Pemikiran Feminisme Dalam Hubungan Internasional
Pemikiran Feminisme Dalam Hubungan Internasional
1
Dipresentasikan dalam Seminar Nasional “Peran NGO dalam Perlindungan Hak Perempuan”
diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Budi Luhur Jakarta, 25
April 2011 di Auditorium Universitas Budi Luhur Jakarta
2
Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional FISIP Universitas Budi Luhur.
hubungan internasional fisip universitas budi luhur | 2
3
Susan Osborne. Pocket Essenstials Feminism. Trafalgar Square Publishing: USA. 2001, hlm. 9
4
John Bayliss dan Steven Smith. The Globalization of World Politics. Oxford University Press:
New York, 2001, hlm. 670
5
Scott Burchill, et all. Theories of international relations, third edition. Palgrave Macmillan: New
York, 2005, hlm. 214
hubungan internasional fisip universitas budi luhur | 3
Feminisme Awal
6
Molly Cochran. Normative Theory in International Relations, A Pragmatic Approach. Cambridge
University Press:United Kingdom, 2004, hlm. 214
7
Riant Nugroho. Gender dan Strategi, Pengarus Utamanya di Indonesia. Pustaka pelajar:
Jogjakarta, 2008.
8
Scott Burchill, et all. Theories of international relations, third edition. Palgrave Macmillan: New
York, 2005, hlm. 214
hubungan internasional fisip universitas budi luhur | 4
9
Ibid,
10
Moly Cohran. Normative Theory in International Relations, A Pragmatic Approach. Cambridge
University Press: United Kingdom, 2004, hlm. 214
hubungan internasional fisip universitas budi luhur | 5
11
Riant Nugroho. Gender dan Strategi, Pengarus Utamanya di Indonesia. Pustaka pelajar.
Jogjakarta, 2008.
12
John Bayliss dan Steven Smith. The Globalization of World Politics. Oxford University Press:
New York, 2001, hlm. 281
hubungan internasional fisip universitas budi luhur | 6
borjuis dan proletar. Maka dari itu pendekatan-pendekatan liberal tidak populer di
negara dunia ketiga khususnya negara-negara berkembang dan miskin.
Ketidaksamaan antara perempuan dan laki-laki adalah bentuk dari
kegagalan sistem kapitalis dunia. Ini adalah credo pertama para pemikir marxis,
bahwa ekonomi adalah material yang paling disalahkan atas terjadinya
ketimpangan.13Globalisasi yang menuntut adanya keterbukaan, batas-batas antar
negara semakin tidak terlihat, dan arus modal dari negara-negara maju ke negara-
negara berkembang adalah penyebab timbulnya ketergantungan. Ketergantungan
tersebut juga digambarkan Marx sebagai model hubungan antara perempuan dan
laki-laki.14Kebebasan berekonomi yang digemborkan oleh paham liberal neo-
klasik berarti kebebasan memiliki modal yang secara langsung membangun
struktur kesenjangan antara kaya dan miskin. Maka dari itu masyarakat tanpa
kelas adalah kondisi ideal terciptanya persamaan hak, dalam hal ini persamaan
antara perempuan dan laki-laki.15
Feminisme radikal memandang bahwa sistem patriarki yang menjadi
budaya pada masyarakat merupakan penyebab terjadinya ketimnpangan antara
perempuan dan laki-laki. Patriarki atau patriarkal adalah adat budaya yang
mengagung-agungkan laki-laki sebagai personal yang lebih tinggi posisinya dari
perempuan. Dalam adat Jawa dikenal dengan ABS (asal bapak senang), artinya
posisi bapak atau laki-laki adalah posisi yang harus diagungkan dan dilayani.
Budaya patriarki dianggap sebagai suatu yang given dan tidak dapat dielak lagi.
Budaya ini melahirkan mindset bahwa pemenuhan kebutuhan sex laki-laki adalah
yang terpenting di atas kebutuhan perempuan. Dalam hubungan intim terdapat
istilah orgasme klitoris dan orgasme vagina. Orgasme klitoris adalah orgasme
yang dialami perempuan pada saat berhubungan seks, sementara orgasme vagina
adalah apa yang dialami pria. Shulamit Firestone adalah pemikir radikal. Kaum
radikal berargumen bahwa kedua hal tersebut harus seimbang, jika tidak
perempuan harus segera memutuskan sesuatu atau menuntut terpenuhinya
kebutuhan biologis tersebut. Permasalahan orgasme klitoris dan vagina ini juga
13
ibid, hlm. 283
14
PIP Jones. Pengantar Teori-teori Sosial, dari teori fungsionalisme hingga post-modernisme.
15
Richard Devetak. An Introduction to International Relations, Australian Perspectives.
Cambridge University Press: New York. 2007, hlm. 69
hubungan internasional fisip universitas budi luhur | 7
16
PIP Jones. Pengantar Teori-teori Sosial, dari teori fungsionalisme hingga post-modernisme.
17
Judith Butler. Gender Trouble: Feminism and The Subversion of identity. Routledge: London.
1999, hlm. 5
18
PIP Jones. Pengantar Teori-teori Sosial, dari teori fungsionalisme hingga post-modernisme.
19
J. Ann Tickner. Feminism meets International Relations: some methodological issues, dalam
Feminist Metodologies for International Relations. Cambridge University Press: United Kingdom.
hubungan internasional fisip universitas budi luhur | 8
Feminisme Empiris
empiris karena berfokus pada permasalahan yang tidak biasa menjadi perhatian
kita dan khususnya penstudi HI. Empirisme dalam feminisme ingin mengajak kita
dan penstudi HI lebih mengutamakan pengalaman indera, namun ini tak sama
dengan cabang filsafat antara rasionalisme dan empirisme.
Enloe kemudian juga mempertanyakan makna nasionalisme yang ia
anggap sebagai jargon profokator penyebab Perang Dunia. Kedaulatan ia anggap
sebagai akar dari nasionalisme yang kemudian menseparasikan pria dan wanita,
dan yang pada akhirnya mendiskriminasikan wanita dalam budaya patriarkal.
Dalam The Morning After : Sexual Politics at The End of The Cold War , Enloe
menghubungkan wanita dengan Perang Dingin dan mempertanyakan ‘dimana
posisi wanita?’ maksudnya wanita juga harus mendapat posisi dan tidak bebas dari
keterlibatannya dalam Perang Dingin.22 Ia mencontohkan kesalahpahaman
mengenai sifat wanita yang damai, dan jika mereka menjadi pemimpin
keniscayaan akan kedamaian adalah pasti. Margaret Tatcher dan Ratu Elizabeth II
adalah aktor Perang Dingin, mereka turut andil, oleh sebab itu mereka juga harus
diperhitungkan.
Feminisme Analitis
22
Martin Griffiths. Fifty Key Thinkers in International Relations. Routledge: New York. 1999, hlm.
223
hubungan internasional fisip universitas budi luhur | 10
Feminisme Normatif
Kesimpulan
Feminisme sebagai salah satu cabang dan perspektif dalam ilmu sosiologi
telah masuk dan menjadi cabang perspektif ilmu hubungan internasional karena
ide-ide tentang negara dan state-centric telah mengesampingkan masalah gender
yang semakin kompleks dalam konstelasi global. Kompleksitas tersebut dapat
terlihat dari semakin berpengaruhnya peran perempuan dalam konteks dan
23
Scott Burchill, et all. Theories of international relations, third edition. Palgrave Macmillan: New
York, 2005, hlm. 222
24
ibid, hlm. 230
hubungan internasional fisip universitas budi luhur | 11
Daftar Pustaka
Jones, PIP. Pengantar Teori-teori Sosial, dari teori fungsionalisme hingga post-
modernisme.