PEMBELAJARAN
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran IPA
Yang dibina oleh Ibu Erni Yulianti, S.Pd, M.Pd
Oleh:
Kelompok 2 Offering A 2018
Diana Nur Saputri (180351619071)
Fifi Suaidatur Rofiq (180351619027)
Jihan Roidah Affifah (180351619081)
Luwis Goestafo Al Ghofur (180351619058)
Nida Husnayaini (180351619041)
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Landasan, Tujuan, dan Fungsi Kurikulum dalam
Pembelajaran” yang digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Pembelajran IPA. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
terkait yang membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis berharap makalah ini
dapat memberikan wawasan bagi pembaca dan membantu menjadi bahan reverensi
materi terkait dalam dunia pendidikan di Indonesia
Kemajuan bangsa berhubungan dengan kemajuan pendidikan bangsa itu
sendiri. Semakin maju pendidikan, semakin maju pula bangsa yang bersangkutan.
Pendidikan bagaikan cerminan dari bangsa. Apabila pendidikan berjalan dengan
baik, pastinya generasi muda akan berkembang dengan baik pula.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari kurikulum dalam pembelajaran yaitu:
a. Untuk mengetahui apa saja landasan pada kurikulum dalam pembelajaran.
b. Untuk mengetahui apa saja tujuan kurikulum dalam pembelajaran.
c. Untuk mengetahui apa fungsi dan peran kurikulum dalam pembelajaran.
1
BAB II
ISI
a. Landasan Filosofis
Secara harfiah, filsafat berarti “cinta akan kebijakan”. Untuk mengerti dan
berbuat bijak, ia harus memiliki pengetahuan yang diperoleh melalu proses berpikir
yang mendalam, logis, dan sistematis (Sukirman, 2007). Dengan menggunakan
filsafat sebagai landasan dalam kurikulum, artinya terdapat pengkajian serta
pemikiran yang mendalam dalam menentukan berbagai komponen-komponen
dalam kurikulum.
2
3
b. Landasan Psikologis
hingga remaja); dan fase puberty (11-13 tahun hingga usia 21 tahun) (Fathoni,
2011).
(b) Fase-Fase Perkembangan Menurut Rousseau
Fase-fase perkembangan menurut Rousseau antara lain yaitu: usia
pengasuhan, 0-2 tahun, masa pendidikan jasmani dan latihan pancaindra (2-12
tahun), periode pendidikan akal (12-15 tahun), dan periode pendidikan watak dan
pendidikan agama (15-20 tahun) (Fathoni, 2011).
(c) Fase-Fase Perkembangan Menurut Piaget
Fase-fase perkembangan menurut Piaget antara lain yaitu: tahap sensori
motor (usia 0-2 tahun), tahap praoperasional (usia 2-4 tahun), tahap konkret
operasional (usia 7-11 tahun), dan tahap formal operasional (Sukmadinata, 2013).
Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar (pendidikan),
penahapan perkembangan yang digunakan sebaiknya bersifat elektif, artinya tidak
terpaku pada suatu pendapat saja, tetapi bersifat luas untuk meramu dari berbagai
pendapat yang mempunyai hubungan erat (Yusuf, 2004).
(2) Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan studi tentang bagaimana individu belajar.
Pembahasan tentang psikologi belajar erat kaitannya dengan teori belajar. Terdapat
tiga jenis teori belajar yang berkembang pada masa ini dan memiliki pengaruh
terhadap perkembangan kurikulum di Indonesia pada khususnya, yaitu sebagai
berikut.
(a) Teori Psikologi Kognitif
Teori psikologi kognitif disebut dengan cognitive gestalt field. Aliran ini
bersumber dari Psikologi Gestalt Field. Teori belajar kognitif memandang manusia
sebagai pelajar yang aktif yang memprakarsai pengalaman, mencari dan mengolah
informasi untuk memecahkan masalah, mengorganisasi apa yang telah mereka
ketahui untuk mencapai suatu pemahaman baru. Karena hal tersebut, teori ini juga
disebut teori pengolahan informasi.
(b) Teori Psikologi Humanistik
Tokoh dari teori ini adalah Abraham H. Maslow dan Carl R. Roger. Teori
ini berpandangan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh dirinya sendiri, oleh
faktor internal, dan bukan faktor lingkungan. Teori ini disebut dengan self-theory.
6
Belajar melibatkan faktor intelektual dan emosional. Berdasarkan teori ini, guru
harus mampu menerima siswa sebagai seorang yang memiliki potendi, minat,
kebutuhan, harapan, dan mampu mengembangkan dirinya secara utuh dan
bermakna. Teori ini memandang siswa sebagai sumber belajar yang potensial bagi
dirinya sendiri.
(c) Teori Psikologi Behavioristik
Teori ini disebut juga stimulus-respons theory yang mencakup tiga teori,
yaitu S-R Bond, Conditioning, dan Reinforcement. Teori S-R Bond bersumber dari
psikologi koneksionisme. Menurut konsep ini, belajar adalah upaya membentuk
hubungan stimulus respon sebanyak-banyaknya. Teori Conditioning menyatakan
bahwa belajar atau pembentukan hubungan antara stimulus dan respon perlu
dibantu dengan kondisi tertentu. Teori Reinforcement berkembang dari psikologi,
reinforcement merupakan perkembangan lanjutan dari teori S-R bond dan
conditioning. Pada teori reinforcement kondisi diberikan pada respon. Nilai tinggi,
pujian, dan hadiah merupakan reinforcement, supaya pada kegiatan belajarnya akan
lebih giat dan sungguh-sungguh.
c. Landasan Sosial-Budaya
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah memberikan bekal pengetahuan
serta keterampilan bagi peserta didik sehingga memiliki kecakapan saat terjun ke
masyarakat. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan
yang ada di masyakarakat (Bahri, 2011).
menuntut pengetahuan dan keterampilan yang memadai dari para guru dan
pelaksana program pendidikan lainnya.
b. Peran Kurikulum
Kurikulum sebagai program pendidikan dan pembelajaran yang telah
direncanakan secara sistematis, disamping memiliki fungsi-fungsi yang telah
dijelaskan juga mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa.
Menurut Hamalik (2007) sekurang-kurangnya ada tiga peranan kurikulum, yaitu:
peranan koservatif; (2) peranan kritis atau evaluatif; dan (3) peranan kreatif, hal itu
ditinjau dengan sekolah sebagai institusi sosial dalam melaksanakan operasinya.
(1) Peranan Konservatif
Salah satu tanggungjawab kurikulum adalah mentransmisikan dan
menafsirkan warisan sosial pada generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai
suatu lembaga sosial dapat memengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai
dengan berbagai nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan
pendidikan sebagai suatu proses sosial. Ini seiring dengan hakikat pendidikan itu
sendiri, yang berfungsi sebagai jembatan antara para siswa selaku anak didik
dengan orang dewasa, dalam suatu proses pembudayaan yang semakin berkembang
secara kompleks.
11
3.1 Kesimpulan
Kurikulum merupakan pedoman yang menuntun jalannya proses belajar
mengajar. Dimana kurikulum memiliki tujuan yakni untuk merumuskan serta
mengarahkan pembelajaran agar tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai.
Tujuan tersebut melingkupi beberapa aspek yakni nasional, institut, serta kurikuler.
Tujuan-tujuan dalam aspek tersebut turut mempengaruhi komponen-komponen
yang dirumuskan dalam sebuah kurikulum.
Kurikulum memiliki peranan serta fungsi yang penting dalam sebuah
pembelajaran. Dengan kurikulum, proses belajar mengajar dikelola sedemikian
rupa sehingga lebih terarah menuju tujuan yang diharapkan. Sebagai kunci utama
dalam pembelajaran, kurikulum tentunya memiliki landasan-landasan yang
mendasari perumusannya. Landasan-landasan dalam kurikulum ditinjau dari segi
filosofis, psikologis, sosial dan budaya, serta teknologis.
3.2 Saran
Untuk menciptakan pendidikan atau pembelajaran yang ideal, perlu adanya
rancangan kurikulum yang matang serta terarah. Dalam perancangan kurikulum,
perlu diperhatikan aspek-aspek penting dalam kurikulum yakni tujuan, fungsi, serta
landasan dari kurikulum supaya apa yang dirancang sesuai dengan target yang
diharapkan. Selain perancangan yang matang dan terarah, penting juga bagi pihak
pendidik yang terjun langsung dalam pembelajaran untuk memahami tujuan, fungsi,
serta landasan dari kurikulum agar dapat mengaplikasikan kurikulum dalam
pembelajaran secara baik, sesuai, serta dapat mengimprovisasi sesuai dengan
kondisi nyata pada saat pembelajaran.
12
DAFTAR PUSTAKA
13