Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang penelitian

Rematik adalah peradangan atau inflamasi yang paling sering ditemukan pada

sendi (Muttaqin, 2008). Ada tiga keluhan utama pada pasien rematik yaitu nyeri,

ngilu, serta kekakuan pada otot, tulang, dan sendi jari-jari tangan, kaki, lutut atau

panggul. Serta tiga tanda utama yaitu pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan

gangguan gerak. (Darmojo, 2012). Rematik merupakan suatu istilah untuk

sekelompok penyakit atau gabungan dari seratus penyakit rematik. Penyakit ini

menyerang sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki, dan sendi besar pada lutut,

panggul, serta pergelangan tangan (Wijayakususma, 2008; Helmi, 2013).

Angka kejadian rematik di Indonesia maupun di luar negeri sangat tinggi, hal

ini didukung dengan angka rematik menurut WHO mencapai angka 255 juta jiwa,

sedangkan di Indonesia sendiri angka kejadian rematik sekitar 360 ribu jiwa

(Nainggolan, 2009). Salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai prevalensi

atau angka kejadian rematik yang tinggi adalah Provinsi Jawa Barat yaitu sekitar

32.1% (RISKESDAS, 2013). sedangkan salah satu Kota atau Kabupaten yang

angka kejadian rematik paling tinggi adalah kabupaten Garut yaitu sebesar 27.284

jiwa (2.48%) (Profil Kesehatan Kabupaten Garut 2013). Data tersebut

membuktikan bahwa angka kejadian rematik sangat tinggi Indonesia, dan salah

satu kota yang angka kejadian rematik tertinggi adalah kabupaten Garut

1
2

Dari studi pendahuluan yang dilakukan di beberapa puskesmas di Kabupaten

Garut didapatkan data mengenai pasien yang berobat rematik berdasarkan

gejalanya sebagai berikut:

Tabel 1.1 Data Pasien rematik


Yang berumur ≥45 Yang datang ke puskesmas
pada tahun 2013 dan 2014

Jumlah Pasien 2013 Jumlah pasien 2014


No Puskesmas
Frekuensi % Frekuensi %
1 DTP Wanaraja 4507 53.9 4897 55.9
2 Sukawening 821 9.8 816 9.3
3 Karangpawitan 2108 25.2 2053 23.4
4 Cimaragas 749 8.9 791 9
5 Karangmulya 176 2.2 203 2.4
TOTAL 8361 100 8760 100
Sumber Data :Data Puskesmas Tahun 2013 dan 2014

Pada tabel 1.1 diketahui angka kejadian rematik pada tahun 2013 mencapai

8480 kunjungan dan pada tahun 2014 mencapai 8760 kunjungan. Berarti dari

angka tersebut adanya peningkatan prevalensi angka kejadian rematik dari tahun

2013 ke tahun 2014 dengan selisih angka sebesar 399 kunjungan (3%). Angka

tersebut diperoleh dari lima wilayah kerja puskesmas di kabupaten Garut. Dari

data tersebut Angka kejadian rematik tertinggi terjadi di puskesmas DTP

Wanaraja pada tahun 2014 sebesar 4897 kunjungan (55.9%) dengan selisih sekitar

3 % dari kejadian rematik pada tahun 2013 di puskesmas DTP Wanaraja.

Rematik merupakan Penyakit yang sering dihubungkan dengan usia lanjut ini

dapat menyerang siapapun tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Peningkatan

usia merupakan salah satu faktor risiko penyakit rematik ini, insiden puncak

antara usia 40-60 tahun (lansia) (Bandiyah, 2009; Darmojo, 2012). Pada lansia

terjadi proses degeneratif (penuaan), pada proses degeneratif terjadi perubahan-

perubahan salah satunya perubahan fisik pada sistem musculoskeletal yaitu


3

kartilago, jaringan kartilago mengalami granulasi dan akhirnya sendi menjadi

rata, konsekuesinya kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.

Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan.

Akibatnya perubahan itu, sendi mengalami peradangan, kekakuan, nyeri,

keterbatasan gerak, dan terganggunya aktifitas sehari-hari (Wijayakusuma, 2008;

Helmi, 2013).

Dampak atau permasalahan yang terjadi akibat dari rematik salah satunya

adalah nyeri pada daerah sendi, kekakuan pada sendi, dan bengkak. Jika terus

didiamkan begitu saja dapat mengancam jiwa bagi penderitanya atau hanya

menimbulkan gangguan kenyamanan (Muttaqin, 2008). Masalah yang bisa

ditimbulkan dari rematik adalah keterbatasan mobilitas dan aktivitas hidup sehari-

hari, selain itu jika dibiarkan dapat menimbulkan kegagalan organ. Kebanyakan

penyakit rematik ini bisa menyebabkan kerusakan sendi yang menetap sehingga

menimbulkan gangguan kenyamanan, keterbatasan mobilitas dan aktivitas, mudah

lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. Dengan begitu hal yang paling

buruk pada penderita ini adalah pengaruh negatifnya terhadap kualitas hidup yang

dapat mengakibatkan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seutuhnya

(Helmi, 2013).

Faktor penyebab Rematik tidak diketahui. Namun faktor genetik, lingkungan,

hormon, imunologi, dan faktor-faktor infeksi memainkan peran penting,

Sementara faktor pekerjaan, makanan, gangguan imunitas, hormon, lingkungan,

psikologi, usia, dan asupan nutrisi berlebih (obesitas) dapat mempengaruhi

progesivitas dari penyakit (Junaidi, 2013; Helmi, 2013).


4

Obesitas atau kegemukan adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan

adanya penumpukan lemak tubuh yang melebihi batas normal, Penumpukan

lemak tubuh umumnya terjadi pada area perut bawah, tungkai atas, dan lengan

atas (Suiraoka, 2012). Salah satu faktor yang mempengaruhi progesivitas rematik

adalah obesitas, kejadian obesitas dihubungkan dengan rematik yaitu terjadinya

Pembebanan pada lutut dan panggul dan pada sendi yang lain yang dapat

menyebabkan kerusakan kartilago, kegagalan ligamen dan dukungan struktural

lain (Suiraoka, 2012; Junaidi, 2012).

Dari hasil penelitian yang menunjang penelitian ini dilakukan oleh Niken

Enestasia Anggraini (2014) dengan judul “Hubungan obesitas dan faktor-faktor

pada individu dengan kejadian Osteoarthritis Genu” Hasil penelitian

menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian osteoarthritis

genu dengan obesitas. Kemudian dari hasil penelitian lain yang terkait dilakukan

oleh Nur Aini Sri Wahyuningsih (2009) yang berjudul “Hubungan Obesitas

Dengan Osteoartritis Lutut Pada Lansia Di Kelurahan Puncangsawit Kecamatan

Jebres Surakarta” didapatkan hasil penelitian bahwa obesitas memiliki hubungan

dengan osteoarthritis pada lansia.

Dari hasil studi pendahuluan lanjutan pada April tahun 2015 di puskesmas

DTP Wanaraja, didapatkan 10 pasien lansia yang terdiagnosis rematik dengan 8

orang berjenis kelamin perempuan, dan 2 orang berjenis kelamin laki-laki. Dan

dilakukan pengukuran obesitas dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT).

Dari hasil pengukuran IMT, yang obesitas (IMT>25) ada 7 responden (70%), dan

tidak obesitas (IMT<25) 3 responden (30%).


5

Berdasarkan data dan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan obesitas terhadap kejadian rematik pada lansia di

Puskesmas DTP Wanaraja Tahun 2015.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui

“Adakah hubungan obesitas terhadap kejadian rematik pada lansia di Puskesmas

DTP Wanaraja Tahun 2015?”.

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan obesitas terhadap kejadian rematik pada lansia di

Puskesmas DTP Wanaraja Tahun 2015.

1.3.2. Tujuan khusus

1.3.2.1. Mengidentifikasi gambaran obesitas pada lansia di puskesmas DTP

wanaraja tahun 2015.

1.3.2.2. Mengidentifikasi gambaran rematik pada lansia di puskesmas DTP

wanaraja tahun 2015.

1.3.2.3. Mengidentifkasi hubungan obesitas dengan kejadian rematik pada lansia

di puskesmas DTP wanaraja tahun 2015.


6

1.4. Kegunaan penelitian

1.4.1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan manfaat bagi

peneliti, mahasiswa dan khususnya perawat puskesmas DTP Wanaraja umumnya

bagi semua perawat yang ada di kota Garut maupun luar Garut. Serta dapat

memberikan pengalaman belajar dalam mengaplikasikan teori yang diperoleh

dibangku kuliah, khususnya dibidang keperawatan komunitas dan keperawatan

gerontik.

1.4.2. Secara Praktis

1) Bagi puskesmas

Diharapkan perawat puskesmas dapat membantu memberikan informasi

sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan pengetahuan lanjut usia

mengenai penyakit, khususnya penyakit sendi dan berkaitan dengan obesitas

sebagai faktor risikonya.

2) Bagi institusi pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah tentang

penyakit rematik dan obesitas dengan rematik bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dibidang kesehatan, khususnya keperawatan komunitas dan

keperawatan gerontik dan berguna dalam proses belajar mengajar.

3) Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau

panduan dan bahan dasar perbandingan dalam melakukan penelitian tentang

rematik yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai