Anda di halaman 1dari 3

RESENSI FILM LASKAR PELANGI

OLEH YUSNIYADI ( 1C )
Judul Film : Laskar Pelangi
Pemain : Ikal (Zulfani), Lintang (Ferdian), Mahar (Veris Yamarno), Ibu Muslimah (Cut Mini),
Pak Harfan (Ikranagara), Pak Mahmud (Tora Sudiro), Zulkarnaen (Slamet Rahardjo), Bapak
Ikal (Mathias Muchus), Ibu Ikal (Rieke Diah Pitaloka),Ikal Dewasa ( Lukman Sardi ), Lintang
Dewasa (Ario Bayu), Pak Bakri (Teuku Rifnu Wikana), Bapak Lintang (Alex Komang), Istri
Pak Harfan (Jajang C.Noer), Ayah A Ling (Roby Tumewu), Kucai ( Yogi Nugraha), Syahdan
(M. Syukur Ramadan), A Kiong (Suhendri), Borek (Febriansyah), Trapani (Suharyadi), Harun
(Jefry Yanuar), Sahara (Dewi Ratih Ayu), Flo (Marcella), A Ling (Levina)
Produser : Mira Lesmana
Sutradara : Riri Riza
Produksi : Pertamina Foundation
Durasi : 125 Menit
Tanggal Rilis : 25 September 2008 (Indonesia)
Sinopsis :
Sebuah film yang merupakan adaptasi dari sebuah novel berjudul “Laskar Pelangi” karya
Andrea Hirata. Berawal dari Ikal yang diperankan oleh Lukman Sardi ( anak asli Pulau
Belitong ) yang berkunjung ke kampung halamannya. Ia mengantarkan cerita pada masa kecil
di pulau tersebut, cerita tentang pertama kalinya ia masuk sekolah SD Muhammadiyah.Kelas
baru yang berusaha dibuka oleh 2 orang guru yang hebat bu Muslimah & pak Harfan, sekolah
yang memiliki syarat untuk membuka sekolah tersebut dimana harus memiliki 10 orang murid.
Saat itu masih hanya 9 orang, mereka adalah Ikal, Lintang, Mahar, Borek, A-Kiong, Kucai,
Syahdan, Borek, Trapani, dan Sahara. Namun, di ujung nasib SD tersebut, datanglah seorang
anak yang memiliki kekurangan mental bernama Harun. Dia menjadi penyelamat SD yang
terancam ditutup karena tidak memenuhi aturan jumlah minimal siswa, yaitu 10 siswa. Harun
menjadi siswa kesepuluh sekaligus siswa terakhir. Anak-anak dengan berlatar belakang desa
terpencil ini, tetap semangat bersekolah dengan kondisi bangunan sekolah yang cukup miris.
Di bawah bangunan tua sederhana itu, mereka melalui suka-duka bersama. Kesepuluh murid
di SD Muhammadiyah ini memiliki keunikannya masing-masing. Tingkah polah mereka yang
lucu membuat ibu Musdalifah dan Pak Harfan senang. Oleh Ibu Musdalifah, kesepuluh bocah
ingusan tersebut pun diberi nama Laskar Pelangi.
Kelebihan :
 Dapat menjadi cerminan agar dapat mengambil contoh betapa pentingnya pendidikan
untuk meraih cita-cita
 Dapat memicu penonton agar tetap semangat dan berjuang untuk meraih prestasi guna
memajukan bangsa agar lebih baik.
 Memberitahukan kepada kita bahwa guru benar-benar seorang pahlawan yang tanpa
tanda jasa demi mencerdaskan anak didiknya dan selalu memberikan yang terbaik.
 Ini merupakan film yang sangat bagus yang diambil dari sebuah novel cerita anak
negeri di pulau terindah di Indonesia yaitu Pulau Belitong. Film ini juga bisa
mempromosikan pulau tersebut, bahwa negeri kita ini mempunyai pulau yang sangat
indah.
 Pesan dan nilai yang disampaikan film ini sangatlah banyak. Salah satunya Di sisi nilai
moral dan pendidikan dapat diambil dari cerita semangat anak-anak untuk sampai ke
sekolah yang jauh dan bahaya. Dan juga perjuangan anak-anak laskar pelangi dalam
memperjuangkan impian-impiannya.
 Film ini menjadikan sebuah inspirasi generasi muda Indonesia. Bahwa sekolah dan
mencari ilmu sangatlah penting dan harus diperjuangkan. Inspirasi ini tidak hanya dari
golongan ekonomi menengah kebawah ataupun golongan ekonomi keatas.
 Film ini penuh dengan nuansa lokal Pulau Belitong, dari penggunaan dialek Belitung
sampai aktor-aktor yang menjadi anggota Laskar Pelangi juga adalah anak-anak asli
Belitung.
 Merupakan kisah nyata dari penulis yaitu Andrea Hirata.
 Menampilkan tentang sisi sosial,budaya,pendidikan dan religius di tanah Belitong.
 Kritik sosial terhadap pemerintah juga sangat jelas digambarkan, dengan adanya
ketidakmerataan pembangunan di daerah serta absennya pemerintah dalam
perkembangan dunia pendidikan khususnya di daerah terpencil.
Kekurangan:
 Penggambaran karakternya kurang mendalam, utamanya pada karakter Mahar yang
penuh dengan nilai seni yang luar biasa. Nilai seninya hanya ditunjukkan dengan radio
transistor yang selalu dia bawa
 Karakter Lintang pada awal tidak tergambarkan dengan baik sebagai siswa yang cerdas.
Mengapa Bu Mus begitu mudahnya percaya dengan kepintaran Lintang hanya dengan
sekali memberikan pertanyaan matematika ? Padahal, tidak akan sulit apabila
ditambahkan 2-3 soal lagi dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
 Adegan karnaval tidak terlalu “heboh”, padahal pada bukunya, pembaca dapat
menggambarkan dengan jelas “kehebohan” yang terjadi. Hal ini karena pemerannya
hanya 10 orang, padahal menurut buku itu dilakukan juga oleh siswa-siswa lain selain
10 orang ini. Efek buah yang menyebabkan gatal juga tidak tampak sama sekali, hanya
muncul dari amukan Syahdan ke Mahar setelah acara selesai
 Adegan Tuk Bayan Bula sangat hambar, tidak ada efek mereka susah payah kesana,
padahal disampaikan mereka sampai melawan badai yang amat kuat, lha baju aja masih
kering kok.
 Beberapa adegan yang tidak penting justru disampaikan dalam waktu lama (seperti
adegan Mahar menyanyi) dan beberapa adegan yang harusnya diperkuat justru hanya
ditampilkan sambil lalu.

Pandangan:
Di samping kekurangan dari film ini , menurut saya film ini lumayanlah dibandingkan
dengan film-film Indonesia lainnya yang hanya menampilkan horor tak jelas dan humor yang
garing. Dan saya sangat mengharapkan ada lebih banyak film-film seperti Laskar Pelangi ini.
Karena film-film seperti ini akan meningkatkan moral anak-anak bangsa kita bahwa kita itu
BISA jika mau BERJUANG tanpa ada kata MENYERAH.

Anda mungkin juga menyukai