EPILEPSI
Disusun untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Anak
Program Profesi Ners 7
Oleh :
CHRIS TOPEL ARDEN
NIM SN181029
I. Konsep Teori
A. Definisi
Akut Miokard Infark (AMI) adalah suatu keadaan kematian jaringan otot
jantung akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen yang terjadi
secara mendadak. Penyebab paling sering adalah adanya sumbatan pembuluh
jantung, sehingga terjadi gangguan aliran darah yang diawali dengan hipoksia
miokard (Setianto, et.al., 2003; dalam Kasron 2012).
Akut Miokard Infark (AMI) didefinisikan sebagai nekrosis miokardium
yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada
arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar disebabkan oleh rupture flak ateroma
pada arteri koroner yang kemudian diikuti oleh terjadinya thrombosis,
vasokontriksi, reaksi inflamasi dan mikroembolisasi distal (Arif Muttaqin, 2009;
dalam Wijaya dan Putri, 2013).
Akut Miokard Infark adalah nekrosis daerah miokardial yang biasanya
disebabkan oleh suplai darah yang terhambat atau berhenti terlalu lama dan
manifestasi klinis pertama adalah iskemia jantung, atau adanya riwayat angina
pectoris (Sunaryo, 2015).
B. Etiologi
Penyebabnya dapat karena penyempitan kritis arteri koroner akibat
arterosklerosis atau oklusi arteri komplet akibat embolus atau thrombus.
Penurunan aliran darah koroner dapat juga disebabkan oleh syok dan hemoragi.
Pada setiap kasus terdapat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen miokard (Rendi dan Margareth, 2012).
Menurut (Murwani, 2011) ada beberapa penyebab lain terjadinya AMI
yaitu:
1. Sindroma klasik : sumbatan total yang terjadi secara tiba-tiba pada arteri.
2. Koronaria besar oleh thrombosis.
3. Hiperkholesterolemia atau meningkatnya kadar kolesterol dalam pembuluh
darah.
C. Klasifikasi
Menurut Rendi dan Margareth, (2012), jenis-jenis miokard infark terbagi
menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Miokard infark subendokardial
Daerah subendokardial merupakan daerah miokard yang amat peka
terhadap iskemia dan infark. Miokard infark subendokardial terjadi
akibat aliran darah subendokardial yang relatif menurun dalam waktu
lama sebagai akibat perubaha derajat penyempitan arteri koroner atau
dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi, perdarahan, hipoksia.
Derajat nekrosis dapat bertambah bila disertai peningkatan kebutuhan
oksigen miokard misalnya akibat takikardia atau hipertrofi ventrikel.
2. Miokard infark transmural
Pada lebih dari 90% pasien miokard infark transmural berkaitan dengan
thrombosis koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang mengalami
penyempitan arterioskleorotik. Penyebab lain lebih jarang ditemukan,
termasuk disini misalnya perdarahan dalam plague arterioskleorotik
dengan hematom intramural, spasme yang umumnya terjadi ditempat
arterioskleorotik yang emboli koroner. Miokard infark dapat terjadi
walau pembuluh koroner normal, tetapi hal ini amat jarang.
D. Manifestasi klinis
Menurut Kasron (2012) tanda dan gejala Akut Miokard Infark
(TRIAGE AMI) adalah :
1. Klinis
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak
mereda, biasanya di atas region sternal bawah dan abdomen bagian
atas, ini merupakan gejala utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat
menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya
lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari,dan
tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NGT).
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin,diaforesis
berat, pening atau kepala terasa melanyang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang
hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor (menumpulkan pengalaman nyeri).
2. Laboratorium
Pemeriksaan Enzim jantung
a. CPK-MB/CPK (Creatine Phosphokinase), Isoenzim yang ditemukan
pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24
jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b. LDH/HBDH (Laktat Dehidrogenase), Meningkat dalam 12-24 jam
dan memakan waktu lama untuk kembali normal.
c. AST/SGOT (Serum Glutamic Oxsalotransamine Test),Meningkat
(kurang nyata atau khusus) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam
24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari.
3. EKG (Electrocardiogram)
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi
dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen St. Perubahan yang
terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q atau QS yang menandakan
adanya kematian jaringan..
E. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penyakit Infark miokard akut antara lain
(Rendi dan Margareth, 2012):
1. Gagal jantung kongesti
2. Syok kardiogenik
3. Disfungsi otot papilaris
4. Defek sektum ventrikel
5. Ruptura jantung
6. Aneurisma ventrikel
7. Tromboembolisme
8. Perikarditis
9. Aritmia
F. Patofisiologi
Akut Miokard Infark sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau
lebih faktor resiko seperti merokok, obesitas, hipertensi dan lain-lain.
Faktor ini disertai dengan proses kimiawi terbentuknya lipoprotein di
tunika intima yang dapat menyebabkan interaksi fibrin dan patelet
sehingga menimbulkan cedera endotel pembuluh darah
koroner.Interaksi tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi lipid yang
akan membentuk plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi
komplikata yang dapat menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan
apabila ruptur dapat terjadi trombus. Trombus yang dapat menyumbat
pembuluh darah menyebabkan aliran darah berkurang sehingga suplai
oksigen yang diangkut darah ke jaringan miokardium berkurang yang
berakibat penumpukan asam laktat. Asam laktat yang meningkat
menyebabkan nyeri dan perubahan pH endokardium yang
menyebabkan perubahan elektrofisiologi endokardium, yang pada
akhirnya menyebabkan perubahan sistem konduksi jantung sehingga
jantung mengalami distritmia. Iskemik yang berlangsung lebih dari 30
menit menyebabkan kerusakan otot jantung yang ireversibel dan
kematian otot jantung (infark) (Aspiani, 2015).
AMI terjadi ketika kekurangan oksigen yang terjadi berlangsung cukup
lama yaitu lebih dari 30-45 menit sehingga menyebabkan kerusakan
seluler yang ireversibel. Bagian jantung yang terkena infark akan
berhenti berkontraksi selamanya. Kekurangan oksigen yang terjadi
paling banyak disebabkan oleh penyakit arteri koroner atau coronary
artery disiese
(CAD). Pada penyakit ini terdapat materi lemak (plaque) yang telah
terbentuk dalam beberapa tahun di dalam lumen arteri koronari (arteri
yang mensuplai darah dan oksigen pada jantung). Plaque dapat rupture
sehingga menyebabkan terbentuknya bekuan darah padapermukaan
plaque. Jika bekuan menjadi cukup besar, maka bisa menghambat
aliran darah baik total maupun sebagian pada arteri koroner (Kasron,
2012).
Pathway
Aterosklerosis
Trombosis
Konstriksi arteri koronaria
Metabolisme an Seluler
aerob hipoksia
Kerusakan Timbunan asam Integritas membran sel
laktat meningkat nyeri
pertukaran berubah
gas
Fatique Cema Kontraktilitas Resiko
turun
s penurunan
curah
Intoleransi
jantung
aktifitas
2. Diagnosa keperawatan
a. Risiko cedera berhubungan dengan tipe kejang.
b. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
trakheobronkhial.
c. Kerusakan memori berhubungan dengan hipoksia.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan aktivitas kejang.
e. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan perkembangan.
f. Risiko isolasi berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita
penyakit kronis.
h. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian.
i. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan keterbatasan
paparan.
j. Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan konflik
pengambilan keputusan.
3. Intervensi
a. Diagnosa 1 : Risiko cedera berhubungan dengan tipe kejang.
1) NOC : Pengendalian Resiko.
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pencegahan jatuh
selama 3x24 jam diharapkan pasien tidak mengalami cedera dan tetap
tenang dengan seringnya pengendalian resiko skala 3.
3) Kriteria hasil :
a) Pantau faktor resiko perilaku dan lingkungan.
b) Mempersiapkan lingkungan yang aman (misalnya, penggunaan
tikar karet).
c) Menghindari cedera fisik.
d) Mengidentifikasi risiko yang meningkatkan kerentanan terhadap
cedera.
e) Orang tua akan mengenali resiko dan memantau kekerasan.
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang
4. Sering
5. Konsisten
4) NIC : Mencegah Jatuh
a) Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan,
misalnya perubahan status mental, usia, pengobatan dan defisit
motorik / sensorik.
b) Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan risiko jatuh.
c) Singkirkan benda-benda yang dapat menimbulkan bahaya.
d) Arahkan anak ke area aman, khususnya jauh dari jendela, tangga,
alat pemainan/sumber air.
e) Jangan membuat anak teragitasi; bicara dengan suara lembut dan
sikap tenang.
f) Lindungi anak setelah kejang.
b. Diagnosa 2 : Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi trakheobronkhial
1) NOC : Kontrol Aspirasi
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mencegah Jatuh
selama 3x24 jam diharapkan jalan nafas pasien kembali efektif
dengan seringnya memonitor aspirasi skala 2.
3) Kriteria hasil :
a) Mengidentifikasi faktor risiko.
b) Menghindari faktor risiko.
c) Menyediakan makanan sesuai kemampuan menelan pasien.
d) Mengupayakan konsitusi cairan dan makanan.
Skala :
1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
4) NIC : Mencegah Jatuh
a) Pengelolaan jalan nafas.
b) Ajarkan batuk secara efektif.
c) Posisikan 90 derajat sesuai kemampuan.
d) Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
e) Lakukan pengisapan sesuai dengan kebutuhan untuk
membersihkan sekresi.
c. Diagnosa 3 : Kerusakan memori berhubungan dengan hipoksia
1) NOC : Orientasi Kognitif
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pelatihan
Memori selama 3 x 24 jam diharapkan pasien tidak menunjukkan
kerusakan memori dengan status orientasi kognitif skala 4.
3) Kriteria hasil :
a) Mengidentifikasikan orang terdekat, tempat sekarang, dan musim,
tahun, hari yang benar.
b) Menggunakan teknik untuk membantu memperbaiki memori.
c) Secara akurat mengingat secara tepat, informasi saat ini dan lama.
d) Mengungkapkan kemampuan yang lebih baik untuk mengingat.
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang
4. Sering
5. Konsisten
4) NIC : Pelatihan Memori
a) Kaji depresi, ansietas, dan peningkatan stres yang mungkin
memberikan kontribusi pada kehilangan memori.
b) Kaji fungsi neurologis untuk menentukan masalah pasien, apakah
kehilangan memori atau demensia.
c) Beri label pada barang-barang.
d) Bantu pasien untuk rileks untuk meningkatkan konsentrasi.
e) Berikan kesempatan pasien untuk konsentrasi seperti suatu
permainan pasangan kartu yang sesuai.
f) Berikan gambar pengingat memori; bila diperlukan.
d. Diagnosa 4 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan aktivitas
kejang
1) NOC : Citra Tubuh
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencapaian Citra
Tubuh selama 3x24 jam diharapkan persepsi pasien terhadap dirinya
positif dengan status citra tubuh skala 3
3) Kriteria hasil :
a. Kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
b. Kesesuaian antara realitas tubuh, ideal tubuh dan wujud tubuh.
c. Mengidentifikasi kekuatan personal.
d. Memelihara hubungan sosial yang dekat dan hubungan personal.
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang
4. Sering
5. Konsisten
4) NIC : Pencapaian Citra Tubuh
a) Tentukan bagaimana respon anak terhadap tubuhnya sesuai
dengan tahap perkembangan.
b) Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia dari orang
penting bagi pasien yang menyangkut citra tubuh.
c) Beri dorongan pada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaan dan untuk berduka.
d) Beri dorongan pada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan
perhatian tentang hubungan personal yang dekat.
e. Diagnosa 5 : Harga Diri Rendah berhubungan dengan perubahan
perkembangan.
1) NOC : Perkembangan Anak :2,3,4,5 tahun: Masa Kanak-kanak
Pertengahan (%-11 tahun), dan Remaja (12-17 tahun).
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Harga
Diri selama 3x24 jam diharapkan harga diri pasien positif (pasien
dapat meningkatkan harga dirinya) dengan status perkembangan
menunjukkan skala 3.
3) Kriteria hasil :
a) 2 th : Mengindikasikan keinginan secara verbal, berinteraksi
dengan orang dewasa dalam permainan sederhana.
b) 3 th : mampu mengatakan nama pertamanya; memainkan interaksi
dengan anak seusianya.
c) 4 th : Mampu menjelaskan aturan-aturan permainan interaktid
bersama teman seusianya.
d) Mempertahankan hubungan pribadi yang dekat.
Skala :
1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
4) NIC : Peningkatan Harga Diri
a) Pantau pernyataan pasien tentang penghargaan diri.
b) Bantu pasien meningkatkan penilaian dirinya terhadap
penghargaan diri.
c) Hindari tindakan yang dapat melemahkan pasien.
d) Beri penghargaan / pujian terhadap perkembangan pasien dalam
pencapaian tujuan.
e) Ajarkan orang tua akan pentingnya ketertarikan dan dukungannya
terhadap perkembangan konsep diri yang positif pada anak.
f. Diagnosa 6 : Resiko isolasi sosial berhubungan dengan gangguan
psikologis.
1) NOC : Keterlibatan Sosial
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan
Sosialisasi selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat berinteraksi
dengan lingkungan dan dapat diterima di lingkungan dengan status
keterlibatan sosial menunjukkan skala 3.
3) Kriteria Hasil :
a) Melaporkan adanya interaksi dengan teman, tetangga, aggota
keluarga.
b) Berpartisipasi dalam aktivitas pengalihan
c) Mulai berhubungan dengan orang lain.
d) Mengembangkan hubungan satu sama lain.
e) Melaporkan adanya peningkatan dukungan sosial.
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang
4. Sering
5. Konsisten
4) NIC : Peningkatan Sosialisasi
a) Identifikasi dengan pasien faktor-faktor yang berpengaruh pada
perasaan isolasi sosial.
b) Kurang stigma isolasi dengan menghormati martabat pasien.
c) Dukung hubungan dengan orang lain yang mempunyai
ketertarikan dan tujuan sama
d) Dukung usaha-usaha yang dilakukan pasien, keluarga dan teman-
teman untuk berinteraksi.
e) Berikan uji pembatasan interpersonal.
f) Dukung pasien untuk mengubah lingkungan, seperti jalan-jalan
dan menonton film
Elizabeth, J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Manjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.
Moorhead, Sue et.al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition.
Missouri: Elsevier Mosby.