Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

TENTANG PNEUMOTHORAKS di RUANG 23i

RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG

DI SUSUN OLEH:

DWI PRASTYO UTOMO

14.1.015

PRODI KEPERAWATAN POLTEKKES RS DR.SOEPRAOEN

TA. 2016 / 2017

JL.S.SUPRIADI NO.22 TELP(0341) 351275 MALANG

Website: http://poltekkes-soepraoen.ac.id
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMOTHORAKS

I. KONSEP TEORI PNEUMOTHORAKS


A. Pengertian Pneumotorak

Pneumotorax adalah adanya udara dalam rongga pleura. Pneumothorax dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma (British Thoracic Society 2003). Tension pneumothorax
disebabkan karena tekanan positif pada saat udara masuk ke pleura pada saat inspirasi.
Pneumothorax dapat menyebabkan cardiorespiratory distress dan cardiac arrest.
Pneumothorax ialah didapatkannya udara didalam kavum pleura (Hendra Arif, 2000).
Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Pada
keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, sehingga paru-paru dapat leluasa
mengembang terhadap rongga dada.
Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara atau gas dalam rongga pleura,
yaitu, di ruang potensial antara pleura viseral dan parietal paru. Hasilnya adalah kolapsnya
paru-paru pada sisi yang terkena. Udara bisa masuk ruang intrapleural melalui hubungan dari
dinding dada (yaitu trauma) atau melalui parenkim paru-paru di pleura visceral.

B. Klasifikasi Pneumotoraks

Berdasarkan penyebabnya Pneumotoraks diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:

1. Pneumotoraks spontan

Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada
penderita tidak ditemukan penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh
pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla.
Penyakit ini paling sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus, usia 20-40 tahun. Faktor
predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan penyakit yang sama.
Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnya
penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan).

2. Pneumothoraks Traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka
tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu
(misalnya torakosentesis).

3. Pneumotoraks karena tekanan


Terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru- paru
mengalami kollaps. Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi pemompaan darah oleh
jantung secara efektif sehingga terjadi syok.

C. ETIOLOGI PNEUMOTORAKS

 Paru-paru dan dinding dada keduanya elastis. Ketika Anda menarik napas dan
menghembuskan napas, paru-paru Anda sementara mengempis ke dalam ketika
dinding dada mengembang ke luar. Kedua kekuatan yang berlawanan membuat
tekanan negatif dalam ruang antara tulang rusuk dan paru-paru. Ketika udara masuk
ruang itu, baik dari dalam maupun di luar paru-paru, tekanan yang diberikan dapat
menyebabkan semua atau bagian dari paru-paru yang terkena kolaps.

Ada beberapa jenis pneumotoraks, didefinisikan menurut apa yang menyebabkan mereka:

1. Pneumotoraks spontan primer. Pneumotoraks spontan primer diperkirakan


berkembang ketika udara kecil menggelembung (lepuh) pada bagian atas paru-paru
yang pecah. Lepuh disebabkan oleh kelemahan dalam jaringan paru-paru dan dapat
pecah dari perubahan tekanan udara ketika Anda melakukan scuba diving, terbang,
memanjat gunung atau, menurut beberapa laporan, mendengarkan musik sangat keras.
Selain itu, seorang pneumotoraks spontan primer mungkin didapat ketika merokok
ganja, setelah napas dalam-dalam, diikuti oleh pernapasan lambat melawan menutup
sebagian bibir yang memaksa asap lebih dalam ke dalam paru-paru. Tapi yang paling
sering, gelembung pecah tanpa alasan yang jelas.

Faktor genetik mungkin memainkan peran dalam pneumotoraks spontan primer


karena kondisi ini dapat berjalan dalam keluarga. Sebuah pneumotoraks spontan
primer biasanya ringan karena tekanan dari bagian paru-paru yang kolaps mungkin
pada gilirannya menutup lepuh.

2. Pneumotoraks spontan sekunder. Ini berkembang pada orang yang sudah memiliki
kelainan paru-paru, terutama emphysema, yang semakin merusak paru-paru. Kondisi
lain yang dapat menyebabkan pneumotoraks spontan sekunder meliputi TBC,
pneumonia, cystic fibrosis dan kanker paru-paru. Dalam kasus ini, pneumotoraks
terjadi karena jaringan paru-paru berpenyakit ada di sebelah ruang pleura.

Pneumotoraks spontan sekunder dapat lebih parah dan bahkan mengancam jiwa
karena jaringan berpenyakit dapat membuka lubang yang lebih luas, sehingga
memungkinkan lebih banyak udara ke dalam rongga pleura yang lebih kecil,
gelembung pecah. Selain itu, orang-orang dengan penyakit paru-paru telah
mengurangi cadangan paru-paru, membuat setiap pengurangan fungsi paru-paru yang
lebih serius. Sebuah pneumotoraks spontan sekunder hampir selalu memerlukan
drainase selang dada untuk pengobatan.

3. Traumatic pneumotoraks. Setiap cedera tumpul atau tembus ke dada Anda dapat
menyebabkan paru kolaps. Pisau dan luka tembak, pukulan ke dada, bahkan kantong
udara mobil dapat menyebabkan pneumotoraks. Jadi dapat luka-luka yang tidak
sengaja terjadi selama prosedur medis tertentu, seperti pemasukan slang ke dada,
cardiopulmonary resusitasi (CPR), dan biopsi paru-paru atau hati.
4. Tension pneumotoraks. Jenis yang paling serius dari pneumotoraks, hal ini terjadi
ketika tekanan di dalam rongga pleura lebih besar daripada tekanan atmosfer, entah
karena udara menjadi terperangkap di dalam rongga pleura atau karena udara masuk
adalah dari tekanan positif ventilator mekanis. Kekuatan udara dapat menyebabkan
paru-paru yang terkena runtuh sepenuhnya. Dapat juga dorongan Jantung menuju
uncollapsed paru-paru, menekanan keduanya. Ketegangan pneumotoraks datang tiba-
tiba, berkembang dengan cepat dan mematikan jika tidak ditangani dengan cepat.

D. PATOFISIOLOGI PNEUMOTORAKS

Alveoli disangga oleh kapiler yang mempunyai dinding lemah dan mudah robek,
apabial alveoli tersebut melebar dan tekanan didalam alveoli meningkat maka udara masuk
dengan mudah menuju kejaringan peribronkovaskuler gerakan nafas yang kuat, infeksi dan
obstruksi endrobronkial merupakan beberapa faktor presipitasi yang memudahkan terjadinya
robekan selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat mengoyak jaringan fibrotik
peribronkovaskuler robekan pleura kearah yang berlawanan dengan tilus akan menimbulkan
pneumothoraks, sedangkan robekan yang mengarah ke tilus dapat menimbulkan
pneumomediastinum dari mediastinum udara mencari jalan menuju ke atas, ke arah
leher. Diantara organ – organ medistinum terdapat jairngan ikat yang longgar sehingga
mudah ditembus oleh udara . Dari leher udar menyebar merata di bawah kulit leher dan dada
yang akhirnya menimbulkan emfisema sub kutis yang dapat meluas ke arah perut hingga
mencapai skretum.

E. PATOFISIOLOGI

Trauma dada

Robekan pleura

Terbukanya dinding dada

Aliran udara ke rongga pleura meningkat

Tekanan di rongga pleura lebih tinggi dari pada di atmosfer

Terjadi kollaps paru

Kompensasi untuk memenuhi oksigen ke seluruh tubuh berkurang

Jantung bekerja lebih cepat

Takikardi

Napas menjadi pendek dan cepat


F. PATHWAY

Pecahnya blebs Trauma / cedera Luka tembus dada IntervensiMedis


medis

Pneumathoraks spontan, traumatic, iatrogenik

Udara masuk ke dalam Sucking chest wound Pergeseran Mediastinum


kavum pleura

hipoksia
Penyumbatan aliran vena
Meningkatkan tekanan
kava superior dan inferior
intra pleura
Kehilangan kesadaran

Mengurangi Cardiac Preload


Kemampuan dilatasi
koma
alveoli menurun

Menurunkan cardiac output


atelektasis Intoleransi aktivitas

Hambatan Mobilitas Fisik


Sesak napas
kematian

Pola Napas tidak efektif


Nafsu makan Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas menurun
Napas tidak efektif
Gangguan pola tidur
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
G. MANIFESTASI KLINIS
1. Sesak napas
2. Dada terasa sempit
3. Gelisah
4. Keringat dingin
5. Sianosis
6. Tampak sisi yang terserang menonjol dan tertinggal dalam pernapasan
7. Perkusi hipersonor
8. Pergeseran mediastinum ke sisi sehat
9. Pola napas melemah pada bagian yang terkena
10. Suara amforik
11. Saat diperkusi terdengar hiperosa
12. Nyeri pleura
13. Hipotensi
14. Pemeriksaan radiologi
15. AGD : ↓ CO2, ↓ PO2, ↑ PCO2, ↑ pH

H. KOMPLIKASI
1) Iga : Fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
2) Pleura, paru-paru, bronkhi : Hemopneumothoraks – emfisema pembedahan.
3) Jantung : Tamponade jantung, rupture jantung, rupturototpapilar, ruptur klep jantung.
4) Pembuluhdarahbesar:Hematothoraks.
5) Esofagus:Mediastinitis.
6) Diafragma : Herniasivisera dan permukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson,
1990).

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Foto Thoraks
 Laboratorium : AGD → hipoksia
 EKG
 Radiologi
J. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN DAN MEDIS

1. Tindakan medis
Tindakan observasi, yaitu dengan mengukur tekanan intra pleura menghisap udara dan
mengembangkan paru. Tindakan ini terutama ditunjukan pada pneumothoraks tertutup atau
terbuka,sedangkan untuk pneumothoraks ventil tindakan utama yang harus dilakukan
dekompresi tehadap tekanan intra pleura yang tinggi tersebut yaitu dengan membuat
hubungan udara ke luar.

2. Tindakan dekompresi
Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar dengan cara :

a. Menusukan jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga pleura dengan
demikian tekanan udara yang positif dirongga pleura akan berubah menjadi negatif
kerena udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif karena
udara yang keluar melalui jarum tersebut.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ven il.

Dapat memakai infus set khususnya niddle


Jarum abbocath
Pipa WSD ( Water Sealed Drainage )
Pipa khusus ( thoraks kateter ) steril, dimasukan kerongga pleura dengan
perantara thoakar atau dengan bantuan klem penjepit ( pean ). Pemasukan pipa
plastik( thoraks kateter ) dapat juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan
insisi kulit dari sela iga ke 4 pada baris aksila tengah atau pada garis aksila belakang.
Swelain itu data pula melalui sela iga ke 2 dari garis klavikula tengah. Selanjutnya
ujung sela plastik didada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik
lainya,posisi ujung pipa kaca yang berada dibotol sebaiknya berada 2 cm
dibawahpermukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui
tekanan tersebut.
Penghisapan terus – menerus ( continous suction ).
Penghisapan dilakukan terus – menerus apabial tekanan intra pleura tetap
positif, penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10 – 20
cm H2O dengan tujuan agar paru cepat mengembang dan segera teryjadi perlekatan
antara pleura viseralis dan pleura parentalis. Apabila paru telah mengembang
maksimal dan tekanan intrapleura sudah negative lagi, drain drain dapat dicabut,
sebelum dicabut drain ditutup dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila
paru tetap mengembang penuh, maka drain dicabut.
3. Tindakan bedah

a. Dengan pembukaan dinding thoraks melalui operasi, dan dicari lubang yang
menyebabkan pneumothoraks dan dijahit.
b. Pada pembedahan, apabila dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru
tidak dapat mengembang, maka dilakukan pengelupasan atau dekortisasi.
c. Dilakukan reseksi bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau ada fistel dari
paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat dipertahankan
kembali.
d. Pilihan terakhir dilakukan pleurodesis dan perlekatan antara kedua pleura ditempat
fistel.
 Pengobatan tambahan :
Apabila terdapat proses lai diparu, maka pengobatan tambahan ditujukan terhadap
penyebabnya ;
a. Terhadap proses tuberkolosis paru, diberi obat anti tuberkolosis.
b. Untuk mencegah obstipasi dan memperlancar defekasi, penderita diberi
laksan ringan ringan, dengan tujuan supaya saat defekasi, penderita tidak
dapat perlu mengejan terlalu keras.
c. Istirahat total
d. Penderita dilarang melakukan kerja keras ( mengangkat barang berat ), batuk,
bersin terlalu keras, mengejan.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN FOKUS
a. DEMOGRAFI (Biodata pasien) yang meliputi :
1) Identitas pasien
a) Nama
b) Umur
c) Jenis Kelamin
d) Agama
e) Status perkawinan
f) Pendidikan
g) Pekerjaan
h) Tanggal Masuk
i) No. Register
j) Diagnosa medis
2) Penanggung jawab
a) Nama
b) Umur
c) Jenis Kelamin
d) Pendidikan
e) Pekerjaan
f) Hubungan dengan pasien

2. RIWAYAT KESEHATAN
1) Riwayat penyakit saat ini
Keluhan sesak napas sering kali dating mendadak dan semakin lama semakin berat.
Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan, dan terasa lebih nyeri pada
gerakan pernapasan. Melakukan pengkajian apakah da riwayat trauma yang mengenai rongga
dada seperti peluru yang menembus dada dan paru, ledakan yang menyebabkan tekanan
dalam paru meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul didada
atau tusukan benda tajam langsung menembus pleura.
2) Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB paru dimana sering
terjadi pada pneumothoraks spontan.
3) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
mungkin menyebabkan pneumothoraks seperti kanker paru, asma, TB paru, dan lain-lain.

3. DATA FOKUS TERKAIT PERUBAHAN FUNGSI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1) Aktivitas/Istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktivitas atau istirahat.
2) Sirkulasi
Tanda :
 Takikardia.
 Frekuensi tak teratur/disritmia.
 Irama jantung gallop (gagal jantung sekunder terhadap effusi).
 Tanda Homman.
 TD: hipertensi/ hipotensi.
 DVJ
3) Integritas Ego
Tanda : Ketakutan, gelisah.
4) Makanan/Cairan
Tanda : Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus tekanan.
5) Nyeri/kenyamanan
Gejala :
 Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk.
 Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan (pneumothorak spontan).
 Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar
ke leher, bahu, abdomen (efusi pleural).
Tanda :
 Berhati-hati pada area yang sakit.
 Perilaku distraksi.
 Mengkerutkan wajah.
6) Pernapasan
Gejala :
 Kesulitan bernapas, lapar napas.
 Batuk (mungkin gejala yang ada).
 Riwayat bedah dada/trauma : penyakit paru kronis, inflamasi/infeksi paru
(empiema/effusi), penyakit interstisial menyebar (sarkoidosis), keganasan.
 Pneumothorak spontan sebelumnya.
Tanda :
a. Pernapasan:peningkatan frekuensi/takipnea.
b. Peningkatan kerja napas, penggonaan otot aksesori pernapasan pada dada dan leher,
retraksi interkotal, ekspirasi abdominal kuat.
c. Bunyi napas menurun atau tidak ada.
d. Fremitus menurun.
e. Perkusi dada: Hiperresonan diatas area terisi udara (pneumothorak), bunyi pekak
diatas area yang terisi cairan (hemotoraks).
f. Observasi dan palpasi dada: Gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau
kemps, penurunan pengembangan thoraks (area yang sakit).
g. Kulit: Pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan.
h. Mental: Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
i. Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif/terapi PEEP.

7) Keamanan
Gejala : - Adanya trauma dada.
- Radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
8) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : - Riwayat faktor resiko keluarga; tuberculosis, kanker.
- Adanya bedah intratorakal/biopsi paru.
- Bukti kegagalan membaik

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan denagan menurunnya ekspansi
paru sekunder terhadap peningkatan tekanan dalam rongga pleura.
2) Resiko tinggi trauma pernapasan berhubungan dengan pemasangan WSD.
3) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi.

5. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL


1. Dx: Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan denagan menurunnya ekspansi
paru sekunder terhadap peningkatan tekanan dalam rongga pleura.
Intervensi Keperawatan Rasional
Identifikasi faktor penyebab kolaps Memahami penyebab dari kolaps paru
spontan, trauma keganasan, infeksi sangat penting untuk mempersiapkan WSD
komplikasi mekanik pernapasan. pada pneumothoraks dan menentukan
untuk intervensi lainnya.
Kaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan
pernapasan, laporkan setiap perubahan kedalaman pernapasan, kita dapat
yang terjadi mengetahui sejauh mana perubahan kondisi
klien.
Observasi tanda-tanda vital Peningkatan RR dan takikardi merupakan
indikasi adanya penurunan fungsi paru.

2. Dx: Resiko tinggi trauma pernapasan berhubungan dengan pemasangan WSD.


Intervensi Keperawatan Rasional
Perhatikan undulasi pada selang WSD Perawat harus yakin apa yang menjadi
penyebab, segera periksa kondisi system
drainase, dan amati tanda-tanda kesulitan
bernapas.
Anjurkan pasien memegang selang bila Menghindari tarikan spontan peda selang
ingin mengubah posisis yang menpunyai resiko tercabutnya selang
dari rongga dada.
Beri penjelasan pada klien tentang Meningkatakan sikap kooperatif klien dan
perawatan WSD mengurangi resiko trauma pernapasan.
Bantu dan ajarkan klien untuk melakukan Menekan darah yang nyeri ketika batuk
batuk dan napas dalam yang efektif. atau napas dalam.

3.Dx: Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi.

Intervensi Rasional
Kaji patologi masalah individu Informasi penurunan takut karena
ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan dasar
untuk pemahaman kondisi dinamik dan
pentingnya intervensi terapeutik.
Identifikasi kemungkinan kambuh/ komplikasi Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat
jangka panjang. dan keganasan dapat meningkatkan insiden
kambuh.
Kaji ulang tanda/ gejala yang memerlukan Berulangnya pneumothorak/ hemotorak
evaluasi medic cepat, contoh nyeri dada tiba- memerlukan intervensi medik untuk
tiba, dispnea, pernapasan lanjut. mencegah/ menurunkan potensial komplikasi.
Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, contoh Mempertahankan kesehatan umum
nutrisi baik, istirahat, latihan. meningkatkan penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan akan ketahanan


nyeri.
Intervensi Rasional
Tingkatkan tirah baring atau duduk, jaga Meningkatkan istirahat dan ketenangan
lingkungan tenang
Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi Melatih pasien dalam mobilisasi akibat tirah
baring lama menurunkan kemampuan
Bantu pasien dalam gerakan ROM Memfasilitasi pasien dalam meregangkan sendi
pasif/aktif pasien

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

Intervensi Rasional
Awasi perawatan diet. Beri makan sedikit Menunjang pasien karena ketidakmampuan
tapi sering makan banyak sulit untuk mengatur bila
pasien anorexia
Berikan perawatan mulut sebelum makan Memfasilitasi pasien terhadap rasa tidak
enak, meningkatkan nafsu makan
Kaji pola makan pasien Menganalisa dan megumpulkan data guna
terapi nutrisi pasien selanjutnya.
Kaji makanan yang dihabuskan oleh pasien Menganalisa peningkatan nafsu makan
pasien setiap harinya
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian Menunjang pasien dalam proses kesembuhan
diet sesuai kebutuhan pasien pasien
Daftar Pustaka

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif.2008.AsuhanKeperawatan pada klien dangan gangguan system pernapasan.
Jakarta:Salemba Medika.
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai