Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dilingkungan sekitar kita terdapat banyak sekali sampah, baik sampah organik
maupun sampan anorganik. Sampah yang identik dengan bahan buangan yang tidak
memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau. Sampah organik seperti dedaunan yang berasal
dari taman, jerami, rerumputan, dan sisa-sisa sayur, buah, yang berasal dari aktifitas
rumah tangga (sampah domestik) memang sering menimbulkan berbagai masalah.
Baik itu masalah keindahan dan kenyamanan maupun masalah kesehatan manusia,
baik didalam lingkup individu, keluarga, maupun masyarakat. Masalah-masalah
seperti timbulnya bau tak sedap, sehingga apabila sampah tersebut tidak ditangani
dengan serius akan menimbulkan berbagai masalah terutama penyakit yang berefek
terhadap manusia itu sendiri.

Pembuatan kompos (composting) dapat dijadikan jalan keluar dalam


mengelola limbah. Kompos sangat berguna dalam memanfaatkan sampah organik
(berasal dari benda hidup) menjadi material yang dapat menyuburkan tanah (pupuk
kompos). Selain itu, pembuatan kompos secara komersil dapat dijadikan sebuah
peluang usaha yang menggiurkan. Seiring dengan berjalannya waktu, sampah yang
dihasilkan manusia akan terus bertambah dengan meningkatnya kebutuhan hidup
manusia tersebut. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan, bahkan sampah telah menjadi masalah serius di perkotaan.
Kompos dapat dibuat untuk meminimalisasi efek negatif yang ditimbulkan sampah
dengan membuatnya menjadi lebih bermanfaat secara ekologis maupun finansial.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa Pengertian kompos?
b. Bagaimana pelaksanaan pemembuatan kompos ?
c. Bagaimana rancangan penggambaran komposter ?

C. TUJUAN
1. Tujunan umum
 Sebagai memenuhi tugas mata kuiah Teknologi Tepat Guna (TTG)
 Mengetahui proses pembuatan kompos
2. Tujuan Khusu
 Memangaatkan sampah sehingga memiliki nilai jual dan berguna kembali
 Sebagai pupuk yang dapat digunakan dalam bidang pertanian
 Dapat menyuburkan tanah dan tanaman
 Meningggalkan hasil dan mutuh pertanian menggunakan pupuk alami
 Menambah penghasilan bagi produsen kompas
D. MANFAAT
1. Manfaat Praktek
 Memperoleh ilmu dan keterampilan tentang tata cara pengolahan kompos
 Manfaatkan sampah sehingga tidak terjadi penumpukan karena sudah di
minimalisir
2. Manfaat Kompos
Kompos memilliki banyak manfaat yang di tinjau dari beberapa aspek:
a. Aspek Ekonomi
 Menghemat biaya untuk transportasi dan menimbulkan limbah
 Mengurangi ukuran/volume limbah
 Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
b. Aspek Lingkungan
 Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas
metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di
tempat pembuangan sampah.
 Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
c. Aspek Bahan Tanah/Tanaman
 Meningkatkan kesuburan tanah.
 Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah.
 Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
 Meningkatkan aktivitas mikroba tanah.
 Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen).
 Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman.
 Menekan pertumbuhan / serangan penyakit tanaman.
 Meningkatkan retensi / ketersediaan hara di dalam tanah.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Teori
a) Pengertian
Kompos adalah hasil penguraian parsial / tidak lengkap dari campuran bahan-bahan
organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H.
Crawford, 2003).
Bahan yang diperlukan dalam pembuatan kompos adalah substansi organik. Bahan
tersebut dapat berupa dedaunan, potongan-potongan rumput, sampah sisa sayuran, dan bahan
lain yang berasal dari makhluk hidup. Kemudian, bahan-bahan tersebut harus memiliki rasio
karbon dan nitrogen yang memenuhi syarat agar berlangsung pengomposan secara sempurna.
Sampah organik dapat diubah menjadi kompos dengan suksesi berbagai macam organisme.
Selama fase awal pengomposan, bakteri meningkat dengan cepat. Berikutnya, bakteri
berfilamen (actinomycetes), jamur, dan protozoa mulai bekerja. Setelah sejumlah besar
karbon (C) dalam kompos dimanfaatkan (utilized) dan temperatur mulai
turun,centipedes, milipedes, kutu, cacing tanah, dan organisme lainnya melanjutkan proses
pengomposan (Starbuck, 2004).
Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian
secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai
sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar
kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata
persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan
alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan
mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan
akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara.
b) Bahan-bahan yang dapat dikomposkan :
Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah
organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah
peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas,
limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll.
Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut.

c) Proses Pengomposan
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur.
Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan
tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang
mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan
kompos akan meningkat dengan cepat.
Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat
hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif
pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada
saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di
dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2,
uap air dan panas.
Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur
mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu
pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan
volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari
volume/bobot awal bahan.

Skema Proses Pengomposan Aerobik


Proses pengomposan tergantung pada :
1. Karakteristik bahan yang dikomposkan
2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan
3. Metode pengomposan yang dilakukan

d) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan

 Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30 : 1 hingga 40 :
1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis
protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan
N untuk sintesis protein.
Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein
sehingga dekomposisi berjalan lambat.

 Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang
lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi
akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan
(porositas).

 Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob).
Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara
hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi
ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembapan).
Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan
bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau
mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.

 Porositas
Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas
dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini
akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan.
Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses
pengomposan juga akan terganggu.

 Kelembaban (Moisture content)


Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme
mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat
memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban
40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di
bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada
kelembaban 15%.
Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang,
akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang
menimbulkan bau tidak sedap.
 Temperatur/suhu
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan
suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi
oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi
dengan cepat pada tumpukan kompos.
Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang
cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya
mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan
membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.

 PH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum
untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya
berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan
pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri.

 Kandungan Hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengompos dan bisanya terdapat di
dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama
proses pengomposan.

 Kandungan Bahan Berbahaya


Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi
kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa
bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama
proses pengomposan.

 Lama pengomposan
Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan,
metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator
pengomposan.
Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2
tahun hingga kompos benar-benar matang.
Tabel Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan (Ryak, 1992)

Kondisi Konsisi yang bisa diterima Ideal


Rasio C/N 20:1 s/d 40:1 25-35:1
Kelembaban 40 – 65 % 45 – 62 %
Berat Konsentrasi oksigen
> 5% > 10%
tersedia
Ukuran partikel 1 inchi Bervariasi
Bulk Density 1000 lbs/cu yd 1000 lbs/cu yd
pH 5.5 – 9.0 6.5 – 8.0
Suhu 43 – 66oC 54-60oC
BAB III

CARA PEMBUATAN, BAHAN DAN ALAT

3.1 Alat dan bahan

Untuk pembuatan tong komposer dengan kapasitas 60 liter adalah sebagai


berikut:

1. Tong plastik bekas ukuran 60 liter, 1 buah


2. Pipa prolan panjang 32 cm, diameter 4 inchi, 4 buah
3. Keran air 1 buah
4. Bor
5. Kasa plastik dan lem
6. Meteran dan spidol
7. Pipa sambungan berbentuk T 2 buah
8. Gergaji besi

3.2 Cara Pembuatan


1. Siapkan bahan yang akan digunakan/dipakai untuk pembuatan komposter
2. Buat dua lubang pada tong dibagian kiri dan kanan diatas tong dengan
menggunakan bor yang telah disiapkan
3. Potong pipa menjadi 4 bagian dan masing masing bagian berukuran 32 cm
dengan menggunakan gergaji besi yang telah disiapkan
4. Lalu pasang pipa tersebut pada lubang kiri dan kanan dan lem pipa
tersebut
5. Buat 12 lubang pada bagian tengah tong secara beraturan dengan diameter
1cm
6. Buat kembali dua buah lubang pada bagian bawah tong dan pasang pipa
PVC kasa plastik dengan diameter lubang 3”
7. Lalu tutup tong dengan rapat.
8. Dan komposter telah siap digunakan.
3.3 Proses Pembuatan Kompos Cair Menggunakan Tong Komposter
1. Proses Pembuatan Kompos Cair Menggunakan Tong Komposte.
2. isahkan sampah organik dan anorganik.
3. Masukkan sampah organik ke dalam tong komposter.
4. Siapkan cairan bioaktivator (EM4/Efektif Mikroorganism).
5. Pembuatan cairan bioaktivator adalah sebagai berikut
6. Siapkan 1 liter air sumur/mineral
7. Tambahkan 2-3 tutup botol EM4 kemudian aduk hingga rata.
8. Tuangkan larutan bioaktivator ke dalam sprayer dan cairan siap digunakan.
9. Semprotkan larutan bioaktivator ke permukaan sampah hingga merata.
Kemudian tutup tong komposter dengan rapat.
10. Setelah 2-3 minggu komposter bisa menghasilkan kompos cair (air lindi).
Selanjutnya lindi bisa diambil setiap hari.

3.4 Cara Penggunaan Kompos Cair/Lindi


1. Keluarkan lindi melalui kran komposter.
2. Tampung dalam botol/wadah dan tambahkan EM4 untuk mengurangi bau.
3. Lindi didiamkan/disimpan selama dua hari.
4. Untuk penggunaan, campurkan lindi dan air dengan perbandingan 1:5 (1 liter
lindi dicampur 5 liter air).
5. Siramkan air lindi tadi pada tanaman sebagai pupuk cair.

Anda mungkin juga menyukai