Anda di halaman 1dari 16

TUTORIAL KLINIK OBSTETRI

“HIPEREMESIS GRAVIDARUM”

Disusun oleh :
Nadia Eka Damayanti
42180236

Dosen Pembimbing:
dr. Trianto Susetyo, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA

2019
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. U
Agama : Islam
Usia : 23 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Yogyakarta
Pekerjaan : Belum bekerja
Tanggal masuk RS : 24 Maret 2019
No. RM : 02019xxx

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Pasien mengatakan datang ke RS karena mengeluh mual-muntah, pusing, lemas
dan demam sejak 2 hari yang lalu.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan pada tanggal 24 Maret 2019 datang ke IGD RS
Bethesda pukul 23.00 karena mual, muntah, pusing, dan badan lemas sudah
sejak 2 hari yang lalu. Pasien hamil 12 minggu ; G1 P0 A0. Di IGD pasien
dilakukan pemeriksaan TTV, kemudian pada pukul 01.00 WIB tanggal 25
Maret 2019 pasien dipindah ke ruang G2 Obsgyn untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut. Di ruangan pasien dilakukan pemeriksaan TTV. Pasien
sadar penuh, mengeluh lemas, pusing dan nyeri perut ; kemudian pada tanggal
25 Maret 2019 saat dilakukan pengkajian pukul 08.00 WIB pasien mengeluh
mual, lemas, tidak nafsu makan, dan mulut terasa pahit.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan pernah mengalami sakit pencernaan usus buntu dan
dilakukan operasi pada tahun 2016. Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi
obat dan makanan.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga seperti tumor(-), kista(-), myoma(-), hipertensi (-), diabetes
mellitus (-), penyakit jantung (-), asma (-), alergi (-).

E. Assesmen Maternitas
1. Riwayat menstruasi
- Usia menarche : 12 tahun
- Siklus : 28 hari dan teratur
- Durasi : 4-6 hari
- Nyeri Haid : Tidak menentu
- Keputihan : Tidak
- HPHT : 20 Januari 2018
- HPL : 27 September 2019
2. Riwayat Perkawinan
- Menikah : 1 kali
- Menikah saat usia : 21 tahun
- Lama pernikahan : 2 tahun
3. Riwayat Kehamilan
- G1, P0, Ab0, Ah0
4. Riwayat Ginekologi
Tumor (-), Kista (-), Myoma (-), BO (-), Abortus (-).
5. Riwayat KB
Pasien mengatakan belum pernah KB

F. Gaya Hidup
Merokok : (-)
Konsumsi alkohol : (-)
Pola makan : Pasien makan teratur 3 kali sehari dengan menu
nasi, daging, dan sayur.
Aktivitas sehari-hari : Pasien merupakan ibu rumah tangga dengan
sebagian besar aktivitas dihabiskan di dalam
rumah.
III. PEMERIKSAAN FISIK
a) Pemeriksaan General
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis, GCS = E4 M5 V6
Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,6º C Napas : 18 x/menit
BB : 46 kg
TB : 162 cm

b) Pemeriksaan Status Lokalis


- Kepala :
 Mata : Conjungtiva Anemis +/+, Sklera Ikterik -/-, mata cekung -/-,
pupil isokor 3mm, reflex cahaya (+/+), oedema palbebra (-)
 Hidung : Nafas cuping hidung (-), secret (-)
 Mulut : bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah pucat (+)
- Leher :
Massa (-), teraba massa (-), pembesaran limfonodi (-), nyeri tekan (-).
- Thorax :
Cor :
 Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat.
 Palpasi : iktus cordis di SIC 5 linea axila anterior sinistra.
 Perkusi :jantung redup dengan kesan kontur jantung normal
 Batas atas jantung : SIC III linea parasternalis sinstra.
 Batas jantung kanan : SIC II – SIC IV linea parasternalis
dextra.
 Batas jantung kiri : SIC V linea axillaris anterior.
 Auskultasi : S1-S2 tunggal reguler, Gallop (-), Murmur (-).
Pulmo :
 Inspeksi : Bentuk dada simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi
(-).
 Palpasi : Tidak teraba benjolan, nyeri tekan (-), fremitus kiri
= kanan, ketinggalan gerak (-).
 Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
 Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
- Abdomen :
 Inspeksi : Striae gravidarum dan pembesaran perut (+), terlihat
adanya bekas luka operasi di perut kanan bagian bawah.
 Auskultasi : Bising usus (+) 20x/menit ; dbn
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : Hepar dan lien dbn, Nyeri tekan (-) pada perut
bagian bawah, pembesaran organ, massa (-).

- Genitalia Eksterna : dbn


- Vaginal Toucher (Pemeriksaan Dalam): tidak dilakukan
- Ekstremitas
Oedem (-), CRT < 2 detik, akral hangat

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hemoglobin 12,1 g/dL 11,7 – 15,5
Lekosit 8,35 ribu / mmk 4.5 – 11,5
Hematokrit 33,4 % 35,0 – 49,0
Eritrosit 3,93 juta / mmk 4,20 – 5,40
Trombosit 332 ribu / mmk 150 - 450
Golongan Darah O
HbsAg Non reaktif >1
GDS 94 Mg/dl 70 – 140

I. DIAGNOSA KERJA

G1P0A0, usia 23 tahun, hamil 12 minggu.


Hiperemesis Gravidarum
II. PENATALAKSANAAN
 Ranitidine 50 mg 2x1 / IV
 Ondansetron 2,5 mg 2 x 1 / IV
 Ceftriaxone 1 gram 2 x1 / IV
 Paracetamol 500 mg 2x1 / oral
 Infus RL 500 cc 20 tpm

III. PROGNOSIS
Quo Ad Visam : dubia ad bonam
Quo Ad Sanam : dubia ad bonam
Quo Ad fungionam : dubia ad bonam
Quo Ad Vitam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari yang menyebabkan dehidrasi dan keadaan
umumnya memburuk. 1,2,3

Hiperemesis gravidarum ialah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) di mana
penderita mengalami mual-muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga mengganggu
aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan.5

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama awal kehamilan yang
cukup mengakibatkan dehidrasi, gangguan metabolisme, asidosis, hipokalemia dan penurunan
berat badan, sering terjadi alkalosis. 7,10

2. ETIOLOGI

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.1,2,3,4 Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik. kelainan biokimia, perubahan-perubahan
anatomik yang terjadi pada otak, jantung, hati dan susunan syaraf, disebabkan oleh
kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat kelemahan tubuh karena tidak makan dan minum.1
Hiperemesis tampaknya berkaitan dengan kadar gonadotropin korionik manusia, estrogen,
progesteron, leptin, hormon pertumbuhan plasenta, prolaaktin, tiroksin dan hormon
adrenokorteks yang tinggi atau meningkat pesat (Valberg dkk, 2005) .7 Beberapa faktor
predisposisi yang ditemukan sebagai berikut:

1. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan
bahwa faktor hormon memegang peranan karena pada kedua keadaan tersebut hormon
khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.1,2,3 Ditemukan peninggian yang
bermakna dari kadar serum korionik gonadotropin total maupun β-subunit bebasnya
pada ibu dengan hiperemesis dibandingkan dengan yang hamil normal.4
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil
serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor
organik. 1,2,6
3. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai
salah satu faktor organik. 1,2,6
4. Tidak diragukan lagi bahwa faktor psikologik memegang peranan yang penting pada
sebagian kasus, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan
dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik
mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup (Buckwalter &
Simpson, 2002) bahkan sebagian sebagai alasan terminasi kehamilan elektif
(Poursharif dkk, 2007). 1,2,3,6,7
5. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dan lain-lain.3 Gejala mual-muntah dapat
juga disebabkan oleh gangguan traktus digestivus seperti pada penderita diabetes
melitus (gastroparesis diabeticorum). Hal ini disebabkan oleh gangguan motilitas usus
pada penderita ini atau setelah operasi vagotomi1
6. Pernah dikaitkan hubungan antara hiperemesis gravidarum dengan infeksi helicobacter
pylory namun heterogenitas diantara kelompok penelitian terlalu besar dan tidak
konklusif (Golberg dkk, 2007).1,7

3. PATOLOGI

Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh


keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ tubuh sebagai berikut:1,3

1. Hati. Tampak degenerasi lemak tanpa nekrosis yang terletak sentrilobuler. Kelainan
lemak ini nampaknya tidak menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat
muntah yang terus-menerus. Tetapi separuh penderita yang meninggal karena
hiperemesis gravidarum menunjukkan gambaran mikroskopik hati yang normal.
2. Jantung. Sejalan dengan lamanya penyakit, jantung menjadi tampak lebih kecil
daripada normal dan atrofi, kadang ditemukan perdarahan sub-endokardial.
3. Otak. Adakalanya terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan dapat dijumpai
kelainan seperti ensefalopati Wernicke yaitu dilatasi kapiler dan perdarahan kecil–kecil
didaerah korpora mamilaria ventrikel ketiga dan keeempat.
4. Ginjal. Tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli kontorti.

4. PATOFISIOLOGI

Penyebab pasti mual dan muntah pada kehamilan belum di ketahui pasti. Peningkatan
kadar hormon chorionic gonadotropin (HCG) akan menginduksi ovarium untuk memproduksi
estrogen yang dapat merangsang mual dan muntah. Perempuan dengan kehamilan ganda atau
mola hidatosa di ketahui memilki kadar HCG lebih tinggi daripada perempuan hamil lain
mengalami keluhan mual dan muntah yang lebih berat. Progesteron di duga menyebabkan mual
dan muntah dengan cara menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot polos
lambunng. Penurunan kadar thyrotropin-stimulating hormon (TSH) berhubungan dengan
hiperemesis gravidarum meskipun mekanismenya belum jelas.14

Hiperemesis gravidarum bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan


tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-
gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor
utama, di samping pengaruh hormonal. yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung
spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan memperberat emesis gravidarum.1,2

Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis


terpakai sebagai energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, mengakibatkan ketosis
dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga
cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula
khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah
ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan
mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-
muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan demikian seterusnya. Di samping dehidrasi
dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus
dan lambung (Sindrom Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada
umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan
transfusi atau tindakan operatif.1,2

5. GEJALA DAN TANDA

Gejala klinis hiperemesis gravidarum dapat berupa mual sepanjang hari (sebutan
morning sickness tidak berlaku), muntah yang hebat, sakit kepala, nafsu makan nai turun, berat
badan turun, tanda dehidrasi (turgor turun, ketonuria, anemia, takikardi, hipotensi), nyeri
epigastrium, lemas, rasa haus yang hebat dan gangguan kesadaran. 14,16
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3
tingkatan:

Tingkat I. Ringan

Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, lemah,


nafsu makan menurun, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar
makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat
sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit berkurang, urin sedikit
tapi masih normal, lidah kering dan mata cekung.1,2,3,16

Tingkat II. Sedang

Penderita tampak lemah dan apatis, kulit pucat, lidah mengering dan tampak kotor,
semua yang dimakan dan diminum dimuntahkan, nadi 100-140 kali/menit, tekanan darh
sistolik menurun, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan
mata cekung, oliguria, bilirubin dalam urin dan konstipasi. Dapat pula tercium aseton dalam
hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
urin.1,2,3,16

Tingkat III. Berat

Sangat jarang terjadi, muntah berhenti, gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah


berkurang atau berhenti, dapat terjadi ikterus, sianosis, gangguan jantung, bilirubin,
proteinuria, suhu meningkat dan tensi menurun.1,2,3,16 Komplikasi fatal terjadi pada susunan
saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia dan
perubahan mental.1,3 Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk
vitamin B komplek. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.1 Literatur lain
menyebutkan Wernicke encephalopathy dari defisiensi tiamin diikuti tanda-tanda dari
keterlibatan sistem saraf pusat., meliputi bingung, gangguan penglihatan, ataksia, and
nistagmus. Komplikasi ini ditemukan melalui pemeriksaan penunjang MRI.8

6. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang khas dan jika perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium.4 Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus-
menerus yang mempengaruhi keadaan. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda
dengan penyakit gastritis, kolesistitis, pankreatitis, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis,
ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.1,4,14

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien lemah, apatis sampai koma, nadi
meningkat sampai 100 kali per menit, suhu meningkat, tekanan darah turun, atau ada tanda
dehidrasi lain. Pada pemeriksaan elektrolit darah ditemukan kadar natrium dan klorida turun.
Pada pemeriksaan urin kadar klorida turun dan dapat ditemukan keton.2

Kriteria Diagnosis:

1. Mual muntah berat (mengganggu aktifitas sehari – hari). Tidak ada batas jelas
antara mual dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan hiperemesis
gravidarum. Beberapa mengatakan, bisa lebih dari 10 kali muntah per hari; akan
tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai
hiperemesis gravidarum.1,3,5,14,16
2. Barat badan turun > 5% dari berat badan sebelum hamil.5,14,
3. Ketonuria.14
4. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.5,14

Hiperemesis gravidarum yang terus-menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan


yang dapat mempengaruhi dan memyebabkan komplikasi yang dapat timbul berupa
komplikasi neurologis, stress related mucosal injuri, stress ulcer gaster, malnutrisi, defisiensi
vitamin terutama thiamin, komplikasi janin, kerusakan ginjal, hipoglikemia, hipovolemia,
disfungsi pencernaan, Intraurine growth restriction (IUGR).1,14,16

7. POLA MAKAN DAN GAYA HIDUP

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan edukasi


tentang kehamilan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual
dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan
hilang setelah kehamilan 4 bulan, makan makanan porsi kecil dan lebih sering. Waktu bangun
pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering/biskuit.
Makanan yang berminyak dan berbau lemak (potato chips) sebaiknya dihindarkan, hindari
minum alkohol, dapat diberikan jahe 2,5 mg diiris dan diseduh air panas 250 ml di tambah gula
1,2,3,9,17,18
10 mg di minum 2 kali sehari selama 4 hari . Defekasi teratur, istirahat cukup,
menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting.1,2,3

8. TERAPI

1. Obat-obatan. Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang


dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B6, antihistamin juga dianjurkan seperti dramamin,
avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti metoklopramide,
khlorpromazin.1,2 Apabila muntah terus berlangsung perlu pemeriksaan yang sesuai
untuk mendiagnosis penyakit penyakit lain, misalnya gastroenteritis, kolesistitis,
pankreatitis, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis, dan perlemakan hati pada
kehamilan.7

Algoritma Tatalaksana Mual Muntah Pada Kehamilan.18


Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen.4

2. Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di rumah sakit.
a. Pasien perlu di rawat di rumah sakit apabila :
i. Semua yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi bila telah
berlangsung lama
ii. Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badan normal
iii. Dehidrasi, yang ditandai dengan turgor yang kurang dan lidah kering
iv. Adanya aseton dalam urine.4
b. Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di rumah sakit saja telah
banyak mengurangi mual muntahnya.1,3
c. Isolasi. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah dan peredaran
udara yang baik hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar
sampai muntah berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan
keluar dan tidak diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-
kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.1,2,3
3. Terapi psikologik. Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.1,2 Dengan diperbaikinya faktor-faktor psikologik ini, wanita yang
bersangkutan biasanya mengalami perbaikan bermakna selagi di rawat inap namun
biasanya kambuh setelah dipulangkan. Penanganan yang positif terhadap masalah
psikologis dan sosial akan bermanfaat.7
4. Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukose 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah
kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena. Dibuat daftar
kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan.1 Infus dilepas bila kondisi pasien
benar-benar telah segar dan dapat makan dengan porsi wajar (lebih baik lagi bila telah
dibuktikan hasil laboratorium telah normal) dan obat peroral telah diberikan beberapa
saat sebelum infus dilepas.12 Air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein,
aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah
3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya
menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum
bertambah baik dapat dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman
dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada
umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.1,4
5. Penghentian kehamilan. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik. Keputusan untuk melakukan abortus
terapuetik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu
cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel
pada organ vital.1,3 Gejala-gejala untuk mempertimbangkan abortus terapeutikus,
ialah:4
a. Ikterus
b. Delirium atau koma
c. Nadi yang naik berangsur-angsur sampai di atas 130 kali/menit
d. Suhu meningkat di atas 38 oC
e. Perdarahan dalam retina
f. Uremi, proteinuri yang merupakan tanda-tanda intoksikasi.

PROGNOSIS

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum baik. Pada tingkatan
yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.1,2 Literatur lain menyebutkan,
prognosis hiperemesi gravidarum umumnya baik, namun dapat menjadi fatal bila terjadi
deplesi elektrolit dan ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat.12
DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B, Soejoenoes A. Hiperemesis Gravidarum. Dalam : Wiknjosastro H. Ilmu


Kebidanan. Edisi ketiga. Cetakan ketujuh. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2005. hal 275-279
2. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran Jilid Pertama. Edisi ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI. 2001. hal 259-260
3. Mochtar R., Sofian, A. 2012. Hiperemesis Gravidarum. Dalam : Sinopsis Obstetri. Jakarta
: EGC. Hal 141-142
4. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. Ilmu Kesehatan Reproduksi:
Obstetri Patologi. Edisi kedua. Jakarta: EGC. 2004. hal 64-67
5. Achadiat CM. Prosedur tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC: 2004. hal 72-74
6. Manuaba IBD. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta: EGC. 2001. hal 397-401
7. Cunningham FG. Obstetric Williams. Edisi ke-23. Jakarta: EGC. 2013. hal 220
8. Cunningham FG. Obstetric Williams. Edisi ke-22. McGraw-Hill Companies, Inc. 2007
9. Rahma Marliana & Safura Tita R. Asuhan Pada Ibu Hamil Trimester I Dengan Hiperemesis
Gravidarum Tingkat I : Widwife Journal. Volume 2 No. 2 Akademi Kebidanan
Bandung. Bandung. 2016
10. Smith PR. Netter’s Obstetrics and Gynecology. Third Edition. Elseiver Publiser. 2018. p
478-479.
11. Swenson KL, Chisholm C. Renal, Hepatic, and Gastrointestinal Disorders and Systemic
Lupus Erythematous in Pregnancy. Dalam: Brandon J, dkk. The John Hopkins
Manual of Gynecology and Obstetrics Edisi ke 2. USA: Lippincott Williams &
Wilkins Publishers. 2002
12. Moeloek FA. Hiperemesis Gravidarum. Standar Pelayanan Medik: Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2006. hal 21-
22
13. Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I. Managing hyperemesis gravidarum: a multimodal
challenge. BMC Medicine. 2010.p 46.
14. Gunawan Kevin dkk. Diagnosis dan Tata Laksana Hiperemesis Gravidarum: J Indon Med
Assoc. Vol. 61. No. 11. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Departemen
Obstetri Ginekologi. Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo. Jakarta. 2011
15. Lacasse A, Rey E, Ferreira E, Morin C, Berard A. Nausea and vomiting of pregnancy: what
about quality of life?.BJOG. 2008.p 1484-93.
16. Kemenkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Edisi Revisi 2014. Hal 577-581
17. Hassanah Ummi & Mahmudah. Effectivitas Pemerian Wedang Jahe (Zinguiber Officianale
Var. Rubrum) Terhadap Penurunan Ememsis Gravidarum Pada Trimester Pertama.
Departemen Biostatika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga. 2014
18. Azzam H dkk. The Management of Nausea & Vomiting of Pregnancy. SOGC Clinical
Practice Guideline. No. 339. 2016

Anda mungkin juga menyukai