Anda di halaman 1dari 4

MENGAMBIL

HIKMAH DARI KEUTAMAAN


BULAN DZULHIJJAH

Khutbah Pertama:

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SWT…

Tiada hal lain yang lebih pantas untuk kita ucapkan setelah menyadari nikmat-nikmat Allah, kecuali memuji-Nya
dengan segala pujian yang diajarkan-Nya kepada kita. Agar rasa syukur ini menjadi sempurna, maka hendaknya
kita bersyukur juga dengan hati kita, dilanjutkan dengan tunduk dan taatnya anggota badan kita dalam menjalankan
ibadah semata-mata kepada Allah.
Ayyuhal muslimuun Rahimakumullah…
Tidak terasa, dalam 12 hari kedepan kita akan segera bertemu dengan Hari Raya Qurban, Senin 10 Dzulhijjah 1437
H atau 22 Agustus 2018 M. Maka bagi kaum muslimin yang tidak sedang menjalankan ibadah haji, sehari
sebelumnya yaitu pada hari Ahad disunnahkan untuk melaksanakan puasa ‘Arafah yang memiliki keutamaan
menghapuskan dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang, sebagaimana sabda Nabi SAW:

“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) -aku mengharap dari Allah- dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun
akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) -aku mengharap dari Allah- akan menghapuskan dosa setahun yang
lalu.” (HR. Muslim).

Begitulah kecintaan dan kemurahan Allah SWT kepada para hamba-Nya sehingga menyediakan waktu-waktu
tertentu agar mereka selalu memiliki harapan dan semangat yang tinggi untuk selalu dekat memohon ampunan
kepada Allah.
Ayyuhal muslimuun rahimakumullah…
Banyak amalan utama pada bulan Dzulhijjah ini yang sangat dianjurkan bagi kaum muslimin -selain kewajiban
yang kita laksanakan pada hari-hari biasa-. Dari masing-masing amalan tersebut kita dapat mengambil pelajaran
sebagai tarbiyah/pembinaan untuk kita semua.
Amalan yang pertama adalah, ibadah Haji dan Umrah. Pelajaran yang begitu tampak dari ibadah haji dan Umrah
adalah persamaan derajat manusia di dalam Islam. Hal ini dapat kita lihat dari pakaian ihram yang tidak berjahit
yang dikenakan oleh jamaah haji (laki-laki), semuanya berwarna putih yang tidak membedakan warna kulit dan
suku bangsa, pangkat, jabatan dan kekuasaan. Yang membedakan derajat mereka adalah ketakwaannya di sisi
Allah, sebagaimana firman-Nya:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)

Itulah salah satu letak keadilan Allah, semua hamba-Nya punya peluang untuk menjadi orang yang paling mulia;
tanpa membedakan apakah dia miskin, kaya, pejabat, bangsawan, rakyat jelata, tua, muda, laki-laki maupun wanita,
keturunan Arab ataupun bukan. Sudah selayaknya hakikat ini menjadi pemicu bagi kita untuk terus berlomba-
lomba menjadi hamba yang paling bertakwa. Allah menyatakan di dalam firman-Nya:


…..Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang
yang berakal.” (Q.S. Al-Baqarah: 197).

Pelajaran berikutnya dari pelaksanaan ibadah haji adalah napak tilas sejarah Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ia
merupakan bukti kepasrahan dan ketundukan total kepada Allah Sang Khaliq, Dzat Yang mencipta dan member
rezeki bagi semua mahluk-Nya.
Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SWT…
Lalu bagaimana dengan kita yang di bulan Dzulhijjah 1437 H ini belum mampu menunaikan haji? Tidak perlu
khwatir, masih ada banyak kesempatan amal untuk kita laksanakan. Karena sepuluh hari pertama pada bulan
Dzulhijjah merupakan hari-hari yang dimuliakan Allah, dan amalan yang dilaksanakan pada hari-hari tersebut akan
dilipat gandakan pahalanya oleh Allah Ta’ala, sebagaimana dalam sabda Nabi:

“Tidak ada amal yang lebih afdhal dibanding amal pada hari-hari ini.” Mereka bertanya: “Tidak juga jihad?” Beliau
menjawab: “Tidak pula oleh jihad, kecuali seseorang yang keluar untuk mengorbankan jiwa dan hartanya, lalu dia
tidak kembali dengan sesuatu apa pun.” (HR. Bukhari)

Maka amalan kedua pada bulan Dzulhijjah yang sebaiknya kita lakukan adalah memperbanyak amalan-amalan
sunnah seperti shadaqah, berdzikir, tilawah, puasa, shalat malam, shalat Dhuha, membantu fakir miskin dan anak
yatim, serta amalan-amlan lainnya. "Tidak ada hari-hari yang lebih disukai Allah untuk digunakan beribadah
sebagaimana halnya hari-hari sepuluh Dzulhijjah. Berpuasa pada siang harinya sama dengan berpuasa selama satu
tahun dan shalat pada malam harinya sama nilainya dengan mengerjakan shalat pada malam lailatul qadar". (HR.
Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Baihaqi)
Yang ketiga; berpuasa pada hari Arafah. Sebagaimana diterangkan di atas, puasa ini disunnahkan bagi kita yang
tidak sedang mengerjakan haji. Adapun bagi mereka para jamaah haji, mereka tidak diperbolehkan berpuasa, sebab
saat itu mereka harus melaksanakan wukuf di Arafah. Dengan demikian, keutamaan hari Arafah bisa dinikmati oleh
orang yang sedang berhaji maupun yang tidak sedang berhaji.
Selain hadis yang sudah dibacakan sebelumnya, terdapat hadis lain tentang fadhilah puasa Arafah, dalam sabda
Rasulullah SAW yang artinya, “Tidak ada satu hari yang pada hari itu Allah membebaskan para hamba dari api
neraka yang lebih banyak dibandingkan hari Arafah.” (HR. Muslim)
Subhaanallah, sunguh luar biasa. Hal ini menunjukkan keutamaan yang sangat tinggi dari hari Arafah. Maka
pantaslah bila pada hari itu banyak orang yang dibebaskan Allah SWT dari siksa neraka, sebagai bukti bahwa Allah
telah mengampuni mereka.
Ayyuhal muslimuun rahimakumullah,…
Yang keempat; melaksanakan shalat Idul Adha. Amal khusus di bulan Dzulhijjah berikutnya adalah shalat Idul
Adha. Jumhur ‘ulama menjelaskan bahwa hukumnya sunnah muakkad. Berbalikan dengan shalat idul fitri
disunnahkan makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat, maka shalat Idul Adha disunnahkan makan setelah
shalat. Nilai tarbiyah yang bisa kita ambil dari ibadah ini adalah bersabar untuk mengakhirkan makan dalam rangka
mengikuti sunnah Rasulullah.
Yang kelima; melaksanakan udhhiyyah atau berqurban. Amal lainnya yang sangat istimewa dan khusus di bulan
Dzulhijjah ini adalah berqurban. Ibadah qurban ini juga sarat dengan nilai tarbiyah. Kita dapat melihat bahwa
sejarah disyariatkannya qurban pada masa Nabi Ibrahim AS adalah sejarah pengorbanan anak manusia yang
kemudian diganti dengan hewan, ketaatan, serta proses taurits/pewarisan di dalam keluarga muslim. Kita sekarang
tidak diperintahkan untuk menyembelih Ismail-Ismail kita, tetapi menyembelih kambing, domba, sapi, atau unta
sebagai bentuk ketaatan dan pengorbanan kita kepada Allah SWT.
Urgensi dari ibadah ini bisa kita lihat dari ancaman Rasulullah bagi yang enggan berkorban padahal ia mampu
sebagaimana disebutkan dalam hadis:

“Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda : Siapa yang memperoleh kelapangan untuk berkurban, dan dia
tidak mau berkurban, maka janganlah hadir di temapt sholat kami ini.” (HR Ahmad, Daruqutni, Baihaqi dan al
Hakim).

Demikianlah amal-amal khusus selama bulan Dzulhijjah. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dan manfaat
darinya serta semakin mendekatkan kita kepada Allah SWT, sehingga kita memperoleh ridha, rahmat, dan
ampunan-Nya.

Khutbah Kedua:

Anda mungkin juga menyukai