Anda di halaman 1dari 16

LANDASAN, TUJUAN, DAN FUNGSI KURIKULUM DALAM

PEMBELAJARAN

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran IPA
Yang dibina oleh Ibu Erni Yulianti, S.Pd, M.Pd

Oleh:
Kelompok 2 Offering A 2018
Diana Nur Saputri (180351619071)
Fifi Suaidatur Rofiq (180351619027)
Jihan Roidah Affifah (180351619081)
Luwis Goestafo Al Ghofur (180351619058)
Nida Husnayaini (180351619041)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI S1 PENDIDIKAN IPA
September 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Landasan, Tujuan, dan Fungsi Kurikulum dalam
Pembelajaran” yang digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Pembelajran IPA. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
terkait yang membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis berharap makalah ini
dapat memberikan wawasan bagi pembaca dan membantu menjadi bahan reverensi
materi terkait dalam dunia pendidikan di Indonesia
Kemajuan bangsa berhubungan dengan kemajuan pendidikan bangsa itu
sendiri. Semakin maju pendidikan, semakin maju pula bangsa yang bersangkutan.
Pendidikan bagaikan cerminan dari bangsa. Apabila pendidikan berjalan dengan
baik, pastinya generasi muda akan berkembang dengan baik pula.

Malang, 5 September 2019

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................1
1.3 Tujuan ................................................................................................................1
BAB II ......................................................................................................................2
ISI .............................................................................................................................2
2.1 Landasan pada Kurikulum dalam Pembelajaran ................................................2
2.2 Tujuan Kurikulum dalam Pembelajaran ............................................................7
2.3 Fungsi dan Peran Kurikulum dalam Pembelajaran ............................................9
BAB III ..................................................................................................................12
PENUTUP ..............................................................................................................12
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................12
3.2 Saran .................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan suatu negara tak terlepas dari siwa-siswi generasi penerus bangsa.
Kualitas generasi penerus pun tak terlepas dari peran pendidik, yakni guru. Dibalik
pendidikan yang berkualitas, terdapat kurikulum yang berperan sangat penting di
dalamnya.
Proses belajar dan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan baik,
kondusif, interaktif, dan sebagainya apabila dilandasi oleh dasar kurikulum yang
baik dan benar. Kurikulum mengandung banyak unsur konstruktif sehingga
pembelajaran dapat berjalan dan terlaksana dengan optimal. Oleh karena itu,
penulis membuat makalah mengenai landasan, tujuan, dan fungsi kurikulum dalam
pembelajaran, agar dapat mengetahui secara mendetail bagaimana suatu kurikulum
dapat dijalankan dengan baik dan berpengaruh terhadap perkembangan potensi
peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas, dapat diambil beberapa pokok
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
a. Apa saja landasan pada kurikulum dalam pembelajaran?
b. Apa tujuan kurikulum dalam pembelajaran?
c. Apa fungsi dan peran kurikulum dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari kurikulum dalam pembelajaran yaitu:
a. Untuk mengetahui apa saja landasan pada kurikulum dalam pembelajaran.
b. Untuk mengetahui apa saja tujuan kurikulum dalam pembelajaran.
c. Untuk mengetahui apa fungsi dan peran kurikulum dalam pembelajaran.

1
BAB II
ISI

2.1 Landasan pada Kurikulum dalam Pembelajaran


Kurikulum merupakan bagian terpenting dalam pendidikan, karena
kurikulum merupakan sebuah rancangan yang mana akan menentukan arah dan
tujuan dari suatu pembelajaran. Dalam perancangan sebuah kurikulum, dibutuhkan
dasar atau landasan yang kuat sehingga sehingga menghasilkan kurikulum yang
kokoh. Bila diibaratkan kurikulum seperti bangunan, maka tidaklah sebuah
bangunan dapat berdiri kokoh tanpa fondasi yang bagus dan kuat. Fondasi tersebut
diibaratkan dengan landasan pada kurikulum. Dari analogi di atas dapat kita
simpulkan bahwa landasan merupakan sesuatu yang mendasar, penting, dan harus
diperhatikan dalam perancangan atau pengembangan kurikulum.
Landasan yang kokoh akan menghasilkan kurikulum yang kuat, yaitu
program pendidikan yang dihasilkan akan dapat menghasilkan manusia terdidik
sesuai hakikat kemanusiaannya, baik untuk kehidupan masa kini maupun untuk
kehidupan di masa yang akan datang (Sukirman, 2007). Dengan demikian, sangat
penting kiranya untuk mengkaji secara mendalam dan akurat berdasarkan teori
maupun pengalaman untuk menentukan landasan dari sebuah kurikulum.
Menurut Sukmadinata (1997), ada empat dasar atau landasan utama dalam
pengembangan kurikulum, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan
sosial-budaya dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk lebih jelasnya,
berikut merupakan penjelasan dari setiap landasan pada kurikulum.

a. Landasan Filosofis
Secara harfiah, filsafat berarti “cinta akan kebijakan”. Untuk mengerti dan
berbuat bijak, ia harus memiliki pengetahuan yang diperoleh melalu proses berpikir
yang mendalam, logis, dan sistematis (Sukirman, 2007). Dengan menggunakan
filsafat sebagai landasan dalam kurikulum, artinya terdapat pengkajian serta
pemikiran yang mendalam dalam menentukan berbagai komponen-komponen
dalam kurikulum.

2
3

Selain menggunakan pemikiran serta pengkajian sendiri, dapat digunakan


pula aliran-aliran filsafat yang telah dicetuskan. Contohnya seperti aliran idealisme,
realisme, dan fragmatisme. Aliran filsafat tersebut masih mengilhami pelakasanaan
kurikulum mulai pendidikan dasar sampai perguruan tinggi (Juanda, 2014). Berikut
merupakan penjelasan singkat dari ketiga aliran filsafat tersebut.
(1) Filsafat Idealisme
Aliran filsafat tertua yang dicetuskan oleh Plato ini berpendapat bahwa
manusia merupakan makhluk spiritual yang cerdas, sehingga manusia diberikan
akal rasional agar dapat menentukan pilihannya sendiri dengan cerdas dan bijak.
Selain itu, kebenaran bersifat absolut dan universal. Tujuan pendidikan yang dianut
oleh aliran ini lebih condong kepada pembentukan karakter, pengembangan bakat,
serta kebajikan sosial sesuai fitrah kemanusiaannya (Sukirman, 2007). Sehingga
dalam penerapannya pada kurikulum, pendidikan perlu dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat menghasilkan murid yang berkembang kemampuan nalarnya serta
memiliki keterampilan. Selain itu, pendidik juga dituntut untuk memberikan teladan
yang baik karena sebagaimana telah disebutkan bahwa salah satu tujuan pendidikan
yang dihasilkan oleh filsafat ini adalah pembentukan karakter.
(2) Filsafat Realisme
Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran idealisme, dimana aliran ini
dicetuskan oleh Aristoteles sebagai murid dari Plato. Aliran ini berpandangan
bahwa realitas didasarkan pada materi. Sehingga berbeda dengan idealis, realis
berpendapat bahwa pengetahuan bersumber dari sains, bukan ide bawaan. Implikasi
filsafat realisme terhadap pengembangan kurikulum diberbagai jenjang pendidikan
mengutamakan penelitian ilmiah untuk mendapatkan sains. Keyakinan kaum realis
bahwa sumber pengetahuan diproleh dari penelitian (research) berdasarkan fakta-
fakta yang dapat diamati (observable) oleh panca indera (mata, hidung, telinga,
lidah dan kulit), dan dapat diukur (measurable) secara matematis sebagai jalan
terbukanya pengetahuan sains (Juanda, 2014).
(3) Filsafat Fragmatisme
Filsafat ini identik dengan filsafat eksperimentalisme yang menuntut
perubahan (change), proses (process), dan realitivitas (realitivity) (Juanda, 2014).
Aliran filsafat ini cenderung lebih fleksibel, dimana pengetahuan dikonstruk
4

melalui proses dan menuntut perubahan. Pengetahuan tidak berdasarkan kebenaran


yang universal akan tetapi diambil dari interaksi sosial serta riset yang dapat
diverifikasi.
Implikasi aliran filsafat ini terhadap kurikulum yakni pembelajaran yang
memuat pengalama yang teruji yang mana sesuai dengan minat dan bakat siswa.
Metode pembelajarannya terfokus pada pemecahan masalah, penyelidikan, dan
penemuan. Guru berperan untuk sekadar membimbing murid, bukan mendikte
murid, sehingga murid ditutut untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
Ketiga aliran filsafat di atas merupakan contoh filsafat dalam pendidikan.
Adapun landasan filososfis yang digunakan untuk kurikulum pembelajaran
nasional di Indonesia adalah sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia
yakni pancasila. Hal ini berarti bahwa pendidikan di Indonesia harus membawa
peserta didik agar menjadi manusia yang berpancasila (Sukirman, 2007)

b. Landasan Psikologis

Pendidikan selalu berkaitan dengan perilaku manusia. Dalam setiap proses


Pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari
psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana peserta didik serta
bagaimana peserta didik belajar. Berdasarkan hal tersebut terdapat dua cabang
psikologi yang penting dalam perkembangan kurikulum, yaitu psikologi
perkembangan dan psikologi belajar dengan penjelasan sebagai berikut.
(1) Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa
konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai dewasa
(Sukmadinata, 2013). Setiap individu akan melalui fase-fase perkembangan dalam
kehidupannya. Beberapa ahli mengemukakan fase-fase yang berbeda untuk
menggambarkan perkembangan individu, antara lain sebagai berikut.
(a) Fase-Fase Perkembangan Menurut Hurlock
Fase-fase perkembangan menurut Hurlock antara lain yaitu: fase prenatal
(saat sebelum lahir yaitu masa konsepsi hingga 9 bulan), fase infancy (saat bayi,
yaitu lahir sampai 10-14 hari); fase childhood (saat kanak-kanak, yaitu usia 2 tahun
5

hingga remaja); dan fase puberty (11-13 tahun hingga usia 21 tahun) (Fathoni,
2011).
(b) Fase-Fase Perkembangan Menurut Rousseau
Fase-fase perkembangan menurut Rousseau antara lain yaitu: usia
pengasuhan, 0-2 tahun, masa pendidikan jasmani dan latihan pancaindra (2-12
tahun), periode pendidikan akal (12-15 tahun), dan periode pendidikan watak dan
pendidikan agama (15-20 tahun) (Fathoni, 2011).
(c) Fase-Fase Perkembangan Menurut Piaget
Fase-fase perkembangan menurut Piaget antara lain yaitu: tahap sensori
motor (usia 0-2 tahun), tahap praoperasional (usia 2-4 tahun), tahap konkret
operasional (usia 7-11 tahun), dan tahap formal operasional (Sukmadinata, 2013).
Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar (pendidikan),
penahapan perkembangan yang digunakan sebaiknya bersifat elektif, artinya tidak
terpaku pada suatu pendapat saja, tetapi bersifat luas untuk meramu dari berbagai
pendapat yang mempunyai hubungan erat (Yusuf, 2004).
(2) Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan studi tentang bagaimana individu belajar.
Pembahasan tentang psikologi belajar erat kaitannya dengan teori belajar. Terdapat
tiga jenis teori belajar yang berkembang pada masa ini dan memiliki pengaruh
terhadap perkembangan kurikulum di Indonesia pada khususnya, yaitu sebagai
berikut.
(a) Teori Psikologi Kognitif
Teori psikologi kognitif disebut dengan cognitive gestalt field. Aliran ini
bersumber dari Psikologi Gestalt Field. Teori belajar kognitif memandang manusia
sebagai pelajar yang aktif yang memprakarsai pengalaman, mencari dan mengolah
informasi untuk memecahkan masalah, mengorganisasi apa yang telah mereka
ketahui untuk mencapai suatu pemahaman baru. Karena hal tersebut, teori ini juga
disebut teori pengolahan informasi.
(b) Teori Psikologi Humanistik
Tokoh dari teori ini adalah Abraham H. Maslow dan Carl R. Roger. Teori
ini berpandangan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh dirinya sendiri, oleh
faktor internal, dan bukan faktor lingkungan. Teori ini disebut dengan self-theory.
6

Belajar melibatkan faktor intelektual dan emosional. Berdasarkan teori ini, guru
harus mampu menerima siswa sebagai seorang yang memiliki potendi, minat,
kebutuhan, harapan, dan mampu mengembangkan dirinya secara utuh dan
bermakna. Teori ini memandang siswa sebagai sumber belajar yang potensial bagi
dirinya sendiri.
(c) Teori Psikologi Behavioristik
Teori ini disebut juga stimulus-respons theory yang mencakup tiga teori,
yaitu S-R Bond, Conditioning, dan Reinforcement. Teori S-R Bond bersumber dari
psikologi koneksionisme. Menurut konsep ini, belajar adalah upaya membentuk
hubungan stimulus respon sebanyak-banyaknya. Teori Conditioning menyatakan
bahwa belajar atau pembentukan hubungan antara stimulus dan respon perlu
dibantu dengan kondisi tertentu. Teori Reinforcement berkembang dari psikologi,
reinforcement merupakan perkembangan lanjutan dari teori S-R bond dan
conditioning. Pada teori reinforcement kondisi diberikan pada respon. Nilai tinggi,
pujian, dan hadiah merupakan reinforcement, supaya pada kegiatan belajarnya akan
lebih giat dan sungguh-sungguh.

c. Landasan Sosial-Budaya
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah memberikan bekal pengetahuan
serta keterampilan bagi peserta didik sehingga memiliki kecakapan saat terjun ke
masyarakat. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan
yang ada di masyakarakat (Bahri, 2011).

d. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secraa
sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah
aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam
kehidupan. Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat
hasil industri seperti komputer, radio, video, dan peralatan lainnya. Penggunaan
alat-alat tersebut dibuthkan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan,
apalagi di saat perkembangan produk teknologi komunikasi yang semakin canggih,
7

menuntut pengetahuan dan keterampilan yang memadai dari para guru dan
pelaksana program pendidikan lainnya.

Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi


masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya
perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum harus
berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi (Fathoni, 2011).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi
terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan
materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan
sistem evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat
membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang
dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain
itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk
memecahkan masalah pendidikan.

2.2 Tujuan Kurikulum dalam Pembelajaran


Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar serta cara yang
digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan. Perumusan
operasional kurikulum sejalan dengan tujuan kurikulum itu sendiri. Tujuan
kurikulum terdiri dari:
a. Penguasaan ketrampilan dasar dan proses fundamental
b. Pengembangan intelektual
c. Pendidikan karier dan pendidikan vokasional
d. Pemahaman interpersonal
e. Partisipasi kewarganegaraan
f. Moral dan karakter etis
g. Kreativitas dan estetika
h. Perwujudan diri
Tujuan yang telah disebutkan diatas menggambarkan bahwa kurikulum
merupakan seperangkat tujuan pembelajaran yang dipelajari dalam kegiatan belajar
mengajar sehingga terjadi interaksi antar guru dan murid. Tujuan kurikulum
8

memegang peranan penting dalam proses pendidikan karena tujuan kurikulum


hakikatnya merupakan tujuan dari setiap program pendidikan yang diberikan pada
siswa.tujuan kurikulum harus dijabarkan dan disesuaikan dengan tujuan pendidikan
Nasional. Tujuan pendidikan Nasional adalah meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis menurut UU No. 20 Tahun 2003. Tujuan kurikulum dapat
dibagi menjadi tiga tahap yakni tujuan nasional, institusional, dan kurikuler.
a. Tujuan nasional, merupakan tujuan yang ingin dicapai secara nasional
berdasarkan falsafah negara, sebagaimana tercantum dalam undang-undang
sisdiknas
b. Tujuan tnstitusional, merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh institusi
pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan
c. Tujuan kurikuler, merupakan tujuan yang hendak dicapai program studi atau
bidang studi
Penjelasan dari ketiga tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan
kurikulum merupakan suatu acuan dan arahan yang harus dirumuskan secara jelas
dan terencana. Hal tersebut dikarenakan tujuan kurikulum merupakan komponen
dari kurikulum pendidikan yang saling mempengaruhi di antara komponen lain
untuk mencapai tujuan pendidikan (Sumar dan Razak, 2016).
Dalam pengembangan kurikulum komponen tujuan merupakan salah satu
komponen yang sangat penting. Tujuan kurikulum dirumuskan dalam 2 hal yaitu:
a. Perkembangan tuntutan, kebutuhan, dan kondisi masyarakat.
b. Pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis.
Perumusan tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah kurikulum.
Alasan dari perumusan tujuan dalam kurikulum antara lain:
a. Tujuan erat kaitannya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap
upaya pendidikan.
b. Tujuan yang jelas dapat membantu para pengembang kurikulum dalam
mendesain model kurikulum.
c. Tujuan yang jelas dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas
dan kualitas pembelajaran (Sarinah, 2015).
9

2.3 Fungsi dan Peran Kurikulum dalam Pembelajaran


a. Fungsi Kurikulum
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun
tidak langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orangtua, masyarakat
dan pihak siswa itu sendiri. Selain sebagai pedoman, bagi siswa kurikulum
memiliki enam fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi
diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik (Nasution,
2008).
Menurut Sukmadinata dan Nana Syaodih (2005), pada dasarnya kurikulum
berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai
pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan
pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi
atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
membimbing anaknya belajar dirumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi
sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses
pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi siswa, sisiwa kurikulum berfungsi sebagi
suatu belajar. Selain itu fungsi kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu
sendiri yang berorientasi pada pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi
kurikulum memiliki arti sebagai berikut:
(1) Fungsi Penyesuaian
Mengandung makna kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
(2) Fungsi Integrasi
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan
anggota dan bagian integral masyarakat ke jenjang yang lebih tinggi.
(3) Fungsi Diferensiasi
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan layanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa
memiliki perbedaan baik dari aspek fisik maupun psikis.
10

(4) Fungsi persiapan


Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memprsiapkan siswa melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih.
(5) Fungsi Pemilihan
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program
belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat
erat kaitannya dengan fungsi diferensiasi karena pengakuan atas adanya perbedaan
individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk
memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
(6) Fungsi diagnostik
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima
potensi dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya. Maka diharapkan siswa
dapat mengembangkan sendiri potensi yang dimilikinya atau memperbaiki
kelemahan-kelemahannya.

b. Peran Kurikulum
Kurikulum sebagai program pendidikan dan pembelajaran yang telah
direncanakan secara sistematis, disamping memiliki fungsi-fungsi yang telah
dijelaskan juga mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa.
Menurut Hamalik (2007) sekurang-kurangnya ada tiga peranan kurikulum, yaitu:
peranan koservatif; (2) peranan kritis atau evaluatif; dan (3) peranan kreatif, hal itu
ditinjau dengan sekolah sebagai institusi sosial dalam melaksanakan operasinya.
(1) Peranan Konservatif
Salah satu tanggungjawab kurikulum adalah mentransmisikan dan
menafsirkan warisan sosial pada generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai
suatu lembaga sosial dapat memengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai
dengan berbagai nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan
pendidikan sebagai suatu proses sosial. Ini seiring dengan hakikat pendidikan itu
sendiri, yang berfungsi sebagai jembatan antara para siswa selaku anak didik
dengan orang dewasa, dalam suatu proses pembudayaan yang semakin berkembang
secara kompleks.
11

Oleh karenanya dalam kerangka ini fungsi kurikulum menjadi teramat


penting karena ikut membantu proses tersebut .Dengan adanya peranan konservatif
ini, maka sesungguhnya kurikulum itu berorientasi pada masa lampau. Meskipun
demikian, peranan ini sangat mendasar sifatnya.
(2) Peranan Kritis atau Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya
meariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagai
unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif
berpartisipasi dalam kontrol sosial dan memberi penekanan pada unsur berpikir
kritis. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan di masa mendatang
dihilangkan, serta diadakan modifikasi dan perbaikan. Dengan demikian,
kurikulum harus merupakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.
(3) Peranan Kreatif
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan
konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai
dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan masa mendatang. Untuk
membantu setiap individu dalam mengembangkan semua potensi yang ada padanya,
maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan,
dan keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi masyarakat.
Ketiga peranan tersebut berjalan dengan seimbang dalam arti terdapat
keharmonisan di antara ketiganya. Dengan demikian kurikulum akan dapat
memenuhi tuntutan waktu dan keadaan dalam membawa para peserta menuju
kepada kebudayaan dan peradaban masa depan (Hidayat, 2013).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kurikulum merupakan pedoman yang menuntun jalannya proses belajar
mengajar. Dimana kurikulum memiliki tujuan yakni untuk merumuskan serta
mengarahkan pembelajaran agar tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai.
Tujuan tersebut melingkupi beberapa aspek yakni nasional, institut, serta kurikuler.
Tujuan-tujuan dalam aspek tersebut turut mempengaruhi komponen-komponen
yang dirumuskan dalam sebuah kurikulum.
Kurikulum memiliki peranan serta fungsi yang penting dalam sebuah
pembelajaran. Dengan kurikulum, proses belajar mengajar dikelola sedemikian
rupa sehingga lebih terarah menuju tujuan yang diharapkan. Sebagai kunci utama
dalam pembelajaran, kurikulum tentunya memiliki landasan-landasan yang
mendasari perumusannya. Landasan-landasan dalam kurikulum ditinjau dari segi
filosofis, psikologis, sosial dan budaya, serta teknologis.

3.2 Saran
Untuk menciptakan pendidikan atau pembelajaran yang ideal, perlu adanya
rancangan kurikulum yang matang serta terarah. Dalam perancangan kurikulum,
perlu diperhatikan aspek-aspek penting dalam kurikulum yakni tujuan, fungsi, serta
landasan dari kurikulum supaya apa yang dirancang sesuai dengan target yang
diharapkan. Selain perancangan yang matang dan terarah, penting juga bagi pihak
pendidik yang terjun langsung dalam pembelajaran untuk memahami tujuan, fungsi,
serta landasan dari kurikulum agar dapat mengaplikasikan kurikulum dalam
pembelajaran secara baik, sesuai, serta dapat mengimprovisasi sesuai dengan
kondisi nyata pada saat pembelajaran.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Syamsul. 2011. Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya. Jurnal


Ilmiah ISLAM FUTURA, 1(1), 15-34.

Fathoni, dkk. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Hamalik, Oenar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: Remaja


Rosadakarya.

Juanda. Anda. 2014. Landasan Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: CV


Confident.

Nasution, S. 2008. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Sarinah. 2015. Pengantar Kurikulum. Yogyakarta: Deepublish.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukirman, Dadang. 2007. Kurikulum Pembelajaran. Bandung: Universitas


Pendidikan Indonesia.

Sumar, W. T. & Razak, I. A. 2016. Strategi Pembelajaran dalam Implementasi


Kurikulum Berbasis Soft Skill. Yogyakarta: Deepublish.

Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

13

Anda mungkin juga menyukai