Anda di halaman 1dari 46

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

PENGENDALIAN WABAH/KLB

DINKES PROVINSI SUMATERA BARAT


TAHUN 2019
PENGERTIAN

• Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan yang


terus menerus, teratur dan sistematis dalam
pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data penyakit untuk
menghasilkan informasi yang akurat yang
dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai
dasar untuk melaksanakan tindakan
penanggulangan yang cepat dan tepat
disesuaikan dengan kondisi setempat. (SK-
Menkes 1116/2003).
TUJUAN
• Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat
yang dapat disebarluaskan dan digunakan
sebagai dasar penanggulangan yang cepat dan
tepat, untuk menyusun perencanaan yang sesuai
dengan permasalahannya.
• Mendapatkan gambaran distribusi penyakit
menurut orang, tempat dan waktu.
• Mendapatkan trend penyakit dari waktu ke waktu.
• Melakukan pengamatan dini (SKD) dalam rangka
mencegah KLB , dan melakukan penanggulangan
KLB secara dini.
SASARAN

• Data tersangka penderita,


populasi dan wilayah yang
terkena resiko (sumber dan
wilayah penularan)
• Waktu atau periode
penularan
KEGIATAN SURVEILANS

• Surveilans periode Peringatan Dini


(sebelum Kejadian Luar Biasa).
• Periode Kejadian Luar Biasa.
• Pasca Kejadian Luar Biasa.
SURVEILANS PERIODE
PERINGATAN DINI (SEBELUM KLB)
PENGERTIAN

• Sistem Kewaspadaan Dini adalah


suatu kegiatan untuk memantau
secara teratur perkembangan
penyakit di suatu wilayah dan
mengambil tindakan pendahuluan
untuk mencegah timbulnya KLB
KLB TANPA SKD KLB
KASUS
100
DETEKSI TINDAKAN
PERTAMA LAMBAT LAMBAT
90

80

70
KASUS YG
60 TERTANGANI
50

40

30

20

10

0
?
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
HARI
KLB DENGAN SKD KLB
DETEKSI TINDAKAN
DINI CEPAT
100

90

80
KASUS
70
POTENSIAL
60 YG DAPAT
DICEGAH
50

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

No SKD SKD
HARI
▪ Tatanan pengamatan
▪ yang mendukung sikap tanggap
terhadap adanya suatu perubahan
dalam masyarakat atau penyimpangan
persyaratan,
▪ yang berkaitan dengan kecenderungan
terjadinya kesakitan/kematian atau
pencemaran makanan / lingkungan,
▪ sehingga dapat dilakukan tindakan
cepat dan tepat
▪ untuk mengurangi jatuh korban
TUJUAN SKD
ANALISIS
Data Kesakitan Malaria Tahun Berjalan

Kasus Malaria Puskesmas X Tahun 2005

160

140
137
120
121
100 115

80

60
51 56
40 47 52
45
20 35 30
20 22
0
J F M A M J J A S O N D
ANALISIS
Data Kesakitan Malaria Tahun Berjalan dan Tahun Sebelumnya

• Jumlah penderita malaria setiap bulan pada tahun berjalan


dibandingkan dengan angka kesakitan malaria pada bulan
yang sama tahun sebelumnya
Kasus M al ar i a P uskesmas X T ahun 2 0 0 4 - 2 0 0 5
140
2004 2005
120
115

100

80

60
55 55
51 52
45 47
40 41 40
35 36 35 37
32 34 32 32
31 30 31

20 20 22

0
J P M A M J J A S O N D
ANALISIS
DATA KESAKITAN MALARIA UNTUK POLA MAKSIMUM-MINIMUM
Kasus Malaria
Bulan
1999 2000 2001 2002 2003
Januari 12 22 10 35 52
Februari 51 20 17 24 36
Maret 39 17 5 17 32
April 27 48 7 27 48
Mei 24 55 26 17 75
Juni 25 46 12 25 46
Juli 29 51 19 19 51
Agustus 31 52 10 31 52
September 38 50 10 37 55
Oktober 32 47 31 33 45
Nopember 30 51 22 30 51
Desember 17 51 17 47 23
ANALISIS
DATA KESAKITAN MALARIA UNTUK POLA MAKSIMUM-MINIMUM

Kasus Malaria
Bulan
diurutkan dari Angka Terendah ke Angka Tertinggi
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
ANALISIS
DATA KESAKITAN MALARIA UNTUK POLA MAKSIMUM-MINIMUM
Kasus Malaria
Bulan
Minimum Median Maksimum 2004
Januari 10 22 52 31
Februari 17 24 51 36
Maret 5 17 39 32
April 7 27 48 34
Mei 17 26 75 32
Juni 12 25 46 31
Juli 19 29 51 32
Agustus 10 31 52 35
September 10 38 55 41
Oktober 31 33 47 55
Nopember 22 30 51 40
Desember 17 23 51 37
Pola Maksimum-Minimum
(Untuk memperoleh Puncak Median)

P OLA MINIMUM MAKS IMUM KAS US MALARIA P US KES MAS X


TAHUN 1999 - 2004
IRS Puncak
80
Penularan

60

40

20

J P M A M J J A S O N D

M e di a n M i n i ma l M a k s i ma l 2004
Sistem Kewaspadaan Dini Malaria dengan Pola Maksimum-
Minimum
• Jumlah kasus dibawah garis median
(pola maksimum-minimum), POLA MINIMUM MAKSIMUM KASUS MALARIA PUSKESMAS X
dinyatakan aman.
TAHUN 1999 - 2004
• Bila jumlah kasus diantara garis
median dan garis maksimum
dinyatakan waspada. 80

• Bila jumlah kasus melebihi garis


60
maksimum, dinyatakan masuk
Indikasi KLB. 40

20

0
J P M A M J J A S O N D

M edi an M i ni mal M aksi mal 2004


▪ UU. No. 4, 1984, Bab I, Pasal 1 : Wabah
Penyakit Menular adalah kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat melebihi dari pada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta
dapat menimbulkan malapetaka

▪ PP 40, 1991, Bab I, pasal 1 (7) : KLB adalah


timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang
dapat menjurus pada terjadinya wabah
▪ UU. No. 4, 1984, Bab VI, pasal 10 :
Pemerintah bertanggungjawab untuk
melaksanakan upaya penanggulangan
wabah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5 (1)

▪ UU. No. 4, 1984, Bab VI, pasal 12 (1) :


Kepala Daerah setempat yang mengetahui
adanya tersangka penderita penyakit
menular yang dapat menimbulkan wabah,
wajib segera melakukan tindakan-
tindakan penanggulangan seperlunya
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010
Penetapan jenis-jenis penyakit
menular tertentu yang dapat
menimbulkan wabah didasarkan
pada pertimbangan epidemiologis,
sosial budaya, keamanan, ekonomi,
ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan menyebabkan dampak
malapetaka di masyarakat.
▪ Dapat dilakukan secara pasif dan aktif.
▪ Penemuan secara pasif melalui penerimaan
laporan/informasi kasus dari fasilitas pelayanan
kesehatan meliputi diagnosis secara klinis dan
konfirmasi laboratorium.
▪ Penemuan secara aktif melalui kunjungan
lapangan untuk melakukan penegakan diagnosis
secara epidemiologis berdasarkan gambaran
umum penyakit yang selanjutnya diikuti dengan
pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium dan
dapat juga dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang lainnya.
Kejadian Luar Biasa
(KLB)
KLB

Yaitu kejadian kesakitan atau kematian yang


menurut pengamatan epidemiologis dianggap
terjadi peningkatan yang bermakna pada suat
u kelompok penduduk dalam kurun waktu tert
entu,
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu
yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal pada suatu daerah.
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus
menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam
jam, hari atau minggu berturut-turut
menurut jenis penyakitnya.
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau
lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari
atau minggu menurut jenis penyakitnya.
d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1
(satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-
rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per
bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan
per bulan pada tahun sebelumnya.
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (CFR)
dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih
dibandingkan dengan angka kematian kasus
suatu penyakit periode sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama.
g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate)
penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibanding satu periode sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama.
▪ Kadinkes kabupaten/kota, kadinkes provinsi, atau
Menteri dapat menetapkan daerah dalam keadaan
KLB, apabila suatu daerah memenuhi salah satu kri
teria, dengan menerbitkan laporan KLB dan formuli
r W1 terlampir.
▪ Dalam hal Kadinkes kabupaten/kota tidak meneta
pkan suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan K
LB, Kadinkes provinsi dapat menetapkan daerah te
rsebut dalam keadaan KLB.
▪ Dalam hal Kadinkes kabupaten/kota atau kadinkes
provinsi tidak menetapkan suatu daerah di wilayah
nya dalam keadaan KLB, Menteri menetapkan daer
ah tersebut dalam keadaan KLB.
▪ Penetapan suatu daerah dalam keadaan waba
h dilakukan apabila situasi KLB berkembang at
au meningkat dan berpotensi menimbulkan ma
lapetaka, dengan pertimbangan:
▪ Secara epidemiologis data penyakit menunjukkan pe
ningkatan angka kesakitan dan/atau angka kematian
.
▪ Terganggunya keadaan masyarakat berdasarkan asp
ek sosial budaya, ekonomi, dan pertimbangan keama
nan.
▪ Menteri menetapkan daerah dalam keadaan w
abah
Tugas Puskesmas

• Pengobatan penderita
• Pengobatan penderita berat rujuk ke RS
• Melakukan PE
• Menentukan batas wilayah penanggulangan
• Menentukan dan menyiapkan sarana yang dibutuhkan
• Membuat jadwal kegiatan
• Membuat laporan (W1) dalam 24 jam
Tugas Dinkes Kab/Kota
• Berdasarkan laporan Puskesmas, petugas ke
lapangan untuk konfirmasi dan membawa
kebutuhan dan memberikan bimbingan
• Melakukan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
• Membuat laporan (W1 Ka) dalam 24 jam
*) Apabila tidak tersedia obat, bahan dan peralatan
mengajukan permohonan ke Propinsi.
Tugas Dinkes Propinsi
• Menganalisa laporan dari Dinkes Kab/Kota
• Melakukan konfirmasi ke lapangan
• Mengajukan permintaan kebutuhan biaya
operasional dan kegiatan ke Bagian Anggaran
Propinsi
• Mengirim biaya yang sudah disetujui ke Dinkes
Kab/Kota
• Melaksanakan pengawasan dan bintek
penanggulangan KLB
• Membuat laporan KLB ke Depkes cq. Ditjen PP &
PL
Kegiatan Penanggulangan KLB
❑ Menyusun rencana kebutuhan dan
pembiayaan :
Obat, bahan survey, bahan & alat lab, insektisida,
perlengkapan & peralatan penyemprotan, biaya.

❑ Pengobatan
❑ Pemberantasan Vektor
❑ Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
❑ Pembuatan Laporan
Periode Pasca KLB

• Mencegah KLB dengan meni


ngkatkan SKD-KLB dengan s
urveilans intensif
• Dinas Kesehatan Kabupaten
/Kota mengirim laporan sete
lah penanggulangan selesai

Anda mungkin juga menyukai