PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Makalah ini memiliki beberapa tujuan yakni sebagai berikut.
a. Menjelaskan kondisi terkini pendidikan sains di Indonesia.
b. Memaparkan penyebab rendahnya pendidikan sains di Indonesia.
c. Mendeskripsikan metode yang tepat dalam menanggulangi rendahnya
pendidikan sains di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 Simpulan
Kondisi dari pendidikan sains di Indonesia saat ini terbilang rendah apabila
dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu sikap murid yang cenderung pasif dan bergantung pada guru,
kemampuan guru yang kurang kompeten, kondisi perekonomian yang belum
merata, serta kurikulum yang sering berubah-ubah sehingga menyebabkan
pembelajaran yang tidak tuntas.
Indonesia sebenarnya masih memiliki kesempatan dan harapan untuk
memperbaiki kondisi tersebut. Salah satu cara untuk memperbaiki kondisi
rendahnya kualitas pendidikan sains di Indonesia adalah dengan memperbaiki
metode pembelajaran sains. Ada beberapa metode yang kiranya selaras dengan
kondisi murid serta tantangan zaman di era milenial ini. Metode tersebut ialah
metode analogi, eksperimen, dan diskusi.
3.2 Saran
Untuk memperbaiki kondisi pendidikan dengan skala nasional, tentunya
dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak. Berikut merupakan saran kepada
beberapa pihak demi terciptanya kondisi pendidikan sains yang berkualitas di
negeri kita tercinta.
Murid sebagai subjek utama dalam pendidikan hendaknya meningkatkan
semangat, rasa ingin tahu, serta kemandirian dalam dirinya. Murid yang unggul
akan memotivasi murid lain bahkan guru sehingga guru tersebut dapat mengajar
dengan maksimal.
Guru merupakan tokoh yang memberi pengaruh terbesar dalam dunia
pendidikan. Oleh karena itu, seyogyanya seorang guru bersungguh-sungguh dalam
mendidik serta memberantas kebodohan. Perlu adanya evaluasi terus-menerus
mengenai metode pembelajaran IPA di kelas.
Orang tua sebagai orang terdekat dari murid hendaknya turut
memperhatikan kondisi murid. Jangan memasrahkan mereka begitu saja pada
gurunya di sekolah.
Pemerintah sebagai penegak peraturan hendaknya meregulasi peraturan dan
kurikulum pendidikan dengan matang. Jangan sampai terjadi ketidakkonsistenan
dalam kurikulum yang mana akan sangat berpengaruh terhadap tuntasnya
pembelajaran serta kompetensi guru dalam pengajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Gie, The Liang. 1992. Pendidikan Sains Bagi Pembangunan Nasional Indonesia.
Yogyakarta: Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi.
Harrison, Allan G dan Coll, Richard K. 2008. Analogi dalam Kelas Sains. Jakarta:
Penerbit Indeks.
Pengelola Web Kemdikbud. 2016. Hasil Survei PISA: Peningkatan Capaian
Indonesia Termasuk Empat Besar. (Online),
(https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/12/hasil-survei-pisa-
peningkatan-capaian-indonesia-termasuk-empat-besar), diakses 17 Oktober
2018.
Priyanto, Yuli. 1995. Beberapa Permasalahan Kualitas Pendidikan MIPA dan
Upaya Peningkatannya Menuju Literasi Sains dan Teknologi Untuk Semua
Orang. Cakrawala Pendidikan, no.1, hal: 127. (Online),
(https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/9169), diakses 23
Oktober 2018.
Subiyanto. 1990. Strategi Belajar-Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam. Malang:
Penerbit IKIP Malang.
Wadrianto, Glori K. Singapura Teratas, Indonesia di Papan Bawah. (Online),
(https://internasional.kompas.com/read/2016/12/08/09030551/singapura.ter
atas.indonesia.di.papan.bawah), diakses 17 Oktober 2018.