Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasoinal Kimia dan Pembelajarannya 2017

Jurusan Kimia FMIPA UM


5 November 2017

Pinta Nisa Fitri, dkk_Pembelajaran Kimia

Upaya Mencegah Miskonsepsi Materi Stoikiometri


dengan Strategi Pembelajaran Problem Solving
pada Siswa Kelas X MIA SMA Negeri 1 Lawang

Pinta Nisa Fitri, Endang Budiasih, Dedek Sukarianingsih Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas
Negeri Malang Jalan Semarang 5, Malang 65145 e-mail: endang.budiasih.fmipa@um.ac.id

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan


strategi pembelajaran Problem Solving terhadap hasil belajar kognitif
sebagai upaya mencegah miskonsepsi siswa pada materi stoikiometri.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental semu
(Quasy Experimental Design) dengan posttest only control group design.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Lawang
semester genap tahun ajaran 2016/2017, terdiri dari 7 kelas MIA. Sampel
yang terpilih adalah kelas X MIA 5 sebagai kelas kontrol dan kelas X
MIA 6 sebagai kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data
menggunakan soal pilihan ganda three-tier yang diadopsi dari penelitian
Aini (2014). Uji coba ulang soal diperoleh hasil 30 soal valid, rata-rata
taraf kesukaran sebesar 0,35 dengan kriteria sedang, rata-rata daya beda
sebesar 0,41 dengan kriteria baik, dan nilai reliabilitas sebesar 0,735
dengan kriteria tinggi. Analisis data penelitian ini menggunakan teknik
persentase miskonsepsi dari hasil belajar kognitif siswa pada materi
stoikiometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase
siswa yang mengalami miskonsepsi materi stoikiometri dengan
pembelajaran strategi Problem Solving lebih sedikit (2,86%) daripada
siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional (7,22%).
Hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan dengan strategi Problem
Solving (83,26) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional (76,67). Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa upaya mencegah miskonsepsi siswa dapat dilakukan
dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Solving.

Kata kunci: problem solving, stoikiometri, miskonsepsi

Abstract: This study aims to determine the effect of using Problem


Solving teaching strategy on cognitive learning outcomes as an effort to
prevent student misconception on stoichiometry material. This research
used quasy experimental design with post-test only control group design.
The population of this research were the students of class X MIA at SMA
Negeri 1 Lawang in even semester of academic year 2016/2017, to consist
of 7 MIA class. The selected sample was class X MIA 5 as control class
and class X MIA 6 as experiment class. Data collection technique used
was three-tier adopted from the study conducted by Aini (2014). From the
re-test of the questions, there were 30 valid questions, the average level of
difficulty amounted to 0,35 with moderate criteria, discriminating power
amounted to 0,41 with good criteria, and reliability value amounted to
0,735 with high criteria. Data analysis of this research used misconception
percentage technique of cognitive learning outcomes of students on
stoichiometric material. The results show that the average percentage of
students who experienced

Penguatan Riset Kimia dan Pembelajaran Kimia untuk Mendukung Produktivitas Kinerja Anak Bangsa | 529
Prosiding Seminar Nasoinal Kimia dan Pembelajarannya 2017
Jurusan Kimia FMIPA UM
5 November 2017

misconception on stoichiometric material with Problem Solving learning


strategy was less (2.86%) than the percentage of students taught by
conventional learning strategy (7.22%). Students' cognitive learning
outcomes with Problem Solving learning strategy (83.26) were higher
than those taught by conventional learning (76.67). Therefore, it could be
concluded that preventing students' misconception could be done by using
Problem Solving learning strategy.

Keywords: problem solving, stoichiometry, misconception

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan tujuan utama dari seluruh


aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa. Proses pembelajaran yang diinginkan
adalah sebuah proses yang mampu menciptakan ketertarikan dalam diri siswa untuk
memahami materi yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran yang dilakukan di
sekolah bukan hanya suatu proses mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa,
melainkan suatu proses membangun konsep-konsep atau gagasan-gagasan siswa
dengan mengkaitkan atau menghubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning) dengan
strategi pembelajaran yang inovatif dan konseling secara efektif, dapat menciptakan
siswa yang aktif berfikir selama proses pembelajaran.
Kimia merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan sangat essensial.
Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang memberikan bekal
pengetahuan yang akan dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Kean & Middlecamp (1985:5-8) mengemukakan bahwa karakteristik ilmu kimia
antara lain sebagian besar konsep kimia bersifat abstrak, konsep-konsep kimia
pada umumnya merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya, dan konsep
kimia saling berkaitan dan berurutan. Mengajarkan ilmu kimia harus jelas
sekuensinya (berurutan), keluasannya, dan kedalamannya, agar tidak
menimbulkan kesalahan konsep atau miskonsepsi. Kesulitan siswa memahami
konsep-konsep kimia akan menyebabkan pemahaman yang salah dan jika terjadi
secara terus-menerus maka dikatakan terjadi kesalahan konsep pada diri siswa
(kesalahan konseptual) (Istiqomah, 2013).
Stoikiometri merupakan materi dasar kimia yang membutuhkan
kecerdasan matematik dan kemampuan analisis. Materi stoikiometri memerlukan
pemahaman konsep materi sebelumnya dan menjadi dasar bagi konsep materi
lanjutan. Siswa sering mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal
perhitungan kimia. Hal ini mengakibatkan konsep tersebut menjadi konsep sukar
bagi siswa yang terjadi secara terus-menerus (konsisten) dan dapat mengakibatkan
siswa mengalami miskonsepsi. Berbagai penelitian sebelumnya menyebutkan
pembelajaran yang selama ini terjadi di sekolah masih sering terpusat pada guru
(teacher centered learning). Pembelajaran yang terpusat pada guru menyebabkan
siswa mengalami kejenuhan, kurang minat dalam pembelajaran, dan pasif,
sehingga hasil belajar kognitif siswa tidak mencapai KKM.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indah (2013); Wahyuni (2010),
Roikah (2013), Winarni dkk. (2013) menyebutkan beberapa miskonsepsi siswa pada
materi stoikiometri. Aini (2014) dalam penelitian mengenai identifikasi

Penguatan Riset Kimia dan Pembelajaran Kimia untuk Mendukung Produktivitas Kinerja Anak Bangsa | 530
Prosiding Seminar Nasoinal Kimia dan Pembelajarannya 2017
Jurusan Kimia FMIPA UM
5 November 2017

miskonsepsi siswa pada materi stoikiometri menyatakan bahwa, terdapat 14


miskonsepsi antara lain: (1)logam tersusun atas unsur-unsurnya, (2)jumlah ion
total dalam 1 mol senyawa ionik sama dengan bilangan Avogadro, (3)senyawa
ionik tersusun atas molekul, (4)untuk mengkonversikan jumlah mol zat menjadi
massa digunakan Mr, (5)untuk mengkonversikan jumlah mol zat menjadi massa
digunakan Ar, (6)Mr dan Ar memiliki satuan karena menyatakan massa zat dalam
tiap mol, (7)rumus molekul dapat ditentukan dengan perbandingan massa atom
penyusunnya, (8)dalam persenyawaan Na dengan golongan halida, semakin besar
Mr senyawa maka semakin besar persen komposisi Na, (9)pada tekanan dan suhu
tertentu, zat dengan volume yang sama akan memiliki massa yang sama,
(10)jumlah mol produk tergantung pada reaktan dengan jumlah mol terkecil,
(11)massa produk merupakan hasil penjumlahan massa reaktan, (12)massa
sebanding dengan koefisien reaksi, (13)jika reaktan memiliki jumlah mol yang
sama maka pereaksi pembatas merupakan reaktan dengan koefisien terkecil, dan
(14)pereaksi pembatas merupakan reaktan dengan massa terkecil.
Banyak upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi miskonsepsi pada
siswa, salah satunya adalah pemilihan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran
yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik materi kimia tersebut. Karakteristik
materi stoikiometri cenderung bersifat konseptual dan algoritmik. Pemahaman
konseptual dan algoritmik sangat menentukan kemampuan memecahkan masalah.
BouJaoude & Barakat (2003) menyatakan bahwa keberhasilan siswa dalam
memecahkan masalah kimia hanya mungkin jika siswa mempunyai pemahaman
konseptual dan algoritmik yang cukup. Terkait dengan penggunaan strategi
pembelajaran yang sesuai, maka pembelajaran dengan strategi Problem Solving
sesuai dengan karakteristik materi stoikiometri. Problem Solving merupakan salah
satu dari kelompok pembelajaran berbasis masalah dimana guru membantu siswa
untuk belajar memecahkan masalah melalui pengalaman-pengalaman pembelajaran
(Ernawati, dkk., 2015). Strategi Problem Solving ini, siswa menjadi terlibat aktif
dalam mengeksplor situasi baru, berpikir untuk menjawab pertanyaan dan
memecahkan masalah yang realistik. Polya (1973: 5-6) menyatakan bahwa terdapat
empat langkah dalam strategi Problem Solving yaitu: (1)memahami masalah,
(2)merencanakan pemecahan masalah, (3)menyelesaikan masalah sesuai rencana,
dan (4)memeriksa kembali hasil pemecahan masalah.
Penelitian yang dilakukan Carolin dkk. (2015:52); Damayanti dkk. (2014);
Hartantia dkk. (2013); Wijayanti dkk. (2015) menyebutkan bahwa strategi
Problem Solving dapat meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar siswa. Oleh
karena itu, strategi pembelajaran Problem Solving dirasa cocok untuk mencegah
ataupun memperbaiki miskonsepsi siswa berbasis hasil belajar kognitif termasuk
kemampuan menalar/berpikir logis yang tinggi.

METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental semu
(Quasy Experimental Design) dengan posttest only control group design. Populasi
penelitian ini adalah siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Lawang semester genap

Penguatan Riset Kimia dan Pembelajaran Kimia untuk Mendukung Produktivitas Kinerja Anak Bangsa | 531
Prosiding Seminar Nasoinal Kimia dan Pembelajarannya 2017
Jurusan Kimia FMIPA UM
5 November 2017

tahun ajaran 2016/2017. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random


sampling dengan undian sebanyak 2 kali. Sampel yang terpilih adalah kelas X MIA 5
sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional dengan
jumlah siswa sebanyak 36 siswa, dan kelas X MIA 6 sebagai kelas eksperimen yang
dibelajarkan dengan strategi pembelajaran Problem Solving dengan jumlah siswa
sebanyak 35 siswa. Kedua kelas tersebut mempunyai kemampuan awal yang sama,
yang dibuktikan dengan uji kesamaan dua rata-rata dari kemampuan awal pada nilai
hasil belajar kognitif materi redoks. Teknik pengumpulan data menggunakan soal
pilihan ganda three-tier yang diadopsi dari penelitian Aini (2014). Uji coba ulang soal
diperoleh hasil 30 soal valid, rata-rata taraf kesukaran sebesar 0,35 dengan kriteria
sedang, rata-rata daya beda sebesar 0,41 dengan kriteria baik, dan nilai reliabilitas
sebesar 0,735 dengan kriteria tinggi. Analisis data penelitian ini menggunakan teknik
persentase miskonsepsi dari hasil belajar kognitif siswa pada materi stoikiometri. Uji
hipotesis menggunakan uji-t. Two-sample assuming equal variances satu pihak
sebagai data tambahan untuk mengetahui apakah hasil belajar kognitif siswa yang
dibelajarkan dengan strategi pembelajaran Problem Solving lebih tinggi daripada hasil
belajar kognitif siswa yang dibelajarkan menggunakan strategi konvensional, yang
sebelumnya telah dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.

HASIL
Hasil belajar kognitif siswa materi stoikiometri dianalisis untuk
menghitung persentase miskonsepsi siswa pasa kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Perbandingan jumlah dan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan Jumlah dan Persentase Siswa yang Mengalami Miskonsepsi pada
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
Jawaban Siswa Skala Tingkat
Tipe Eksperimen Kontrol
Keyakinan (Tier 3)
Tier 1 Tier 2 No Siswa Persen No Siswa Persen
Yakin / Sangat 7, 18, 34, 3, 8, 27, 22,22
I Benar Salah 24, 7, 21, 30 11,43%
Yakin 28, 9 %
Yakin / Sangat 16,67
II Salah Salah 24, 7, 25, 30 11,43% 20, 5, 7, 18, 34, 9
Yakin %
7, 18, 34, 3, 8, 27,
24, 7, 21, 25, 36,11
Jumlah 14,28% 28, 9, 20, 5, 7, 34,
30 %
9

Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase siswa yang mengalami


miskonsepsi pada kelas ekperimen sebesar 14,28% dan pada kelas kontrol sebesar
38,90%. Data rata-rata persentase miskonsepsi siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2.

Penguatan Riset Kimia dan Pembelajaran Kimia untuk Mendukung Produktivitas Kinerja Anak Bangsa | 532
Prosiding Seminar Nasoinal Kimia dan Pembelajarannya 2017
Jurusan Kimia FMIPA UM
5 November 2017

Tabel 2. Rata-rata Persentase Miskonsepsi Siswa Materi Stoikiometri pada


Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
Eksperimen Kontrol
Sub materi
Banyak Banyak
No Siswa Persen No Siswa Persen
Siswa Siswa
Ar dan Mr - - - 2 20, 7 5,56%
Konsep Mol 1 24 2,86% 4 5, 7, 18, 34 11,11%
Persen Massa 3 7, 21, 25 8,57% 4 3, 8, 9, 27 11,11%
Rumus Empiris dan - - - 1 28 2,78%
Rumus Molekul
Pereaksi Pembatas 1 30 2,86% 2 9, 34 5,56%
Jumlah 5 14,28% 13 36,11%
Rata-rata 2,86% Rata-rata 7,22%

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata persentase miskonsepsi siswa pada


kelas ekperimen sebesar 2,86% dan rata-rata persentase miskonsepsi siswa pada
kelas kontrol sebesar 7,22%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata
miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih sedikit daripada kelas kontrol, karena
pada siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran Problem Solving
bersifat konstruktivistik, yakni pembelajaran terpusat pada siswa.

PEMBAHASAN
Penggunaan strategi pembelajaran Problem Solving sesuai dengan
karakteristik materi stoikiometri yang bersifat konseptual dan algoritmik.
Pembelajaran dengan menggunakan strategi Problem Solving dapat mencegah
miskonsepsi pada siswa, karena siswa dapat memiliki kebiasaan dalam
memecahkan setiap permasalahan yang dihadapinya dengan baik dan benar serta
mampu menghubungkan antar konsep yang dimiliki. Strategi pembelajaran
Problem Solving juga menekankan agar pembelajaran memberikan kemampuan
bagaimana memecahkan masalah-masalah secara objektif dan tahu benar apa yang
dihadapi. Siswa harus mampu mengidentifikasi masalah tersebut, yaitu apa
masalahnya, dari mana masalah itu, bagaimana memecahkan masalah itu, dan
untuk apa masalah itu dipecahkan. Hal serupa juga dikemukakan oleh BouJaoude
& Barakat (2003) bahwa penggunaan strategi Problem Solving dapat membantu
siswa memahami konsep kimia, sehingga pembelajaran kimia menjadi bermakna.
Langkah pertama dalam Problem Solving siswa diminta memahami masalah
sampai tujuan dari masalah tersebut dapat teridentifikasi. Siswa belajar menemukan
masalah sendiri, sehingga siswa diajarkan mandiri untuk memahami permasalahan
yang ditemukan, selain itu siswa diminta pula menemukan maksud atau tujuan dari
masalah yang teridentifikasi. Siswa juga dapat menemukan hal-hal apa saja yang
menjadi kunci dari permasalahan seperti menemukan unsur-unsur yang penting dan
data-data pendukung. Langkah kedua, siswa diminta menemukan cara, solusi atau
pendekatan untuk memecahkan permasalahan yang ditemukan sebelumnya. Siswa
bebas menggunakan cara apapun dalam penyelesaian masalahnya untuk
menyelesaikan masalah. Dalam menentukan solusi menyelesaikan masalah, siswa
dapat dengan membaca sumber-sumber materi di luar buku teks. Langkah ketiga,
siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang ditemukan dengan cara, solusi atau
pendekatan yang telah disusun sebelumnya.

Penguatan Riset Kimia dan Pembelajaran Kimia untuk Mendukung Produktivitas Kinerja Anak Bangsa | 533
Prosiding Seminar Nasoinal Kimia dan Pembelajarannya 2017
Jurusan Kimia FMIPA UM
5 November 2017

Langkah yang terakhir, siswa mengevaluasi hasil yang didapat. Siswa mengoreksi
setiap penyelesaian apakah masuk akal atau tidak, apakah sesuai teori atau tidak.
Langkah ini dapat membantu siswa mengidentifikasi konsep yang berhubungan
dengan masalah, siswa juga dapat membuat kesimpulan dari masalah yang ada
hingga menemukan tujuan dari masalah tersebut sampai menemukan cara untuk
menyelesaikan sebuah permasalahan, sehingga strategi Problem Solving dapat
membantu siswa dalam pembelajaran, karena siswa mampu menemukan masalah
yang ada dengan mandiri hingga menemukan cara yang tepat dalam
penyelesaiannya dengan cara yang lebih sistematis. Siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional lebih pasif dibandingkan siswa yang
dibelajarkan dengan strategi pembelajaran Problem Solving, karena siswa hanya
mendengarkan guru saat menjelaskan.

SIMPULAN DAN SARAN


Rata-rata persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada
pembelajaran dengan strategi Problem Solving (2,86%) lebih sedikit daripada
siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional (7,22%). Hasil belajar
kognitif siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran Problem Solving
(83,26) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional (76,67).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan strategi pembelajaran Problem Solving lebih tinggi
dibandingkan dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada
materi stoikiometri, sehingga diharapkan Guru bisa mencoba menerapkan strategi
pembelajaran Problem Solving pada materi lain yang memiliki karakteristik
materi yang hampir sama dengan materi stoikiometri. Penggunaan instrumen soal
ulangan harian menggunakan soal pilihan ganda three-tier dapat membantu Guru
untuk mengetahui apakah siswa mengalami miskonsepsi atau tidak, sehingga
diharapkan instrumen soal yang seperti ini diterapkan pada materi lain untuk
menemukan miskonsepsi pada siswa.

DAFTAR RUJUKAN
Aini, R.G. 2014. Identifikasi Miskonsepsi dalam Materi Stoikiometri pada
Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Malang melalui Soal Diagnostik Three-
Tier. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Malang.

BouJaoude, S. & Barakat H. 2003. Students' Problem Solving Strategies in


Stoichiometry and their Relationships to Conceptual Understanding and
Learning Approaches. Electronic Journal of Science Education, 7(3).

Carolin, Y., Saputro, S., & Saputro A.N.C. 2015. Penerapan Metode
Pembelajaran Problem Solving dilengkapi LKS untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Prestasi Belajar pada Materi Hukum Dasar Kimia Siswa

Penguatan Riset Kimia dan Pembelajaran Kimia untuk Mendukung Produktivitas Kinerja Anak Bangsa | 534
Prosiding Seminar Nasoinal Kimia dan Pembelajarannya 2017
Jurusan Kimia FMIPA UM
5 November 2017

Kelas X MIA 1 SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali Tahun


Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Kimia, 4(4): 46-53.

Damayanti, D.R., Saputro, A.N.C., & Yamtinah, S. 2014. Upaya Peningkatan


Kreativitas dan Prestasi Belajar melalui Penerapan Model Pembelajaran
Problem Solving disertai Hierarki Konsep pada Materi Hidrolisis Garam
Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun
Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia, 3(4): 118-125.

Ernawati, D., Ashadi, A. & Utami, B. 2015. Upaya Peningkatan Prestasi


Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIA 7 dengan
Menggunakan Metode Pembelajaran Problem Solving pada Materi
Stoikiometri di SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015.
Jurnal Pendidikan Kimia, 4(4): 17-26.

Hartantia, R.M., Hayus, E.S.V., & Saputro, A.N.C. 2013. Penerapan Model
Creative Problem Solving (CPS) untuk Meningkatkan Minat dan Hasil
Belajar Kimia pada Materi Pokok Termokimia Siswa Kelas XI IA2
SMA Negeri Colomadu Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan
Kimia, 2(2): 100-109.

Istiqomah. 2013. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa pada Materi Stoikiometri


dan Upaya Mengatasinya dengan Pembelajaran Problem Solving
Kontekstual di SMA Negeri 1 Talun Blitar. Tesis tidak diterbitkan.
Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Kean, E. & Middlecamp, K. 1985. A Survival Manual for General


Chemistry (Panduan Belajar Kimia Dasar). Penerjemah: Dr. A.
Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Gramedia.

Indah, K. 2013. Menggali Pemahaman Konsep Siswa Madrasah Aliyah


tentang Stoikiometri dengan Menggunakan Instrumen Diagnostik Two-
Tier. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Malang.

Polya, G. 1973. How to Solve it. New Jersey: Princeston University Press.

Roikah, R. 2013. Identifikasi Persepsi Konsep Sukar dan Kesalahan Konsep


Mol dan Tetapan Avogadro pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2
Malang Tahun Ajaran 2012-2013. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.

Wahyuni, E. 2010. Identifikasi Konsep Sukar dan Salah Konsep dalam Pokok
Bahasan Perhitungan Kimia pada Siswa SMA Negeri 8 Malang. Skripsi
tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri
Malang.

Wijayanti, N.S., Haryono, & Saputro, A.N.C. 2015. Penerapan Pembelajaran


Problem Solving untuk Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar

Penguatan Riset Kimia dan Pembelajaran Kimia untuk Mendukung Produktivitas Kinerja Anak Bangsa | 535
Prosiding Seminar Nasoinal Kimia dan Pembelajarannya 2017
Jurusan Kimia FMIPA UM
5 November 2017

pada Materi Pokok Larutan Penyangga Siswa Kelas XI MIA 3


Semester Genap SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.
Jurnal Pendidikan Kimia, 4(4): 132-138.

Winarni, S., Ismayani, A., & Fitriani. 2013. Kesalahan Konsep Materi
Stoikiometri yang dialami Siswa SMA. Jurnal Ilmiah Didaktika,
14(1): 43-59.

Penguatan Riset Kimia dan Pembelajaran Kimia untuk Mendukung Produktivitas Kinerja Anak Bangsa | 536

Anda mungkin juga menyukai