Anda di halaman 1dari 4

Sambut Hijrah dengan Perubahan Diri

secara Total
Senin, 4 November 2013 - 09:14 WIB

ilustrasi

Terkait

 Hijrah; Api Sejarah yang Tak Boleh Padam


 Kiai Cholil Nafis: Tahun Baru Hijriyah Momentum Bermuhasabah
 Janji Allah untuk Kaum Terusir, Hijrah, dan yang Dihinakan
 Jangan Mengucap ‘Ya Allah’ Ketika dalam Kondisi Tertekan Saja

HARI Selasa, umat Islam akan memasuki masa tahun baru Hijriah yang ke 1435. Berbagai
persiapan penyambutan untuk menyerap spirit hijrah telah dilakukan oleh berbagai pihak,
agar momentum tahun baru tersebut tidak berlalu tanpa pemaknaan yang berarti.

Namun, lebih dari sekedar kemeriahan agenda kegiatan yang dipersiapkan untuk menyambut
hijriah, secara lebih spesifik, kita sebagai seorang Muslim seyogyanya juga memiliki
kesiapan menyambut momentum berharga teersebut sebagai media perubahan.

Layaknya seperti sebuah perusahaan yang tiap akhir tahun senantiasa melakukan rekapitulasi
dan evaluasi, demikian pula semestinya setiap Muslim menjelang pergantian tahun. Selain
sebagai media evaluasi, juga sebagai sarana untuk bagaimana merancang tahun depan
menjadi lebih baik, lebih sholeh dan tentunya lebih takwa.

Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap Muslim menyambut pergantian tahun Hijriah ini
dengan penuh kesungguhan untuk benar-benar mengagendakan dan mewujudkan suatu
perubahan. Perubahan seperti apa? Jelas perubahan yang terkandung dari makna hijrah itu
sendiri sebagaimana telah disampaikan oleh Rasulullah.

Makna Hijrah

Tahun baru Hijriyah adalah sistem penanggalan Islam yang didasarkan pada peristiwa hijrah
yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya. Peristiwa tersebut menjadi starting point
peradaban Islam menuju puncak kejayaan.

Dari peristiwa hijrah itu, spirit iman menjadi nyata dalam kata dan perbuatan, sehingga tidak
heran jika setelah hijrah banyak sekali para sahabat yang memiliki kepribadian unggul nan
mengagumkan. Perubahan mindset benar-benar terjadi secara totalitas pada diri seluruh umat
Islam kala itu.

Secara bahasa, hijrah artinya berpindah. Sementara itu dalam konteks sejarah, hijrah adalah
kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad bersama para sahabat dari
Makkah ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa
akidah dan syari’at Islam.
Mereka yang berhijrah kala itu adalah Muslim yang tidak lagi memiliki tujuan apa-apa selain
daripada rahmat Allah Ta’ala.

َّ‫يل فِي وجاه ُدواَّ هاج ُرواَّ وال ِذينَّ آم ُنواَّ ال ِذينَّ إِن‬ َِّ ّ َّ‫للا رحمتَّ ير ُجونَّ ُأولـئِك‬
َِّ ِ ‫للا سب‬ َُّ ّ ‫حيمَّ غ ُفورَّ و‬
َِّ ّ ‫للا‬ ِ ‫ر‬

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di


jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2]: 218).

Pada ayat yang lain Allah tegaskan bahwa orang yang berhijrah itulah orang yang terbukti
benar keimanannya.

َّ ‫يل فِي وجاه ُدواَّ وهاج ُرواَّ آم ُنواَّ وال ِذ‬


‫ين‬ َِّ ّ َّ‫م ُأولـئِكَّ ونص ُرواَّ آوواَّ وال ِذين‬
َِّ ِ ‫للا سب‬ َُّ ‫مغ ِفرةَّ ل ُهم ح ّقاَّ ال ُمؤ ِم ُنونَّ ُه‬
َّ‫كرِيمَّ ورِزق‬

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-
orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang
muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh
ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal [8]: 74).

Maka dari itu, mereka yang berhijrah di jalan Allah adalah orang yang tinggi derajatnya dan
termasuk orang yang mendapat kemenangan besar.

َ‫ّللاِ َوأُولَئِكَ ُه ُم الفَائِ ُزون‬


‫ظ ُم دَ َر َجةً ِعندَ ه‬
َ ‫ّللاِ بِأَم َوا ِل ِهم َوأَنفُ ِس ِهم أَع‬ َ ‫الَّذِينَ آ َمنُوا َوهَا َج ُروا َو َجا َهد ُوا فِي‬
‫سبِي ِل ه‬

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta,
benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang
yang mendapat kemenangan.” (QS. At-Taubah [9]: 20).

Menafsirkan ayat tentang hijrah pada QS. 9: 20 Sayyid Qutb dalam tafsir Fi Dzilalil Qur’an
mengatakan bahwa, Sesungguhnya tidak ada wujud hakiki (dari keimanan seorang Muslim)
hanya semata-mata memeluk akidah, dan bukan pula dengan semata-mata melaksanakan
ibadah-ibadah ritual.

Agama ini adalah manhaj kehidupan yang tidak tercermin wujud nyatanya kecuali dalam
akumulasi gerakan, dalam bentuk masyarakat yang bekerja sama bahu-membahu. Adapun
keberadannya dalam bentuk akidah hanyalah wujud hukmi (secara hukum) saja, bukan wujud
riil, kecuali bila tercermin dalam bentuk gerakan nyata.

Dengan demikian makna hijrah dapat dipahami sebagai suatu gerakan perpindahan secara
totalitas, mulai dari fikriyah hingga amaliyah, dari jahiliyah menuju Islamiyah dalam satu
gerakan yang rapi, sistemik dan keseluruhan, baik dalam konteks pribadi maupun sosial.

Gerakan Perubahan Diri

Momentum hijrah tahun ini hendaknya benar-benar kita maknai sebagai media perubahan diri
yang maksimal dalam penyempurnaan iman dan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Sebab,
jika tidak, boleh jadi kita merasa biasa saja dalam hidup ini. Seolah telah menjadi baik,
padahal belum.
Momentum hijrah ini adalah media yang tepat untuk mendata secara mendetail siapa
sebenarnya diri kita. Apakah yang paling kita cintai dalam hidup ini, apakah yang paling
sering kita pikirkan dalam hidup ini, dan apa yang sebenarnya ingin kita raih dalam
kehidupan dunia ini.

Menghadirkan pertanyaan semacam itu misalnya, akan sangat membantu setiap jiwa
mengetahui siapa dirinya dan kemudian menetapkan tujuan dan posisi sebagai seorang
Muslim secara tepat. Sebab, disadari atau tidak, kita evaluasi atau tidak diri kita, atau kita
catat atau tidak amal perbuatan kita, Allah melalui malaikat-Nya tak pernah lengah mencatat
amal kita sehari-hari.

َّ‫سوءاَّ بِقوم‬ َُّ ‫ه ِّمن ل ُهم وما ل‬


ُ َّ‫ه مردَّ فل‬ َِّ ِ‫والَّ ِمن ُدون‬

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (QS. Ar Rad [13]: 11).

Menurut Ibn Katsir, setiap manusia dikelilingi empat malaikat, empat di siang hari dan empat
di malam hari yang bertugas mengawasi setiap manusia secara bergiliran, dua sebagai
penjaga dan lainnya sebagai pencatat amal perbuatannya.

Mungkin selama ini kita lupa tentan hal ini, maka di momentum hijrah ini kita harus benar-
benar atur diri kita untuk sebisa mungkin melakukan amalan sholeh sebagaimana
dicontohkan oleh Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Karena sesungguhnya, akan
bagaimana kita ke depan sangat ditentukan oleh bagaimana kita hari ini.

Artinya, semakin baik kita dalam keseharian, itu berarti Malaikat tidak menghadap Allah
kecuali melaporkan kebaikan, insya Allah kebaikan di masa depan itu pasti menjadi
kenyataan. Karena setiap kebaikan berbalas kebaikan (QS. 55: 60) dan setiap kebaikan yang
kita lakukan kembali pada kita sendiri (QS. 17: 7).

Di sinilah setiap Muslim harus melakukan agenda perubahan. Dengan spirit hijrah, itu bukan
suatu yang mustahil. Sebab, Allah tidak akan pernah merubah suatu kaum (termasuk pribadi
kita) jika kita sendiri tidak mau merubahnya (QS. 13: 11).

Jika Rasulullah dan sahabat berhasil menjadi Muslim kaffah dengan berhijrah, mengapa kita
tidak meneladaninya dengan target dan tujuan yang sama sebagai wujud nyata bahwa kita
benar-benar ingin berubah?*

Berawal dr dakwah nabi di mekah. Yg fokus pada penanaman dan meluruskan aqidah dilinkungan
kaum musyrikin jahiliyah. Mendapatkan penolakan, tantangan, ancaman, dan perlawanan yg sngt
berat, sehingga datang perintah dr Alloh agar nabi dan kaunnya berhijrah. Hijrah adlh perjalanan
iman. Hijrah adlh konsekwensi dan tuntutan keimanan.

Hijrah adlh pembuktian ketaatan dan kecintaan. Kaum muslimin saat itu rela berpisah dg klrga dan
orang2 yg dicintainya. Merka rela meninggalkan jabatannya. Mereka rela meniggalkan dan
kehilangan harta kekayaannya. Mereka rela meninggalkan rumah dan kampung halamannya. Semua
dilakukan demi keimanan, ketaatan, dan kecintaannya kpd Alloh dan rosulNya. Mereka rela
menempuh perjalanan yg sngt jauh, pejalanan yg sngt berat dan penuh resiko bahkan
mempertaruhkan nyawanya, semua dilakukan dg penuh kerelaan dan keihlasan tanpa keluh kesah.
(2). Hijrah adlh perjalanan ukhuwah. Dg hijrah terjalin persaudaraan antara kaum muhajirin (dr
mekah) dg kum anshor (dr madinah). Persaudaraan yg diikat dan disatukan dg aqidah dan
keimanan. Persaudaraan yg menghapuskan perbedaan kesukuan, status sosial, jabatan dan
kepentingan2 dunia lainnya

Anda mungkin juga menyukai