Anda di halaman 1dari 3

HUBUNGAN INDUSTRIAL

TUGAS 3

MAULANA SAPUTRA
022335428
MANAJEMEN
UPBJJ UT PURWOKERTO
OUTRSOURCING

Akhir-akhir ini banyak kita dengar para pekerja berdemo menolak regulasi outsourcong. Sebenarnya apa
sih outsourcing ? aka sedikit saya bahas di tulisan ini sekaligus untuk melengkapi tugas mata kuliah
Hubungan Industrial.

Outsourcing berasal dari bahasa Inggris yang berarti alih daya. Dari segi bahasa, outsourcing dari kata
“out” berarti keluar dan “source” yang berarti sumber , outsourcing mempunyai nama lain yaitu
contracting out. Pemborongan pekerjaan (outsourcing) adalah penyerahan sebagian pekerjaan dari
perusahaan pemberi pekerjaan kepada perusahaan penerima pemborongan pekerjaan atau perusahaan
penyedia jasa pekerja/buruh melalui perjanjian pemborongan pekerjaan tertulis.

Dalam bidang ketenagakerjaan, outsourcing diartikan sebagai pemanfaatan tenaga kerja untuk
memproduksi atau melaksanakan suatu pekerjaan oleh suatu perusahaan, melalui perusahaan
penyedia/pengarah kerja. Ini berarti ada perusahaan yang secara khusus melatih/mempersiapkan,
menyediakan, memperkerjakan tenaga untuk kepentingan-kepentingan perusahaan lain. Perusahaan
inilah yang mempunyai hubungan kerja secara langsung dengan buruh/pekerja yang dipekerjakan.

Di Indonesia sendiri outsourcing berkembang sangat pesat, hal ini ditunjukan berdasarkan hasil
penelitian PPM (Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) pada tahun 2008 terhadap 44 perusahaan dari
berbagai industry terdapat lebih dari 50% perusahaan di Indonesia menggunakan tenaga outsourcing,
yaitu sebesar 73%. Sedangkan sebanyak 27%-nya tidak menggunakan tenaga outsourcing dalam
operasional di perusahaannya. Hal ini didukung dengan adanya Undang-Undang tentang
Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003, dalam undang-undang tersebut kebutuhan tenaga kerja untuk
menjalankan produksi di supplay oelh perusahaan penyalur tenaga kerja (outsourcing). Para pekerja
sering merasa dilema terhadap SOP dalam bekerja karena di satu sisi tenaga kerja (buruh) harus tunduk
dengan perusahaan penyalur, di sisi lain juga harus tuduk juga pada perusahaan tempat ia bekerja.
Kesepakatan mengenai upah ditentukan perusahaan penyalur dan buruh tidak bisa menuntut pada
perusahaan tempat ia bekerja. Sementara itu di perusahaan tempat ia bekerja, harus mengikuti
ketentuan jam kerja, target produksi, peraturan kerja, dan lain-lain. Hubungan sebab akibat antara
bekerja dan mendapatkan hasil yang dialami buruh tidak mempunyai hubungan secara langsung.

Namun seiring berjalannya waktu, hubungan industrial antara perusahaan dan pekerja timbul adanya
konflik dalam hal dak,kewajiban, maupun kinerja pekerja. Dalam hal ini perusahaan outsource harus
bisa menempatkan diri dan bersikap bijaksana agar bisa mengakomodir kepentingan karyawan, maupun
perusahaan pengguna jasa pekerja, mengingat perusahaan pengguna jasa pekerja sebenarnya adalah
pihak yang lebih mengetahui keseharian performa karyawan, daripada perusahaan outsource itu sendiri.
Ada baiknya perusahaan outsource secara berkala mengirim perwakilannya untuk memantau para
karyawannya di perusahaan pengguna jasa pekerja sehingga potensi konflik bisa dihindari dan performa
kerja karyawannya bisa terpantau dengan baik.
Kesimpulan dari yang saya tulis adalah outsourcing sebagai suatu penyedia tenaga kerja oleh pihak lain
dengan dilakukan terlebih dahulu memisahkan antara pekerja utama (core business) dengan pekerjaan
penunjang perushaan (non core business) dalam suatu dokumen tertulis yang disusun oleh manajemen
perusahaan. Dalam melakukan outsourcing perusahaan pengguna jasa outsourcing bekerjasama dengan
perusahaan outsourcing, dimana hubungan hukumnya diwujudkan dalam suatu perjanjian kerjasama
yang memuat antara lain tentang jangka waktu perjanjian serta bidang-bidang apa saja yang merupakan
bentuk kerjasama outsourcing. Mekanisme penyelesaian perselisihan ketenagakerjaan diselesaikan
secara internal antara perusahaan outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa outsourcing. Dewasa
ini outsourcing sudah menjadi trend dan kebutuhan dalam dunia usaha, namun pengaturannya masih
belum memadai. Sedapat mungkin segala kekurangan pengaturan outsourcing dapat termuat dalam
revisi UU Ketenagakerjaan yang sedang dipersiapkan dan peraturan pelaksanaannya, sehingga dapat
mengakomodir kepentingan pengusaha dan melindungi kepentingan pekerja.

Anda mungkin juga menyukai