Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan informasi dan telekomunikasi yang cepat dan akurat

mempunyai peranan penting dalam kemajuan suatu perusahaan, begitu pula bagi

PT.Telkom Bandung sangat memerlukan suatu teknologi informasi yang canggih

karena PT.Telkom juga bergerak di bidang penyedia informasi dan

telekomunikasi.

Kecepatan komunikasi untuk mendapatkan suatu informasi sangatlah

diperlukan. Dalam kompetensi global, keharusan untuk memenuhi kebutuhan

konsumen dan aturan-aturan pemerintah yang mengikat hanyalah sebagian

masalah yang mempengaruhi dunia informasi dan telekomunikasi di Indonesia.

Informasi telah menjadi sangat penting dan harus cepat disampaikan agar

seseorang dengan segera dapat mengambil keputusan yang tepat. Terlambat

sedikit, berarti salah langkah dan mungkin kalah dalam bersaing bahkan dapat

menyebabkan kebangkrutan suatu perusahaan. Teknologi informasi dan

telekomunikasi telah dikembangkan untuk menangani hal tersebut diatas.

Dalam hal menjaga keamanan jaringan komunikasi khususnya jaringan yang

menggunakan kabel, PT. Telkom memiliki alat untuk memonitor yang disebut

NMS (Network Management System). Adapun alat monitor ini digunakan untuk

memonitor jaringan kabel lokal dalam satu area atau kota yang disebut RMJ
2

(Remote Metro Junction), dan untuk memonitor jaringan kabel interlokal yang

menghubungkan area atau kota satu ke area atau kota lainnya yang disebut

dengan Backbone.

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimana mengontrol gangguan jaringan telekomunikasi kabel

Backbone dengan cepat.

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

1. Membantu memonitor sistem jaringan telekomunikasi kabel Backbone

PT.Telkom.

2. Membereikan informasi yang akurat kepada petugas operasional

mengenai lokasi gangguan.

1.3.2 Tujuan

1. Untuk mengawasi kondisi jaringan telekomunikasi kabel PT. Telkom.

2. Mempercepat waktu perbaikan dengan informasi yang akurat sehingga

gangguan tidak berlangsung lama.

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada laporan ini adalah :

Monitoring sistem jaringan telekomunikasi kabel Backbone yang menggunakan

NMS dan dilakukan hanya di PT. Telkom.


3

1.5 Sistem Pelaksanaan Kerja Praktek

Dalam melaksanakan sistem pelaksanaan kerja praktek ini, penulis

melakukannya dengan cara menerapkan metodologi-metodologi. Adapun

metodologi yang digunakan dalam pendekatan sistem pelaksanaan dalam

menyusun laporan kerja praktek sebagai berikut :

a. Metode Literatur

Dalam hal ini penulis mengambil dan menggunakan beberapa buku

sebagai sumber referensi dan membuat teori-teori yang sangat

menunjang materi dalam pelaksanaan kerja praktek ini. Sehingga

penulis dapat membuat laporan sesuai dangan yang diharapakan..

b. Metode Praktek

Dalam hal ini dilakukan praktek secara nyata dalam memonitoring

sistemj aringan telekomunikasi kabel Backbone PT. Telkom.

1.6 Tempat dan Waktu Kerja Praktek

Tempat : PT. Telkom yang beralamatkan Jl. Japati No.1 Bandung Waktu : 2 (dua)

bulan, terhitung mulai dari tanggal 1 Oktober 2009 sampai November 2009.

1.7 Sistematika Pelaporan Kerja Praktek

Untuk memudahkan pembahasan dalam laporan kerja praktek ini, sistematika

penulisan dibagi menjadi 4 (empat) bab yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang Latar Belakang Kerja Praktek, Maksud dan Tujuan Kerja

Praktek, Sistem Pelaksanaan Kerja Praktek, Sistematika Pelaporan Kerja Praktek

ini.

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN


4

Berisi tentang Sejarah Perusahaan, Tempat dan Kedudukan Perusahaan,

Bentuk dan Badan Hukum Perusahaan, Bidang Pekerajaan Perusahaan, Bidang

Pekerjaan Divisi / Departemen Tempat Kerja Praktek, Struktur Organisasi

Perusahaan Tempat Kerja Praktek.

BAB III KEGIATAN SELAMA KERJA PRAKTEK

Berisi tentang Jadwal Kerja Praktek, Cara / Teknik Kerja Praktek, Data

Kerja Praktek, Analisis Masalah yang terjadi selama Kerja Praktek

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang beberapa kesimpulan yang didapatkan dari hasil

pembahasan bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang dapat dilakukan selama

Kerja Praktek.

BAB II
5

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Tempat Kerja Praktek

2.1.1 Sejarah Instansi

PT. Telkom Indonesia adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang berada di bawah Badan Pengelola Industri Telekomunikasi Strategis

(BPIS) yang bergerak dalam bidang peralatan telekomunikasi. PT. Telkom

merupakan salah satu badan usaha yang berdiri sendiri dengan status

perusahaan Telkoman yang menjelma dari kegiatan dengan perusahaan

telekomunikasi. Sejak berdirinya hingga sekarang, PT. Telkom telah banyak

mengalami perubahan selama perkembangannya. Untuk lebih jelasnya

berikut ini diuraikan tahapan perkembangan PT. Telkom sebagai berikut :

1. Periode 1882

sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegrap

dibentuk pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

2. Periode 1906

Pemerintah Kolonial Belanda membentuk sebuah jawatan yang

mengatur layanan pos dan telekomunikasi yang diberi nama

Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon (Post, Telegraph en Telephone

Dienst/PTT).

3. Periode 1945
6

Proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagai negara merdeka dan

berdaulat, lepas dari pemerintahan Jepang.

4. Periode 1961

Status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan

Telekomunikasi (PN Postel).

5. Periode 1965

PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN

Pos & Giro), dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN

Telekomunikasi).

6. Periode 1974

PN Telekomunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan Umum

Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa

telekomunikasi nasional maupun internasional.

7. Periode 1980

PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat) didirikan untuk

menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari

Perumtel.

8. Periode 1989

Undang-undang nomor 3/1989 tentang Telekomunikasi, tentang

peran serta swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi.

9. Periode 1991

Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Telkoman (Telkom)

Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP no.25 tahun 1991.

10. Periode 1995


7

Penawaran Umum perdana saham TELKOM (Initial Public

Offering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995. sejak

itu saham TELKOM tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek

Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock

Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Saham

TELKOM juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Public Offering

Without Listing/POWL) di Tokyo Stock Exchange.

11. Periode 1996

Kerja sama Operasi (KSO) mulai diimplementasikan pada 1

Januari 1996 di wilayah Divisi Regional I Sumatra – dengan mitra

PT Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo); Divisi Regional III Jawa

Barat dan Banten – dengan mitra PT Aria West International

(AriaWest); Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta –

dengan mitra PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI);

Divisi Regional VI Kalimantan – dengan mitra PT Dayamitra

Telekomunikasi (Dayamitra); dan Divisi Regional VII Kawasan

Timur Indonesia – dengan mitra PT Bukaka Singtel.

12. Periode 1999

Undang-undang nomor 36/1999, tentang penghapusan monopoli

penyelenggaraan telekomunikasi.

13. Periode 2001

TELKOM membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai

bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa

telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan


8

kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara TELKOM

dengan Indosat. Dengan transaksi ini, TELKOM menguasai

72,72% saham Telkomsel. TELKOM membeli 90,32% saham

Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra

ke dalam laporan keuangan TELKOM.

14. Periode 2002 – sekarang

TELKOM membeli seluruh saham Pramindo melalui 3 tahap, yaitu

30% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian jual-beli pada

tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2003

dan sisa 55% saham pada tanggal 31 Desember 2004. TELKOM

menjual 12,72% saham Telkomsel kepada Singapore Telecom, dan

dengan demikian TELKOM memiliki 65% saham Telkomsel.

Sejak Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan

telekomunikasi lokal.

2.1.2 Logo Instansi

Gambar 2.1 Logo Instansi

2.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan


9

Struktur organisasi perusahaan merupakan bangunan fungsi bagian-

bagian menajemen yang tersusun dari suatu kesatuan hubungan yang

menunjukan tingkatan fungsi, tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam

manajemen perusahaan. Struktur organisasi PT.Telkom dapat dilihat pada

gambar 2.1 berikut :

Gambar 2.2 Struktur Organisasi

2.2 Landasan Teori


10

2.2.1 Sinkronisasi Antar Terminal

Terminal A Terminal B

Perangkat Perangkat
pengirim pengirim
sinyal data sinyal data

Perangkat Perangkat
penerima penerima
sinyal data sinyal data

Gambar 2.3 Deskripsi Sinkronasi Antar Terminal

Setiap terminal memiliki perangkat pengirim sinyal data (Transmit) dan

perangkat penerima sinyal data (Recieve) dengan level atau kuat sinyal

beraneka ragam tergantung jarak kabel dari satu terminal ke terminal lain.

2.2.2 Monitoring

Monitoring merupakan kegiatatan memantau ataupun mengawasi suatu

objek secara terus-menerus untuk keperluan tertentu dengan menggunakan

suatu alat monitor.


11

Objek 1

Objek 2

Objek 3

Objek 4

Gambar 2.4 Deskripsi Monitoring

2.2.3 Deskripsi RMJ (Remote Metro Junction) dan Backbone

Backbone Terminal Kabel


Jalur Kabel
Backbone

JAKARTA BANDUNG

BANDUNG BANDUNG
JAKARTA JAKARTA LOCAL 1 LOCAL 2
LOCAL 1 LOCAL 2

Jalur Kabel RMJ

JAKARTA BANDUNG
LOCAL 3 RMJ LOCAL 3

Gambar 2.5 RMJ & Backbone


12

Keterangan:

 Backbone : Jalur koneksi antar kota yang menghubungkan kota satu

dengan kota lainnya.

 RMJ : Remote Metro Junction merupakan jalur koneksi yang

menghubungkan satu lokasi dengan lokasi lain dalam satu kota.

2.2.4 Sistem Pengamanan Trafik

Untuk menghindari terjadinya gangguan trafik, sistem yang digunakan

meliputi sistem Working-Protection dan MSP-Ring.

A. Working-Protection

Sistem ini memiliki 2 jalur yang menghubungkan antar terminal. Dimana

satu jalur digunakan sebagai jalur utama (working) dan satu lagi sebaga jalur

cadangan (protection) jika jalur utama terputus atau terganggu.

A B

1. Jalur working
putus/terganggu.
2. Trafik otomatis dialihkan
melalui jalur cadangan
(protection).

Gambar 2.6 Deskripsi Sistem Working-protection


13

B. MSP-Ring (Mini Self Protection Ring)

Sistem yang digunakan pada teknologi ini yaitu berupa koneksi jaringan

yang membentuk ring (putaran), sehingga memungkinkan pemindahan jalur

trafik secara otomatis jika salah satu ruas (dua buah terminal yang

terhubung) terjadi putus kabel atau gangguan.

1. Terjadi A B
kabel putus
antara 2. Trafik dari
trminal A ke B
terminal A
otomatis
dan B.
dialihkan
melewati
terminal C dan
C D D.

Gambar 2.7 Deskripsi Sistem MSP-Ring


14

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Jadwal Kerja Praktek

Kerja praktek di PT.Telkom Bandung dilaksanakan selama 2 bulan yaitu

dimulai dari tanggal 1 Oktober 2008 sampai dengan 27 November 2008.

3.2 Cara/Teknik Kerja Praktek

Dilakukan beberapa metodologi dalam melaksanakan sistem pelaksanaan

kerja praktek ini. Adapun metodologi-metodologi yang digunakan dalam

pendekatan sistem pelaksanaan dalam menyusun Laporan Kerja Praktek adalah

sebagai berikut :

a. Metode Literatur

Dalam hal ini penulis mengambil dan menggunakan beberapa buku

sebagai sumber referensi dan membuat teori-teori yang sangat

menunjang materi dalam pelaksanaan kerja praktek ini. Sehingga

penulis dapat membuat laporan sesuai dangan yang diharapakan.


15

b. Metode Praktek

Dalam hal ini dilakukan praktek secara nyata dalam memonitoring

sistem jaringan telekomunikasi kabel Backbone PT. Telkom.

3.3 Data Kerja Praktek

Data kerja praktek yang dimaksud adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan referensi yang mendukung kegiatan monitoring jaringan

telekomunikasi PT. Telkom. Dari berbagai referensi yang ada, dapat diambil

beberapa jenis teknologi jaringan telekomunikasi yang digunakan dalam

beberapa sistem jaringan telekomunikasi kabel backbone khususnya dalm hal

menjaga koneksi jaringan agar tidak terganggu walaupun terjadi kabel putus yang

dimiliki PT. Telkom.

3.3.1 Sistem Yang Digunakan Untuk Memonitor

1. Sistem JASUKA (Jawa-Sumatera-Kalimantan)

Sistem ini adalah sistem yang meliputi pulau jawa,sumatera, dan

kalimantan, dimana sistem ini menggunakan teknologi MSP-Ring.

Dimana jika terjadi putus antara dua terminal, maka trafik data antara dua

terminal tersebut otomatis akan berputar melalui jalr lain seperti yang

dideskripsikan pada gambar 2.6.


16

Terminal

Jalur kabel

Gambar 3.1 Tampilan NMS JASUKA

2. Sistem Jawa_Backbone

Sistem ini dikhususkan untuk mengcover area pulau jawa. Dimana

teknologi yang digunakan mengadopsi sistem working-protection dan

MSP-Ring. Untuk sistem ini tergolong sistem dengan pengamanan trafik

yang berlapis. Dimana jika terjadi kabel putus atau gangguan, sistem

pertama kali akan mengalihkan trafik kejalur cadangan, dan jika kedua

jalur (working dan protection) putus, sistem akan mangalihkan trafik

dengan metode MSP-Ring.


17

Jalur main

Jalur protection

Gambar 3.2 Tampilan NMS Jawa_Backbone

3. Sistem T-21 Kalimantan dan Sulawesi

Sistem ini dibuat untuk mengcover pulau kalimantan dan sulawesi.

Dimana teknologi yang digunakan mengadopsi working-protection yang

apabila sisi working terputus, maka trafik otomatis akan dialihkan ke sisi

protection.
18

Terminal
Jalur kabel

Gambar 3.3 Tampilan NMS T-21 Kalimantan

Jalur kabel
Terminal

Terjadi kabel putus

Gambar 3.4 Tampilan NMS T-21 sulawesi.


19

Keseluruhan sistem memiliki satu kesamaan yakni jika terjadi kabel

putus, maka tampilan gambar jalur kabel berubah dari warna hijau menjadi

berwarna merah.

3.3.2 Alur Aktifitas Kerja

Adapun jika terjadi gangguan kabel putus, maka Surveillance (petugas

yang memonitor NMS) melakukan koordinasi dengan rekan Arnet dilokasi

terjadi gangguan untuk melakukan perbaikan dengan menyambung kabel yang

terputus melalui telepon. Setelah itu, Surveillance akan mengirimkan informasi

gangguan melalui sms (Sent Message Service) menggunakan program yang

sudah tersedia. Informasi yang dikirim berisi tanggal dan waktu gangguan,

lokasi gangguan, dan informasi kondisi trafik normal (lewat protection atau

MSP-Ring) atau tidak. Setelah itu, Surveillance mengawasi NMS sampai

proses perbaikan selesai. Jika dalam kurun waktu satu jam perbaikan masih

belum selesai, maka Surveillance kembali mengirimkan informasi melalui sms

berisi status proses perbaikan. Begitu juga seterusnya dalam kelipatan satu jam

berikutnya. Setelah selesai perbaikan, maka Survellance kembali mengirimkan

sms yang memberitahukan bahwa perbaikan sudah selesai beserta informasi

waktu selesai perbaikan (Tanggal dan jam).


20

Mulai

Telpon koordinasi

Sent SMS Mulai gangguan

Sent SMS
Sent SMS
Selesai
Progress 1 Jam kemudian,
gangguan
gangguan sudah normal ?
No Yes

Input Log
Book
gangguan

Selesai

Gambar 3.5 Alur Aktivitas Kerja

3.3.3 Tools / Program SMS dan Logbook Gangguan

1. SMS

Program ini berbasis web dengan database MYSQL. Dilihat dari

tampilan, program ini cukup mudah digunakan. Program hanya dapat

diakses dalam jaringan internal Telkom dan hanya karyawan yang sudah

terdaftar yang dapat menggunakan program ini. Dengan mengisi semua

kolom secara benar, maka sms dapat dikirimkan melalui program ini.
21

Pilihan klasifikasi dan


kategori gangguan.

Text area untuk


mengetikkan
pesan sms.

Pilihan nomer grup


tujuan sms.

Tombol
kirim.

Gambar 3.6 Program SMS

2. Logbook Gangguan

Seperti program SMS diatas, program ini juga berbasis web namun

dengan database yang berbeda, yakni menggunakan database Oracle.

Program ini berfungsi sebagai penyimpan data-data penting khususnya

mengenai kegiatan monitoring jaringan telekomunikasi milik Telkom

diantaranya sebagai alat untuk menyimpan data history gangguan

jaringan kabel. Tentunya hal ini sangat membantu perusahaan dalam

pembuatan laporan setiap bulannya, sebagai bahan evaluasi guna


22

memotivasi peningkatan pelayanan terhadap konsumen dibulan

berikutnya.

Gambar 3.7 Program Input Logbook Gangguan


23

Gambar 3.8 Program Lihat Logbook Gangguan

Selain untuk menyimpan data logbook gangguan, program ini juga

digunakan untuk memonitor koneksi setiap terminal ke NMS pada masing-

masing sistem perhari. Hal ini sangat penting, mengingat koneksi terminal-

terminal yang ada berpengaruh pada performasi dari kegiatan monitoring ini.

Karena, jika suatu terminal tidak terkoneksi ke NMS, maka berarti terminal itu

tidak dapat dimonitor.


24

Terminal tidak
terkoneksi ke NMS
(warna merah).

Gambar 3.9 Program Cek Koneksi Terminal Ke NMS


25

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dengan adanya sistem monitoring, khususnya untuk jaringan

telekomunikasi kabel backbone, PT. Telkom Indonesia dapat memantau

keamanan jaringan telekomunikasi kabel yang dimiliki serta dapat memercepat

perbaikan dengan informasi yang akurat sehingga gangguan tidak berlangsung

lama.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama melaksanakan kerja praktek,

penulis memiliki sedikit saran, diantaranya :

1. Untuk lebih memaksimalkan sistem monitoring ini, ada baiknya

mengaktifkan suara penanda gangguan mengingat aktifitas

monitoring selama 24 jam dan 7 hari, untuk menghindari terjadinya

kelalaian dalam menaggapi adanya gangguan.

2. Monitor yang digunakan supaya lebih diperbesar, melihat ada

terminal yang tidak terlihat karena tampilan layar monitor yang

terbatas.
26

DAFTAR PUSTAKA

Nokia-Siemens (2007), Fiber Optik Network Control, Nokia-Siemens, Finland.

Anda mungkin juga menyukai