MAKALAH PSIKOLOGI Etika Penyakit Dan Persepsi Sehat Sakit
MAKALAH PSIKOLOGI Etika Penyakit Dan Persepsi Sehat Sakit
Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan seluruh alam, atas rahmat danhidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah etiologi penyakit dan presepsi sehat
sakit.Kami berterimakasih kepada Ibu Ns. Rodiyanah S.Kep, M. Kes selaku dosen mata
kuliah psikologi dan budaya dalam keperawatan STIKes BANTEN yang telah memberikan
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangkan menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai konsep kehilangan, kematian dan berduka. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
dimasa depan.
ilmu antrolpologi merupakan rumpun ilmu yang menjadikan berbagai cara hidup manusia
dengan berbagai macam tindakannya sebagai objek penelitian dan analisis.
Pengertian kebudayaan berasal dari sanskerta budhaya yaitu bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan
akal. Ada sarjana lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan ari
majemuk budhi-daaya, yang berarti “daya dari budi”.Oleh karna itu, mereka membedakan
“budaya” dari kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi dan berupa cipta, karsa,dan rasa
sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta,karsa dan rasa.Dalam istilah antropologi
budaya, perbedaan itu ditiadakan. Kata budaya di sini hanya di pakai sebagai suatu
singkatan dari kebudayaan dengan arti yang sama.
1. Ki hajar dewantara.
Kebudayaan menurut ki hajar dewantara berarti buah budi manusia yang merupakan
hasil prjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat yakni alam dam zaman (
kudrat dan masyarakat ). Selain itu, bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi
berbagai rintangan dan kesukaran di dalam kehidupannya guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang pada awalnya bersifat tertib dan damai.
2. Sutan takdir alisyahbana.
Sutan takdir alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi dari
cara berfikir sehingga menurutnya, pola kebudayaan itu sangat luas karena semua
tingkah laku dan perbuatan tercakup didalamnya dan dapat diungkapkan pada basis
dan cara berfikir, termasuk perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dari
pikiran.
3. Koentejaraningrat.
Koentejaraningrat mengatakan bahwa kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan
karya manusia yang harus di biasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil
budi pekertinya.
4. A.L.Kroeber dan C.kluchkon.
A.L.Kroeber dan C.kluckhon dalam bukunya culture A Critcal review of concepts and
defiditions ( 1952 ) mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau
penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
5. Malinawski
6 . C . A . Van Peursen
REFERENSI DARI
SOSIOLOGI KEPERAWATAN
Oleh ( Dra. Noorksiani M.Kes , heryanti , S ,kp , M .Kes Rita Ismail , S.Kp,MKM)
Etiologi, secara sederhana dapat diartikan sebagai penyebab sesuatu yang dapat
menyebabkan penyakit. Etiologi dikenal pula dengan istilah agens. Etiologi (agens) penyakit
dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu golongan biologis dan non biologis.
a. Golongan biologis. Penyebab penyakit yang termasuk golongan biologis adalah
mikroorganisme (mis: bakteri dan virus). Selain itu, adapula penyebab penyakit yang
berasal dari hewan dan tumbuhan (mis: metazoan, protozoa, dan jamur)
b. Golongan non biologis. Penyebab penyakit dari golongan non biologis terbagi atas
beberapa jenis yaitu kimia, fisik, dan nutrien.
1. Kimia
Zat kimia terbagi atas zat kimia yang terdapat diluar tubuh manusia
(eksogeneus chemical substance) dan zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh
(eksogenus chemical substance). Contohnya adalah barbiturat, merkuri,
karbon monoksida, dan lain-lain.
2. Fisik
Penyebab penyakit berupa faktor fisik antara lain suhu yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah, suara yang terlalu bising, perubahan tekanan atmosfer, dsb.
Faktor fisik ini dapat menimbulkan penyakit jika berada pada intensitas yang
luar biasa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Selain contoh di atas
faktor fisik lain dapat menyebabkan penyakit adalah faktor mekanis atau
trauma, baik yang disengaja maupun tidak (mis: kecelakaan, perkelahian, dsb).
3. Nutrien
Nutrien sebenarnya merupakan golongan zat kimia. Akan tetapi, untuk
memudahkan pemahaman kita tentang kaitan nutrien dengan penyakit, bagian
ini dipisahkan. Seseorang dapat menderita penyakit jika kekurangan atau
kelebihan nutrien tertentu dalam tubuh (mis: penderita obesitas, meramus,
kuashiorkor, dll)
Konsep sehat sakit adalah konsep yang kompleks dan multiinterprestasi. Banyak faktor
yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit. Pengertian sehat sakit juga beragam. Setiap
individu, keluarga, masyarakat, maupun profesi kesehatan mengartikan sehat atau sakit
secara berbeda, bergantung pada paradigmanya.
Definisi Sehat
Berabad-abad lalu, sehat diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami. Karenanya,
segala sesuatu yang tidak normal dan bertentangan dengan alam dianggap sebagai kondisi
tidak sehat yang harus dicegah. Sehat mandiri bersifat dinamis yang statusnya terus-menerus
berubah. Kesehatan memengaruhi tingkat fungsi seseorang, baik dari segi fisiologis,
psikologis, dan dimensi sosikultural. Keadaan sehat/normal sendiri merupakan hal yang sulit
didefinisikan setiap orang atau kelompok memiliki pemahaman yang berbeda mengenai hal
tersebut. Meski rumit dan bervariasi, suatu keadaan bisa dikatakan normal/sehat setelah
memenuhi parameter tertentu. Selanjutnya, konsep umum tentang keadaan normal/sehat akan
menggunakan nilai rata-rata parameter tersebut sebagai acuannya. Nilai rata-rata tersebut
dikenal dengan istilah nilai normal. Sebagai contoh, kadar natrium normal pada orang dewasa
adalah 136-145 mmol/l. Secara umum, ada beberapa definisi sehat yang dapat dijadikan
sebagai acuan.
1. Menurut WHO. Sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna, baik fisik,
mental, dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.
2. Menurut Parson. Sehat adalah kemampuan optimal individu untuk menjalankan
peran dan tugasnya secara efektif.
3. Menurut Undang-Undang Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992. Sehat adalah
keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Definisi Sakit
Sakit adalah keadaan tidak normal/sehat. Secara sederhana, sakit atau dapat pula disebut
penyakit merupakan suatu bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal. Tolak ukur
yang paling mudah untuk menentukan kondisi sakit atau penyakit adalah jika terjadi
perubahan dari nilai rata-rata normal biasanya adalah bronko vesikular. Jika terdengar
“mengi”, bisa dikatakan bahwa individu tersebut menderita sakit. Keadaan sakit atau
penyakit sendiri merupakan hal yang sulit untuk didefinisikan secara pasti. Akan tetapi, ada
beberapa definisi mengenai sakit atau penyakit yang dapat dijadikan acuan.
1. Menurut Parson. Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia,
termasuk sejumlah sistem biologis dan penyesuaian.
2. Menuru Bowman. Bowman mengemukakan ada tiga kriteria keadaan sakit yaitu
adanya gejala, persepsi tentang keadaan sakit yang dirasakan, dan kemampuan
beraktivitas sehari-hari yang menurun.
3. Menurut batasan medis. Batasan medis mengemukakan dua bukti adanya sakit
yaitu tanda dan gejala.
4. Menurut Perkins. Sakit adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa
seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari, baik
aktivitas jasmani maupun sosial.
Penyakit berbeda dengan rasa sakit. Penyakit sifatnya objektif karena masing-masing
memiliki parameter tertentu, sedangkan rasa sakit sifatnya subjektif karena merupakan
keluhan yang dirasakan seseorang. Perbedaan ini mempunyai implikasi yang berbeda.
Seseorang yang menderita penyakit belum tentu merasakan sakit sebaliknya, seseorang yang
mengeluh sakit belum tentu menderita penyakit.
Rentang Sehat-Sakit
Rentang sehat-sakit adalah suatu skala ukur hipotesis untuk mengukur keadaan
sehat/kesehatan seseorang. Kedudukan seseorang pada skala tertentu bersifat dinamis dan
individual karena dipengaruhi oleh faktor pribadi dan lingkungan. Pada skala ini, sewaktu-
waktu seseorang bisa berada dalam keadaan sehat, namun dilain waktu bisa bergeser ke
keadaan sakit.
Lingkungan
Keturunan Perilaku
STATUS KESEHATAN
Layanan Kesehatan
Etiologi penyakit dan persepsi sehat sakit akan berbeda pada setiap daerah masing
masing atau tidak obyektif karena persepsi atau pemikiran sehat sakit dipengaruhi
oleh faktor budaya di setiap daerahnya.
penyakit?
1.3 Tujuan
2.1 Hubungan persepsi sehat sakit dengan kebudayaan,antropologi, dan etilogi penyakit
Pandangan orang tentang criteria tubuh sehat atau sakit sifatnya tidaklah selalu objektif.
Bahkan lebih banyak unsusr subyektivitas tidaklah selalu subyektif dalam menentukan
kondisi tubuh seseorag. Persepsi masyarakat tentang sehat/sakit. Ini sangatlah dipengaruhi
oleh unsure pengaam masa lalu, dismping unsure social budaya. Sebaliknya, seseorang
mungkin merasa sakit tetapi dari pemeriksaaan medis tidak diperoleh bukti bahwa dia sakit.di
Negara-negara maju banyak orang yang sangan tinggi kesadarannya akan kesehatan dan takut
terkena penyakit sehingga jika dirasakan sedikit saja kelainan pada tubuhnya, maka dia akan
langsung pergi ke dokter,padahal ternyata tidak terdapat gangguan fisik yang nyata
(hypochondrical). Keluhan psikosomatis seperti ini lebih banyak ditemukan di negara maju
seseorang sebagai sakit jika orang itu kehilagan nafsu makannya atau gairah kerjanya, tidak
dapat lagi menjalakannya tugasnya sehari hari secara optimal atau kehilangan kekuatan
Secara ilmiah penyakit ( disease ) itu diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu
organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi penyakit itu bersifat
menderita suatu penyakit. Fenomena subyektif ini ditandai dengan perasaan tidak enak.
Mungkin saja terjadi bahwa secara obyektif individu terserang penyakit dan salah satu organ
tubuhnya terganggu fungsinya namun dia tidak merasa sakit dan tetap menjalankan tugasnya
sehari-hari.
Sebaliknya, seseorang mungkin merasa sakit tetapi dari memeriksa medis tidak diperoleh
bukti bahwa dia sakit. Di Negara-negara maju banyak orang yang sanagt tinggi kesadarannya
akan kesehatan dan takut terkena penyakit sehingga jika dirasakan sedikit saja kelainan pada
tubuhnya, maka dia akan langsung pergi ke dokter, padahal ternyata tidak terdapat gangguan
fisik yang nyata ( hypochondriacal ). Keluhan psikosomatis seperti ini lebih banyak
masyarakat tradisional memandang seseorang sebagai sakit jika orang itu kehilangan nafsu
makannya atau gairah kerjanya, tidak dapat lagi menjalankan tugasnya sehari-hari secara
optimal atau kehilangan nafsu makannya atau gairah kerjanya, tidak dapat lagi menjalankan
tugasnya sehari-hari secara optimal atau kehilangan kekuatan sehingga kekuatan sehingga
Selama seseorang masih mampu melaksanakan fungsinya seperti biasa maka orang itu masih
dikatakan sehat. Batasan “sehat” yang diberikan oleh organisasi kesehatan sedunia ( WHO )
adalah “ a state of complete physical, mental and social wellbeing” ( WHO, 1981:38 ). Dari
batasan ini jelas terlihat bahwa sehat itu tidak hanya menyangkut kondisi fisik, melainkan
Petugas kesehatan umumnya mendeteksi kebutuhan masyarakat akan upaya kesehatan (health
care) pada tahap yang lebih awal. Kebutuhan ini bukan hanya dideteksi pada awal dimulainya
suatu penyakit tetapi lebih awal lagi, yaitu ketika orangnya masih sehat tetapi membutuhkan
masyarakat baru merasa membutuhkan upaya kesehatan jika mereka telah berada dalam
tahap sakit yang parah, artinya yang tidak dapat diatasi dengan sekedar beristirahat atau
minum jamu. Memang berbagai penelitian di negara-negara berkembang maupun negara
maju menunjukkan bahwa tindakan pertama untuk mengatasi penyakit ialah berobat sendiri
atau self medication (Patel, 1987; Sudarti,1988; Schepers & Nievaard, 1990). Di negara-
negara seperti Indonesia masih ada satu tahap lagi yang dilewati banyak penderita sebelum
mereka datang ke petugas kesehatan, yaitu pergi berobat ke dukun atau ahli-ahli pengobatan
tradisional lainnya (Jordaan, 1985; Sarwono, 1992; Slamet-Velsink, 1992). Dengan demikian
parahlah keadaan penderita jika akhirnya meminta pertolongan seorang dokter. Bahkan di
Mesir di kalangan oranh yang tradisional dan kurang terpelajar, rumah sakit pernah di kenal
sebagai “rumah mati” karena menurut pengamatan mereka, siapa yang masuk ke rumah sakit
biasanya akan keluar sebagai mayat. Mereka mengira bahwa kematian itu disebabkan oleh
dokter-dokter di rumah sakit, tanpa memahami keadaan yang sebenarnya, dimana pasien
yang dikirim ke rumah sakit itu kebanyakan adalah yang keadaannya sudah sangant parah
sehingga biasanya tidak tertolong lagi. Yang lebih sulit lagi konsep sehat sakit ini berbeda-
beda antara kelompok masyarakat. Oleh sebab itu petugas kesehatan perlu meyelidiki
persepsi masyarakat setempat tentang sehat sdan sakit, mencoba mengerti mengapa persepsi
tersebut sampai berkembang sedemikian rupa dan setlah itu mengusahakan mengubah
persepsi tersebut agar mendekati konsep yang lebih obyektif. Dengan cara ini maka
Perilaku sakit
perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang
olahraga dan makanan bergizi. Perilaku sehat ini diperlihatkan oleh individu-individu yang
merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Penilaian
tentang kondisi kesehatan individu dapat dibedakan dalam 8 golongan sebagai berikut
keadaan di mana individu dapat melakukan fungsi sosialnya secara normal padahal secara
medis menderita penyakit. Sebaliknya, tidak jarang pula individu merasa terganggu secara
sosial psikologi padahal secara medis mereka tergolong sehat. Penilaian individu terhadap
status kesehatannya ini merupakan salah satu faktor yang menetukan perilakunya, yaitu
perilaku sehat jika dia menganggap dirinya sehat, dan perilaku sakit jika dia menganggap
dirinya sakit. Orang yang berpenyakitan, belum tentu orang sakit dan belum tentu
mengakibatkan perubahan perannya dalam masyarakat, sedangkan orang sakit biasanya akan
yang sakit tidak dapat menjalankan tugas-tugasnya di lingkungan kerja dan keluarganya
sehingga fungsinya itu harus digantikan oleh orang lain. Kadang-kadang peranan orang yang
sakit itu sedemikian luasnya sehingga peran yang ditinggalkannya itu tidak cukup digantiksn
oleh satu orang saja melainkan harus digantiakn oleh beberapa orang. Hal ini tentu saja akan
si sakit. Dalam kehidupan sosial, orang-orang yang tergolong “medically ill” dan “martyr”
dapat lebih mudah diterima oleh anggota masyarakat sebab penyakit mereka tidak
mengganggu interaksi sosial mereka. Sebaliknya, orang akan merasa terganggu bila
Sekelompok ahli sosiologi yang di pimpin oleh Bush membedakan kemampuan fungsional
mobilitas dan kemapuan menjalankan kegiatan-kegiatan utamanya. Jika keduanya aspek yang
pertama merupakan indikator fisik, maka aspek yang terakhir mencerminkan definnisi sosio-
budaya tentang kesehatan dan penyakit karena berhubungan erat dengan interaksi sosial.
Setiap aspek diukur menurut derajat dan variasi kemampuan melakukan gerakan atau
memerlukan bantuan orang lain, sampai dengan kondisi dimana individu sama sekali
menggantungkan diri pada bantuan orang lain untuk menjalankan fungsi fisk atau sosialnya.
Status kesehatan individu namus tidak menjelaskan tentang perilaku sehat/sakit. Seorag ahli
sosiologi dan psikologi sosial yang lain, Mechanic, mengambangkan teori tentang perilaku
respons
BAB III
Penutup