Anda di halaman 1dari 38

6.

TEORI BIAYA
PENGANTAR

Pada Bab 7 di muka kita telah membahas teori produksi yang


mencakup prinsip-prinsip pengkombinasian penggunaan input
yang optimal untuk menghasilkan tingkat output yang
maksimal sehingga tercapai laba yang maksimal, konsep
substitutabilitas antarinput, konsep returns to scale, dan teknik
penaksiran fungsi produksi secara empiris.
Setelah kita memahami masalah-masalah produksi tersebut di
atas, balk secara teoritis maupun empiris, kita dapat
menganalisis masalah biaya. Pada bab ini kita akan
membahas teori biaya dan konsep-konsep biaya untuk
pengambilan keputusan.
KONSEP BIAYA RELEVAN
Biaya bisa diartikan berubah-ubah, tergantung pada
bermacam-macam bagaimana biaya tsb. digunakan.

Biaya berkaitan Jika barang dibeli secara tunai kemudian


dengan harganya dipergunakannya, maka tak ada masalah

Tapi jika barang dibeli kemudian disimpan


kemudian dipergunakan dalam beberpa
periode waktu, baru ada masalah, berapa
harga /biaya harus diperhitungkan dalam
beberapa periode waktu itu
Harga /biaya yang harus diperhitungkan dalam beberapa periode waktu
itu/ historis disebut sebagai biaya relervan. Atau
Biaya yang akan di,gunakan untuk suatu penggunaan tertentu disebut
biaya relevan (relevant cost).
Pada dasarnya biaya relevan digunakan untuk tujuan pembayaran pajak.
Namun demikian, untuk keputusan-keputusan manajerial,
penggunaan konsep biaya historis seperti itu tidak tepat.
Biasanya, biaya sekarang (current cost) dan biaya yang
diproyeksikan untuk masa yang akan datang (projected cost)
adalah lebih relevan daripada pengeluaran historis tersebut.

Misalnya, sebuah perusahaan kontruksi mempunyai


persediaan 1000 ton baja yang dibeli pada tingkat harga
Rp250.000 per ton. Harga baja sekarang menjadi Rp500.000
per ton. Jika perusahaan tersebut diminta untuk mengerjakan
sebuah proyek, berapa biaya yang akan diperhitungkan dalam
proyek tersebut?, apakah Rp 250.000,00 (historis) ataukah
Rp 5.00.000 (current cost)? Jawabnya adalah current cost.
Begitu pula, jika sebuah perusahaan memiliki suatu peralatan
yang telah terdepresiasi secara penuh, yakni nilai bukunya sama
dengan nol, maka perusahaan tersebut tidak boleh menganggap
bahwa biaya penggunaan mesin tersebut sama dengan nol. Jika
mesin tersebut sekarang bisa terjual seharga Rp l.000.000 tetapi
nilai pasarnya hanya Rp 200.000 untuk tahun berikutnya, maka
biaya relevan penggunaan mesin tersebut untuk satu tahun di
depan adalah Rp 800.000. (dari 1000.000 – 200.000)
BIAYA TUMBAL (OPPORTUNITY C0ST)

Pembahasan tentang biaya relevan di atas didasarkan


pada konsep penggunaan alternatif. Sumberdaya
ekonomi mempunyai nilai karena sumberdaya tersebut
bisa digunakan untuk memproduksi barang dan jasa.
Jika sebuah perusahaan, menggunakan- suatu
sumberdaya untuk memproduksi produk tertentu,
perusahaan tersebut juga bisa menggunakan
sumberdaya tersebut bagi penggunaan alternatif. Oleh
karena itu, perusahaan itu harus menetapkan suatu
tingkat harga yang besarnya paling tidak sama dengan
nilai sumberdaya itu dalam penggunaan alternatif
tersebut.
Biaya untuk aluminium yang digunakan pabrik pesawat
terbang, misalnya, ditentukan oleh nilai aluminium tersebut
untuk penggunaan penggunaan alternatif. Sebuah pabrik
pesawat terbang harus membayar pada suatu tingkat harga
yang sama besarnya dengan nilai alternatif tersebut, atau
aluminium tersebut akan digunakan untuk memproduksi
barang-barang alternatif seperti peralatan masak, mobil,
peralatan kantor dan lain-lain.
Begitu juga, jika sebuah perusahaan memiliki peralatan modal
yang bisa digunakan untuk memproduksi barang A atau
barang B, maka biaya relevan untuk memproduksi barang A
akan mencakup laba dari barang alternatif B yang tidak bisa
diproduksi, karena peralatan tersebut digunakan untuk
memproduksi barang A.
Oleh karena itu, konsep biaya tumbal (opportunity cost) ini
mengandung maksud bahwa semua keputusan didasarkan
pada pilihan-pilihan di antara tindakan-tindakan alternatif.
Biaya tumbal dari sebuah sumberdaya ditentukan oleh nilai
penggunaan alternatif yang terbaik dari sumberdaya tersebut.
BIAYA EKSPLISIT dan IMPLISIT

Biaya penggunaan sumberdaya mencakup biaya eksplisit dan


implisit.
- Upah yang dibayarkan,
- pengeluaran untuk listrik,
- pembayaran untuk bahanbahan baku,
- bunga yang dibayarkan kpd para pemegang obligasi,
- sewa bangunan,
Semuanya merupakan contoh pengeluaran-pengeluaran
eksplisit. Sedangkan biaya implisit berkenaan dengan setiap
keputusan yang diambil dan jauh lebih sulit untuk dihitung.
Biaya-biaya implisit ini tidak memasukkan pengeluaran-
pengeluaran tunai dan oleh karena itu seringkali diabaikan
dalam analisis pembuatan keputusan.
Sewa yang bisa diterima seorang petani dari ladang/sawah-
nya jika ia tidak menggunakan ladang/sawah tersebut
merupakan biaya implisit dari kegiatan pertaniannya. Sama
halnya dengan gaji yang bisa diterima oleh petani tersebut
jika ia bekerja untuk orang lain sebagai pengganti dari
pengolahan usaha taninya sendiri.
Contoh berikut akan memperjelas perbedaan kedua macam
biaya tersebut. Misalnya, seorang manajer puncak sebuah
hotel berbintang tiga meletakkan jabatannya yang bergaji
sebesar Rp40 juta per tahun. Kemudian manajer tersebut
menggunakan uang tabungannya sebesar Rp50 juta untuk
membeli sebuah hotel mungil di suatu daerah pariwisata.
Pada akhir tahun pengoperasian hotel tersebut, bagian
keuangan hotel itu melaporkan kepada bekas manajer
puncak itu mengenai posisi keuangan. Bagian keuangan itu
melaporkan bahwa pendapatan total sebesar Rp150 juta,
pengeluaran total (biaya eksplisit) sebesar Rp140 juta,
sehingga pendapatan bersih adalah sebesar Rp10 juta pada
tahun tersebut. Lalu timbul pertanyaan: apakah bekas
manajer tersebut memperoleh laba sebesar Rp10 juta pada
tahun tersebut?
Seorang ekonom akan mengatakan "tidak", karena tenaga
pembukuan perusahaan tersebut hanya memperhatikan
biaya eksplisit saja. Padahal dalam kasus ini biaya implisit-
nya sangat besar. Ingat bahwa pemilik hotel tersebut
(bekas manajer) akan bisa memperoleh uang sebanyak
Rp40 juta per tahun jika ia tetap bekerja sebagai manajer.
Sementara itu tabungannya yang sebesar Rp50 juta itu
bisa didepositokan dan akan mendapatkan penghasilan
bunga. Sekarang misalkan tingkat bunga deposito sebesar
15 persen per tahun, maka biaya implisit dari bunga
deposito tersebut adalah sebesar 0,15 x Rp50 juta = Rp7,5
juta. Oleh karena itu biaya implisit total adalah Rp40 juta +
Rp7,5 juta = Rp47,5 juta. Dengan kata lain, bekas manajer
itu mengalami kerugian (penurunan pendapatan) sebesar
Rp37,5 juta pada tahun tersebut.
BIAYA INKREMENTAL dan SUNK COST
Biaya inkremental adalah biaya yang timbul sebagai akibat
dari adanva suatu pengambilan keputusan. Biaya inkremental
ini merupakan perubahan biaya total yang disebabkan oleh
adanya suatu keputusan yang dibuat.Oleh karena itu, biaya
inkremental ini bisa bersifat tetap atau variabel, karena
sebuah keputusan yang baru mungkin mengharuskan :
- pembelian fasilitas modal tambahan,
- tambahan tenaga kerja dan
- tambahan bahan bahan ekstra lainnya.
Jika kita memperbandingkan biaya inkremental dengan
penerimaan inkremental, yakni :
perubahan penerimaan total (TR) yang terjadi sebagai
akibat dari timbulnya keputusan itu,
maka kita akan bisa melihat apakah keputusan yang
direncana-kan itu menguntungkan (profitable) atau tidak.
Jelasnya, jika penerimaan inkremental tersebut lebih besar
dari biaya inkrementalnya, maka keputusan yang akan
diambil tersebut akan menambah laba total (atau akan
mengurangi kerugian jika penerimaan total yang diperoleh
tidak bisa menutup biaya total yang ditanggung).
Perlu juga diketahui bahwa, biaya inkremental ini tidak sama
dengan MC. MC adalah perubahan biaya total yang
disebabkan oleh adanya perubahan output sebesar satu
unit,
Sedangkan biaya inkremental adalah perubahan biaya
secara keseluruhan yang disebabkan oleh suatu keputusan.
Keputusan tersebut bisa mencakup kenaikan output sebesar
20 atau bahkan 2.000 unit, atau keputusan itu mungkin tidak
mengubah tingkat output sama sekali.
Misalnya, keputusan tentang pengenalan teknologi baru
untuk menghasilkan tingkat output yang sama. Namun
demikian pemahaman tentang konsep MC sangat penting
untuk penghi-tungan biaya inkrementaI tersebut.
Biaya inkremental ini harus diidentifikasi secara tepat. Tidak
hanya biaya yang berubah secara nyata sebagai akibat dari
suatu keputusan yang boleh dimasukkan, tetapi semua
biaya yang berubah sebagai akibat dari adanya keputusan
tersebut harus dimasukkan. Faktor-faktor produksi yang
menganggur (tak terpakai) mempunyai penggunaan
alternatif tidak mempu-nyai biaya inkremental dan oleh
karena itu bisa dianggap tidak mempunyai biaya.
Demikian pula, biaya yang telah dikeluarkan untuk
- pembelian mesin-mesin atau
- pabrik dan bangunan-bangunan
harus dianggap sebagai sunk cost, dan tidak akan
dimasukkan ke dalam proses pembuatan keputusan kecuali
biaya tumbalnya positif.
Karena itu, tanpa adanya suatu kemungkinan penggunaan
alter-natif dan tanpa adanya suatu penggunaan yang
menguntungkan dari suatu sumberdaya yang dimiliki, maka
biaya inkremental sumberdaya tersebut adalah nol.
Untuk memperjelas pengertian sunk cost ini, sebuah
contoh diberikan berikut ini. Misalkan sebuah perusahaan
akan mengambil keputusan untuk mengontrak
pembangunan sebuah gedung kesenian. Sadar atau tidak,
usulan proyek yang diajukan oleh perusahaan tersebut
sudah mempertimbangkan hal-hal yang telah dimiliki
perusahaan tersebut :
Peralatan,
Kemampuan,
Arsitekturnya
Keseniannya telah berkembang
Tanah untuk lokasi telah tersedia
Banyak konsumen menghendakinya dan mampu
membayar
Potensi yang telah ada itulah yang kemudian berkembang
menjadi apa yang disebut sunk cost. Jadi sunk cost
merupakan
potensi atau kekayaan yang melatarbelakangi usulan suatu
proyek (keputusan).
Contoh lain dari sunk cost ini adalah sebagai berikut:
misalkan sebuah perusahaan ditawari kontrak sebesar Rp10
juta untuk memasang alat AC pada sebuah gedung baru.
Pengeluaran untuk tenaga kerja dan kegiatan operasional
lainnya diperkirakan sebesar Rp 7juta.
Perusahaan tersebut telah memiliki persediaan dari seluruh
bahan-bahan yang dibutuhkan yang bernilai sebesar Rp 4
juta Anggap bahwa bahan-bahan tersebut seperti apa
adanya, tetapi penurunan harga telah mengakibatkan nilai
pasar sekarang bahan-bahan tersebut adalah Rp2,5 juta.
Pasar dari bahan-bahan tersebut tampaknya tidak akan
berubah dalam waktu dekat, oleh karena itu tidak ada
manfaat yang bisa diambil dari pemilikan bahan-bahan
tersebut dalam bentuk persediaan. Akankah perusahaan
tersebut menerima kontrak itu?
Analisis yang tepat mengenai usulan kontrak tersebut
mengharuskan kita untuk menyadari bahwa biaya mula
mula sebesar Rp 4 juta itu adalah sunk cost, biaya
tersebut tidak akan terpengaruh oleh keputusan yang akan
diambil. Perusahaan tersebut telah menderita kerugian
sebesar Rp 1,5 juta pada nilai persediaannya tanpa
memandang apakah perusahaan itu menerima atau tidak
menerima kontrak tersebut. Biaya relevan dari
bahan-bahan itu adalah nilai pasar sekarang dari bahan-
bahan tersebut yaitu sebesar Rp 2,5 juta. Memasukkan
biaya ini ke dalam analisis akan menghasilkan sebuah
keputusan yang tepat, yaitu menerima kontrak tersebut
karena kontrak itu akan menghasilkan laba sebesar Rp
500 ribu (Rp 10 juta – (Rp 7 juta + Rp 2,5 juta)) bagi
perusahaan tersebut.
Dalam pembuatan keputusan-keputusan manajerial, kita
harus sangat teliti untuk meyakinkan bahwa hanya biaya-
biaya yang secara aktual dipengaruhi oleh keputusan itu
saja yang kita masukkan dalam analisis. Biaya inkremental
yang disebabkan oleh adanya suatu keputusan mencakup
biaya eksplisit dan implicit.
Jika sebuah keputusan memerlukan komitmen jangka
panjang, maka biaya-biaya pada masa datang (future cost)
yang timbul dari adanya komitmen tersebut harus
diperhitungkan. Setiap biaya yang tidak dipengaruhi oleh
alternatif-alternatif keputusan yang tersedia bagi seorang
manajer adalah sunk cost dan tidak relevan dengan tujuan-
tujuan keputusan itu.
BIAYA JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
Penggunaan konsep biaya relevan untuk pengambilan
keputusan penentuan tingkat output dan harga secara
tepat membutuhkan suatu pemahaman mengenai
hubungan antara biaya dengan output dari suatu
perusahaan, atau dengan kata lain fungsi biayanya.
Fungsi biaya ini tergantung pads:
(1) fungsi produksi dari perusahaan dan
(2) fungsi penawaran dari input-input yang digunakan
Fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara
kombinasi- kombinasi penggunaan input dengan tingkat
outputnya, dan hal tersebut, jika dikombinasikan dengan
harga-harga input akan menghasilkan fungsi biaya.
Dua fungsi biaya utama yang digunakan dalam
pembuatan keputusan manajerial yaitu fungsi biaya
jangka pendek dan fungsi biaya jangka panjang yang
biasanya digunakan untuk perencanaan jangka panjang.
Bagaimana caranya untuk membedakan antara jangka
pendek dengan jangka panjang?
Jangka pendek didefinisikan sebagai suatu periode
waktu di mana beberapa input bersifat tetap.
Dalam jangka panjang, perusahaan bisa menambah,
menurunkan input tersebut
Oleh karena itu, dalam periode jangka pendek,
keputusan-keputusan perusahaan tersebut dikendalai
oleh pengeluaran-pengeluaran modal sebelumnya dan
komitmen-komitmen lainnya.
Sedangkan dalam jangka panjang tidak ada
pembatasan-pembatasan seperti itu.
Singkatnya, jangka panjang adalah suatu periode yang
cukup panjang yang memungkinkan perusahaan untuk
mengubah fasilitas-fasilitas produksinya secara lengkap
melalui penam-bahan, pengurangan, atau pengubahan
asset yang dimilikinya. Jangka pendek adalah periode di
mana beberapa faktor produksi yang digunakan
perusahaan tersebut tidak bisa diubahubah.
Dari pengertian tersebut mudah bagi kita untuk
memahami : kurva biaya jangka panjang  kurva
perencanaan kurva biaya jangka pendek  kurva
operasi
Dalam jangka panjang, pabrik dan semua peralatan
bersifat variabel. Oleh karena itu manajemen bisa
merancang pabrik yang paling efisien secara fisik
berdasarkan hasil penaksiran fungsi permintaan
perusahaan tersebut. Jika skala pabrik yang optimal
tersebut telah ditentukan dan investasi peralatan telah
dilakukan, maka keputusan-keputusan operasional akan
dikendalai oleh keputusan-keputusan sebelumnya
Biaya Jangka Pendek &
Biaya Jangka Panjang
Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Fixed cost (FC) : Biaya-biaya yang tidak tergantung pada


tingkat output.
Termasuk dalam biaya tetap ini adalah
bunga pinjaman modal,
biaya sewa peralatan dan pabrik,
tingkat depresiasi yang ditetapkan,
pajak kekayaan, dan gaji para manajer eksekutif
(direksi).
Karena semua biaya jangka panjang ini bersifat variabel,
maka konsep biaya tetap(FC) hanya terbatas untuk analisis
jangka pendek saja.
Biaya variabel atau variable cost (VC) berubah-ubah sesuai
dengan perubahan output. Jadi VC ini
merupakan fungsi dari tingkat output.
Yang termasuk dalam biaya variabel ini adalah :
- pengeluaran bahan baku
- Depresiasi yang disebabkan oleh penggunaan peralatan,
- Biaya-biaya tenaga kerja,
- Komisi-komisi penjualan dan
- Semua biaya input-input lainnya yang berubahubah
sesuai tingkat output.
Dalam jangka panjang, semua biaya adalah variabel.
Total Cost adalah menunjukkan penjumlahan antara FC
dan VC
Karena , baik biaya rata-rata maupun biya marginal ,
digunakan hampir untuk semua tujuan pembuatan
keputusan opersional , maka sangat bermanfaat untuk
menelaahnya :
TFC
Average Fixed Cost = AFC =
Q
TVC
Average va riabelCost = AVC =
Q
TC
Average (Total ) Cost = AC = = AFC + AVC
Q
TC dTC
M arg inal Cost = MC = =
Q dQ
Sebagai kesimpulan
1. TC = FC + VC
FC = biaya yang tidak berubah kalau otput berubah (konstanta)
Jika dalam proses produksi menggunakan: input tetap Yi
harganya Pyi, maka : FC =  Pyi . Yi
VC = Biaya yang berubah kalau output berubah
Jika dalam proses produksi menggunakan: input variabel Xi
harganya Pxi, maka : VC =  Pxi . Xi
2. AVERAGE COST : AFC = FC/Q
AVC = VC/Q
ATC = TC/Q
3. MARGINAL COST : MC = VC/Q atau MC = TC/Q
Elatisitas biaya
- Walaupun gambar di atas sangat membantu menjelaskan
hubungan TC dan Q dengan Return to Scale , akan lebih
mudah kita untuk menghitung Return To Scale suatu sistem
produksi melalui Elastisitas biaya
- Mengukur % perubahan TC dengan % perubahan Output
%TC dTC dQ dTC Q
C = =  = 
%Q TC Q dQ TC
- Hubungan antara Elastisitas Biaya dengan return to Scale
Jika Maka Retun to Scale
% ∆ TC < % ∆Q EC < 1 Increasing
% ∆ TC = % ∆Q EC = 1 Constant
% ∆ TC > % ∆Q EC > 1 Decreasing
- Jika EC < 1, biaya akan meningkat lebih lambat dari Q, dan jika
harga inut konstan, ini berarti mencerminkan rasio input dan
output yang lebih tinggi. Ini berarti “Increasing return to scale”
- Jika EC = 1, ini menunjukkan keadaan “Constant return to scale”
- Jika EC > 1, maka setiap kenaikan output akan menyebabkan
kenaikan biaya yang lebih besar, ini menunjukkan keadaan
“Decreasing Retun ti Scale”
UKURAN PERUSAHAAN dan PABRIK

- Fungsi biaya dan produksi terdapat baik pada perushaan


indivi-dual, beberapa perusahaan maupun perusahaan secara
keseluruhan
- Fungsi biaya sebuah perushaan dengan beberapa pabrik
BIAYA meru-pakan penjumlahan
BIAYA fungsi biaya dari pabrik secara
BIAYA
individual

LRAC
LRAC LRAC

Output Output Output


Q* Q* Q*
(a) Biaya konstan (b) Biaya (c) Kurva Biaya berbentuk
menurun U
Dari gambar di atas terdapat 3 kemungkinan :
Pertama : LRAC akan konstan, seperti pada gbr. (a) , jika terjadi
keadaan disekonomis dalam pengkombinasian pabrik-pabrik yang
ada.
Kedua, biaya mengalami penurunan pada semua kisaran output
(gbr.(b)), jika perusahaan dengan beberapa pabrik (multi firm) lebih
efisien dari pada perusahaan satu pabrik. Kasus-kasus seperti itu,
jika terjadi, disebabkan oleh ekonomisnya biaya pengoperasian
berbagai pabrik.
Ketiga ditunjukkan gbr. (c), adalah bahwa biaya mula-mula menurun
(sampai Q* yang merupakan otput pabrik yang paling efisien) dan
kemudian menaik. Di sini mula-mula terjadi keadaan ekonomies of
scale, kemudian meningkat biaya koordinasi menjadi lebih besar
daripada manfaat yang diperoleh.
Biaya Jangka Pendek &
Biaya Jangka Panjang
ANALISIS PULANG POKOK

Rp
TC

rugi
TR

laba

rugi
FC

0 Kuantitas
Titik Laba Titik
Pulang maximum Pulang
pokok pokok
Analisis Pulang-Pokok Linier

Rp (juta)

T Laba
R bersih

TC

15
VC
0

F
C
50 Kuantitas yang diproduksi
dan yang dijual (ribu)
ESTIMASI BIAYA

■ Estimasi biaya jangka pendek dengan analisis regresi,


dimana biaya variabel total diregresikan terhadap output dan
beberapa biaya variabel lainnya
■ Fungsi Biaya Jangka Panjang dengan Cross-Sectional
Regression Analysis
■ Bila data tidak tersedia dapat menggunakan teknik rekayasa
atau survival, di temukan oleh John Stuart Mill pada tahun
1850-an dan di kembangkan oleh George Stigler
Kondisi yang Mempengaruhi
Pembuatan Keputusan

Keputusan Terprogram Keputusan Tidak Terprogram


• Keputusan ini melibatkan situasi yang • Keputusan ini dibuat sebagai respon
kerap terjadi sehingga memungkinkan atas situasi unik, kurang didefinisikan,
suatu keputusan dikembangkan dan tidak terstruktur, dan punya
diterapkan di masa mendatang. konsekuensi besar atas organisasi.
• Keputusan ini merupakan respon atas • Keputusan untuk membuat pabrik
masalah yang berulangkali muncul. baru, membuat produk baru,
• Keputusan Terprogram memasuki wilayah pasar baru, atau
memungkinkan manajer memindahkan kantor ke lain lokasi
mendelegasikannya kepada bawahan merupakan contoh dari Keputusan Tak
sehingga ia bisa fokus pada masalah Terprogram.
lain.
Pembuatan Keputusan Manajerial
Menentukan
masalah

Menentukan
Batasan
Masalah

Mengembangkan
Alternatif Jawaban

Menganalisa setiap alternatif

Memilih Alternatif

Melaksanakan Keputusan

Memastikan sistem kontrol dan evaluasi atas keputusan


Severe Hypertension
18
0 Moderate Hypertension

16
Mild Hypertension
0
Normal Syntotic Value
14 Normal Blood
0 Pressure
Optimal
13 Blood
0 Pressure
80 85 90 95 110
12
120
0

Where are you?

Anda mungkin juga menyukai