Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan seluruh alam, atas rahmat danhidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah etiologi penyakit dan presepsi sehat

sakit.Kami berterimakasih kepada Ibu Ns. Rodiyanah S.Kep, M. Kes selaku dosen mata

kuliah psikologi dan budaya dalam keperawatan STIKes BANTEN yang telah memberikan

tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangkan menambah wawasan

serta pengetahuan kita mengenai konsep kehilangan, kematian dan berduka. Kami juga

menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata

sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan

makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang

sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang

membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang

kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

dimasa depan.

Tangerang Selatan, 23 November 2016


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

ilmu antrolpologi merupakan rumpun ilmu yang menjadikan berbagai cara hidup manusia
dengan berbagai macam tindakannya sebagai objek penelitian dan analisis.

Pengertian kebudayaan berasal dari sanskerta budhaya yaitu bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan
akal. Ada sarjana lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan ari
majemuk budhi-daaya, yang berarti “daya dari budi”.Oleh karna itu, mereka membedakan
“budaya” dari kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi dan berupa cipta, karsa,dan rasa
sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta,karsa dan rasa.Dalam istilah antropologi
budaya, perbedaan itu ditiadakan. Kata budaya di sini hanya di pakai sebagai suatu
singkatan dari kebudayaan dengan arti yang sama.

Beberapa pendapat ahli mengenai kbudayaan diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Ki hajar dewantara.
Kebudayaan menurut ki hajar dewantara berarti buah budi manusia yang merupakan
hasil prjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat yakni alam dam zaman (
kudrat dan masyarakat ). Selain itu, bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi
berbagai rintangan dan kesukaran di dalam kehidupannya guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang pada awalnya bersifat tertib dan damai.
2. Sutan takdir alisyahbana.
Sutan takdir alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi dari
cara berfikir sehingga menurutnya, pola kebudayaan itu sangat luas karena semua
tingkah laku dan perbuatan tercakup didalamnya dan dapat diungkapkan pada basis
dan cara berfikir, termasuk perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dari
pikiran.
3. Koentejaraningrat.
Koentejaraningrat mengatakan bahwa kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan
karya manusia yang harus di biasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil
budi pekertinya.
4. A.L.Kroeber dan C.kluchkon.
A.L.Kroeber dan C.kluckhon dalam bukunya culture A Critcal review of concepts and
defiditions ( 1952 ) mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau
penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
5. Malinawski

Malinawski menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas


berbagai sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkat kebutuhan itu menghadirkan corak
budaya yang khas. Misalnya, guna memenuhi kebutuhan manusia akan
keselamatannya, timbul kebudayaan berupa perlindungan, yakni seperangkat
budaya dalam bentuk tertentu, seperti lembaga kemasyarakatan.

6 . C . A . Van Peursen

C . A Van Peursen mengatakan bahwa kini , kebudayaan dirtikan sebagai manifestasi


kehidupan setiap orang dan kehidupan setiap kelompok orang dapat berlainan
dengan hewan . oleh karena itu , manusia tidak dapat hidup begitu saja ditengah-
tengah alam .

REFERENSI DARI

SOSIOLOGI KEPERAWATAN

Oleh ( Dra. Noorksiani M.Kes , heryanti , S ,kp , M .Kes Rita Ismail , S.Kp,MKM)

Editor : Monica Ester ,s.kp

Copy editor Euis Komara

Diterbitkan pertama kali oleh penerbit buku kedokteran EGC

 2007 penerbit buku kedokteran EGC


P.O.BOX 4276/jakarta 10042
Telepon : 65306283
Anggota IKAPI
Desain kulit muka : Isanto
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip , memperbanyak dan menerjemahkan sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit .
Cetakan 1: 2009

Etiologi, secara sederhana dapat diartikan sebagai penyebab sesuatu yang dapat
menyebabkan penyakit. Etiologi dikenal pula dengan istilah agens. Etiologi (agens) penyakit
dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu golongan biologis dan non biologis.
a. Golongan biologis. Penyebab penyakit yang termasuk golongan biologis adalah
mikroorganisme (mis: bakteri dan virus). Selain itu, adapula penyebab penyakit yang
berasal dari hewan dan tumbuhan (mis: metazoan, protozoa, dan jamur)
b. Golongan non biologis. Penyebab penyakit dari golongan non biologis terbagi atas
beberapa jenis yaitu kimia, fisik, dan nutrien.
1. Kimia
Zat kimia terbagi atas zat kimia yang terdapat diluar tubuh manusia
(eksogeneus chemical substance) dan zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh
(eksogenus chemical substance). Contohnya adalah barbiturat, merkuri,
karbon monoksida, dan lain-lain.
2. Fisik
Penyebab penyakit berupa faktor fisik antara lain suhu yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah, suara yang terlalu bising, perubahan tekanan atmosfer, dsb.
Faktor fisik ini dapat menimbulkan penyakit jika berada pada intensitas yang
luar biasa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Selain contoh di atas
faktor fisik lain dapat menyebabkan penyakit adalah faktor mekanis atau
trauma, baik yang disengaja maupun tidak (mis: kecelakaan, perkelahian, dsb).
3. Nutrien
Nutrien sebenarnya merupakan golongan zat kimia. Akan tetapi, untuk
memudahkan pemahaman kita tentang kaitan nutrien dengan penyakit, bagian
ini dipisahkan. Seseorang dapat menderita penyakit jika kekurangan atau
kelebihan nutrien tertentu dalam tubuh (mis: penderita obesitas, meramus,
kuashiorkor, dll)

Persepsi adalah proses perorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang


diterima oleh organiseme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan
merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu (Bimo Walgito, 2001).

 Sumber : Psikologi untuk keperawatan/penulis, Sunaryo.-Jakarta: EGC,2014.

Konsep sehat sakit adalah konsep yang kompleks dan multiinterprestasi. Banyak faktor
yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit. Pengertian sehat sakit juga beragam. Setiap
individu, keluarga, masyarakat, maupun profesi kesehatan mengartikan sehat atau sakit
secara berbeda, bergantung pada paradigmanya.

Definisi Sehat
Berabad-abad lalu, sehat diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami. Karenanya,
segala sesuatu yang tidak normal dan bertentangan dengan alam dianggap sebagai kondisi
tidak sehat yang harus dicegah. Sehat mandiri bersifat dinamis yang statusnya terus-menerus
berubah. Kesehatan memengaruhi tingkat fungsi seseorang, baik dari segi fisiologis,
psikologis, dan dimensi sosikultural. Keadaan sehat/normal sendiri merupakan hal yang sulit
didefinisikan setiap orang atau kelompok memiliki pemahaman yang berbeda mengenai hal
tersebut. Meski rumit dan bervariasi, suatu keadaan bisa dikatakan normal/sehat setelah
memenuhi parameter tertentu. Selanjutnya, konsep umum tentang keadaan normal/sehat akan
menggunakan nilai rata-rata parameter tersebut sebagai acuannya. Nilai rata-rata tersebut
dikenal dengan istilah nilai normal. Sebagai contoh, kadar natrium normal pada orang dewasa
adalah 136-145 mmol/l. Secara umum, ada beberapa definisi sehat yang dapat dijadikan
sebagai acuan.
1. Menurut WHO. Sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna, baik fisik,
mental, dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.
2. Menurut Parson. Sehat adalah kemampuan optimal individu untuk menjalankan
peran dan tugasnya secara efektif.
3. Menurut Undang-Undang Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992. Sehat adalah
keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Definisi Sakit
Sakit adalah keadaan tidak normal/sehat. Secara sederhana, sakit atau dapat pula disebut
penyakit merupakan suatu bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal. Tolak ukur
yang paling mudah untuk menentukan kondisi sakit atau penyakit adalah jika terjadi
perubahan dari nilai rata-rata normal biasanya adalah bronko vesikular. Jika terdengar
“mengi”, bisa dikatakan bahwa individu tersebut menderita sakit. Keadaan sakit atau
penyakit sendiri merupakan hal yang sulit untuk didefinisikan secara pasti. Akan tetapi, ada
beberapa definisi mengenai sakit atau penyakit yang dapat dijadikan acuan.
1. Menurut Parson. Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia,
termasuk sejumlah sistem biologis dan penyesuaian.
2. Menuru Bowman. Bowman mengemukakan ada tiga kriteria keadaan sakit yaitu
adanya gejala, persepsi tentang keadaan sakit yang dirasakan, dan kemampuan
beraktivitas sehari-hari yang menurun.
3. Menurut batasan medis. Batasan medis mengemukakan dua bukti adanya sakit
yaitu tanda dan gejala.
4. Menurut Perkins. Sakit adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa
seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari, baik
aktivitas jasmani maupun sosial.

Penyakit berbeda dengan rasa sakit. Penyakit sifatnya objektif karena masing-masing
memiliki parameter tertentu, sedangkan rasa sakit sifatnya subjektif karena merupakan
keluhan yang dirasakan seseorang. Perbedaan ini mempunyai implikasi yang berbeda.
Seseorang yang menderita penyakit belum tentu merasakan sakit sebaliknya, seseorang yang
mengeluh sakit belum tentu menderita penyakit.
Rentang Sehat-Sakit
Rentang sehat-sakit adalah suatu skala ukur hipotesis untuk mengukur keadaan
sehat/kesehatan seseorang. Kedudukan seseorang pada skala tertentu bersifat dinamis dan
individual karena dipengaruhi oleh faktor pribadi dan lingkungan. Pada skala ini, sewaktu-
waktu seseorang bisa berada dalam keadaan sehat, namun dilain waktu bisa bergeser ke
keadaan sakit.

Lingkungan

Keturunan Perilaku
STATUS KESEHATAN

Layanan Kesehatan

 Sumber: Konsep Dasar Keperawatan/Asmadin ; editor, Eka Anisa Mardella. –


Jakarta: EGC, 2008.

Etiologi penyakit dan persepsi sehat sakit akan berbeda pada setiap daerah masing
masing atau tidak obyektif karena persepsi atau pemikiran sehat sakit dipengaruhi
oleh faktor budaya di setiap daerahnya.

1.2 Rumusan masalah

1) Apa hubungan persepsi sehat sakit dengan kebudayaan,antropologi, dan etilogi

penyakit?

2) Bagaimana persepsi sehat sakit dan prilaku sehat sakit?

3) Bagaimana persepsi sehat sakit pada budaya masyarakat?

1.3 Tujuan

a. Agar pembaca mengetahui persepsi masyarakat tentang sehat sakit

b. Agar pembaca mengetahui persepsi sehat sakit pada budaya masyarakat


Bab II
PEMBAHSAN

2.1 Hubungan persepsi sehat sakit dengan kebudayaan,antropologi, dan etilogi penyakit

2.2 persepsi tentang sehat sakit dan perilaku sehat sakit

2.2.1 persepsi masyarakat tentang sehat-sakit

Pandangan orang tentang criteria tubuh sehat atau sakit sifatnya tidaklah selalu objektif.

Bahkan lebih banyak unsusr subyektivitas tidaklah selalu subyektif dalam menentukan

kondisi tubuh seseorag. Persepsi masyarakat tentang sehat/sakit. Ini sangatlah dipengaruhi

oleh unsure pengaam masa lalu, dismping unsure social budaya. Sebaliknya, seseorang

mungkin merasa sakit tetapi dari pemeriksaaan medis tidak diperoleh bukti bahwa dia sakit.di

Negara-negara maju banyak orang yang sangan tinggi kesadarannya akan kesehatan dan takut

terkena penyakit sehingga jika dirasakan sedikit saja kelainan pada tubuhnya, maka dia akan

langsung pergi ke dokter,padahal ternyata tidak terdapat gangguan fisik yang nyata

(hypochondrical). Keluhan psikosomatis seperti ini lebih banyak ditemukan di negara maju

daripada dikalangan masyarakat tradisional. Umumnya masyarakat tradisional memandang

seseorang sebagai sakit jika orang itu kehilagan nafsu makannya atau gairah kerjanya, tidak

dapat lagi menjalakannya tugasnya sehari hari secara optimal atau kehilangan kekuatan

sehingga harus tinggal ditempat tidur(Sudarti,1998).

Secara ilmiah penyakit ( disease ) itu diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu

organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi penyakit itu bersifat

obyektif. Sebaliknya, sakit ( illness ) adalah penilaian individu terhadap pengalaman

menderita suatu penyakit. Fenomena subyektif ini ditandai dengan perasaan tidak enak.

Mungkin saja terjadi bahwa secara obyektif individu terserang penyakit dan salah satu organ
tubuhnya terganggu fungsinya namun dia tidak merasa sakit dan tetap menjalankan tugasnya

sehari-hari.

Sebaliknya, seseorang mungkin merasa sakit tetapi dari memeriksa medis tidak diperoleh

bukti bahwa dia sakit. Di Negara-negara maju banyak orang yang sanagt tinggi kesadarannya

akan kesehatan dan takut terkena penyakit sehingga jika dirasakan sedikit saja kelainan pada

tubuhnya, maka dia akan langsung pergi ke dokter, padahal ternyata tidak terdapat gangguan

fisik yang nyata ( hypochondriacal ). Keluhan psikosomatis seperti ini lebih banyak

ditemukan di Negara maju dari pada di kalangan masyarakat tradisional. Umumnya

masyarakat tradisional memandang seseorang sebagai sakit jika orang itu kehilangan nafsu

makannya atau gairah kerjanya, tidak dapat lagi menjalankan tugasnya sehari-hari secara

optimal atau kehilangan nafsu makannya atau gairah kerjanya, tidak dapat lagi menjalankan

tugasnya sehari-hari secara optimal atau kehilangan kekuatan sehingga kekuatan sehingga

harus tinggal di tempat tidur ( sudarti, 1988 )

Selama seseorang masih mampu melaksanakan fungsinya seperti biasa maka orang itu masih

dikatakan sehat. Batasan “sehat” yang diberikan oleh organisasi kesehatan sedunia ( WHO )

adalah “ a state of complete physical, mental and social wellbeing” ( WHO, 1981:38 ). Dari

batasan ini jelas terlihat bahwa sehat itu tidak hanya menyangkut kondisi fisik, melainkan

juga kondisi mental dan social seseorang.

Petugas kesehatan umumnya mendeteksi kebutuhan masyarakat akan upaya kesehatan (health

care) pada tahap yang lebih awal. Kebutuhan ini bukan hanya dideteksi pada awal dimulainya

suatu penyakit tetapi lebih awal lagi, yaitu ketika orangnya masih sehat tetapi membutuhkan

upaya kesehatan guna mencegah timbulnya penyakit-penyakit tertentu. Sebaliknya,

masyarakat baru merasa membutuhkan upaya kesehatan jika mereka telah berada dalam

tahap sakit yang parah, artinya yang tidak dapat diatasi dengan sekedar beristirahat atau
minum jamu. Memang berbagai penelitian di negara-negara berkembang maupun negara

maju menunjukkan bahwa tindakan pertama untuk mengatasi penyakit ialah berobat sendiri

atau self medication (Patel, 1987; Sudarti,1988; Schepers & Nievaard, 1990). Di negara-

negara seperti Indonesia masih ada satu tahap lagi yang dilewati banyak penderita sebelum

mereka datang ke petugas kesehatan, yaitu pergi berobat ke dukun atau ahli-ahli pengobatan

tradisional lainnya (Jordaan, 1985; Sarwono, 1992; Slamet-Velsink, 1992). Dengan demikian

parahlah keadaan penderita jika akhirnya meminta pertolongan seorang dokter. Bahkan di

Mesir di kalangan oranh yang tradisional dan kurang terpelajar, rumah sakit pernah di kenal

sebagai “rumah mati” karena menurut pengamatan mereka, siapa yang masuk ke rumah sakit

biasanya akan keluar sebagai mayat. Mereka mengira bahwa kematian itu disebabkan oleh

dokter-dokter di rumah sakit, tanpa memahami keadaan yang sebenarnya, dimana pasien

yang dikirim ke rumah sakit itu kebanyakan adalah yang keadaannya sudah sangant parah

sehingga biasanya tidak tertolong lagi. Yang lebih sulit lagi konsep sehat sakit ini berbeda-

beda antara kelompok masyarakat. Oleh sebab itu petugas kesehatan perlu meyelidiki

persepsi masyarakat setempat tentang sehat sdan sakit, mencoba mengerti mengapa persepsi

tersebut sampai berkembang sedemikian rupa dan setlah itu mengusahakan mengubah

persepsi tersebut agar mendekati konsep yang lebih obyektif. Dengan cara ini maka

penggunaan sarana kesehatan diharapkan dapat lebih ditingkatkan.

Perilaku sakit

perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang

sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang

dilakukan individu untuk memelihara dan menigkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan

penyakit, perawatan kebersihan diri (personal hygiene), penjagaan kebugaraan melalui

olahraga dan makanan bergizi. Perilaku sehat ini diperlihatkan oleh individu-individu yang

merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Penilaian
tentang kondisi kesehatan individu dapat dibedakan dalam 8 golongan sebagai berikut

(Notoatmodjo & Sarwono, 1986:41).

Penggolongab status kesehatan diatas menunjukkan bahwa penilaian medis bukanlah

merupakan satu-satunya kriteria yang menentukan tingkat kesehatan seseorang. Banyak

keadaan di mana individu dapat melakukan fungsi sosialnya secara normal padahal secara

medis menderita penyakit. Sebaliknya, tidak jarang pula individu merasa terganggu secara

sosial psikologi padahal secara medis mereka tergolong sehat. Penilaian individu terhadap

status kesehatannya ini merupakan salah satu faktor yang menetukan perilakunya, yaitu

perilaku sehat jika dia menganggap dirinya sehat, dan perilaku sakit jika dia menganggap

dirinya sakit. Orang yang berpenyakitan, belum tentu orang sakit dan belum tentu

mengakibatkan perubahan perannya dalam masyarakat, sedangkan orang sakit biasanya akan

meyebabkan perubahan perannya dalam lingkungan keluarga atau masyarakatnya. Orang

yang sakit tidak dapat menjalankan tugas-tugasnya di lingkungan kerja dan keluarganya

sehingga fungsinya itu harus digantikan oleh orang lain. Kadang-kadang peranan orang yang

sakit itu sedemikian luasnya sehingga peran yang ditinggalkannya itu tidak cukup digantiksn

oleh satu orang saja melainkan harus digantiakn oleh beberapa orang. Hal ini tentu saja akan

mengakibatkan perubahan dalm sistem sosial/lingkungan yang langsung berhubungan dengan

si sakit. Dalam kehidupan sosial, orang-orang yang tergolong “medically ill” dan “martyr”

dapat lebih mudah diterima oleh anggota masyarakat sebab penyakit mereka tidak

mengganggu interaksi sosial mereka. Sebaliknya, orang akan merasa terganggu bila

berhubungan dengan “hypochondriacal” atau yang “socially ill”.

Sekelompok ahli sosiologi yang di pimpin oleh Bush membedakan kemampuan fungsional

seseorang berdasarkan tiga aspek : kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh,

mobilitas dan kemapuan menjalankan kegiatan-kegiatan utamanya. Jika keduanya aspek yang

pertama merupakan indikator fisik, maka aspek yang terakhir mencerminkan definnisi sosio-
budaya tentang kesehatan dan penyakit karena berhubungan erat dengan interaksi sosial.

Setiap aspek diukur menurut derajat dan variasi kemampuan melakukan gerakan atau

tindakan, mulai dari kemampuan melakukan gerakan/tindakan yang bervariasi tanpa

memerlukan bantuan orang lain, sampai dengan kondisi dimana individu sama sekali

menggantungkan diri pada bantuan orang lain untuk menjalankan fungsi fisk atau sosialnya.

Berdasarkan penilaian setiap aspek menurut tingkatan fungsionalnya dapatlah ditentukan

status kesehatan individu. Teori Bush ini hanya memberikan kategorisasi.

Status kesehatan individu namus tidak menjelaskan tentang perilaku sehat/sakit. Seorag ahli

sosiologi dan psikologi sosial yang lain, Mechanic, mengambangkan teori tentang perilaku

respons
BAB III

Penutup

Anda mungkin juga menyukai