Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita

adalah persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan.

Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional,

antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru,

pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan,

dan meningkatkan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, indikator mutu

pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah,

terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup

menggembirakan, sebagian besar lainnya masih memprihatinkan.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah

khususnya melalui Departemen Pendidikan Nasional terus menerus berupaya

melakukan berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah

satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor

guru. Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang di dalamnya

memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di

Indonesia. Michael G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam

(2000) mengemukakan bahwa "educational change depends on what teachers

do and think...". Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan

pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada "what teachers do

and think", atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi

guru.
2

Jika kita amati lebih jauh tentang realita kompetensi guru saat ini

agaknya masih beragam. Sudarwan 1Danim (2002) mengungkapkan bahwa

salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu

menunjukkan kinerja
3

(work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru

belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai,

oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan

kompetensi guru.

Berdasarkan masalah di atas, maka berbagai pihak mempertanyakan apa

yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita? Kurangnya pemahaman guru

akan tugasnya sebagai agen pembelajaran, merupakan salah satu faktor rendahnya

mutu pembelajaran. Guru sebagai agen pembelajaran harus memiliki beberapa

kompetensi diantaranya adalah kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik,

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Apabila guru mampu menguasai

kompetensi tersebut maka mutu pendidikan akan meningkat.

Dari uraian di atas, penulis selaku kepala sekolah melakukan terobosan

untuk menyikapi sekaligus memperbaiki pola-pola pemikiran yang salah dengan

memberikan pengarahan/ pembinaan guru berbasis sekolah yang dinamakan

dengan (Lesson Study) secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-

prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar,

untuk membekali guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai agen pembelajaran.

Kata kuncinya adalah "rutinitas" penulis mempunyai keyakinan bahwa dengan

pengarahan secara rutin, terprogram dengan baik dan kontrol terhadap persiapan

guru sebelum melaksanakan tugas mengajar di kelas maka akan terbentuk tenaga

pendidik yang produktif/ profesional dan mampu meningkatkan mutu

pembelajaran. Memang, dalam awal-awal pelaksanaan program ini ada beberapa

diantara guru yang menunjukkan sikap acuh tak acuh, tetapi dengan kesabaran dan

ketekunan akhirnya guru tersebut sangat antusias setelah merasakan dampak dan

manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan program tersebut.

Hubungan kepala sekolah dengan guru-guru harus baik, tanggung jawab,

didasari dengan kejujuran, kesetiaan, keikhlasan dan kerjasama. Apabila

diibaratkan dalam satu keluarga, maka hubungan Kepala Sekolah dengan guru-
4

guru lainnya harus beriangsung bagaikan hubungan satu saudara dengan saudara

lainnya, dan hubungan kepala sekolah dengan siswa harus seperti hubungan ayah

dengan anak.

Maka berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan upaya

perbaikan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di Sekolah Taman Kanak-

kanak Kemala Bhayangkari Padangsidimpuan melalui Penelitian Tindakan

Sekolah (PTS) dengan judul:

"Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson Study Secara

Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari

Padangsidimpuan".

B. Rumusan Masalah

Dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1) Bagaimana perencanaan guru dalam melaksanakan tugas mengajar

agar mutu pembelajaran meningkat?

2) Bagaimana pemahaman guru terhadap tugasnya sebagai agen

pembelajaran?

3) Bagaimana guru menerapkan teknik praktek rencana pembelajaran di

kelas untuk meningkatkan mutu pembelajaran?

4) Apakah tingkat kesadaran dan tanggung jawab guru sebagai pendidik

sudah seimbang dengan tugas pokok dan fungsi yang dibebankan oleh

pemerintah?

C. Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti berupaya:

1. Melakukan pengamatan terhadap kinerja guru-guru.

2. Mengadakan supervisi klinis


5

3. Melakukan pembinaan dengan cara mengumpulkan guru TK Kemala

Bhayangkari Padangsidimpuan dengan kegiatan (tidakan): Penjelasan

tentang pentingnya Lesson Study Secara Rutin

D. Tujuan

Secara khusus tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

a. Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab guru akan tugas pokok dan

fungsinya yang dibebankan oleh orang tua, masyarakat dan pemerintah.

b. Menyusun dan mengevaluasi perencanaan guru dalarn melaksanakan

tugas mengajar agar mutu pembelajaran meningkat.

c. Meningkatkan pemahaman guru terhadap tugasnya sebagai agen

pembelajaran.

d. Membentuk dan menciptakan disiplin kerja serta iklim budaya kerja

sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

E. Manfaat

1) Manfaat Teoritis

Melalui kegiatan penelitian ini diperoleh alternatif solusi dalam meningkatkan

kemampuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas

2) Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Peran guru yang dapat berubah-ubah: siapapun dapat berperan

sebagai guru pengajar dalam satu waktu dan menjadi guru pengamat dilain

waktu. Pergantian peran ini menciptakan rasa saling mengerti serta

mendukung diantara guru dan secara efektif meningkatkan mutu proses

belajar-mengajar.

Memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk

dapat:
6

- Memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan

dibelajarkan kepada siswa.

- Memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk

kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah

persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta

kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan.

- Mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran

melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan lesson study),

- Belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat

menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa.

- Mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan

maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran,

b. Manfaat bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi pembinaan

dan pengembangan kompetensi guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran

dan pendidikan.

c. Manfaat Bagi Siswa

Siswa akan menikmati pembelajaran yang lebih tertib dan bermutu karena

guru telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.


7

BAB II

KAJIAN TEORITIS

Kajian teoritis adalah kajian atas tanggapan terhadap teori dan informasi lain

dengan masalah yang diidentifikasikan. Oleh karena itu sifatnya selektif sedangkan

penelitian hendaknya kritis, kreatif dan analitis.

Tujuan dan maksud kajian teoritis adalah untuk memperjelas penganalisasian

dan pembahasan masalah yang sedang diteliti. Penelitian yang tidak ditunjang oleh

sumber pustaka, diragukan kekuatannya secara ilmiah.

Ada beberapa sumber yang digunakan dalam kajian teoritis ini antara lain

buku-buku teks makalah, artikel, e-books, panduan dan sumber lain yang diakui

kebenaran ilmiah.

A. Tugas Pokok Kepala Sekolah

Tugas pokok Kepala Sekolah adalah merencanakan, melaksanakan

program manajamen sekolah termasuk memantau, menilai mensupervisi,

membina, dan melaporkan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran, kinerja

sekolah dalam mengelola pendidikan. Sofyan Salim (2007) tugas yang harus

dilakukan Kepala Sekolah adalah melakukan pembinaan pengembangan kualitas

sekolah, kinerja sekolah, kinerja guru dan kinerja seluruh staf sekolah. Kepala

sekolah managerial pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan bantuan/

bimbingan mulai dari rencana program, proses dan sampai dengan hasil.

Fungsi Kepala Sekolah adalah sebagai mitra guru, pembaru (inovator),

penyuluh (konselor), pendorong (motivator), kerjasama (kolabolator), penilaian

(asesor), konsultan didalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya

terhadap kinerja guru dalam pembelajaran dan kinerja kepala sekolah dalam

mengelola pendidikan.

Salim (2007) mengemukakan Kepala Sekolah satuan pendidikan

melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi

7
8

manajerial. Adapun sasaran supervisi akademik antara lain membantu guru dalam

merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan, mengembangkan

interaksi pembelajaran (metode, strategi, teknik, model, pendekatan dan lain-lain)

yang tepat guna.

Manajemen pendidikan merupakan proses pengembangan kegiatan

kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan. Proses pengendalian kegiatan kelompok tersebut mencakup

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakkan (actuating),

dan pengawasan (controling) sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi

aksi.

Engkoswara (2001; 2) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan

dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata

sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan

bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta dalam

mencapai tujuan yang di sepakati bersama.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa penataan mengandung makna

mengatur, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber daya meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan. Sumber daya terdiri dan

sumber daya manusia (peserta didik, pendidik, dan pemakai jasa pendidikan),

sumber belajar dan kurikulum (segala sesuatu yang disediakan lembaga

pendidikan untuk mencapai tujuan), serta fasilitas (peralatan, barang, dan

keuangan yang menunjang kemungkinkan terjadinya pendidikan). Tujuan

pendidikan yang produktif berupa prestasi yang efektif dan suasana atau proses

efisien, sedangkan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan yang produktif

dapat dilihat dari sudut administrative psikologis, dan ekonomis.


9

B. Peran Kepala Sekolah

Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut

memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun,

jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis

kompetensi, sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif

kebijakan pemerintah, kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu

yang sederhana. Untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru

diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran

kepala sekolah. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000) mengemukakan

bahwa "kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja

personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru." Dalam perspektif

kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama

kepala sekolah yaitu, sebagai:(1) educator (pendidik); (2) manajer; (3)

administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim

kerja; dan (7) wirausahawan;

Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan

oleh Depdiknas di atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan

antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru.

1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)

Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan

guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah.

Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap

pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar disekolahnya tentu

saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya,

sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar

para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga

kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.


10

2. Kepala sekolah sebagai manajer

Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus

dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan

pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya

dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru

untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai

kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti:

MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan

sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah,

seperti: kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan

pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.

3. Kepala sekolah sebagai administrator

Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk

tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya.

Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan

kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi

para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat

mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi

guru.

4. Kepala sekolah sebagai supervisor

Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan

pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan

supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk

mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan

dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam

proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat

diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan

pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan,


11

selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga

guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan

keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

5. Kepala sekelah sebagai leader (pemimpin)

Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat

menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap

peningkatan kompetensi guru?. Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita

mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi

pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka

meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan

kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan

dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.

Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan

kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat

sebagai berikut: (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani

mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan

(7) teladan (E. Mulyasa, 2003).

6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap

guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang

disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam

upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah

hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) para guru akan

bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan

menyenangkan; (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan

diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia

bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut; (3)

para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya;


12

(4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu

hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-

psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran

E. Mulayasa tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa, 2003).

7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan

Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan

peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat

menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan

berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirausahaan yang kuat akan

berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya,

termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses

pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.

Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas,

secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi

terhadap peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa

efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

C. Lesson Study Dalam Kegiatan Pembelajaran

Lesson Study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui

pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan

prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas

belajar.

Lesson Study adalah program yang diterapkan oleh SISTTEMS,

(Strengthening In-Service Teacher Training of Mathematics and Science

Education at Junior Secondary Level) yaitu bentuk kerjasama antara JICA (Japan

International Cooperation Agency) dan MONE / Depdiknas (Ministry of National

Education / Departemen Pendidikan Nasional) Indonesia.

Lesson Study bukan merupakan metoda atau strategi pembelajaran tetapi

kegiatan yang dapat menerapkan berbagai metoda dan strategi pembelajaran yang
13

sesuai dengan situasi, kondisi, kemampuan komunitas pembelajaran serta berbagai

permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.

Lesson Study adalah metode yang berorientasi pada praktek untuk

meningkatkan keterampilan mengajar oleh guru-guru itu sendiri.

D. Teknik Lesson Study

Lesson Study biasanya terdiri dari tahapan-tahapan berikut:

1. Guru mempersiapkan rencana pembelajaran (PLAN-tahap perencanaan),

2. Salah seorang guru mempraktekkan rencana pembelajaran di kelas yang

sesungguhnya, sedangkan para guru pendamping yang lain dan kepala sekolah

mengamati pembelajaran tersebut (DO-tahap pembelajaran terbuka),

3. Setelah pembelajaran, guru pengajar dan para guru pengamat mendiskusikan

hasil pembelajaran, kemudian disampaikan kepada kepala sekolah untuk

menyampaikan umpan balik pada guru pengajar.

Kelebihan dari metode ini adalah, peran guru yang dapat berubah-ubah:

siapapun dapat berperan sebagai guru pengajar dalam satu waktu dan menjadi guru

pengamat dilain waktu. Pergantian peran ini menciptakan rasa saling mengerti

serta mendukung diantara guru dan secara efektif meningkatkan mutu proses

belajar-mengajar. Bermacam-macam istilah yang digunakan untuk metode sejenis

ini diberbagai sumber pustaka, misalnya: "action research", "coaching", dan

"clinical supervision". Dalam program ini, lesson study akan digunakan sebagai

istilah umum untuk kegiatan yang berusaha untuk mengembangkan profesi guru.

Revolusi pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan Lesson Study

telah menunjukkan hasil yang luar biasa. Indikator keberhasilannya itu dapat

dilihat diantaranya:

1. Tumbuhnya semangat guru dalam mencari dan menerapkan berbagai metoda

atau strategi pembelajaran. Hal ini dikarenakan setiap dilaksanakan

implementasi Lesson Study, guru dituntut untuk memilih metoda atau strategi
14

pembelajaran yang lain dari yang pernah dipakai dalam implementasi-

implementasi sebelumnya.

2. Tumbuhnya prinsip kolegalitas diantara guru-guru mata pelajaran, khususnya

yang sejenis. Hal ini ditunjukkan dengan semakin efektifnya kegiatan

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Sebelumnya, kegiatan MGMP

itu, kalaupun ada, hanya terbatas bila menghadapi ujian nasional saja. Bahkan

kegiatan MGMP pun biasanya diselenggarakan oleh sub rayon, bahkan rayon,

yang tentu secara domisili kesulitan dijangkau oleh transportasi, terutama di

sekolah-sekolah yang berada di pinggiran. Melalui kegiatan MOMP yang

diselenggarakan di Base Camp, lebih mudah dijangkau oleh guru-guru

anggota MOMP, sehingga silaturrahmi dan kolegalitas, sebagai ruh Lesson

Study, dapat tercipta.

3. Dukungan moril dan materil dari pimpinan sekolah semakin kuat. Hal ini bisa

dilihat pada setiap kegiatan Lesson Study melalui MGMP mendapat dukungan

dari kepala sekolah. Bahkan hampir setiap kegiatan Lesson Study dihadiri

langsung oleh kepala sekolah-kepala sekolah, khususnya dalam satu base

camp. Tentunya, dengan dukungan yang besar dari pimpinan akan memberi

motivasi bagi untuk mengikuti kegiatan MGMP. Tetapi sebaliknya, bila

pimpinan sekolah tidak memberi motivasi, maka gurunya pun tidak akan

semangat mengikuti kegiatan MGMP.

4. Guru mendapat banyak pencerahan, selain dari teman sejawat, juga dari para

dosen pembimbing (fasilitator) yang setiap pertemuan selalu hadir untuk

memberikan dukungan, baik ketika melakukan PLAN (perencanaan), DO

(pelaksanaan/implementasi) dan SEE (refleksi).

Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kegiatan Lesson Study agar

berjalan lebih baik harus mendapat perhatian dan merupakan tugas dan tanggung

jawab bersama, baik bagi guru-guru, kepala sekolah, dinas pendidikan dan Lembaga
15

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terlibat langsung dengan kegiatan

Lesson Study.

E. Tahapan Lesson Study

Lalu bagaimana kiatnya agar Lesson Study yang kita lakukan efektif?

Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai

beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan

melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA).

Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam

Lesson Study, yaitu: (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3)

Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dan University of

Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:

1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang

bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan

dengan Lesson Study.

2. Develop Student Learning Goals: anggota tim mendiskusikan apa yang akan

dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.

3. Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai

tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.

4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan

pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan,

mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.

5. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan

dalam pencapaian tujuan belajar siswa

6. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-

tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana

dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang

ada.
16

Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007)

dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas

tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study

1. Tahapan Perencanaan (Plan)

Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson

Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran

yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis

kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti

tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan

fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat diketahui berbagai

kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran.

Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan

segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan

permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan

RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat

matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang

akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap

awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.

2. Tahapan Pelaksanaan (Do)

Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1)

kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru

yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang

telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang

dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca:

guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang

bertindak sebagai pengamat/observer).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan,

diantaranya:
17

1. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun

bersama.

2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang

wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan

adanya program Lesson Study.

3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan

mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi

guru maupun siswa.

4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa,

siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan

menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan

disusun bersama-sama.

5. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan

untuk mengevalusi guru.

6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo

digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan

kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.

7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama

pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan

diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya

proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan

dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang

tercantum dalam RPP.

3. Tahapan Refleksi (Check)

Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya

perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman

analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran

yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang
18

diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta

lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang

telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan

umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya,

misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam

menjalankan RPP yang telah disusun.

Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara

bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru

yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-sarannya, pengamat harus

didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak

berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi

dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan

atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta

pun memiliki catatan-catatan pembiearaan yang berlangsung dalam diskusi.

4. Tahapan Tindak Lanjut (Act)

Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau

keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses

pembelajaran, baik pada tataran individual, maupun menajerial.

Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang

disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi

modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer

untuk mengembangkan proses pembelajaran kearah lebih baik.

Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah

sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah

masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan

disekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak

disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara

langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang
19

sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran,

sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk

mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.


20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Sebagai mekanisme penelitian yang dapat menggambarkan tercapainya

tujuan yang telah ditetapkan maka ditempuhlah prosedur penelitian tindakan

sekolah ini dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Pelaksanaan penelitian kualitatif ditempuh dengan cara penelitian lebih

banyak melibatkan norma-norma berfikir rasional dan logis berdasarkan data-data

atau kesimpulan yang terdapat pada buku panduan atau acuan literatur yang

dijadikan obyek penelitian. Dalam hal ini penelitian menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

a) Menentukan Sumber Data

i. Jenis data

Data yang diperoleh adalah berupa informasi dan atau keterangan hasil

pengamatan terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan metode Lesson Study.

ii. Sumber data pendukung diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah

2. Guru

iii. Analisis Data

Setelah seluruh data yang diperlukan maka langkah selanjutnya adalah

mengolah data dan menganalisis data yang cara-caranya sebagai berikut:

1. Deduksi yaitu upaya memperoleh data yang bersifat khusus melalui penalaran

dan penganalisisan data-data yang bersifat umum.

2. Induksi upaya memperoleh data-data yang bersifat umum melalui penalaran

dan penganalisasian terhadap data yang bersifat khusus.

20
21

3. Menyandingkan beberapa keterangan atau data yang diperoleh untuk

mendapatkan argumentasi yang lebih serta mampu memberikan kejelasan

yang layak untuk dijadikan pegangan dalam penelitian.

B. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian adalah guru kelas sebagai berikut :

Pangkat/
No Nama Jml. Jam Kelas Asal sekolah
Gol
1 Zunaidah Simamora III/d 24 A TKKemala Bhayangkari
2 Juraidah Siregar III/d 24 A TKKemala Bhayangkari

C. Waktu Penelitian Tindakan Sekolah

Jadwal kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini direncanakan dan

dilaksanakan sebagaimana pada tabel di bawah ini :

Tabel 1

No. Tanggal Siklus Tindakan

1 2 Februari 2016 1 Pengamatan dan penilaian RPP guru-guru

2 9 Februari 2016 1 Melakukan Supervisi Klinis

Mengadakan Pembinaan Melalui Metode


3 15 Februari 2016 2
Lesson Study.

4 1 Maret 2016 2 Supervisi akademik (Pembuatan RPP)

D. Prosedur Penelitian

1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan Tindakan Sekolah dilakukan dengan penilaian terlebih dahulu

terhadap kebutuhan-kebutuhan guru yang diperoleh dari informasi hasil

pembicaraan dengan guru. Diperoleh kesimpulan bahwa guru memiliki

keterbatasan dalam menyusun RPP. Permasalahan ini diangkat menjadi isu

pembinaan dengan memberikan penyuluhan tentang penyusunan RPP.


22

Sebagai langkah pertama adalah melakukan penilaian terhadap RPP yang

disusun oleh guru dengan menggunakan instrumen penilaian RPP. Teknik dan alat

pengumpul data adalah menggunakan teknik observasi atau pengamatan terhadap

dokumentasi perangkat pembelajaran guru (RPP) dan eksen pembelajarannya di kelas

dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

LEMBAR PENILAIAN

Petunjuk

Berilah skor pada butir-butir perencanaan pembelajaran dengan cara melingkari

angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

1= sangat tidak baik

2= tidak baik

3 = kurang baik

4 = baik

5 = sangat baik

No. Aspek yang dinilai Skor


1. Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak menimbulkan
12345
penafsiran ganda dan mengandung perilaku hasil belajar)
2. Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta
12345
didik)
3. Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika materi dan
12345
kesesuaian dengan alokasi waktu)
4. Pemilihan sumber/ media pembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi
12345
dan katakteristik peserta didik)
5. Kejelasan skenario pembelajaran (langkah-langkah, kegiatan
12345
pembelajaran: awal, inti, dan penutup)
6. Kerincian skenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi/
12345
metode dan alokasi waktu pada setiap tahap)
7.
Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran 12345
8.
Kelengkapan instrumen (soal, kunci, pedoman penskoran) 12345

Skor Total ................


23

2. Pelaksanaan Tindakan

Setelah dilakukan penilaian terhadap RPP, dilakukan penyuluhan penyusunan

RPP sesuai pedoman.

3. Observasi/Pengamatan

RPP yang sudah disusun dilaksanakan dikelas dengan menggunakan instrumen

sebagai berikut:

PENILAIAN MENGAJAR

Satuan Pendidikan :.................................................................................

Nama Guru :.................................................................................

Mata Pelajaran :.................................................................................

Hari/ Tanggal :.................................................................................

No Aspek Indikator Deskriptor Nilai


Penilaian A B C D
1. Membuka Apersepsi 1. Membuka pelajaran dengan doa/ salam/ memeriksa
Pelajaran kehadiran peserta.
2. Mengajukan pertanyaan/ menggali informasi
berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai.
3. Mengemukakan kompetensi yang akan dicapai
dalam kegiatan pembelajaran.
4. Mengkaitkan peran/ manfaat penguasaan kompetensi
dalam kehidupan peserta.
2. Melaksanakan Penggunaan 1. Metode yang digunakan melibatkan peserta
kegiatan inti Metode mengalami/ melakukan aktivitas pembelajaran
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
2. Metode yang digunakan melibatkan peserta
menemukan prosedur/ konsep/ prinsip/
karakteristik berkaitan dengan kompetensi yang
akan dicapai.
3. Metode yang digunakan melibatkan peserta
menerapkan apa yang telah ditemukan dalam
situasi yang baru/konteks yang berbeda.
4. Metode yang digunakan mengharuskan untuk
mengukuhkan temuan peserta.
Penggunaan 1. Menggunakan media yang otentik.
Media 2. Memberdayakan media yang ada disekeliling
peserta, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
3. Media yang digunakan sesuai untuk mencapai
kompetensi yang akan dicapai.
4. Media yang digunakan memungkinkan peserta
24

No Aspek Indikator Deskriptor Nilai


Penilaian A B C D
melakukan pengamatan, bertanya,
mengumpulkan data, menganalisis data dan
menarik kesimpulan.
Penguasaan 1. Guru mendemonstrasikan perilaku pembelajaran
Kompetensi yang seharusnya dikuasai peserta melalui
contoh/ pemodelan.
2. Tugas yang diberikan kepada peserta
mencerminkan tahapan untuk mencapai
kompetensi yang seharusnya dikuasai peserta.
3. Guru memberikan balikan secara jelas terhadap
perilaku pembelajaran yang sesuai/ tidak sesuai
dengan kompetensi yang seharusnya dikuasai
peserta.
4. Guru dapat merespon pertanyaan dan komentar
peserta secara tepat dan memadai.
Pembelajaran 1. Guru memberdayakan permainan/ humor/
menyenang- metode yang bervariasi untuk menyegarkan
kan suasana.
2. Peserta yang banyak melakukan aktivitas
pembelajaran dan peserta melaksanakan aktivitas
pembelajaran dengan gembira.
3. Peserta tidak takut mengajukan pertanyaan/
saran/ pendapat.
4. Peserta tidak takut mengekspresikan
kegembiraan, misalnya dengan bertepuk tangan.

Keterkaitan 1. Metode yang digunakan melibatkan peserta


metode dengan untuk melakukan kerjasama (Learning
pengembangan community).
kecaka
2. metode yang digunakan mendorong peserta
untuk mengajukan pertanyaan/ pendapat kritis
dan kreatif.
3. Metode yang digunakan bersifat menantang,
sehingga mendorong peserta melakukan
aktivitas secara sungguh- sungguh dan antusias.
4. Metode yang digunakan mendorong peserta
untuk mempertahankan pendapat dan
berpendapat yang berbeda.
3. Refleksi dan refleksi 1. Guru mendorong peserta mengungkapkan apa
penilaian yang telah dipelajari.
2. Guru mendorong peserta mengungkapkan
kesan-kesan berkaitan dengan pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
3. Guru mendorong peserta mengungkapkan saran
untuk perbaikan pembelajaran.
4. Guru memberikan penguatan/pujian
25

No Aspek Indikator Deskriptor Nilai


Penilaian A B C D
terhadap upaya/kerja keras yang telah
dilakukan peserta.
Penilaian 1. Guru melakukan penilaian sesuai dengan
kompetensi yang seharusnya dicapai.
2. Kriteria penilaian jelas dan dapat diukur.
3. Guru memberi kesempatan peserta untuk
melakukan self-assesment (penilaian diri sendiri)/
peer-assesment (penilaian antar teman) dengan
kriterian yang telah ditetapkan.
4. Penilaian dilaksanakan selama dan setelah
aktivitas pembelajaran (proses dan produk).
4. Faktor penun Penggunaan 1. Ucapan jelas dan mudah dipahami.
jang bahasa 2. Menggunakan kosakata dan tata bahasa
baku.
3. Kalimat-kalimat yang digunakan
bervariasi, tidak monoton.
4. Pembicaraan lancar, tidak tersedat-sedat.
Rasa 1. Tatapan mata dan gerak tubuh
percaya diri menunjukkan sikap tenang.
2. Nada suara dan intonasi menunjukkan
sikap tegas, optimis dan tidak ragu-ragu.
3. Merespon setiap pertanyaan, tanggapan
atau saran dari peserta dengan emosi
yang stabil (tidak larut dalam emosi).
4. Semua pertanyaan, tanggapan atau saran
dijawab dengan tenang, tidak gugup dan penuh
rasa optimis
Jumlah Seluruh Skor
Nilai= Jumlah seluruh skor
10

Cara pemberian nilai untuk setiap indikator:


Nilai A (skor 4) : Sangat baik, jika tiga atau empat deskriptor tampak/teramati
Nilai B (skor 3) : Baik, jika dua deskriptor tampak/teramati
Nilai C (skor 2) : Kurang, jika satu deskriptor tampak/teramati
Nilai D (skor1) : Sangat kurang, jika tidak ada deskriptor yang tampak/teramati
Simpulan penilaian dan Rekomendasi :
26

4. Refleksi

Tindakan-tindakan tersebut diimplementasikan dalam tiga siklus tindakan

dan setiap siklus diakhiri dengan refleksi. Siklus pertama penilaian RPP

menghasilkan penilaian perlunya diberi penyuluhan penyusunan RPP. Siklus

kedua yaitu melakukan pembinaan melalui tekhnik Lesson Study dan siklus ketiga

menghasilkan pembicaraan lebih lanjut tentang supervisi akademik (pembuatan

RPP).
27

BAB IV

PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Persiklus

Pelaksanaan PTS yang direncanakan oleh penulis dalam bentuk

pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul "Upaya Peningkatan Kinerja

Guru Melalui Tekhnik Lesson Study Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman

Kanak-kanak Kemala Bhayangkari Padangsidimpuan" berjalan sesuai dengan

perencanaan PTS.

Hasil penelitian yang direfleksi dari permasalahan yang menjadi fokus

penelitian menunjukan hasil yang membawa pengaruh positif pada guru. Terlihat

dari hasil penelitian.

Hasil penilaian dapat terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2

REKAPITULASI HASIL PENILAIAN

No Nama Nilai Hasil Evaluasi


Siklus I Siklus II
1 Zunaidah Simamora 27 35
2 Juraidah Siregar 26 31
JUMLAH 53 66
Rata-rata 26,5 33

27
28

Adapun dalam bentuk diagramnya adalah sebagai berikut:

35

30

25

20

15

10

0
Siklus I Siklus II

Keterangan :

Penguasaan guru dalam melakukan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus


pertama ke siklus kedua setelah diberikan teknik short briefing secara rutin mengenai
penyusunan RPP yang benar, materi pelajaran yang akan disampaikan dari siklus ke
siklus.

Siklus ke I mencapai rata-rata nilai 26,5

Siklus ke II mencapai 33

Dari 2 guru kelas

Berdasarkan temuan-temuan yang didapat selama mengadakan penelitian

terhadap pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai kepala sekolah dan penerapan metode

Lesson Study secara rutin sebelum guru melakukan tugas mengajar menunjukkan

adanya peningkatan produktifitas, profesional dan mutu pembelajaran di kelas.


29

B. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian adalah guru-guru di TK Kemala

Bhayangkari Padangsidimpuan dan PLS Kota Padangsidimpuan.

Tabe1 3

DAFTAR GURU TK KEMALA BHAYANGKARI

MENGAJAR
NO NAMA GOL JABATAN
DI KELAS
1 Erni Wati Tanjung IV/b Kepala Sekolah A
2 Zuraidah Simamora III/d Guru Kelas A
2 Juraidah Siregar III/d Guru Kelas A
3 - Guru Kelas A
4 - Guru Kelas A
5 - Guru Kelas B
6 - Guru Kelas B

C. Pembahasan Tiap Siklus

Kondisi awal sebelum diterapkan metode Lesson Study secara rutin

sebelum guru melakukan tugas mengajar menunjukkan:

1. Kurangnya kesadaran dan tanggung jawab guru akan tugas pokok dan fungsi

yang dibebankan oleh pemerintah.

2. Kurangnya perencanaan yang matang dalam melaksanakan tugas dan belum

siapnya guru untuk mengadakan perubahan kearah yang lebih maju sesuai

dengan perkembangan dunia pendidikan.

3. Kurangnya pemahaman guru akan tugasnya sebagai agen pembelajaran.

4. Belum terbentuknya disiplin sekolah dan iklim budaya kerja sekolah yang

mengacu pada peningkatan mutu pembelajaran.

Pemahaman guru terhadap tugas sebelum diterapkannya pendekatan

tersebut adalah dalam melaksanakan tugasnya hanya mengandalkan persiapan

seadanya bahkan kadang sama sekali tidak ada persiapan. Hal ini terjadi karena

fungsi kontrol sebagai salah satu tugas kepala sekolah tidak berjalan sebagaimana

mestinya. Disamping itu seolah-olah guru hanya sekedar melaksanakan tugas

tanpa ada perancanaan yang matang dan tidak berpikir bagaimana hasil akhir
30

setelah melaksanakan tugas mengajar. Dapat dibayangkan jika seorang kepala

sekolah tidak mempunyai kemampuan untuk mengatur, memimpin, mengelola

atau mengadministrasikan sumber daya meliputi perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, dan pembinaan terhadap guru-guru sebagai bawahannya.

Teknik Lesson Study dikemas agar menarik, memukau dan apa yang kepala

sekolah sampaikan langsung masuk dan dapat diaplikasikan dalam kegiatan

pembelajaran oleh guru-guru.

Pertama kali yang harus disadari adalah apa yang akan kita sampaikan.

Kepala sekolah harus memahami visi sekolah. Visi sekolah akan menurunkan Misi

yang sekolah buat dalam waktu yang pendek. Misi yang sekolah buat inilah yang

akan menurunkan culture kerja. Culture kerja inilah yang kemudian akan

memunculkan Motivasi kerja. Jadi dengan memahami Visi, kepala sekolah akan

dapat menciptakan budaya kerja dalam tim sekolah dan sekaligus memunculkan

motivasi personil.

Yang kedua, yang harus kepala sekolah sadari bahwa pada saat teknik

Lesson Study dimulai, kepala sekolah harus menyadari secara sepenuhnya bahwa

teknik ini adalah teknik yang berkesinambungan, yang akan membutuhkan waktu

untuk bisa beradaptasi dengan teknik baru, maka diperlukan keuletan dan

kesabaran dalam mengolah manajemen di sekolah. Strategi melaksanakan lesson

study berdasarkan hasil penelitian penulis:


31

1. Perencanaan (Plan)

A. Identifikasi Masalah Pembelajaran

1. Materi Ajar

a. kedalaman materi

b. kesesuaian dengan tuntutan kurikulum

c. tingkat kesulitan

2. Strategi Pembelajaran

a. pendahuluan

memotivai siswa belajar

b. kegiatan inti

3. penutup

aktivitas siswa yang diharapkan untuk menyimpulkan pelajaran

B. Mempersiapkan Perangkat Pembelajaran

1. Silabus

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

3. Lembar Kegiatan Siswa

4. Alat tes

C. Menentukan Observer

1. Kepala Sekolah

2. Guru

3. Pengawas Sekolah

D. Menentukan Guru Model (pelaksana pembelajaran di kelas)


32

II. Pelaksanaan (Do)

a. Pertemuan singkat (briefing) dipimpin fasilitator (kepala sekolah).

b. Guru model mengemukakan rencana singkat (rencana pembelajaran, tujuan,

kedudukan materi ajar dalam kurikulum, perkiraan kemungkinan respon siswa).

c. Kepala sekolah mengingatkan observer untuk tidak mengintervensi proses

belajar mengajar.

d. Observer dipersilahkan memilih tempat strategis sesuai rencana pengamatan.

e. Guru model melaksanakan proses belajar mengajar.

Observasi

Observer membuat catatan tentang:

A. Komentar siswa dalam diskusi.

B. Kerja sama siswa.

C. Aktivitas belajar.

D. Strategi penyelesaian masalah.

Pedoman observer:

a. Kejelasan tujuan pembelajaran.

b. Aktivitas mengarah ke pencapaian tujuan.

c. Langkah-langkah pembelajaran berkaitan mendukung pemahaman siswa.

d. Media pembelajaran mendukung pencapaian tujuan.

e. Diskusi kelas membantu pemahaman konsep.

f. Materi ajar sesuai tingkat kemampuan siswa.

g. Penggunaan pengetahuan awal untuk mendukung pemahaman konsep.

h. Pertanyaan guru mendorong dan memfasilitasi cara berpikir siswa.


33

i. Pemberian penghargaan gagasan siswa.

j. Kesimpulan didasarkan pendapat siswa.

k. Kesimpulan sesuai tujuan.

l. Pemberian penguatan.

III. Refleksi (See)

A. Menentukan fasilitator.

B. Fasilitator mengenalkan observer dengan spesifikasi bidang ilmu.

C. Fasilitator menyampaikan agenda refleksi.

D. Fasilitator menyampaikan aturan main.

1. berbicara dengan tertib (jadi pendengar yang baik)

2. berbicara sopan tidak untuk mengadili guru model

3. setiap peserta diberi kesempatan berbicara

4. berbicara berdasarkan temuan pengamatan

5. masukan difokuskan pada "bagaimana siswa belajar"

E. Guru model menyampaikan:

1. kejadian yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan harapan.

2. sesuatu yang berubah dari rencana.

F. Team pengembang memberi komentar.

G. Fasilitator memberi kesempatan observer berkomentar

H. Fasilitator mempersilahkan tenaga ahli merangkum diskusi.

I. Fasilitator mengucapkan terimakasih dan mengumumkan kegiatan lesson

study berikutnya.
34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam bab

sebelumnya melalui "Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson

Study Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari

Padangsidimpuan" dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:

1. Pelaksanaan program yang rutin dan berkesinambungan merupakan

kunci keberhasilan dalam melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah

dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

2. Pada "Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson Study

Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Kemala

Bhayangkari Padangsidimpuan" ternyata mampu membentuk tenaga

pendidik yang produktif/ profesional dan mampu meningkatkan mutu

pembelajaran.

3. Dengan adanya terobosan dan inovasi melalui pendekatan "Upaya

Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson Study Secara

Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari

Padangsidimpuan" ternyata ada pengaruh yang besar terhadap

hasil belajar siswa.

Dengan demikian "Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik

Lesson Study Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Kemala

Bhayangkari Padangsidimpuan" ternyata dapat meningkatkan mutu pembelajaran

di kelas di TK Kemala Bhayangkari Padangsidimpuan dan PLS Kota

Padangsidimpuan.

34
35

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, guru dituntut untuk melaksanakan

beberapa hal dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam

meningkatan penguasaan materi pelajaran dan keaktifan siswa dalam belajar.

Adapun hal-hal yang harus dilakukan guru diantaranya :

Menentukan tujuan pembelajaran (lesson) satuan (unit) pelajaran, dan mata


pelajaran yang efektif.

Mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa.

Memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru.

Menentukan tujuan jangka panjang yang akan dicapai para siswa.

Menentukan pelajaran secara kolaboratif.

Mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa.

Mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan.

Melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan


pandangan siswa dan koleganya.

Disamping itu, pengalaman dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah

(PTS) perlu adanya kelompok kerja antara guru, untuk saling tukar pikiran dan

pengalaman, serta saling membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi

sehari-hari dalam tugas yang diemban dalam mengajar.


36

DAFTAR PUSTAKA

Hendayana S.. 2006. Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Guru
(Pengalaman JUSTEP-JICA). Bandung: UPI Press.

Parmin dan Siti Aminah. 2008. Menerapkan Lesson Study Dalam Pembelajaran di MI
Madariful Huda Pati. Laporan Penelitian Dosen Muda. FMIPA: Universitas
Negeri Semarang.

Widhiartha, Putu Ashintya. Dwi Sudarmanto. Nining Ratnasingsih. 2008. Lesson Study
Sebuah Upaya Peningkatan Mutu Pendidik Pendidikan Non Formal. Surabaya:
Prima Printing.

Yusak, Muchlas. 2008. Lesson Study: Pengembangan Profesi Guru Secara


Berkelanjutan Berbasis Sekolah. Semarang: LPMP Jawa Tengah.

http://www.slideshare.net/aminhers/lesson-study, Lesson Study-Presentation Transcript, 2010


37

Lampiran 1

PENILAIAN MENGAJAR SIKLUS I

Satuan Pendidikan : TK Kemala Bhayangkari 13

Nama Guru : Zunaidah Simamora

Hari/ Tanggal :

No Aspek Indikator Deskriptor Nilai


Penilaian A B C D
1. Membuka Apersepsi 1. Membuka pelajaran dengan doa/ salam/ memeriksa √
Pelajaran kehadiran peserta.
2. Mengajukan pertanyaan/ menggali informasi
berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai.
3. Mengemukakan kompetensi yang akan dicapai
dalam kegiatan pembelajaran.
4. Mengkaitkan peran/ manfaat penguasaan kompetensi
dalam kehidupan peserta.
2. Melaksanakan Penggunaan 1. Metode yang digunakan melibatkan peserta √
kegiatan inti Metode mengalami/ melakukan aktivitas pembelajaran
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
2. Metode yang digunakan melibatkan peserta
menemukan prosedur/ konsep/ prinsip/
karakteristik berkaitan dengan kompetensi yang
akan dicapai.
3. Metode yang digunakan melibatkan peserta
menerapkan apa yang telah ditemukan dalam
situasi yang baru/konteks yang berbeda.
4. Metode yang digunakan mengharuskan untuk
mengukuhkan temuan peserta.
Penggunaan 1. Menggunakan media yang otentik. √
Media 2. Memberdayakan media yang ada disekeliling
peserta, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
3. Media yang digunakan sesuai untuk mencapai
kompetensi yang akan dicapai.
4. Media yang digunakan memungkinkan peserta
38

No Aspek Indikator Deskriptor Nilai


Penilaian A B C D
melakukan pengamatan, bertanya,
mengumpulkan data, menganalisis data dan
menarik kesimpulan.
Penguasaan 1. Guru mendemonstrasikan perilaku pembelajaran √
Kompetensi yang seharusnya dikuasai peserta melalui
contoh/ pemodelan.
2. Tugas yang diberikan kepada peserta
mencerminkan tahapan untuk mencapai
kompetensi yang seharusnya dikuasai peserta.
3. Guru memberikan balikan secara jelas terhadap
perilaku pembelajaran yang sesuai/ tidak sesuai
dengan kompetensi yang seharusnya dikuasai
peserta.
4. Guru dapat merespon pertanyaan dan komentar
peserta secara tepat dan memadai.
Pembelajaran 1. Guru memberdayakan permainan/ humor/ √
menyenang- metode yang bervariasi untuk menyegarkan
Kan suasana.
2. Peserta yang banyak melakukan aktivitas
pembelajaran dan peserta melaksanakan aktivitas
pembelajaran dengan gembira.
3. Peserta tidak takut mengajukan pertanyaan/
saran/ pendapat.
4. Peserta tidak takut mengekspresikan
kegembiraan, misalnya dengan bertepuk tangan.

Keterkaitan 1. Metode yang digunakan melibatkan peserta √


metode dengan untuk melakukan kerjasama (Learning
pengembangan community).
Kecaka
2. metode yang digunakan mendorong peserta
untuk mengajukan pertanyaan/ pendapat kritis
dan kreatif.
3. Metode yang digunakan bersifat menantang,
sehingga mendorong peserta melakukan
aktivitas secara sungguh- sungguh dan antusias.
4. Metode yang digunakan mendorong peserta
untuk mempertahankan pendapat dan
berpendapat yang berbeda.
3. Refleksi dan Refleksi 1. Guru mendorong peserta mengungkapkan apa √
penilaian yang telah dipelajari.
2. Guru mendorong peserta mengungkapkan
kesan-kesan berkaitan dengan pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
3. Guru mendorong peserta mengungkapkan saran
untuk perbaikan pembelajaran.
4. Guru memberikan penguatan/pujian
39

No Aspek Indikator Deskriptor Nilai


Penilaian A B C D
terhadap upaya/kerja keras yang telah
dilakukan peserta.
Penilaian 1. Guru melakukan penilaian sesuai dengan √
kompetensi yang seharusnya dicapai.
2. Kriteria penilaian jelas dan dapat diukur.
3. Guru memberi kesempatan peserta untuk
melakukan self-assesment (penilaian diri sendiri)/
peer-assesment (penilaian antar teman) dengan
kriterian yang telah ditetapkan.
4. Penilaian dilaksanakan selama dan setelah
aktivitas pembelajaran (proses dan produk).
4. Faktor penun Penggunaan 1. Ucapan jelas dan mudah dipahami. √
jang Bahasa 2. Menggunakan kosakata dan tata bahasa
baku.
3. Kalimat-kalimat yang digunakan
bervariasi, tidak monoton.
4. Pembicaraan lancar, tidak tersedat-sedat.
Rasa 1. Tatapan mata dan gerak tubuh √
percaya diri menunjukkan sikap tenang.
2. Nada suara dan intonasi menunjukkan
sikap tegas, optimis dan tidak ragu-ragu.
3. Merespon setiap pertanyaan, tanggapan
atau saran dari peserta dengan emosi
yang stabil (tidak larut dalam emosi).
4. Semua pertanyaan, tanggapan atau saran
dijawab dengan tenang, tidak gugup dan penuh
rasa optimis
Jumlah Seluruh Skor 26
Nilai= Jumlah seluruh skor
10 65%

Cara pemberian nilai untuk setiap indikator:


Nilai A (skor 4) : Sangat baik, jika tiga atau empat deskriptor tampak/teramati
Nilai B (skor 3) : Baik, jika dua deskriptor tampak/teramati
Nilai C (skor 2) : Kurang, jika satu deskriptor tampak/teramati
Nilai D (skor1) : Sangat kurang, jika tidak ada deskriptor yang tampak/teramati
Simpulan penilaian dan Rekomendasi :
40

PENILAIAN MENGAJAR SIKLUS I

Satuan Pendidikan : TK Kemala Bhayangkari 13

Nama Guru : Juraidah Siregar

Hari/ Tanggal :

No Aspek Indikator Deskriptor Nilai


Penilaian A B C D
1. Membuka Apersepsi 1. Membuka pelajaran dengan doa/ salam/ memeriksa √
Pelajaran kehadiran peserta.
2. Mengajukan pertanyaan/ menggali informasi
berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai.
3. Mengemukakan kompetensi yang akan dicapai
dalam kegiatan pembelajaran.
4. Mengkaitkan peran/ manfaat penguasaan kompetensi
dalam kehidupan peserta.
2. Melaksanakan Penggunaan 1. Metode yang digunakan melibatkan peserta √
kegiatan inti Metode mengalami/ melakukan aktivitas pembelajaran
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
2. Metode yang digunakan melibatkan peserta
menemukan prosedur/ konsep/ prinsip/
karakteristik berkaitan dengan kompetensi yang
akan dicapai.
3. Metode yang digunakan melibatkan peserta
menerapkan apa yang telah ditemukan dalam
situasi yang baru/konteks yang berbeda.
4. Metode yang digunakan mengharuskan untuk
mengukuhkan temuan peserta.
Penggunaan 1. Menggunakan media yang otentik. √
Media 2. Memberdayakan media yang ada disekeliling
peserta, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
3. Media yang digunakan sesuai untuk mencapai
kompetensi yang akan dicapai.
4. Media yang digunakan memungkinkan peserta
41

No Aspek Indikator Deskriptor Nilai


Penilaian A B C D
melakukan pengamatan, bertanya,
mengumpulkan data, menganalisis data dan
menarik kesimpulan.
Penguasaan 1. Guru mendemonstrasikan perilaku pembelajaran √
Kompetensi yang seharusnya dikuasai peserta melalui
contoh/ pemodelan.
2. Tugas yang diberikan kepada peserta
mencerminkan tahapan untuk mencapai
kompetensi yang seharusnya dikuasai peserta.
3. Guru memberikan balikan secara jelas terhadap
perilaku pembelajaran yang sesuai/ tidak sesuai
dengan kompetensi yang seharusnya dikuasai
peserta.
4. Guru dapat merespon pertanyaan dan komentar
peserta secara tepat dan memadai.
Pembelajaran 1. Guru memberdayakan permainan/ humor/ √
menyenang- metode yang bervariasi untuk menyegarkan
Kan suasana.
2. Peserta yang banyak melakukan aktivitas
pembelajaran dan peserta melaksanakan aktivitas
pembelajaran dengan gembira.
3. Peserta tidak takut mengajukan pertanyaan/
saran/ pendapat.
4. Peserta tidak takut mengekspresikan
kegembiraan, misalnya dengan bertepuk tangan.

Keterkaitan 1. Metode yang digunakan melibatkan peserta √


metode dengan untuk melakukan kerjasama (Learning
pengembangan community).
Kecaka
2. metode yang digunakan mendorong peserta
untuk mengajukan pertanyaan/ pendapat kritis
dan kreatif.
3. Metode yang digunakan bersifat menantang,
sehingga mendorong peserta melakukan
aktivitas secara sungguh- sungguh dan antusias.
4. Metode yang digunakan mendorong peserta
untuk mempertahankan pendapat dan
berpendapat yang berbeda.
3. Refleksi dan Refleksi 1. Guru mendorong peserta mengungkapkan apa √
penilaian yang telah dipelajari.
2. Guru mendorong peserta mengungkapkan
kesan-kesan berkaitan dengan pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
3. Guru mendorong peserta mengungkapkan saran
untuk perbaikan pembelajaran.
4. Guru memberikan penguatan/pujian
42

No Aspek Indikator Deskriptor Nilai


Penilaian A B C D
terhadap upaya/kerja keras yang telah
dilakukan peserta.
Penilaian 1. Guru melakukan penilaian sesuai dengan √
kompetensi yang seharusnya dicapai.
2. Kriteria penilaian jelas dan dapat diukur.
3. Guru memberi kesempatan peserta untuk
melakukan self-assesment (penilaian diri sendiri)/
peer-assesment (penilaian antar teman) dengan
kriterian yang telah ditetapkan.
4. Penilaian dilaksanakan selama dan setelah
aktivitas pembelajaran (proses dan produk).
4. Faktor penun Penggunaan 1. Ucapan jelas dan mudah dipahami. √
jang Bahasa 2. Menggunakan kosakata dan tata bahasa
baku.
3. Kalimat-kalimat yang digunakan
bervariasi, tidak monoton.
4. Pembicaraan lancar, tidak tersedat-sedat.
Rasa 1. Tatapan mata dan gerak tubuh √
percaya diri menunjukkan sikap tenang.
2. Nada suara dan intonasi menunjukkan
sikap tegas, optimis dan tidak ragu-ragu.
3. Merespon setiap pertanyaan, tanggapan
atau saran dari peserta dengan emosi
yang stabil (tidak larut dalam emosi).
4. Semua pertanyaan, tanggapan atau saran
dijawab dengan tenang, tidak gugup dan penuh
rasa optimis
Jumlah Seluruh Skor 27
Nilai= Jumlah seluruh skor
10 67,5%

Cara pemberian nilai untuk setiap indikator:


Nilai A (skor 4) : Sangat baik, jika tiga atau empat deskriptor tampak/teramati
Nilai B (skor 3) : Baik, jika dua deskriptor tampak/teramati
Nilai C (skor 2) : Kurang, jika satu deskriptor tampak/teramati
Nilai D (skor1) : Sangat kurang, jika tidak ada deskriptor yang tampak/teramati
Simpulan penilaian dan Rekomendasi :
43

Lampiran 2

PENILAIAN MENGAJAR SIKLUS II

Satuan Pendidikan : TK Kemala Bhayangkari 13

Nama Guru : Zunaidah Simamora

Hari/ Tanggal :

No Aspek Indikator Deskriptor Nilai


Penilaian A B C D
1. Membuka Apersepsi 1. Membuka pelajaran dengan doa/ salam/ memeriksa √
Pelajaran kehadiran peserta.
2. Mengajukan pertanyaan/ menggali informasi
berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai.
3. Mengemukakan kompetensi yang akan dicapai
dalam kegiatan pembelajaran.
4. Mengkaitkan peran/ manfaat penguasaan kompetensi
dalam kehidupan peserta.
2. Melaksanakan Penggunaan 1. Metode yang digunakan melibatkan peserta √
kegiatan inti Metode mengalami/ melakukan aktivitas pembelajaran
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
2. Metode yang digunakan melibatkan peserta
menemukan prosedur/ konsep/ prinsip/
karakteristik berkaitan dengan kompetensi yang
akan dicapai.
3. Metode yang digunakan melibatkan peserta
menerapkan apa yang telah ditemukan dalam
situasi yang baru/konteks yang berbeda.
4. Metode yang digunakan mengharuskan untuk
mengukuhkan temuan peserta.
Penggunaan 1. Menggunakan media yang otentik. √
Media 2. Memberdayakan media yang ada disekeliling
peserta, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
3. Media yang digunakan sesuai untuk mencapai
kompetensi yang akan dicapai.
4. Media yang digunakan memungkinkan peserta
44

No Aspek Indikator Deskriptor Nilai


Penilaian A B C D
melakukan pengamatan, bertanya,
mengumpulkan data, menganalisis data dan
menarik kesimpulan.
Penguasaan 1. Guru mendemonstrasikan perilaku pembelajaran √
Kompetensi yang seharusnya dikuasai peserta melalui
contoh/ pemodelan.
2. Tugas yang diberikan kepada peserta
mencerminkan tahapan untuk mencapai
kompetensi yang seharusnya dikuasai peserta.
3. Guru memberikan balikan secara jelas terhadap
perilaku pembelajaran yang sesuai/ tidak sesuai
dengan kompetensi yang seharusnya dikuasai
peserta.
4. Guru dapat merespon pertanyaan dan komentar
peserta secara tepat dan memadai.
Pembelajaran 1. Guru memberdayakan permainan/ humor/ √
menyenang- metode yang bervariasi untuk menyegarkan
Kan suasana.
2. Peserta yang banyak melakukan aktivitas
pembelajaran dan peserta melaksanakan aktivitas
pembelajaran dengan gembira.
3. Peserta tidak takut mengajukan pertanyaan/
saran/ pendapat.
4. Peserta tidak takut mengekspresikan
kegembiraan, misalnya dengan bertepuk tangan.

Keterkaitan 1. Metode yang digunakan melibatkan peserta √


metode dengan untuk melakukan kerjasama (Learning
pengembangan community).
Kecaka
2. metode yang digunakan mendorong peserta
untuk mengajukan pertanyaan/ pendapat kritis
dan kreatif.
3. Metode yang digunakan bersifat menantang,
sehingga mendorong peserta melakukan
aktivitas secara sungguh- sungguh dan antusias.
4. Metode yang digunakan mendorong peserta
untuk mempertahankan pendapat dan
berpendapat yang berbeda.
3. Refleksi dan Refleksi 1. Guru mendorong peserta mengungkapkan apa √
penilaian yang telah dipelajari.
2. Guru mendorong peserta mengungkapkan
kesan-kesan berkaitan dengan pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
3. Guru mendorong peserta mengungkapkan saran
untuk perbaikan pembelajaran.
4. Guru memberikan penguatan/pujian
45

No Aspek Indikator Deskriptor Nilai


Penilaian A B C D
terhadap upaya/kerja keras yang telah
dilakukan peserta.
Penilaian 1. Guru melakukan penilaian sesuai dengan √
kompetensi yang seharusnya dicapai.
2. Kriteria penilaian jelas dan dapat diukur.
3. Guru memberi kesempatan peserta untuk
melakukan self-assesment (penilaian diri sendiri)/
peer-assesment (penilaian antar teman) dengan
kriterian yang telah ditetapkan.
4. Penilaian dilaksanakan selama dan setelah
aktivitas pembelajaran (proses dan produk).
4. Faktor penun Penggunaan 1. Ucapan jelas dan mudah dipahami. √
jang Bahasa 2. Menggunakan kosakata dan tata bahasa
baku.
3. Kalimat-kalimat yang digunakan
bervariasi, tidak monoton.
4. Pembicaraan lancar, tidak tersedat-sedat.
Rasa 1. Tatapan mata dan gerak tubuh √
percaya diri menunjukkan sikap tenang.
2. Nada suara dan intonasi menunjukkan
sikap tegas, optimis dan tidak ragu-ragu.
3. Merespon setiap pertanyaan, tanggapan
atau saran dari peserta dengan emosi
yang stabil (tidak larut dalam emosi).
4. Semua pertanyaan, tanggapan atau saran
dijawab dengan tenang, tidak gugup dan penuh
rasa optimis
Jumlah Seluruh Skor 35
Nilai= Jumlah seluruh skor
10 87,5%

Cara pemberian nilai untuk setiap indikator:


Nilai A (skor 4) : Sangat baik, jika tiga atau empat deskriptor tampak/teramati
Nilai B (skor 3) : Baik, jika dua deskriptor tampak/teramati
Nilai C (skor 2) : Kurang, jika satu deskriptor tampak/teramati
Nilai D (skor1) : Sangat kurang, jika tidak ada deskriptor yang tampak/teramati
Simpulan penilaian dan Rekomendasi :
46

PENILAIAN MENGAJAR SIKLUS II

Satuan Pendidikan : TK Kemala Bhayangkari 13

Nama Guru : Juraidah Siregar

Hari/ Tanggal :

No Aspek Indikator Deskriptor Nilai


Penilaian A B C D
1. Membuka Apersepsi 1. Membuka pelajaran dengan doa/ salam/ memeriksa √
Pelajaran kehadiran peserta.
2. Mengajukan pertanyaan/ menggali informasi
berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai.
3. Mengemukakan kompetensi yang akan dicapai
dalam kegiatan pembelajaran.
4. Mengkaitkan peran/ manfaat penguasaan kompetensi
dalam kehidupan peserta.
2. Melaksanakan Penggunaan 1. Metode yang digunakan melibatkan peserta √
kegiatan inti Metode mengalami/ melakukan aktivitas pembelajaran
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
2. Metode yang digunakan melibatkan peserta
menemukan prosedur/ konsep/ prinsip/
karakteristik berkaitan dengan kompetensi yang
akan dicapai.
3. Metode yang digunakan melibatkan peserta
menerapkan apa yang telah ditemukan dalam
situasi yang baru/konteks yang berbeda.
4. Metode yang digunakan mengharuskan untuk
mengukuhkan temuan peserta.
Penggunaan 1. Menggunakan media yang otentik. √
Media 2. Memberdayakan media yang ada disekeliling
peserta, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
3. Media yang digunakan sesuai untuk mencapai
kompetensi yang akan dicapai.
4. Media yang digunakan memungkinkan peserta
47

No Aspek Indikator Deskriptor Nilai


Penilaian A B C D
melakukan pengamatan, bertanya,
mengumpulkan data, menganalisis data dan
menarik kesimpulan.
Penguasaan 1. Guru mendemonstrasikan perilaku pembelajaran √
Kompetensi yang seharusnya dikuasai peserta melalui
contoh/ pemodelan.
2. Tugas yang diberikan kepada peserta
mencerminkan tahapan untuk mencapai
kompetensi yang seharusnya dikuasai peserta.
3. Guru memberikan balikan secara jelas terhadap
perilaku pembelajaran yang sesuai/ tidak sesuai
dengan kompetensi yang seharusnya dikuasai
peserta.
4. Guru dapat merespon pertanyaan dan komentar
peserta secara tepat dan memadai.
Pembelajaran 1. Guru memberdayakan permainan/ humor/ √
menyenang- metode yang bervariasi untuk menyegarkan
Kan suasana.
2. Peserta yang banyak melakukan aktivitas
pembelajaran dan peserta melaksanakan aktivitas
pembelajaran dengan gembira.
3. Peserta tidak takut mengajukan pertanyaan/
saran/ pendapat.
4. Peserta tidak takut mengekspresikan
kegembiraan, misalnya dengan bertepuk tangan.

Keterkaitan 1. Metode yang digunakan melibatkan peserta √


metode dengan untuk melakukan kerjasama (Learning
pengembangan community).
Kecaka
2. metode yang digunakan mendorong peserta
untuk mengajukan pertanyaan/ pendapat kritis
dan kreatif.
3. Metode yang digunakan bersifat menantang,
sehingga mendorong peserta melakukan
aktivitas secara sungguh- sungguh dan antusias.
4. Metode yang digunakan mendorong peserta
untuk mempertahankan pendapat dan
berpendapat yang berbeda.
3. Refleksi dan Refleksi 1. Guru mendorong peserta mengungkapkan apa √
penilaian yang telah dipelajari.
2. Guru mendorong peserta mengungkapkan
kesan-kesan berkaitan dengan pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
3. Guru mendorong peserta mengungkapkan saran
untuk perbaikan pembelajaran.
4. Guru memberikan penguatan/pujian
48

No Aspek Indikator Deskriptor Nilai


Penilaian A B C D
terhadap upaya/kerja keras yang telah
dilakukan peserta.
Penilaian 1. Guru melakukan penilaian sesuai dengan √
kompetensi yang seharusnya dicapai.
2. Kriteria penilaian jelas dan dapat diukur.
3. Guru memberi kesempatan peserta untuk
melakukan self-assesment (penilaian diri sendiri)/
peer-assesment (penilaian antar teman) dengan
kriterian yang telah ditetapkan.
4. Penilaian dilaksanakan selama dan setelah
aktivitas pembelajaran (proses dan produk).
4. Faktor penun Penggunaan 1. Ucapan jelas dan mudah dipahami. √
jang Bahasa 2. Menggunakan kosakata dan tata bahasa
baku.
3. Kalimat-kalimat yang digunakan
bervariasi, tidak monoton.
4. Pembicaraan lancar, tidak tersedat-sedat.
Rasa 1. Tatapan mata dan gerak tubuh √
percaya diri menunjukkan sikap tenang.
2. Nada suara dan intonasi menunjukkan
sikap tegas, optimis dan tidak ragu-ragu.
3. Merespon setiap pertanyaan, tanggapan
atau saran dari peserta dengan emosi
yang stabil (tidak larut dalam emosi).
4. Semua pertanyaan, tanggapan atau saran
dijawab dengan tenang, tidak gugup dan penuh
rasa optimis
Jumlah Seluruh Skor 37
Nilai= Jumlah seluruh skor
10 92,5%

Cara pemberian nilai untuk setiap indikator:


Nilai A (skor 4) : Sangat baik, jika tiga atau empat deskriptor tampak/teramati
Nilai B (skor 3) : Baik, jika dua deskriptor tampak/teramati
Nilai C (skor 2) : Kurang, jika satu deskriptor tampak/teramati
Nilai D (skor1) : Sangat kurang, jika tidak ada deskriptor yang tampak/teramati
Simpulan penilaian dan Rekomendasi :

Anda mungkin juga menyukai