Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PERSPEKTIF TEORITIS

A. Lesbian

1. Pengertian
Lesbi berasal dari kata “lesbos” yang berarti pulau ditengah lautan Egeis,
yang pada zaman kuno dihuni oleh para wanita yang menyukai sesama jenis
disebut cinta lesbi atau lesbian (Kartono,2009). Lesbi adalah istilah bagi
perempuan yang mengarahkan pilihan orientasi seksualnya kepada sesama
perempuan atau disebut juga perempuan yang mencintai perempuan baik secara
fisik, seksual, emosional, atau secara spiritual (Agustine,2008).
Octomo (2008) juga berpendapat bahwa lesbi merupakan seorang wanita yang
memiliki emosi secara seksual dan erotis memiliki ikatan yang penting dengan
wanita ini. Lesbi adalah perempuan yang memiliki hasrat seksual dan emosi
kepada perempuan lain atau perempuan yang secara sadar mengidentifikasikan
dirinya sebagai lesbi (Crawford,2000: 94).
Menurut Susilandari (2005: 96) sifat tertutup lesbi bila dibandingkan dengan
gay terletak pada norma budaya bahwa laki-laki lebih rasional, sedangkan
perempuan lebih mengutamakan perasaan. Perempuan lebih rentan.
Berdasarkan denifisi dan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa lesbi
adalah seorang perempuan yang memiliki ketertarikan kuat secara fisik, emosi
maupun seksual pada sesama jenis. Pada sekelompok lesbi terdapat semacam
label yang muncul karena adanya dasar karakter atau penampilan yang terlihat
berbeda pada seorang lesbi yaitu, Butch dan butchy,Femme dan Andro. Butcy (B)
adalah lesbi yang berpenampilan tomboy, kelaki-lakian, lebih suka berpakaian
laki-laki (kemeja laki-laki, celana panjang dan potongan rambut sangat pendek).
Femme (F) adalah lesbi yang berpenampilan dan berpakaian feminim, lembut
layaknya seperti perempuan pada umumnya. Andro atau androgyne (A) adalah
2

berpaduan penampilan antara butcy dan femme. Lesbi andro memiliki sifat lesbi
fleksibel, artinya individu tersebut bisa saja bergaya tomboy tapi tidak kehilangan
sifat feminimnya (Poedjiati,2005).

2. Klasifikasi Lesbian
Menurut Poedjiati (2005) lesbian diklasifikasikan ke dalam:
1) Butcy
Lesbi butch atau lebih dikenal dengan istilah butch seringkali mempunyai
stereotip sebagai pasangan yang lebih dominan dalam hubungan seksual.
Terkadang dalam hubungannya adalah satu arah sehingga butch lebih
digambarkan sebagai sosok yang tomboy, dominan, aktif, agresif,
melingdungi dan lain-lain. Butch dapat dibagi atau diklarifikasi menjadi 2
tipe:
a) Soft Butcy
Seiring digambarkan mempunyai kesan yang lebih feminim dalam
cara berpakaian dan potongan rambutnya. Secara emosional dan fisik
tidak mengesankan bahwa mereka adalah pribadi yang kuat atau tangguh.
Dalam kehidupan sehari-hari pada kehidupan lesbi, istilah Soft Butch
sering dianggap seperti dengan lesbi Andro.
b) Stone butch
Sering digambarkan lebih maskulin dalam cara berpakaian maupun
potongan rambutnya. Mengenakan pakaian laki-laki, terkadang membebat
dadanya agar terlihat lebih rata dan menggunakan sesuatu didalam pakaian
dalamnya sehingga menciptakan kesan berpenis. Bucty yang berpakaian
maskulin seringkali lebih berperan sebagai seorang “ laki-laki” baik dalam
suatu hubungan dengan pasangnya, maupun saat berhubugan seks. Stone
Butch sering kali disebut dengan Strong Butch dalam istilah lain untuk
label lesbi ini.
3

2) Fenme
Lesbi femme lebih mengadopsi peran sebagai feminim dalam suatu
hubungan dengan pasangannya. Femme yang berpakaian feminim selalu
digambarkan mempunyai rambut panjang dan berpakaian feminim. Femme
sering kali digambarkan atau mempunyai stereotip sebagai pasangan yang
pasif dan hanya menunggu atau menerima saja.
Pada penelitian yang dilakukan oleh James (2013) dengan judul
“Biological and Psychosocial Determints of Male and Female Human Sexual
Orientation”, menjelaskan mengenai perbedaan antara lesbi butchy dan lesbi
femme berdasarkan konstruksi sosial dan menemukan bahwa gen sebagai
penyebab homoseksual, walaupun hanya ditemukan pada beberapa orang saja

3. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Lesbian


Menurut Soetjiningsih (2004) bermacam-macam bukti untuk menjelaskan
lesbi secara garis besar yang dapat dijelaskan dengan teori biologi dan
psikososial:
1) Teori Biologi
Bermacam-macam bukti telah banyak diteliti dan ditemukan bahwa
orientasi homoseksual dipengaruhi oleh faktor genetik yaitu pada orientasi
homoseksual telah terbukti pada penelitian angka kejadian homoseksualitas
diantara kembar identik, kembar heterozigot dan saudara kandung. Penelitian
pada saudara kandung menunjukan angka kejadian homoseksual lebih tinggi
(48%-66%). Ini menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan
penting tetapi bukan satu-satunya faktor ini sulit untuk di atasi karena sudah
sejak lahir membawa kecendrungan atau bakat untuk menyukai orang lain
dengan jenis kelamin yang sama, dan hal tersebut diluar kontrol dan
kesadaran dirinya.
4

2) Teori Psikososial
Beberapa teori perkembangan orientasi homoseksual menghubungkan
dengan trauma kehidupan yaitu: Pengalaman hubungan heteroseksual yang
tidak bahagia atau ketidakmampuan individu untuk menarik perhatian lawan
jenis, dipercaya dapat menyebabkan perilaku lesbi. Pandangan juga
menganggap bahwa lesbi terjadi karena adanya trauma, dendam, tidak suka,
takut atau tidak percaya terhadap laki-laki.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada berbagai
macam hal yang dapat mendorong dan mempengaruhi seseorang menjadi
homoseksual, khususnya lesbi yang dijelaskan dengan satu macam teori yaitu,
teori biologi yang dihubungkan pada faktor genetik dan teori psikososial yang
dihubungkan trauma kehidupan. Hal tersebut di dukung oleh kajian Soewandi
(2012) yang berjudul “Lesbi dalam Pandangan Psikiatrik”, yang
mengungkapkan bahwa adanya faktor psikolgis sebagai salah satu penyebab
lesbi.

4. Teori- teori homoseksual (Lesbian)


Menurut John D’Emilio adalah ahli sejarah terkemuka mengatakan bahwa
lesbian bukan merupakan bawaan lahir. Dia menyatakan bahwa wanita lesbian
tidak selalu ada. Sebaliknya bahwa mereka (lesbian) adalah produk sejarah dan
telah muncul dalam era sejarah tertentu. Kemunculan mereka terkait dengan
hubungan kapitalisme tetapi sudah pada perkembangan historis kapitalisme dan
lebih khususnya lagi dengan sistem kerja bebas yang telah memungkinkan
sejumlah besar perempuan dalam abad kedua puluh menyebut diri mereka
lesbian. Jadi lesbian merupakan produk sejarah yang muncul karena peubahan
ekonomi pada abad ke 17 dan 18 ketika kapitalisme dan industrialisasi menarik
orang-orang muda dari perbesaan tradisional masuk ke perkotaan. Pengeseran ini
mengubah makna kelurga dari kehidupan privasi menjadi dunia kerja publik.
5

Peubahan ini menggiring orang-orang untuk menemukan kebahasiaan emosional,


cinta, keintiman dan seks. Intinya dunia kapitalisme dan industrialis memberikan
pilihan-pilihan erotis terhadap seksualitas. Ketersediaan pekerjaan menungkinkan
banyak orang berinteraksi positif, bahkan mulai ada tempat-tampat dan
berinteraksi.

5. Ciri-ciri Perilaku Penyimpangan


Banyak ahli meneliti tentang ciri-ciri perilaku menyimpang pada remajaa dan
menurut Paul B. Horton dan Chester L Hunt dalam Soetjiningsih (2004) ciri-ciri
yang bisa diketahui dari perilaku menyimpang sebagai berikut:
1) Suatu perbuatan disebut menyimpang bila mana perbuatan itu
dinyatakan sebagai menyimpang.
2) Penyimpangan terjadi sebagai konsekuensi dari adanya peraturan dan
penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap si pelaku
menyimpang.
3) Ada perilaku menyimpang yang bisa diterima dan ada yang ditolak.
4) Mayoritas remaja tidak sepenhnya mentaati peraturan sehingga ada
bentuk penyimpangan yang relatif atau tersamar dan ada yang mutlak.

B. Dewasa Awal
1. Pengertian
Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang
berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah
menjadi dewasa. Hurlock (1999) mengatakan bahwa masa dewasa awal dimulai
pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan
psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.
Santrock (2002) mengatakan masa dewasa awal untuk bekerja dan menjalin
hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal
lainnya. Kennistos (dalam Santrock, 2002) mengemukakan masa muda (youth)
adalah periode kesememtaraan ekomoni pribadi, dan perjuangan antara
6

ketertarikan pada kemandirian dan mejadi terlibat secara sosial. Periode masa
muda rata-rata terjadi 2 sampai 8 tahun, tetapi dapat juga lebih lama. Dua kriteria
yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa muda dan permulaan dari masa
dewasa awal adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat
keputusan. Mungkin yang paling luas diakui sebagai tanda memasuki masa
dewasa adalah ketika seseorang mendapatkan pekerjaan penuh waktu yang
kurang lebih tetap (Santrock, 2002).
Sementara itu, Dariyo (2003) mengatakan bahwa secara umum mereka yang
tergolong dewasa awal muda (young adulthood) ialah mereka yang berusia 20-40
tahun. Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan
tanggung jawabnya tentu bertambah besar. Ia tak lagi harus bergantung secara
ekonomis, sosiologis maupun psikologis pada orangtuanya (Dariyo, 2003).
Secara umum, masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-
kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang
menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. H. S. Becker dalam Personal
Changes in Adult Life (1964) dalam Santrock (1999) menyatakan bahwa masa
dewasa awal merupakan suatu masa atau periode penyesuaian diri terhadap pola-
pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial baru.
Secara biologis, masa ini merupakan puncak pertumbuhan fisik yang prima,
sehingga dipandang sebagai usia yang tersehat dari populasi manusia secara
keseluruhan (healthiest people in population). Mereka memiliki daya tahan dan taraf
kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak
inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan proaktif. Meskipun banyak yang mengalami
sakit, tetapi jarang sampai parah.kesehatan fisik ini akan terpelihara dengan baik
apabila didukung oleh kebiasaan-kebiasaan positif, seperti: makan yang teratur dan
tidak berlebihan, tidak merokok, tidak meminum minuman keras atau mengkonsumsi
NAZA (Narkoba), tidur yang teratur, dan berolah raga.
Secara psikologis, pada usia ini tidak sedikit di antara mereka yang kurang mampu
mencapai kematangan. Hal ini disebabkan karena banyaknya masalah yang
7

dihadapinya dan tidak mampu mengatasinya. Masalah-masalah itu di antaranya: (1)


kesulitan mencari kerja; (2) susah mencari jodoh; (3) keinginan untuk menikah namun
belum mempunyai mata pecaharian; dan (4) kesulitan yang dialami setelah menikah,
seperti: mengurus anak, memelihara keharmonisan keluarga, dan konflik dalam
menggunakan penghasilan antara keperluan anak dengan biaya rumah tangga sehari-
hari. Dalam menghadapi masalah tersebut mereka ragu-ragu untuk minta
pertolongan dan nasehat orang lain karena enggan kalau-kalau dianggap “belum
dewasa”.
Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang
dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically
trantition), transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran
sosial (social role trantition).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dewasa awal adalah
individu yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi
perubahan fisik dan psikologis pada diri individu yang disertai berkurangnya
kemampuan reproduksi, merupakan masa dimana individu tidak lagi harus
bergantung secara ekonomi, sosiologis, maupun psikologis. Pada orangtuanya,
serta masa untuk bekerja, terlibat dalam hubungan masyarakat, dan menjalin
hubungan dengan lawan jenis.

2. Ciri-ciri Masa Dewasa Awal


Banyak di antara ciri penting dalam masa dewasa awal merupakan kelanjutan
dari ciri-ciri yang terdapat dalam masa remaja. Dengan keadaan individu dalam
masa remaja, apa yang telah dimilikinya sebagai hasil belajar dan pengalaman,
yang kemudian dilengkapi dalam masa dewasa awal. Penyesuaian-penyesuaian
yang dicapai dalam masa remaja mendasari penyesuaian diri dalam masa dewasa
dan mengantarkan individu dalam kedewasaan dalam arti yang sesungguhnya.
8

Sebagai kelanjutan masa remaja, masa dewasa memiliki ciri-ciri sebagai


berikut.
a. Usia reproduktif
Bagi sebagian besar orang-orang dewasa muda, menjadi orang tua atau
sebagai ayah/ibu merupakan satu di antara peranannya yang sangat penting
dalam hidupnya. Berperan sebagai orang tua, nampak lebih nyata bagi wanita
dibandingkan pria, yang walaupun sekarang ini terlihat bahwa pria banyak
pula yang mengambil bagian secara aktif dalam mendidik anak-anak
dibandingkan dengan apa yang terlihat pada waktu-waktu yang dahulu.
Selanjutnya bagi orang yang cepat mempunyai anak dan mempunyai keluarga
besar pada awal masa dewasa atau bahkan pada tahun-tahun terakhir masa
remaja kemungkinan seluruh masa dewasa awal ini merupakan masa
reproduksi.
b. Masa pengaturan
Masa pengaturan ini disebut juga sebagai masa yang ditujukan untuk
memantapkan letak kedudukannya atau setting down age. Sejak seseorang
telah mulai memainkan peranannya sebagai orang dewasa, seperti sebagai
pemimpin rumah tangga dan sebagai orang tua, serta menyetujui hal itu
sebagai peranannya dan hal itu menjadi suatu keharusan untuk diikuti dalam
pola-pola perilaku tertentu dalam banyak aspek kehidupannya. Dengan
pemantapan kedudukannya, seseorang berkembang pola hidupnya secara
individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai akhir hayat.
c. Masa ketegangan emosi
Ketegangan-ketegangan emosi yang terjadi pada masa dewasa awal
umumnya berhubungan dengan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
hal perkawinan, keuangan, persoalan jabatan dan sebagainya. Ketegangan
emosi yang timbul itu bertingkat-tingkat selaras dengan intensitas persoalan
yang dihadapi dan sejauh mana seseorang dapat mengatasi persoalan-
persoalan yang dihadapinya. Kepuasan atau ketenangan akan dapat dicapai
dalam tahun-tahun pertama awal dewasa awal ini oleh beberapa individu,
9

akan tetapi kebanyakan di antaranya tetap mengalami ketegangan emosi


sampai mendekati pertengahan masa dewasa awal ini. Menurut Robert J.
Havighurst dalam bukunya Human Development and Education (1953) dalam
Andi Mappiare (2000), bahwa seseorang dalam usia awal atau pertengahan
tiga puluhan dapat memecahkan persoalan–persoalan serta cukup dapat
mengendapkan ketegangan emosinya, sehingga seseorang dapat mencapai
emosi yang stabil.
Ketegangan emosi seringkali diwujudkan dalam ketakutan-ketakutan atau
kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul itu
pada umumnya tergantung pada pancapaian terhadap persoalan-persoalan
yang dihadapi pada suatu saat tertentu, dan sejauh mana sukses atau
kegagalan yang dialami dalam menghadapi persoalan tersebut.
d. Masa keterasingan sosial
Banyak orang muda yang semenjak masa kanak-kanak dan remaja terbiasa
tergantung pada persahabatan dalam kelompok mereka merasa kesepian
sewaktu tugas-tugas mereka dalam rumah tangga ataupun dalam pekerjaan,
memisahkan mereka dari kelompok mereka. Apakah kesepian yang berasal
dari kelompok keterasingan ini hanya sebentar atau tetap, akan tergantung
pada cepat lambatnya orang muda itu berhasil membina hubungan sosial baru
untuk menggantikan hubungan hari-hari sosial sekolah dan kuliah mereka.
e. Masa komitmen
Sewaktu menjadi dewasa, orang-orang muda mengalami perubahan
tanggungjawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya tergantung pada orang
tua menjadi orang dewasa mandiri, maka mereka menentukan pola hidup
baru, memikul tanggungjawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru.
Meskipun pola-pola hidup, tanggungjawab dan komitmen-komitmen baru ini
mungkin akan berubah juga, pola-pola ini menjadi landasan yang akan
membentuk pola hidup, tanggung jawab dan komitmen-komitmen di
kemudian hari.
f. Masa ketergantungan
10

Meskipun telah resmi mencapai status dewasa pada usia 18 tahun, dan
status ini memberikan kebebasan untuk mandiri, banyak orang muda yang
masih agak tergantung atau bahkan sangat tergantung pada orang-orang lain
selama jangka waktu yang berbeda-beda. Ketergantungan ini mungkin pada
orang tua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa sebagian atau
penuh atau pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk
membiayai pendidikan mereka.
g. Masa perubahan nilai
Ada beberapa alasan yang menyebabkan perubahan nilai pada masa
dewasa awal, di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Jika orang muda dewasa ingin diterima oleh anggota-anggota
kelompok orang dewasa, mereka harus menerima nilai-nilai kelompok ini,
seperti juga sewaktu kanak-kanak dan remaja mereka harus menerima
nilai-nilai kelompok teman sebaya.
2) Orang-orang muda itu segera menyadari bahwa kebanyakan kelompok
sosial berpedoman pada nilai-nilai konvensional dalam hal keyakinan-
keyakinan dan perilaku seperti juga halnya dalam hal penampilan.
3) Orang-orang muda yang menjadi bapak/ibu tidak hanya cenderung
mengubah nilai-nilai mereka lebih cepat daripada mereka yang tidak
kawin atau tidak punya anak, tetapi mereka juga bergeser kepada nilai-
nilai yang lebih konservatif dan tradisional. Biasanya, nilai-nilai orang
muda ini bergeser dari egosentris ke sosial.
h. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru
Di antara berbagai penyesuaian diri yang harus dilakukan orang muda
terhadap gaya hidup baru, yang paling umum adalah penyesuaian diri pada
pola peran seks atas dasar persamaan derajat yang menggantikan pembedaan
pola peran seks tradisional, serta pola-pola baru bagi kehidupan keluarga,
termasuk perceraian, keluarga berorangtua tunggal, dan berbagai pola baru di
tempat pekerjaan khususnya pada unit-unit kerja yang besar dan impersonal di
bidang bisnis dan industri.
i. Masa bermasalah
11

Pada masa dewasa awal ini banyak persoalan yang baru dialami. Beberapa
diantara persoalan tersebut merupakan kelanjutan atau pengrmbangan
persoalan yang dialami dalam masa remaja akhir. Segera setelah seseoran
dewasa awal menyelesaikan pendidikan sekolah mereka, maka menghadang
pula persoalan yang berhubungan dengan pekerjaan dan jabatan. Kompleknya
persolan pekerjaan ini, disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan
dengan intern individu itu sendiri, faktor-faktor lingkungan sosial tremasuk
orang tua, faktor kesempatan kerja dan lapangan kerja yang tersedia. Faktor-
faktor intern yang meliputi ciri-ciri pribadi, sikap, kemampuan, dan
keterampilan-keterampilan khusus tertentu haruslah dimiliki oleh seseorang
untuk dapat memasuki suatu lapangan pekerjaan tertentu.
Persoalan yang berhubungan dengan pemilihan teman hidup merupakan
satu di antara persoalan sangat penting dalam masa dewasa awal ini.
Persoalan lain yang menonjol dirasakan dalam masa dewasa awal ini adalah
berhubungan dengan hal-hal keuangan. Persoalan ini mencakup aspek usaha
mendapatkannya dan aspek pengelolaanya dalam pembelanjaan.
j. Masa kreatif
Bentuk kreatif yang akan terlihat sesudah ia dewasa akan bergantung pada
minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan
dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Pada
masa awal dewasa, orang muda itu tidak saja harus menemukan di mana letak
minat mereka tetapi mereka harus juga mengembangkan daya kreativitas itu.

3. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal


Sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan
sampai taraf universitas dan kemudian mereka segera memasuki jenjang karier
dalam pekerjaannya. Kehidupan psikososial dewasa muda makin kompleks
dibandingkan dengan masa remaja karena selain bekerja, mereka akan memasuki
12

kehidupan pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak, dan


tetap hams memperhaukan orang tua yang makin tua.
Selain itu, dewasa muda mulai membentuk kehidupan keluarga dengan pasangan
hidupnya, yang telah dibina sejak masa remaja/masa sebelumnya. Havighurst
(Turner dan Helms, 2000) mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa
muda, di antaranya (a) mencari dan menemukan calon pasangan hidup, (b)
membina kehidupan rumah tangga, (c) meniti karier dalam rangka rnemantapkan
kehidupan ekonomi rumah tangga, dan (d) menjadi warga negara yang
bertanggung jawab.
a. Mencari dan Menemukan Calon Pasangan Hidup
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki
kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas
reproduksi,yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya,
asalkan memenuhi persyaratan yang syah (perkawinan resmi).
b. Membina Kehidupan Rumah Tangga
Papalia, Olds, dan Feldman (2001) menyatakan bahwa golongan dewasa
muda berkisar antara 21-40 tahun. Masa ini dianggap sebagai rentang yang
cukup panjang, yaitu dua puluh tahun. Terlepas dari panjang atau pendek
rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun,
umum-nya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA
(SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau universitas. Selain itu,
sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan, umumnya
telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini,
mereka mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri
secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap
yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus
dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang
baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat membentuk, membina,
dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar
13

dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri


dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga harus
dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam
keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua
ataupun saudara-saudara.

c. Meniti Karier dalam Rangka Memantapkan Kehidupan Ekonomi


Rumah Tangga
Usia menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau
universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan
ilmu dan keahliannya. Mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat
dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang
baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa
puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebaliknya, bila tidak atau belurn
cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan
mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang
ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilrnu, pekerjaan
tersebut memberi hasil keuangan yang layak (baik), mereka akan bertahan
dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai),
mereka akan dapat mem-bangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang
mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak
prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka
bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih
tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang
terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur sejahtera bagi
keluarganya. melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan
seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyaratan yang sah
(perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorongan biologis tersebut,
mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon
14

teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun
untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan
menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu,
sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang
berbeda-beda.

d. Menjadi Warga Negara yang Bertanggung Jawab


Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin
hidup tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara
yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan
perundang-undangan yang berlaku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara,
seperti (1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta
kelahiran, surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri), (2)
membayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor,
pajak penghasilan), (3) menjaga ketertiban dan ke-amanan masyarakat dengan
mengendalikan diri agar tidak tercela di mata masyarakat, dan (4) mampu
menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam
kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memper-baiki
jalan, dan sebagainya). Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan
tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya
yang berlaku di masyarakat
Menurut Sarwono (2004), diterangkan bahwa tugas-tugas perkembangan
masa dewasa awal meliputi:
a. Mengembangkan sikap, wawasan, dan pengamalan ajaran agama.
b. Memperoleh atau memulai memasuki dunia kerja.
c. Memilih pasangan (suami/istri).
d. Mulai memasuki pernikahan.
e. Belajar hidup berkeluarga.
f. Merawat dan mendidik anak.
g. Mengelola rumah tangga.
h. Memperoleh kemampuandan kemantapan karier (posisi kerja).
i. Mengambil tanggung jawab atau peran sebagai warga masyarakat.
15

j. Mencari kelompok social (kolega) yang menyenangkan.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas akan menimbulkan pertanyaan yaitu: Bagaimana


perilaku lesbian pada wanita dewasa awal dan konflik-konflik yang terjadi dalam diri
seorang lesbian?

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan Masalah


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Istilah penelitian kualitatif
menurut Sugiyono (2007) adalah salah satu jenis penelitian yang dilihat dari jenis
data yang dimiliki, data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema
dan gambar. Max Webber (dalam Basuki, 2006) menjelaskan bahwa penelitian
16

kualitatif memiliki landasan berfikir yang menyatakan pokok penelitian sosiologi


bukan gejala-gejala sosial, tetapi pada makna-makna yang terdapat di balik tindakan-
tindakan perorangan yang mendorong terwujudnya gejala sosial tersebut. Penelitian
kualitatif yaitu pendekatan induktif untuk menemukan atau mengembangkan
pengetahuan yang memerlukan keterlibatan peneliti dalam mengidentifikasi
pengertian atau relevasi fenomena tertentu terhadap individu (Syarifudin, 2002). Jenis
penelitian kualitatif dengan dimulai dari pengumpulan data kemudian diambil
kesimpulan secara umum. Penelitian kualitatif ini dipilih karena lebih sensitif dan
adaptif terhadap peran dan berbagai pengaruh yang timbul. Desain penelitian
kualitatif dipilih karena peneliti akan menggali atau mengeksplorasi, menggambarkan
atau mengembangkan pengetahuan bagaimana pengetahuan yang diketahui.
Sedangkan penelitian kualitatif itu sendiri adalah penelitian yang tidak menggunakan
proses perhitungan (Moleong, 2006).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus.
Studi kasus sendiri merupakan studi yang mempelajari fenomena khusus yang hadir
dalam suatu konteks yang dibatasi dan kasus ini dapat berupa individu, peran,
kelompok kecil, organisasi, komunikasi atau bahkan suatu bangsa (Poerwandari,
2005). Studi kasus adalah suatu sajian yang rinci tentang satu latar, atau subjek
tunggal, atau satu tempat penyimpanan dokumen, atau suatu peristiwa tertentu
(Bogdan & Biklen, 1998: 54). Mc Donald dan Walker (1977:181) menyarankan
bahwa studi kasus adalah suatu “eksaminasi tentang suatu hal dalam tindakan”. Ada
beberapa definisi dalam studi kasus yang diajukan, meliputi :
a. Potret realitas (a snapshot of reality);
b. Bagian dari kehidupan (a slice of life);
c. Kehidupan kecil (a microcosm);
d. Peristiwa (an episode);
e. Unit tindakan (an action unit);
f. Eksaminasi yang intensif tentang suatu unit (intensive examination of a unit)
(Lincoln dan Guba, 1981:371)
17

Menurut Moleong (2010) studi kasus adalah studi yang berusaha memahami
isu-isu yang rumit atau objek dan dapat memperluas pengalaman atau menambah
kekuatan terhadap apa yang telah dikenal melalui hasil penelitian yang lalu. Studi
kasus menekankan pada rincian analisis-analisis kontekstual tentang sejumlah kecil
kejadian atau kondisi dan hubungan-hubungan yang ada. Menurut Moleong (2010)
studi kasus adalah studi yang berusaha memahami isu-isu yang rumit atau objek dan
dapat memperluas pengalaman atau menambah kekuatan terhadap apa yang telah
dikenal melalui hasil penelitian yang lalu. Studi kasus menekankan pada rincian
analisis-analisis kontekstual tentang sejumlah kecil kejadian atau kondisi dan
hubungan-hubungan yang ada padanya. Menurut Sarantakos (dalam Poerwandari,
2005). Jumlah fenomena khusus dalam studi kasus tidak mengarah pada jumlah
besar, melainkan pada kasus-kasus yang sesuai dengan masalah penelitian, tidak
ditentukan secara kaku dari awal, dapat terjadi perubahan dalam jumlah dan
karakteristik sample sesuai perkembangan yang terjadi selama penelitian
berlangsung. Oleh sebab itu, unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Perilaku lesbian pada wanita dewasa awal
2. Konflik-konflik yang terjadi dalam diri seorang lesbian
Dengan demikian, desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain multi
holistik dimana kasus yang diteliti lebih dari satu kasus (Azia dalam Bungin, 2003).

B. Unit Analisis
Ketertarikan terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan perilaku
lesbian pada wanita dewasa awal dan konflik-konflik yang terjadi dalam diri seorang
lesbian yang merupakan fokus penelitian.

C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah wanita dewasa lesbian yang bersedia
menjadi sumber data bagi penelitian ini yang dinyatakan melalui surat kesediaan
menjadi subyek penelitian (informed consent form). Kasus penelitian ini tergolong
18

unik karena mengungkapkan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh subyek


sehingga subyek merasakan kebahagiaan ataupun kesedihan yang dialami dalam
sejarah/riwayat hidupnya. Oleh sebab itu, subyek yang dibutuhkan dalam penelitian
sekurang-kurangnya tiga orang wanita lesbian.
Tempat lokasi penelitian dilaksanakan di Kota X dan pertemuan-pertemuan
dengan subyek sesuai dengan perjanjian/kesepakatan sebelumnya.
Sumber data berikutnya adalah informan, informan dalam penelitian ini
terbagi menjadi dua, yaitu informan pelaku dan informan tahu (Sugiyono, 2007).
Informan pelaku merupakan orang-orang yang terlibat dekat dengan subyek, terkena
dampak langsung dan tidak langsung. Informan pelaku yang dimaksud adalah suami,
anak-anak dan saudara kandung subyek. Informan tahu adalah orang-orang disekitar
subyek yang hanya mengetahui informasi tentang subyek.
Sumber data lainya dalam penelitian ini adalah dokumen tertulis berupa surat-
surat pernyataan/keterangan, catatan harian, surat-surat pribadi dan foto-foto yang
berkenaan dengan tema penelitian. Dokumen tidak tertulis (Metafor) juga menjadi
sumber data dalam penelitian ini. Metafor adalah simbol-simbol, analogi, atau gerak
yang dimaksudkan untuk menjelaskan suatu konsep tertentu (Koentcoro, 2007).

D. Teknik Penggalian Data


Metode pengambilan data merupakan suatu langkah strategis dalam
penelitian. Pengumpulan data penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah
(natural setting). Loflang dan Lofland (dalam Moleong, 1994) mengemukakan
bahwa sumber data utamanya dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan-tindakan, selebihnya yang merupakan data tambahan seperti dokumen, dan
lain-lain. Oleh sebab itu, metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah :
1. Metode Wawancara
19

Wawancara menurut Moleong (2004) dijelaskan bahwa wawancara adalah


percakapan dengan maksud-maksud tertentu, sedangkan dalam bahasa Inggris
wawancara adalah interview yang merupakan percakapan antara dua orang atau
lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari
wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara
melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang
diwawancarai. Pada metode ini peneliti dan subyek berhadapan langsung (face to
face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data
yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian.
Menurut Faisol (1990) wawancara dibedakan menjadi beberapa macam
yaitu: a) Wawancara berstruktur yaitu wawancara yang dilakukan dengan
mengajukan beberapa pertanyaan secara sistematis dan pertanyaan yang diajukan
telah disusun sebelumnya, b) Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara
dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa
terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, biasanya
pertanyaan muncul secara sepontan sesuai dengan perkembangan situasi dan
kondisi ketika melakukan wawancara, dengan tehnik ini diharapkan terjadi
komunikasi langsung, luwes dan fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang
didapat lebih banyak dan luas, c) Wawancara bebas pada wawancara ini, terjadi
tanya jawab antara pewawancara dengan subyek, tetapi pewawancara
menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman, kebaikan wawancara ini adalah
subyek tidak menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diwawancarai, d)
Wawancara bebas berstruktur wawancara ini merupakan parpaduan anatara
wawancara bebas dan wawancara terpimpin, dalam pelaksanaannya,
pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-
hal yang akan ditanyakan, e) Wawancara secara terang-terangan, tehnik ini
dipergunakan untuk memperoleh informasi secara leluasa dengan baik dan benar
dari lawan bicara, karena berawal dari keterbukaan dan keterusterangan bahwa
peneliti menginginkan beberapa informasi dari subyek, wawancara dengan
20

menempatkan informan sebagai sejawat, karena data dan informasi yang


diperoleh sangat mempengaruhi kualitas hasil penelitian, maka informan atau
subyek sebagai penentu, untuk itulah peneliti juga menempatkan informan atau
respoden sebagai co-researcher (pasangan atau sejawat) peneliti.
Menurut Arikunto (2000) mengungkapkan wawancara adalah sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperolah
informasi dari yang terwawancara (subyek).
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara tidak
terstruktur agar subyek dapat lebih terbuka dan yang diwawancarai dapat
mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya, dan mencakup keadaan umum subyek
mengenai gangguan orientasi seksual yang subyek alami. Wawancara semi
berstruktur adalah wawancara yang dilakukan berdasarkan pedoman wawancara,
dimana pedoman wawancara itu berisi pokok-pokok pertanyaan yang akan digali
oleh penelitian, sifat pertanyaan tidak kaku atau ketat, serta penyampaianya bisa
disesuaikan dengan kondisi subyek penelitian. Dengan demikian wawancara ini
dilakukan dengan suatu struktur yang tertata, tetapi pelaksanaanya longgar,
pertanyaan yang diajukan bersikap terbuka sehingga diperoleh informasi yang
lengkap dan mendalam. Subyek diberi kesempatan untuk memberi jawaban
secara bebas dan jujur, maka disebut juga the long interview (Poerwandari, 1998).
Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan
penelitian, ada beberapa teknik, cara atau metode yang dilakukan oleh peneliti
dan disesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif yaitu :
Wawancara, menurut Lexy J Moleong (1991) dijelaskan bahwa wawancara
adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu, sedangkan dalam bahasa
Inggris wawancara adalah interview yang merupakan percakapan antara dua
orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara.
Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasidi mana sang
pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang
diwawancarai. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung
21

(face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan


mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Sesuai
dengan jenisnya, peneliti memakai jenis wawancara seperti yang dikatakan oleh
Faisol (1990) yaitu:
a. Wawancara Bebas
Pada wawancara ini, terjadi tanya jawab antara pewawancara dengan
responden, tetapi pewawancara menggunakan tujuan penelitian sebagai
pedoman. Kebaikan wawancara ini adalah responden tidak menyadari
sepenuhnya bahwa ia sedang diwawancarai.
b. Wawancara secara terang-terangan.
Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh informasi secara leluasa
dengan baik dan benar dari lawan bicara, karena berawal dari keterbukaan dan
keterus terangan bahwa peneliti menginginkan beberapa informasi dari
responden.

2. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-
fenomena yang diteliti, sedangkan menurut Arikunto (2000) observasi disebut
pula dengan pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu
objek dengan menggunakan alat indra. Observasi dilakukan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data yang sesuai dengan sifat penelitian karena mengadakan
pengamatan secara langsung atau disebut pengamatan terlibat, dimana penulis
juga menjadi instrumen atau alat dalam penelitian. Sehingga penulis harus
mencari data sendiri dengan terjun langsung atau mengamati dan mencari
langsung ke beberapa informan yang telah ditentukan sebagai sumber data. Pada
metode ini, penulis menjadi bagian dari setiap aktivitas yang ada dalam organisasi
sasaran. Sesuai pendapatnya Faisol (1990), dalam metode observasi ini peneliti
memilih beberapa jenis observasi : 1) Observasi Partisipatif adalah observasi
yang sekaligus melibatkan diri selaku orang dalam pada situasi tertentu. Hal ini
22

agar memudahkan peneliti memperoleh data atau informasi dengan mudah dan
leluasa. Akan tetapi pada situasi-situasi lain, peneliti berperan sebagai orang luar ,
hal ini untuk menjaga obyektifitas data yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada, karena tingkat kedalaman hasil observasi partisipatif ini
sangat bergantung pada kesempatan atau waktu peneliti dilapangan, 2) Observasi
terus terang dan tersamar pada kondisi-kondisi tertentu penulis perlu
menggunakan observasi secara terang-terangan, dengan menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian terlebih dahulu, agar mempermudah mendapatkan data yang
diinginkan.
Observasi menjadi penelitian ilmiah apabila :1) Mengacu kepada tujuan
dan sasaran penelitian yang dirumuskan, 2) Direncanakan secara sistematik, 3)
Dicatat dan dihubungkan secara sistematik dengan proposisi-proposisi lebih
umum 4) Dapat dicek dan dikontrol ketelitiannya (Mantra,2004).
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-
fenomena yang diteliti, observasi dilakukan oleh penulis untuk mengumpulkan
data yang sesuai dengan sifat penelitian karena mengadakan pengamatan secara
langsung atau disebut pengamatan terlibat, dimana penulis juga menjadi
instrumen atau alat dalam penelitian. Sehingga penulis harus mencari data sendiri
dengan terjun langsung atau mengamati dan mencari langsung ke beberapa
informan yang telah ditentukan sebagai sumber data. Pada metode ini, penulis
menjadi bagian dari setiap aktivitas yang ada dalam organisasi sasaran. Sesuai
pendapatnya Faisol (1990), dalam metode observasi ini peneliti memilih beberapa
jenis observasi antara lain :
a. Observasi terus terang dan tersamar
Observasi terus terang dan tersamar pada kondisi-kondisi tertentu penulis
perlu menggunakan observasi secara terang-terangan, dengan menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian terlebih dahulu, agar mempermudah
mendapatkan data yang diinginkan.
Observasi menjadi penelitian ilmiah apabila :
23

a) Mengacu kepada tujuan dan sasaran penelitian yang dirumuskan


b) Direncanakan secara sistematik
c) Dicatat dan dihubungkan secara sistematik dengan proposisi-proposisi
lebih umum
d) Dapat dicek dan dikontrol ketelitiannya (Mantra,2004).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode semi-pasrtisipan.
Teknik ini merupakan cara yang cukup baik untuk penelitian kualitatif yang
disebut juga pengamatan semi partisipan karena peneliti tidak mengikuti
kegiatan subyek secara keseluruhan sepanjang hari. Akan tetapi observasi
dilakukan secara informal dan formal untuk mengamati kegiatan subyek
selama berada di tahanan.

3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang
tertulis. Dokumentasi dapat dilakukan dengan cara, pedoman dokumentasi yang
memuat garis-garis besar atau katagori yang akan dicari datanya. Adapun
kelebihan metode dokumentasi adalah sebagai berikut:
a. Data yang diperoleh adalah nyata.
b. Bilamana data yang di peroleh melalui metode interview masih terdapat
ketidak jelasan maka dengan metode dekumentasi ini dapat disajikan dengan
jelas, tidak banyak memakan waktu dan biaya.
c. Dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Di samping kelebihan yang dimiliki, metode dokumentasi ini juga
mempunyai kelemahan yaitu terkadang data yang didapat kurang luas dan
relatif tetap. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik ini dengan
maksud dapat mengumpulkan data yang berkaitan dengan keseharian wanita
lesbian, mendapatkan pengalaman sebagai pengidap penyimpangan
disorientasi seksual.

E. Teknik Pengorganisasian dan Analisis Data


24

Dalam menganalisis data, peneliti melakukan coding dengan ketiga bentuknya.


Pertama open coding (pengkodean terbuka); dilakukan selama tahap pertama selama
pengumpulan data; mendapatkan tema; mennandai kode atau label awal dalam suatu
usaha pertama untuk memaparkan kumpulan data ke dalam kategori-kategori;
membaca perlahan catatan lapangan; sumber historis; mencari istilah kritis; peristiwa
penting; kemudian dicatat hingga temuan-temuan dapat disusun dalam sebuah tema.
Kedua, axial coding (pengkodean aksial); peneliti memulai dengan sejumlah kode
permulaan yang terorganisasi atau konsep permulaan; kode tambahan atau ide yang
baru bias muncul selama cara ini berlangsung dan peneliti mencatatnya; tugas
utamanya untuk meninjau kembali dan menguji kode permulaan; mengelompokkan
tema-tema yang sudah ada ke dalam sebuah kategori. Ketiga, selective coding
(Pengkodean Selektif); meliputi scanning data dan kode-kode sebelumnya; peneliti
mencari secara selektif kasus-kasus yang menggambarkan tema-tema dan membuat
perbandingan serta membedakan setelah sebagian besar pengumpulan data
diselesaikan; mengelompokkan ketegori-kategori tersebut ke dalam sebuah alur pikir
sehingga muncul teori baru. Selective coding terbagi dua macam yaitu selective
coding incklusive (bila data yang dibutuhkan masih kurang, maka terus mencari lagi)
dan selective coding exclusive (data yang sudah ada bisa saja dibuang bila dirasakan
kurang mengena) (Koentjoro, 2007).
Langkah-langkah analisis penelitian kualitatif bisa berbeda antara satu peneliti
dengan peneliti yang lain karena pengalaman berlangsungnya penelitian tidak sama.
Namun demikian, ada langkah-langkah umum dalam analisis penelitian kualitatif.
Langkah-langkah analisis data menurut Miles & Huberman (1994:12) (dalam
Ahmadi, 2014) sebagai berikut.

Data Collection

Data Display

Data Reduction
25

Conclusions:
drawing/verifying

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa analisis data kualitatif model Miles
& Huberman bersifat interaktif di mana antara satu tahapan dengan tahapan lain
saling terkait (berinteraksi). Ahli lain, Creswell (2012:237) mengetengahkan enam
tahap yang digunakan dalam menganalisis data kualitatif. Langkah-langkah ini
senantiasa terjadi secara berurutan, tetapi tahapan-tahapan itu menunjukkan persiapan
dan pengorganisasian data untuk analisis, keterlibatan dalam eksplorasi data awal
melalui proses pemberian kode data; menggunakan kode-kode itu untuk
mengembangkan gambar data yang lebih umum; deksripsi dan tema;
mempresentasikan hasil melalui narasi dan visual; membuat interpretasi makna hasil
itu dengan merefleksikan secara personal tentang dampak temuan dan literature yang
mungkin menginformasikan temuan-temuan; dan terakhir, melakukan strategi untuk
memvalidasi keakuratan temuan.
F. Teknik Pemantapan Kredibilitas Penelitian

Sebuah penelitian akan dilihat keabsahan datanya dengan mengetahui


begaimana reliabilitas dan validitas data penelitian. Menurut Hayes (2000) reliabilitas
kata lain dari konsistensi atau ketepatan. Validitas berarti menurut kenyataan atau
kejujuran (truthful). Dalam penelitian kualitatif, digunakan teknik-teknik seperti
observasi, partisipasi, wawancara, studi dokumentasi untuk mencatat atau mengamati
secara konsisten dan sesuai yang ada di lapangan penelitian.
Validitas atau dengan kata lain kredibilitas studi kualitatif terletak pada
keberhasilanya mencapai maksud mengekplorisasi masalah atau mendesripsikan
setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Deskripsi
mendalam yang menjelaskan kemajemukan (kompleksitas) aspek-aspek yang terkait
26

dan interaksi dari berbagai aspek menjadi salah satu ukuran kredibilitas penelitian
kualitatif (Poerwandari, 1998).
Untuk menilai keabsahan data penelitian ini, penenliti juga menggunakan
metode triangulasi. Triangulasi yang akan diaplikasikan pada penelitian ini,
diantaranya: triangulasi dengan sumber (membandingkan hasil pengamatan dengan
hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakannya ketika diwawancarai,
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan
apa yang dikatakan subjek sepanjang waktu), triangulasi dengan metode (pengecekan
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan kedua teknik pengumpulan
data yaitu observasi dan wawancara) (Moleong, 2008).
Menurut Moleong (1994), langkah-langkah analisis data kualitatif melalui 4
(empat) tahap yaitu : 1) Membaca, mempelajari dan mengolah data, 2) mengadakan
reduksi data dengan cara membuat abstraksi, 3) Menyusun data dalam satuan-satuan
kemudian dikatagorikan, 4) Melakukan bentuk pemeriasaan keabsahan data.
Seluruh data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara
kualitatif, yaitu diolah dalam bentuk deskritif melalui kutipan-kutipan langsung dari
jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan subyek selama dilaksanakannya proses
wawancara (Moleong, 1994).
Analisis penelitian didasarkan pada analisis terhadap informasi yang
dihasilkan dari proses wawancara dan observasi terhadap subyek penelitian.

Anda mungkin juga menyukai