Tugas Katalis Dan Katalisis
Tugas Katalis Dan Katalisis
PENDAHULUAN / KEPUSTAKAAN
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Dengan semakin meningkatnya populasi manusia dan meningkatnya
perekonomian masyarakat maka kebutuhan dan konsumsi energi semakin besar.
Permasalahannya, di Indonesia sumber energi yang digunakan berasal dari bahan
bakar fossil yang kini ketersediaannya sudah mulai berkurang. Bahan bakar fossil
merupakan bahan bakar yang tidak terbarukan dan penggunaan bahan bakar fossil
ini menyebabkan efek rumah kaca sebagai dampak dari emisi gas karbondioksida
(CO2) serta dapat menimbulkan gas asam selama pembakaran (Adihusada, 2012).
Biodiesel merupakan solusi yang paling tepat untuk menggantikan bahan
bakar fossil sebagai bahan bakar transportasi utama, karena biodiesel merupakan
bahan bakar yang dapat diperbaharui dan dapat menggantikan diesel petrol pada
mesin. Biodiesel bersifat biodegradable, hampir tidak mengandung sulfur
sehingga tidak menyebabkan pencemaran terhadap udara. Tanaman dan minyak
nabati serta lemak hewani adalah sumber biomassa yang dapat diperbaharui
(Zheng. S. Et al., 2006).
Indonesia sebagai penghasil padi terbesar ketiga di dunia setelah Cina dan
India. Produksi padi Indonesia pada tahun 2006 adalah 54 juta ton, kemudian
tahun 2007 adalah 57 juta ton (Organisasi Pangan dan Pertanian/FAO). Dengan
suplai bahan baku yang melimpah maka produksi biodiesel dari minyak dedak
amatlah menjanjikan. Bergantung pada varietas beras dan derajat
penggilingannya, dedak padi mengandung 16%-32% berat minyak (Putrawan,
2006).
b. Perumusan Masalah
Sampai saat ini, harga bahan bakar biodiesel masih lebih mahal bila
dibandingkan dengan bahan bakar petroleum. Hal ini disebabkan oleh tingginya
harga bahan baku minyak komoditi pangan, besarnya biaya bahan baku
(minyak/lemak) mencapai 60-75% dari total biaya produksi. Sehingga perlu dicari
bahan baku alternatif yang dapat digunakan untuk menghasilkan biodiesel dengan
harga yang murah, dan dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya alam
Indonesia yang melimpah dan belum termanfaatkan dengan baik.
Salah satu bahan baku yang belum termanfaatkan dengan baik yaitu
minyak dedak. Minyak dedak memiliki kadar asam lemak bebas yang tinggi dan
harganya murah. Minyak dedak dapat diperoleh dengan melakukan ekstraksi
dengan menambahkan metanol. Sedangkan kandungan asam lemak bebas yang
tinggi dalam minyak dedak dapat diubah menjadi metil ester (biodiesel) dengan
menggunakan katalis H2SO4 pada proses esterifikasi dan transesterifikasi.
c. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memanfaatkan dedak sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dengan
proses esterifikasi kemudian dilanjutkan transesterifikasi.
2. Mempelajari pengaruh waktu operasi dan suhu operasi pada proses
esterifikasi minyak dedak dalam pembuatan biodiesel.
3. Mempelajari pengaruh waktu operasi dan konsentrasi katalis NaOH pada
proses transesterifikasi dalam pembuatan biodiesel.
d. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat sebagai
berikut :
1. Mengurangki ketergantunga terhadap pemakaian bahan bakar fossil
2. Memanfaatkan produk samping penggilingan gabah yang berupa dedak
padi menjadi bahan baku alternatif pembuatan biodiesel.
3. menghasilkan bahan bakar alternatif berkualitas dengan harga yang
terjangkau
2. Kepustakaan
a. Biodiesel
Biodiesel merupakan monoalkil ester dari asam-asam lemak rantai panjang
yang terkandung dalam minyak nabati atau lemak hewani untuk digunakan
sebagai bahan bakar mesin diesel. Biodiesel dapat diperoleh melalui reaksi
transesterikasi trigliserida dan atau reaksi esterifikasi asam lemak bebas
tergantung dari kualitas minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku.
Transesterifikasi adalah proses yang mereaksikan trigliserida dalam minyak nabati
atau lemak hewani dengan alkohol rantai pendek seperti metanol atau etanol (pada
saat ini sebagian besar produksi biodiesel menggunakan metanol) menghasilkan
metil ester asam lemak (Fatty Acids Methyl Esters / FAME) atau biodiesel dan
gliserol (gliserin) sebagai produk samping.
Katalis yang digunakan pada proses transesterifikasi adalah basa/alkali,
biasanya digunakan natrium hidroksida (NaOH) atau kalium hidroksida (KOH).
Esterifikasi adalah proses yang mereaksikan asam lemak bebas (FFA) dengan
alkohol rantai pendek (metanol atau etanol) menghasilkan metil ester asam lemak
(FAME) dan air. Katalis yang digunakan untuk reaksi esterifikasi adalah asam,
biasanya asam sulfat (H2SO4) atau asam fosfat (H2PO4). Berdasarkan kandungan
FFA dalam minyak nabati maka proses pembuatan biodiesel secara komersial
dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Transesterifikasi dengan katalis basa (sebagian besar menggunakan kalium
hidroksida) untuk bahan baku refined oil atau minyak nabati dengan
kandungan FFA rendah.
2. Esterifikasi dengan katalis asam (umumnya menggunakan asam sulfat)
untuk minyak nabati dengan kandungan FFA tinggi dilanjutkan dengan
transesterifikasi dengan katalis basa.
Proses pembuatan biodiesel dari minyak dengan kandungan FFA rendah
secara keseluruhan terdiri dari reaksi transesterifikasi, pemisahan gliserol dari
metil ester, pemurnian metil ester (netralisasi, pemisahan methanol, pencucian dan
pengeringan/dehidrasi), pengambilan gliserol sebagai produk samping (asidulasi
dan pemisahan metanol) dan pemurnian metanol tak bereaksi secara
destilasi/rectification. Proses esterifikasi dengan katalis asam diperlukan jika
minyak nabati mengandung FFA di atas 5%. Jika minyak berkadar FFA tinggi
(>5%) langsung ditransesterifikasi dengan katalis basa maka FFA akan bereaksi
dengan katalis membentuk sabun.
Terbentuknya sabun dalam jumlah yang cukup besar dapat menghambat
pemisahan gliserol dari metil ester dan berakibat terbentuknya emulsi selama
proses pencucian. Jadi esterifikasi digunakan sebagai proses pendahuluan untuk
mengkonversikan FFA menjadi metil ester sehingga mengurangi kadar FFA
dalam minyak nabati dan selanjutnya ditransesterifikasi dengan katalis basa untuk
mengkonversikan trigliserida menjadi metil ester.
b. Dedak Padi
Penggilingan padi menjadi beras menghasilkan produk samping antara lain
menir, beras pecah, sekam, dan dedak. Menir dan beras pecah dapat digiling
menjadi tepung sebagai bahan berbagai kue dan makanan lainnya. Sekam dapat
dimanfaatkan untuk bahan bakar serta kompos. Sementara itu dedak padi saat ini
baru dimanfaatkan untuk pakan ternak dan unggas selebihnya dipakai untuk bahan
abu gosok atau dibiarkan begitu saja (Adi, 2003). Melihat besarnya jumlah
produksi dedak padi dan belum maksimalnya pemanfaatan dedak padi di
Indonesia maka dilakukan penelitian mengenai dedak padi untuk meningkatkan
nilai ekonomi dedak itu sendiri salah satunya dengan mengubahnya menjadi
minyak dedak. Minyak dedak diperoleh dari ekstraksi dedak dengan pelarut
volatile, umumnya n-hexan.
e. Transesterifikasi
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi
dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi dengan
alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Di antara alkohol-
alkohol monohidrik yang menjadi kandidat sumber/pemasok gugus alkil, metanol
adalah yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya
paling tinggi (sehingga reaksi disebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia
ini, biodiesel praktis identik dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids
Metil Ester, FAME).
Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa
adanya katalis, konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan
dengan lambat (Mittlebatch,2004). Katalis yang biasa digunakan pada reaksi
transesterifikasi adalah katalis basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi.
Produk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil
asam-asam lemak.Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah
produk, yaitu:
1. Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi
2. Memisahkan gliserol
3. Menurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi
eksoterm)
BAB II
METODE
2.1.2 Alat
1. Labu leher tiga 7. Buret
2. Corong pemisah 8. Erlenmeyer
3. Gelas ukur 9. Pipet tetes
4. Motor pengaduk 10. Beaker glass
5. Pemanas 11. Statif dan Klem
6. Termometer 12. Water bath
4.1 Kesimpulan
1. Dedak padi memiliki asam lemak bebas yang tinggi yang dapat digunakan
sebagai bahan baku alternatif pembuatan biodiesel.
2. Dedak padi dapat diubah menjadi minyak dedak padi melalui proses
ekstraksi menggunakan metanol
3. Pada proses esterifikasi, waktu optimum proses selama 60 menit dengan
konversi 45 % dan suhu optimum proses 60oC dengan konversi sebesar
44,87%.
4. Pada proses transesterifikasi, waktu optimum proses selama 120 menit
dengan yield 68,85 % dan konsentrasi NaOH optimum adalah sebanyak
1,75 % dengan yield sebesar 68,80 %.
5. Biodiesel yang dihasilkan mengandung 84,93 % metil ester, dengan
komponen utamanyaadalah metil oleat.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, N., 2003, Ekstraksi Minyak dari Dedak Padi dengan Pelarut n-Hexane,
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, Yogyakarta.
Bhattacharrya, D.K., Chakrabarty M.M., Vaidyanathan R.S., & Bhattachryya
A.C., 1983, A critical study of the refining of rice bran oil, J Am Oil Chem
Soc, 60, 467-471.
Bradshaw, George B., Meuly, Wlater C., 1944, Preparation of Detergent, US
Patent Office 2,360,844.
Dogra, S.K. dan S. Dogra., 1990, Kimia Fisik dan Soal-soal, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Freedman, B., Pryde.E.H., Mounts. T.L., 1984, Variables Affecting the Yields of
Fatty Esters from Transesterfied Vegetable Oils.
Goffman, F.D., Pinson, S., and Bergman C., 2003, Genetic Diversity for Lipid
Content and Fatty Acid Profile in Rice Bran, J. Am. Oil Chem. Soc., pp.
485-490.
Haas, M.J., 2005, Improving the economics of biodiesel production through the
use of low value lipids as feedstocks: vegetable oil soapstock. Fuel Process
Technol., 86, 1087– 1096.
Ketta, Mc.,J.J., 1978, Encyclopedia of Chemical Processing and Design, Vol.1,
Marcel Dekker, New York.
Lakkakula, N.R., M. Lima, T. Walker, 2004, Rice bran stabilization and rice bran
oil extraction using ohmic heating, Biores. Tech., vol. 92, pp. 157-161.
Levenspiel, O., 1985, Chemical Reaction Engineering, 2nd ed, John Wiley and
Sons, New York.
Ma, F. and Hanna, M.A., 1999, Biodiesel Production : A Review, Journal
Bioresource Technology 70, pp. 1-15.
Mittlebach, M., Remschmidt, Claudia., 2004, Biodiesel The Comprehensive
Handbook. Vienna: Boersedruck Ges.m.bH.
Ozgul, Y. and Turkay. S., 1993, In Situ Esterification of Rice Bran Oil with
Methanol and Ethanol, J. Am. Oil Chem. Soc., pp. 145-147.
Perry, R.H. and Green, D.W., 1984, Perry’s Chemical Engineering Handbook, 6th
ed, Mc Graw Hill Book Company, Inc, New York.
Putrawan ,I.D.G.A., Shobih, Soerawidjaja ,T.H., 2006, Stabilisasi Dedak Padi
sebagai Sumber Minyak Pangan, Seminar Nasional Teknik Kimia
Indonesia, Palembang.
SBP Board of Consultants & Engineers, 1998, SBP Handbook Oil Seeds, Oils,
Fats & Derivatives, SBP Publication Division, New Delhi.
Soerawidjaja, Tatang H., 2005, Minyak-lemak dan produk-produk kimia lain dari
kelapa, Handout kuliah Proses Industri Kimia, Program Studi Teknik Kimia,
Institut Teknologi Bandung.
Vieville, C., Moulooungui, Z., and Gaset, A., 1993, Etherification of Oleic Acid
by Methanol Catalyzed by p-Toluenesulfonic Acid and the Cation-exchange
Resin K2411 and K1481 I Supercritical Carbon Dioxide, Industrial
Engineering Chemical Research, 32, 2065-2068.
Zheng, S., Kates, M.; Dubé, M.A., Mclean, D.D., 2006, Acid-catalyzed
production of biodiesel from waste frying oil. Biomass Bioener., 30, 267–
272.