASI

1. Formulir timbang terima pasien dalam rekam medis


2. Formulir rujukan antar instansi dalam rekam medis
3. Formulir rujuk balik antar instansi dalam rekam medis
4. Formulir Komunikasikan antar unit pelayanan dalam rekam medis
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang – undang RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2. Kementerian Kesehatan RI. Standard Akreditasi Rumah Sakit. Tahun 2011
3. Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland (2009). AAGBI safety guideline :
interhospital transfer. London
4. North West London Cardiac & Stroke Network (2010). Web-based interhospital transfer : user
guide, London : NHS
5. Welsh Assembly Government (2009). Designed for life : Welsh guidelines for the transfer of
critically ill adult ;2009
6. Warren J, From RE, Orr RA, Rotello LC, Horst M.(2004). Guidelines for the inter- and
intarahospital transport of critically ill patient. American College of critical Care Medicine.
Crit Care Med. 2004;1:256-62.

Anda mungkin juga menyukai