VERTIGO
I. Konsep Vertigo
1.1. Definisi
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk
pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan
seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim
keseimbangan (Labuguen, 2006).
1.2. Etiologi
1.2.1. Otologi 24-61% kasus
1.2.1.1. Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
1.2.1.2. Meniere Desease
1.2.1.3. Parese N VIII Uni/bilateral
1.2.1.4. Otitis Media
1.2.2. Neurologik 23-30% kasus
1.2.2.1. Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
1.2.2.2. Ataksia karena neuropati
1.2.2.3. Gangguan visus
1.2.2.4. Gangguan serebelum
1.2.2.5. Gangguan sirkulasi LCS
1.2.2.6. Multiple sklerosis
1.2.2.7. Vertigo servikal
1.2.3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
1.2.3.1. Tekanan darah naik turun
1.2.3.2. Aritmia kordis
1.2.3.3. Penyakit koroner
1.2.3.4. Infeksi
1.2.3.5. Hipoglikemia
1.2.3.6. Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,
1.2.4. Psikiatrik > 50% kasus
1.2.4.1. Depresi
1.2.4.2. Fobia
1.2.4.3. Anxietas
1.2.4.4. Psikosomatis
1.2.5. Fisiologik Melihat turun dari ketinggian.
Klien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu
keadaan tertentu. Klien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya
berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya,
bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau
jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung
5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali klien merasa
cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha
menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat
menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus
atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar
klien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan
dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat
juga sampai beberapa tahun.
1.4. Patofisiologi
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti
meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang
terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada
saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus
(otitis media). Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena
neurologik. Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan
serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang
terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan
VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi
kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf
ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan. Hipertensi dan tekanan
darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi
diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga
akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula
dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke
pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.
1.6. Komplikasi
1.6.1. Cidera fisik
Klien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan
akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga klien
tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan
berjalan.
1.6.2. Kelemahan otot
Klien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan
aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran,
sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas
dapat menyebabkan kelemahan otot.
1.7. Penatalaksanaan
1.7.1. Penatalaksanaan Medikasi
1.7.1.1. Pada fase akut penderita harus dibaringkan dan diberi
Avoming 25 mg tiap 6 jam. Kalau muntah dan vertigo
hebat penderita perlu dirawat di Rumah Sakit.
Promethazine 25 mg dan Chlorpromazine 1,25 mg
melalui IM tiap 6 jam selama 24 jam akan mengurangi
muntah dan vertigo yang hebat.
1.7.1.2. Pada fase tenang penderita dianjurkan untuk:
a. Mengurangi minum hanya sampai tiga gelas sehari.
b. Pantang garam.
1.7.2. Penatalaksanaan Operatif
Apabila pendengaran masih baik dianjurkan operasi untuk
menghilangkan vertigo sambil mempertahankan pendengarannya
seperti:
1.7.2.1. Miringotomi dan pemasangan gromet dapat mengurangi
vertigo.
1.7.2.2. Dekomprese sakus endolimfatikus untuk mengurangi
tekanan di dalam labirin mukosa dapat menghilangkan
vertigo.
1.7.2.3. Perusakan dengan ultra sonik terhadap labirin untuk
mempertahankan koklea telah dicoba pula tetapi cara ini
sudah banyak ditinggalkan oleh ahli THT.
1.7.2.4. Apabila satu telinga tuli besar dan menyebabkan
kambuhnya vertigo perusakan labirin membranosa perlu
dilakukan dengan cara operasi ini penderita dibebaskan
sama sekali dari vertigo sedangkan hilangnya
pendengaran tidak merisaukan penderita.
1.8. Pathway
Vestibular
Fisiologis
II. Rencana Asuhan Klien dengan Meningitis
2.1. Pengkajian
2.1.1. Aktivitas/Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata,
kesulitan membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan
disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan
postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
2.1.2. Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal,
pucat, wajah tampak kemerahan.
2.1.3. Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan
ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi,
kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala,
mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
2.1.4. Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak,
jeruk, saus, hotdog, Monosodium Glutamat (MSG) pada migrain,
mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan.
2.1.5. Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera
kepala yang baru terjadi, trauma, stroke, aura; fasialis, olfaktorius,
tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang
keras, epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi
tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah
terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon
dalam, papiledema.
2.1.6. Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma,
sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus
menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional/perilaku tak
terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga
menegang, frigiditas vokal.
2.1.7. Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan
cara berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit
kepala pada gangguan sinus).
http://documentslide.com/documents/laporan-pendahuluan-vertigodocx.html
(diakses 6 Desember 2016).