Contoh:
Suatu sistem apabila diubah volumenya dengan sangat perlahan maka tekanan dan
temperatur sistem akan mengalami perubahan yang infinitesimal, sehingga
keadaan sistem tersebut setiap saat mendekati keadaan setimbang. Proses
perubahan volume sistem ini dapat dikatakan sebagai proses kuasistatik.
Apabila perubahan volume ini dilakukan secara spontan, yaitu dengan cepat,
maka pada setiap saat terjadi perbedaan tekanan yang cukup berhingga antara satu
bagian sistem dengan bagian sistem lainnya, sehingga sistem berada dalam
keadaan tidak setimbang. Proses seperti ini disebut proses yang tidak quasistatik
(nonquasistatic).
Proses quasistatik pada sistem koordinat PVT direpresentasikan oleh kurva-kurva
isoterm, isobar, isokhor, atau permukaan PVT. Pada kurva-kurva tersebut setiap
titik merepresentasikan keadaan setimbang tertentu dari sistem PVT.
Catatan:
Di dalam kenyataan sehari-hari, proses-proses perubahan keadaan suatu
Contoh:
Apabila temperatur lingkungan hanya sedikit lebih besar dari temperatur suatu
sistem, maka akan terjadi aliran panas ke dalam sistem melalui perubahan yang
infinitesimal pada temperatur sistem. Sebaliknya, jika temperatur sistem hanya
sedikit lebih besar dari temperatur lingkungan, maka akan terjadi aliran panas ke
luar sistem melalui perubahan yang infinitesimal pada temperatur sistem. Proses
yang dapat berlangsung bolak balik ini disebut proses reversibel. Jika ada yang
Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses perubahan keadaan suatu sistem
tanpa penambahan/pengurangan panas dari/ke luar sistem
(lingkungan).
Contoh:
Suatu proses perubahan keadaan sistem yang dilingkup oleh dinding adiabat
adalah proses adiabatik, karena panas dari luar tidak dapat mengalir ke dalam
sistem. Proses adiabatik juga dapat terjadi pada sistem yang dilingkup oleh
dinding diaterm, asalkan selama berlangsungnya proses, temperatur lingkungan
dijaga tetap sama dengan temperatur sistem.
2.2 Kerja
Kerja atau usaha, dengan simbol W, adalah besaran skalar yang
didefenisikan sebagai hasil kali anatara lintasan dengan komponen gaya pada
arah lintasan.
Secara vektor, kerja didefenisikan sebagai perkalian skalar antara vektor
gaya 𝐹̅ dengan vektor lintasan 𝑆̅ atau:
W = F̅ . S̅ = FS cos α
Dimana α menyatakan sudut yang dibentuk oleh vektor 𝐹̅ dengan vektor 𝑆̅ ,
sedangkan F dan S menyatakan besarnya vektor gaya dan lintasan tersebut.
Secara umum, untuk setiap perpindahan (pergeseran) dihasilkan kerja
sebesar dW:
dW = F cos α dS
Persamaan diatas ini menyatakan kerja dalam bentuk diferensial (kerja
infinitesimal). Kerja total oleh gaya F dituliskan dalam bentuk:
W = ∫ F cos α dS
Gambar 2.2 Perubahan volume sistem (gas) yang disebabkan oleh gaya eksternal
Jika proses perubahan volume ini merupakan proses yang reversibel, maka
sistem selalu dalam kesetimbangan meknaik, sehingga Pc pada persamaan
sebelumnya diatas dapat digantikan dengan P (tekanan gas) sehingga
δW = P dV
Persamaan diatas menyatakan kerja infinitesimal untuk sistem PVT.
Untuk sistem termodinamika, kerja infinitesimal diberi simbol δW yang
menyatakan bentuk diferensial tidak eksak. Untuk diferensial tidak eksak,
integrasinya:
2
W = ∫ δW
1
Tidak hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir saja, tetapi
tergantung pula pada lintasan integrasinya. Kenyataan bahwa δW adalah
diferensial tidak eksak, atau ∫ δW tergantung pada lintasan integrasinya,
didapatkan dari kenyataan bahwa besarnya kerja pada sistem termodinamika
tergantung pada proses yang menyebabkan perubahan keadaan tersebut.
Besaran kerja dapat berharga positif atau negatif. Kita tetapkan sebagai
perjanjian bahwa, kerja berharga positif apabila sistem melakukan kerja terhadap
lingkungan dan kerja berharga negatif apabila lingkungan melakukan kerja
terhadap sistem.
Gambar 2.3 menunjukkan perubahan volume suatu gas yang berada di
dalam tabung, melalui proses reversibel. Dengan menganggap dV selalu positif,
maka:
-
- Untuk Gambar 2.3a,
δW = +P dV
Catatan:
Beberapa buku menggunakan tanda (memberikan harga) negatif untuk kerja yang
dilakukan oleh sistem terhadap lingkungan dan menggunakan tanda positif untuk
kerja yang dilakukan oleh lingkungan terhadap sistem. Perbedaan pemberian
tanda ini tidaklah prinsipil, yang penting kita dapat memberikan arti
(menjelaskan) dari tanda yang diberikan pada besaran kerja tersebut.
Gambar 2.4 menunjukkan gaya eksternal Fe yang bekerja pada seutas kawat dan
menyebabkan perubahan panjang kawat sebesar dL.
Jika proses perubahan panjang kawat tersebut reversibel, maka Fe = F, dimana F
adalah gaya tegang kawat.
Kerja oleh gaya tegang kawat untuk mengubah panjang kawat tersebut
adalah
δW = F dL
Dengan anggapan bahwa F selalu positif, sedangkan dL berharga positif apabila
kawat bertambah panjangnya dan dL berharga negatif apabila kawat berkurang
panjangnya, maka tanda minus (-) dimaksudkan agar tanda dari besaran kerja
sesuai dengan perjanjian. Maksudnya, kerja berharga positif jika sistem
melakukan kerja terhadap lingkungan dan kerja berharga negatif apabila
lingkungan melakukan kerja terhadap sistem.
Gambar 2.5 menunjukkan suatu selaput tipis yang berada diantara kerangka kawat
yang berbentuk empat persegi panjang. Sisi AB pada kerangka kawat tersebut
dapat digerakkan.
Gaya eksternal Fe menyebabkan perubahan luas selaput pada dua permukaannya
sebesar dA,
dA = 2L dx
Kerja untuk mengubah luas permukaan selaput tersebut dapat dinyatakan dengan,
δW = −γ dA
dimana γ adalah tegangan permukaan selaput tersebut dan besarnya sama dengan:
Fe
γ=
2L
W = ∫ δW = − ∫ E dP
Kerja untuk Mengubah Jumlah Muatan pada Sel Elektrolitik (Sel Reversibel)
Gambar 2.8 Sel elektrolitik dengan ggl dihubungkan dengan hambatan geser dan
sebuah baterai dengan ggl ɛ > ɛ’.
W = ∫ δW = − ∫ ε dZ
Gambar 2.9
Contoh:
1. Kerja pada proses perubahan volume yang irreversible. Gambar di atas
menunjukkan perubahan volume gas secara spontan apabila stoper dilepas.
Kerja pada proses spontan ini dinyatakan dengan:
V2
W = −Peks ∫ dV
V1
W = −Peks (V2 − V1 )
2. Kerja pada proses pemuaian bebas (ekspansi bebas).
Gambar di bawah ini menunjukkan perubahan volume gas karena mengisi
ruang vakum.
Gambar 2.10
Setelah kran dibuka, maka gas dari ruang A akan mengalir ke ruang B yang mula-
mula vakum, sehingga volume gas bertambah dari V = VA menjadi V = VA + VB .
Karena Peks = 0, maka perubahan volume gas tersebut dikatakan sebagai
pemuaian bebas dan prosesnya berlangsung secara spontan. Pada pemuaian bebas
besarnya kerja, W = 0, karena Peks = 0.
Catatan:
Prinsip pemuaian bebas ini digunakan oleh Gay Lussac dan Joule di dalam
percobaannya untuk mengamati perubahan temperatur akibat perubahan volume.
Percobaan dikenal sebagi eksperimen Joule-Gay Lussac.
2.8 Kalor dan Hukum Termodinamika I
Kalor
Istilah kalor digunakan untuk menyatakan energi yang
berpindah. Aliran kalor terjadi karena adanya perbedaan temperatur,
dan kalor mengalir dari suatu tempat yang temperaturnya tinggi ke
tempat lain yang temperaturnya rendah. Kalor diberi simbol Q dan
perubahan infinitesimalnya dinyatakan dengan δQ yang merupakan diferensial
tidak eksak seperti halnya δW.
Suatu sistem yang tidak terisolasi akan menyerap kalor dari lingkungannya
jika temperatur sistem lebih rendah dari temperatur lingkungan dan sebaliknya
sistem akan melepaskan kalor ke lingkungannya jika temperatur sistem lebih
tinggi dari temperatur lingkungan. Sebagai konvensi, kalor pada sistem berharga
positif apabila sistem menyerap kalor dari lingkungan, dan berharga negatif
apabila sistem melepas kalor ke lingkungannya.
Hukum Termodinamika I
Suatu sistem dari sekumpulan partikel-partikel mempunyai
energi kinetik dan energi potensial tertentu . Jumlah total energi kinetik
seluruh partikel di dalam sistem disebut energi dalam (energi internal) dan diberi
simbol U. Pada umumnya energi dalam merupakan fungsi koordinat
termodinamika sistem, kecuali untuk gas ideal di mana U hanya bergantung pada
temperatur dan derajat kebebasan molekul-molekulnya. Apabila suatu sistem
menyerap kalor maka energi kalor tersebut akan digunakan untuk melakukan
kerja dan untuk mengubah energi dalamnya. Secara kuantitatif interaksi energi ini
dinyatakan dengan:
Q = ∆U + W
Dimana ∆U menyatakan perubahan energi dalam.
Titik lebur suatu zat (Tm ) adalah harga temperatur pada saat sejumlah zat padat
berubah seluruhnya menjadi zat cair jika dipanaskan pada tekanan konstan.
Titik didih suatu zat (Tb ) adalah harga temperatur pada saat sejumlah zat cair
berubah seluruhnya menjadi uap jika dipanaskan pada tekanan konstan.
Banyaknya panas persatuan massa yang dibutuhkan oleh suatu zatdi dalam proses
peruabhan wujudnya disebut kalor transformasi dan diberi simbol l. Satuan l
menurut SI adalah Jkg −1 atau Jkmol−1 .
Kalor transformasi untuk proses melebur disebut kalor lebur (𝑙𝑚 ) dan untuk
proses mendidih disebut kalor didih atau kalor uap (𝑙𝑏 atau 𝑙v ). banyaknya kalor
yang diperlukan m kg zat untuk melebur seluruhnya, Qm , atau untuk mendidih,
Qb , dapat dinyatakan dengan:
Q m = m . 𝑙m
Q b = m . 𝑙b
Entalpi
Entalpi, H, suatu sistem didefenisikan sebagai:
H = U + PV
Dan entalpi spesifik, yaitu entalpi persatuan massa atau persatuan jumlah mol:
H H
ℎ= = = 𝑢 + P𝑣
m n
Pada peristiwa transformasi fasa, banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan
oleh sistem atau zat persatuan massa sama dengan kalor transformasi l. jadi dapat
kita tuliskan:
Q ∆U P∆V
𝑙= = +
m m m
= ∆u + P . ∆v
Untuk perubahan fasa dari fasa 1 ke fasa 2:
𝑙1,2 = 𝑢2 −𝑢1 + P(𝑣2 − 𝑣1 )
= (𝑢2 + P𝑣2 ) − (𝑢1 + P𝑣1 )
= ℎ2 − ℎ1
Jadi,
𝑙 = ∆ℎ
Persamaan diatas menyatakan bahwa pada perubahan fasa, besarnya kalor
transformasi sama dengan besarnya perubahan entalpi sistem.
Gambar 2.12
Qlepas = Qisap
Atau,
m1 . c1 (T1 − T ′ ) = m2 c2 (T ′ − T2 )
Dimana 𝑐1 dan 𝑐2 menyatakan kalor jenis zat 1 dan zat 2.
Apabila diketahui harga kalor jenis suatu zat, maka dapat ditentukan harga kalor
jenis zat yang lain berdasarkan azaz Black. Prinsip pengukuran seperti ini disebut
kalorimetri. Alat pengukur kalor jenis zat berdasarkan prinsip kalorimetri disebut
kalorimeter. Bagan dari calorimeter ditunjukkan oleh Gambar 2.13. Tabung
bagian dalam calorimeter terbuat dari logam (biasanya alumunium atau tembaga)
dan sudah diketahui kalor jenisnya. Tabung tersebut diisi air hingga penuh logam
yang akan diukur panas jenisnya dipanaskan dulu dan kemudian dimasukkan ke
dalam kalorimeter.
Pada setiap kalorimeter biasanya diketahui kapasitas panasnya yang
disebut harga air kalorimeter (H2 ) yaitu hasil kali antara massa kalorimeter
degan jenis kalor jenisnya. Jadi kalor yang diserap oleh kalorimeter dapat
dituliskan sebagai:
Qk = Mk . ck . T
Atau,
Qk = H2 . ∆T
Dengan,
H2 = Mk . ck
2.12 Persamaan Energi untuk Keadaan Stasioner
Apabila pada suatu aliran fluida, keadaan fluida tersebut di setiap titiknya
selalu tetap maka aliran fluida tersebut disebut aliran steady (lunak).
Gambar 2.14
Gambar 2.14 menunjukkan suatu aliran steady dimana massa dan kecepatan fluida
di titik A dan B selalu konstan terhadap waktu dan dinyatakan dengan (m1 . v1 )
dan (m2 . v2 ). Untuk aliran steady bentuk hokum termodinamika I menjadi:
Q = ∆E + W
Dengan,
∆E = ∆U + ∆EK + ∆EP
Dimana E menyatakan energi mekanik total yaitu jumlahan energi dalam (∆U) +
energi kinetik aliran (∆EK ) + energy potensial gravitasi (∆EP ).
Besarnya ∆U, ∆EK dan ∆EP untuk fluida dengan massa m adaah:
∆U = U2 − U1
1
∆EK = m(v22 − v12 )
2
EP = mg (y2 − y1 )
Dimana v menyatakan kecepatan dan y menyatakan ketinggiannya dari suatu
permukaan tanah, sedangkan g menyatakan perceatan gravitasi local. Perubahan
energy total ∆E kemudian dapat dituliskan sebagai:
1
∆E = (U2 − U1 ) + m(v22 − v12 ) + mg (y2 − y1 )
2
Jika aliran steady ini dipergunakan juga untuk kerja mekanik maka:
W = P∆V + Wmek = P(V2 − V1 ) + Wmek
Dimana P∆V menyatakan kerja pada system fluida dan Wmek menyatakan kerja
mekanik oleh aliran fluida tersebut. Substitusi persamaan diatas dan persamaan
sebelumnya ke dalam persamaan Q sehingga menghasilkan persamaan:
1
Q = (U2 − U1 ) + m(v22 − v12 ) + mg (y2 − y1 ) + P(V2 − V1 ) + Wmek
2
Atau,
1 1
Q − Wmek = (H2 + mv22 + mg y2 ) − (H1 + mv12 + mg y1 )
2 2
Dengan,
H2 = U2 + PV2
H1 = U1 + PV1
Kita dapat menyatakan persamaan diatas untuk sisa satuan massa sebagai:
1 1
q − wmek = (h2 + v22 + g y2 ) − (h1 + v12 + g y1 )
2 2
dimana q.w dan h menyatakan kalor, kerja dan entalpi persatuan massa, atau:
Q W H
q= , w = , dan, h =
m m m
Gambar 2.16 Aliran fluida tak kompresibel pada pipa yang luas penampangnya
berbeda untuk ketinggian yang berbeda
3. Persamaan Bernoulli
Gamabr 2.16 menunjukkan suatu fluida yang inkompresibel (tak
termampatkan) mengalir pada suatu pipa yang luas penampangnya dan
ketinggiannya bervariasi. Apabila pada sistem ini tidak ada kerja mekanik
maupun kerja konfigurasi, serta sistem tidak menyerap kalor dari luar (q = 0,
adiabatik) persamaan alirannya menjadi:
1 1
P1 V1 + mv12 + mgy1 = P2 V2 + mv22 + mgy2
2 2
Karena tidak ada kerja konfigurasi maka ∆V=0 atau V1 = V2 , sehingga
dengan membagi persamaan diatas dengan V = V1 = V2 diapatkan
persamaan:
1
P + 𝑃𝑣 2 + 𝑃𝑔𝑦 = konstan
2
m
Dengan, 𝑃 = v , adalah kerapatan massa fluida.
proses adiabatik.
oleh Gay Lussac pada pertengahan abad ke-19, kemudian dilanjutkan oleh Joule.
∂u
Besaran (∂𝑣) tidak dapat diukur secara langsung, sehingga diperlukan besaran
T
∂T
lain yang dpaat diukur secara langsung yaitu besaran ( ) .
∂𝑣 u
∂u ∂T
Hubungan antara (∂𝑣) dan (∂𝑣 ) didapatkan dari hubungan matematis:
T u
∂u ∂v ∂T
( ) ( ) ( ) = −1
∂𝑣 T ∂T u ∂𝑢 v
Dimana,
∂v 1
( ) =
∂T u (∂u)
∂T u
Dan
∂T 1 1
( ) = =
∂𝑢 v (∂u) cv
∂T v
Dari hubungan-hubungan diatas didapatkan:
∂u ∂T
( ) = −cv ( )
∂𝑣 T ∂𝑣 u
∂T
Besaran (∂𝑣 ) kemudian disebut koefisien Gay Lussac-Joule dan diberi simbol
u
∂T
𝔶=( )
∂𝑣 u
Gambar 2.17
∂T
Hasil percobaan menunjukkan bahwa (∂𝑣 ) sangat kecil dan sangat sulit
u
dideteksi. Hal ini disebabkan oleh karena begitu besarnya kapasitas kalor air di
sekeliling tabung sedangkan kalor yang mengalir dari gas ke air sangat kecil.
Percobaan-percobaan yang dilakukan kemudian, yaitu dengan menggunakan
peralatan yang lebih modern ternyata mendapatkan hasil yang sama.
∂T ∂u
Untuk gas ideal dipostulatkan bahwa ( ∂𝑣 ) = 0, sehingga (∂𝑣) = 0 yang berarti
u T
bahwa energi dalam gas ideal tidak tergantung pada perubahan volume. Untuk gas
ideal:
∂u du
cv = ( ) =
∂T v dT
Atau
u T
∫ du = ∫ cv dT
u0 T0
u = u0 + cv (T − T0 )
dimana, u0 menyatakan harga energi dalam pada temperatur T0 .
diberi simbol μ.
∂T
μ=( )
∂P h
singgung pada suatu titik pada isentalpik. Untuk temperatur tinggi dan tekanan
rendah, dimana sifat gas mendekati sifat gas ideal, kurva isentalpiknya hampir
horizontal, sehingga koefisien arahnya mendekati nol. Karena itu dipostulatkan
bahwa untuk gas ideal,
∂T
μ=( ) =0
∂P h
sehingga,
∂h
( ) = 0 (gas ideal)
∂P T
Entalpi sistem dapat dinyatakan dengan:
h = h0 + cp (T − T0 )
dimana h0 adalah besarnya entalpi pada temperatur acuan T0 .