BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
jumlah atom suatu isotop unsur tertentu terhadap jumlah atom seluruh isotop yang
ada dinyatakan dalam persen dapat dilihat pada Tabel 2.1. Oleh karena itu,
hidrogen adalah elemen utama yang digunakan untuk MRI. Pada atom dengan
nomor atom genap, inti atom akan berpasang pasangan sehingga saling
meniadakan efek magnetik dengan demikian tidak terdapat inti bebas yang akan
membentuk jaringan magnetisasi sehingga sulit untuk dirangsang agar terjadi
pelepasan signal.
Tabel 2.1 Inti yang bersifat magnetic (Busberg, 2002)
Proton memiliki prilaku yang hampir sama dengan prilaku sebuah magnet,
melakukan gerakan secara kontinyu mengintari sumbunya atau spinning, seperti
Gambar 2.2, yang akan menghasilkan moment dipole magnetic yang kuat dan
akan menimbulkan fenomena resonansi.
pesawat serta melakukan gerakan presesi. Selisih proton proton yang searah dan
berlawanan arah amat sedikit dan tergantung kekuatan medan magnet pesawat dan
selisih inilah yang akan merupakan inti bebas (tidak berpasangan) yang akan
membentuk jaringan magnetisasi. Pemberian gelombang radio frequency (RF)
proton menyerap sinyal elektromagnetik atau sinyal MRI. Sinyal - sinyal diterima
oleh sebuah koil antena penerima, selanjutnya sinyal- sinyal tersebut diubah
menjadi pulsa listrik dan dikirim ke sistem komputer untuk diubah menjadi
gambar.
Gambar 2.3 menunjukkan dasar fisika MRI, dimana (a) inti hidrogen
mengitari sumbunya atau spinning memiliki medan magnet, panah kuning
merupakan arah sumbu magnetis. Pada awalnya inti hidrogen (1–6), berpresesi
dengan berbagai sudut akan tetapi saat masuk kedalam medan magnet eksternal
(B0) akan berbaris, jumlah momen magnetis disebut vektor magnetisasi (NMV).
(b) RF diberikan NMV membentuk sudut yang menghasilkan dua komponen
magnetisasi yaitu magnetisasi longituginal (Mz) dan magnetisasi transversal
(Mxy). Presesi Magnetisasi transversal disekitar koil penerima, dipengaruhi
tegangan (i). Ketika RF dimatikan terjadi T1 pembangkitan atau T1 recovery, T2
peluruhan atau T2 decay dan T2* .
Gambar 2.3 Time Repetition atau waktu pengulangan pada Fast spin echo
b. Waktu gaung time echo (TE)
Time Echo (TE) atau waktu gema adalah pemberian pulsa interval waktu dari
saat terakhir eksitasi pulsa RF diberikan sampai terdeteksinya puncak sinyal gema
gradien. TE disebut pendek bila waktunya kurang dari 30 ms, sedangkan TE
panjang adalah tiga kali dari TE pendek (90 ms). Pemilihan panjang dan
pendeknya TE akan mempengaruhi intensitas sinyal yang didapat. Time echo
digambarkan sebagai interval antara akhir dan permulaan dari pulsa eksitasi RF
window acquisition (Rahmer, dkk., 2006). Pencitraan dengan waktu relaksasi T2
hanya beberapa ratus mikrodetik untuk deteksi sinyal disebut ultrashort echo time
(UTE) pada T2 pendek sering dilakukan seperti pencitraan jaringan seperti tendon,
liga dan periosteum, hati, paru-paru, dan pencitraan molekular (Rahmer, et.al,
2006).
berguna untuk memproduksi medan magnet yang besar antara 0.1-3.0 Tesla, yang
mampu menginduksi jaringan sehingga mampu menimbulkan magnetisasi dalam
obyek. Beberapa jenis magnet utama yaitu Magnet permanen, resistive Magnet,
magnet superkonduktif, bahan ini akan menjadi superconductive pada temperatur
4K (Kelvin) dengan memberikan arus listrik melalui kumparan-kumparan. Untuk
menjaga kemagnetan kumparan harus dalam temperatur yang sangat dingin,
biasanya digunakan helium cair yang disebut juga dengan cryogen bath.
Koil yang umum digunakan yaitu koil penerima dan koil pemancar karena
Koil pemancar berfungsi untuk memancarkan gelombang radio pada inti yang
terlokalisir sehingga terjadi eksitasi. Sedangkan koil penerima berfungsi untuk
menerima sinyal output dari sistem setelah eksitasi terjadi. Sistem Komputer
berfungsi untuk mengontrol semua komponen alat MRI dan berfungsi juga untuk
menyimpan data. Gradien koil untuk membangkitkan suatu medan, terdapat tiga
Apabila tubuh manusia berada pada medan magnet luar yang sangat kuat
(di dalam gantri MRI), maka yang terjadi adalah momen magnetik masing-masing
spin akan bergerak searah dan berlawanan arah terhadap arah medan magnet luar.
Bila materi itu berada pada tingkat energi rendah (suhu kamar) maka total kuat
magnetisasi (Net Magnetisation Vector = NMV) adalah paralel dengan sumbu Z
(sumbu arah medan magnet luar).
Energi termal dan arah spin random dalam jaringan, tidak mempunyai
magnetisasi jaringan, menghasilkan momen magnetik keseluruhan nol. Di bawah
pengaruh medan magnet eksternal (Bo) yang kuat spin didistribusikan menjadi dua
keadaan energi yaitu sejajar atau pararel dengan medan listrik pada tingkat energi
rendah, dan antiparalel pada daerah tingkat energi yang sedikit lebih tinggi.
Mayoritas spin pada energi rendah. Untuk kekuatan medan magnet yang lebih
tinggi, pemisahan energi dari tingkat energi yang rendah ke energi lebih tinggi,
seperti jumlah kelebihan proton di daerah energi rendah.
Suatu materi yang terdiri atas inti yang memiliki spin intristik, jika
diletakkan di dalam medan magnet luar, dengan arah sumbu z maka spin tadi akan
berinteraksi dengan medan magnet yang menimbulkan torka .
τ = µ x B0 .................................................................... (2.1)
Selain pemisahan daerah energi spin, proton juga mengalami torka yang
merupakan suatu orientasi momen magnetic ( ) terhadap B0, Torka tersebut
ω = γ B0 ...................................................................... (2.2)
Jika medan magnet luar ditempatkan pada tubuh yang mempunyai banyak inti
atom hidrogen, maka akan mengakibatkan gerakan proton didalam tubuh tidak
acak lagi.
Pada saat pulsa RF dihentikan (off), akan terjadi proses dimana Net
Magnetisasi Vektor kehilangan energi yang dikenal dengan relaksasi. Ada dua
fenomena yang terjadi pada saat terjadinya relaksasi yaitu jumlah magnetisasi
pada bidang longitudinal secara perlahan semakin meningkat yang dikenal dengan
peristiwa recovery dan pada saat yang sama jumlah magnetisasi pada bidang
transversal akan meluruh yang dikenal dengan decay.
Sebagai contoh adalah lemak dan cairan cerebro spinal. Lemak memiliki
waktu relaksasi T1 yang pendek sekitar 180 ms sedangkan untuk cairan cerebro
spinal memiliki waktu relaksasi T1 yang panjang berkisar 2000 ms. Sehingga
untuk mencapai waktu relaksasi T1 (63%), lemak akan lebih cepat dibanding
dengan cairan cerebrospinal. Dengan demikian untuk pembobotan T1, jaringan
dengan waktu relaksasi T1 pendek (lemak) akan tampak terang dan jaringan
dengan waktu relaksasi T1 panjang (cairan cerebrospinal) akan tampak gelap.
2.6.2 Relaksasi T2
Pada saat spin berpresisi pada bidang transversal terdapat interaksi yaitu
interaksi antar spin yang menyebabkan perubahan magnetisasi tanpa mengubah
nilai energi interaksi awal, sehingga besar magnetisasi transversal mengecil secara
eksponensial dengan bertambahnya waktu t, yang merupakan solusi persamaan
gerak tersebut (persamaan Bloch) didiskripsikan dengan T2 adalah waktu
transversal yang besarnya diukur setelah meluruh 37% dari amplitudo
maksimumnya disebut juga spin – spin (Gambar 2.6). T2 decay dihasilkan oleh
Spin Relaxation yaitu pertukaran energi antar nuklei yang satu dengan nuklei
yang lain disekitarnya.
Waktu relaksasi T2 akan lebih pendek dari pada waktu relaksasi T1.
Secara umum pada pembobotan T2, jaringan dengan waktu relaksasi T2 panjang
(seperti cairan cerebro spinal sekitar 300 ms akan tampak terang dan
jaringan dengan waktu relaksasi T2 pendek (seperti lemak sekitar 90 ms) akan
tampak gelap. Kecepatan meluruhnya komponen magnetisasi tranversal
tergantung dari konstanta waktu relaksasi transversal atau waktu relaksasi spin-
spin, yang merupakan interaksi antara proton dengan proton. Berdasarkan
mekanisme relaksasi baik transversal maupun longitudinal di atas, untuk berbagai
jaringan dalam tubuh mempunyai prilaku dan waktu relaksasi yang berbeda –
beda, yang diterangkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Waktu relaksasi T1 dan T2 pada jaringan tubuh (Wikibooks, 2007)
Tissue T1 (msec) T2
(msec)
Muscle 870 47
Liver 490 43
Kidney 650 58
Grey Matter 920 100
White Matter 790 92
Lung 830 80
CSF 2,400 160
Proses terjadinya sinyal MRI yang berasal dari pasien tersebut melalui 3
fase fisika yaitu: fase presesi atau magnetisasi, fase resonansi dan fase relaksasi.
Fase presesi atau magnetisasi terjadi ketika pasien dimasukan kedalam medan
magnet yang kuat dalam pesawat MRI, dimana magnetik dipole atau proton
proton dalam tubuh pasien akan parallel dan tidak parallel dengan kutub medan
magnet pesawat, tergantung kekuatan medan magnet pesawat dan selisih proton
proton yang searah dan berlawanan arah merupakan inti bebas tidak berpasangan
yang akan membentuk jaringan magnetisasi.
Proton proton selain terus melakukan spin juga melakukan gerakan relatif
yang sama dengan gerakan permukan gasing yang disebut gerakan presesi.
Frekuensi gerakan presesi tergantung pada jenis atom dan kekuatan medan
magnet luar yang mempengaruhinya atau kekuatan medan magnet pesawat MRI.
Fase resonansi terjadi pada saat fase presesi gelombang radio (RF)
dipancarkan, proton proton hydrogen akan menyerapnya dan mulai bergerak
meninggalkan arah longitudinal yang sejajar dengan arah kutub magnet pesawat
menuju kearah transversal dan menghasilkan magnetisasi transversal. Fase proton
proton bergerak meninggalkan sumbu longitudinal menuju arah transversal
disebut sebagai fase resonansi.
Fase relaksasi terjadi, ketika proton proton hydrogen berada pada bidang
transversal atau decay menuju kembali kearah longitudinal atau recovery sambil
melepaskan energi yang diserapnya dari gelombang radio dalam bentuk
gelombang elektromagnetik yang dikenal sebagai sinyal MRI, yang akan diterima
oleh sebuah kumparan atau antena penerima disisi pesawat MRI, fase ini disebut
fase relaksasi. Fase relaksasi dibagi menjadi T1 dan T2. Jika T1 makin lama maka
diperoleh sinyal yang makin besar.
Awalnya presesi proton proton berada dalam laju dan arah atau fase yang
sama namun secara perlahan satu sama lain keluar dari fase tersebut yang
disebabkan terjadinya interaksi proton dengan proton proton disekitarnya atau
spin-spin interaction. Magnetisasi proton proton lokal yang tidak homogen
meningkatkan interaksi spin spin dan mempercepat dephasing sehingga
mempercepat penurunan besarnya sinyal (signal decay) ke nilai nol. Hal ini
berarti terdapat adanya sinyal yang hilang (loss of signal). Waktu yang diperlukan
proton proton dari keadaan magnetisasi transversal berkurang hingga sekitar 37%
merupakan nilai T2 yang sebenarnya (Bushberg, 2002).
Sinyal MRI adalah sinyal yang dideteksi pada saat spin berelaksasi
dibidang transversal yang susunannya berupa sinyal sinusoidal yang meluruh
secara eksponensial dengan pertambahan waktu yang disebut dengan Free
induction decay (FID). Proses FID dimana setelah pancaran frekuensi radio di
matikan maka spin partikel akan menyerap energi, kemudian energi tersebut akan
melemah sedikit demi sedikit dan akan menuju pada satu fase (dephase).
Kehilangan sinyal yang diakibatkan oleh medan magnetik lokal yang tidak
homogen tersebut, menutupi nilai T2 yang sebenarnya. Nilai T2 yang diakibatkan
oleh adanya medan magnetik yang tidak homogen diberi symbol T2*. Proses
dephasing diakibatkan oleh hasil interaksi spin spin yang sebenarnya dan interaksi
spin spin akibat medan magnet yang tidak homogen.
Jaringan Densitas
Jaringan
Blood 93
Bone 12
Cerebrospinal fluid 96
Fat 88
Gray matter 84
Liver 81
Lung 5
Muscle 82
White matter 70
Waktu pengulangan atau time repetition adalah suatu interval waktu antara
pengulangan dua pulsa yang sama. Pemberian TR yang lama dapat mengevaluasi
jaringan dalam irisan yang lebih banyak serta memberikan harga sinyal noise yang
lebih baik, namun menyebabkan waktu yang dibutuhkan lebih lama untuk
memperoleh data. TR yang cepat dapat mempersingkat waktu pengambilan data
namun jumlah irisan jaringan yang dievaluasi menjadi sedikit, dan Signal to Noise
Ratio (SNR) menjadi jelek. Harga TR dan TE untuk pembobotan T1 dan T2 pada
pulsa spin echo dapat dilihat dalam Tabel dibawah ini.
hypointense, tetapi untuk jaringan yang mempunyai T1 yang cepat maka pada
pembobotan T1 akan kelihatan terang atau hypointens. Tabel dibawah ini
menunjukkan karateristik jaringan dari struktur anatomi (Pierce, 1995).
mendapatkan sinyal echo. Inversion recovery sama metode spin echo dengan
penambahan pulsa 1800 diawal rangkaian pulsa RF.
Jenis jaringan dibagi menjadi dua keadaan yaitu cairan atau liquid dan
padat atau solid. Jaringan padat memiliki molekul-molekul relatif tetap hal ini
berarti medan magnetnya tetap dan variasi lokal medan magnetik disekitar proton
cukup berarti, dan jaringan cair medan magnet lokal dari molekul-molekul
terdekatnya berubah dengan cepat, sebagai akibat dari gerakan molekulnya.
Melalui antena frekuensi radio khususnya pada saat proton berada diantara
selang relaksasi, bisa didapatkan sinyal RF yang dipancarkan dari tubuh pasien
yang disebut peluruhan induksi bebas. FID merupakan intensitas sinyal MRI
digambarkan sebagai fungsi waktu. Dan dengan melakukan transformasi Fourier
terhadap FID menghasilkan spectrum MR. Spektrum MR tersebut merupakan
gambar intensitas sinyal terhadap frekuensi dan puncak dari spectrum PR
menyatakan suatu karateristik jaringan yang diamati.
Jika pada magnet utama tersebut diberikan media magnet gradien yang
bedanya bisa diatur (bidang X, Y dan Z) yaitu pada potongan tubuh sagital,
coronal dan axial, maka didapatkan spektrum MR yang sesuai (Bushberg, 2001).
Dengan medan magnet gradien yang kuat medan magnetnya jauh lebih
kuat dari pada medan magnet utama, akan terjadi pembedaan kuat medan magnet
diluar potongan tubuh yang dipilih, sehingga ada bagian yang lebih besar, maupun
yang lebih kecil dari frekuensi larmor.
1. Dasar-dasar MRI
Pada dasar-dasar MRI ini akan dibahas mengenai pengertian MRI,
Komponen utama MRI (magnet utama, gradien koil, pemancar (transmitter), koil
penerima (receiver) dan komputer)
a. Pengertian MRI
Menurut www.cis. Rit. Edu/htbooks/nmr/chap-1. htm MRI merupakan
sebuah teknik radiologi yang menggunakan magnetisasi, radiofrekuensi,
dan computer untuk menghasilkan gambaran struktur tubuh.
Menurut jurnal Reshaping the way you look at MRI(2005) MRI adalah
suatu alat diagnostik gambar berteknologi tinggi yang menggunakan
medan magnet, frekuensi radio tertentu dan seperangkat komputer untuk
menghasilkan gambar irisan-irisan penampang tubuh manusia.
a. Mgnet permanen.
Magnet permanen terbuat dari beberapa lapis batang
keramik ferromagnetik dan memiliki kuat medan magnet
maksimal 0,3 Tesla. Magnet ini di rancang dalam bentuk
tertutup maupun terbuka (C shape) dengan arah garis magnetnya
adalah antero-posterior.
b. Magnet resistiv
Medan magnet dari jenis resistif dibangkitkan dengan
memberikan arus listrik pada kumparan. Kuat medan magnet
yang mampu dihasilkan mencapai 0,3 Tesla.
c. Magnet superkonduktor
Magnet ini mampu menghasilkan medan magnet hingga
berkekuatan 0,5 Tesla-3.0 Tesla, dan sekarang banyak dipakai
untuk kepentingan klinik. Helium cair digunakan untuk
mempertahankan kondisi superkonduktor agar selalu berada
pada temperatur yang diperlukan.
2. Koil gradien
Koil gradien dipakai untuk membangkitkan medan magnet gradient
yang berfungsi untuk menentukan irisan, pengkodean frekuensi dan
pengkodean fase. Terdapat tiga medan yang saling tegak lurus yaitu
bidang X, Y dan Z. Peranannya akan saling bergantian dengan
potongan yang dipilih axial, sagital dan coronal. Ini digunakan untuk
memvariasikan medan magnet pada pusat yang terdapat 3 medan yang
saling tegak lurus antara ketiganya (X,Y dan Z). Secara koordinat
ruang (X, Y dan Z). Kumparan gradien dibagi 3 yaitu:
Koil RF dirancang untuk sedekat mungkin dengan obyek agar sinyal yang
diterima memiliki amplitudo besar. Beberapa jenis koil RF diantaranya.
a. Koil Volume
Koil volume merupakan jenis koil RF yang sensitif
terhadap volume tubuh jaringan dan sudut eksitasi yang sama,
sehingga dapat menerima sinyal secara merata pada area yang
tercakupinya. Koil berfungsi sebagai koil penerima sekaligus
pemancar. Jenis koil volume diantaranya koil tubuh, koil genu
dan koil leher.
b. Koil Permukaan
Koil permukaan didesain berbentuk kaku, lentur atau
mirip pelana. Koil ini umumnya berfungsi sebagai koil
penerima. Koil vertebra dan beberapa ekstrimitas termasuk jenis
koil ini.
c. Koil Linier
Adalah koil yang sensitif terhadap perubahan medan
magnet sepanjang garis axis tunggal. Koil permukaan sebagian
besar termasuk koil linier.
d. Koil Kuadrat
Adalah koil yang sensitif terhadap perubahan axis ganda.
Koil volume sebagian besar termasuk koil kuadrat.
4. Sistem Komputer.
Sistem computer bertugas sebagai pengendali dari sebagian besar
peralatan MRI. Dengan kemampuan piranti lunaknya yang besar
computer mampu melakukan tugas-tugas multi, diantranya adalah
operator input, pemilihan potongan, kontrol system gradient, kontrol
sinyal RF. Disamping itu, computer juga berfungsi untuk mengolah
sinyal hingga menjadi citra MRI yang biasa dilihat melalui layar
monitor, disimpan ke dalam piringan magnetik atau bisa langsung
dicetak.
2. Fisika MRI
b. Presesi
Tiap-tiap inti hidrogen membentuk NMV spin pada sumbu atau
porosnya. Pengaruh dari Bo akan menghasilkan spin sekunder atau
”gerakan” NMV mengelilingi Bo. Spin sekunder ini disebut precession,
dan menyebabkan magnetik moment bergerak secara circular
mengelilingi Bo. Pergerakan itu disebut ”precessional path” dan
kecepatan gerakan NMV mengelilingi Bo disebut ”frekuensi path”
Satuan frekuensinya MHz, dimana 1 Hz= 1 putaran per detik.
Gambar 5. Presesi
c. Resonansi
Adalah fenomena yang terjadi apabila sebuah obyek diberikan pulsa
yang mempunyai frekuensi sesuai dengan frekuensi Larmor. Apabila
tubuh pasien diletakkan dalam medan magnet eksternal yang sangat
kuat, maka inti-inti atomnya akan berada pada arah yang searah atau
berlawanan dengan medan magnet luar dan inti-inti itu akan mengalami
perpindahan dari suatu energi ke tingkat energi yang lain. Proses
perpindahan energi ini seringkali merubah arah dari NMV, akibatnya
vektor dapat berubah arah dari arah longitudinal atau parallel medan
magnet luar, ke arah yang lain. Peristiwa ini terjadi apabila inti atom
menyerap energi untuk berpindah energi yang lebih tinggi atau
melepaskan energi untuk berpindah ke tingkat yang lebih rendah.
Energi untuk terjadinya proses ini di dapat dari energi pulsa
radiofrekuensi. Pulsa radiofrekuensi ini harus mempunyai frekuensi
tertentu untuk dapat berperan dalam proses transisi, dan harus
disesuaikan dengan kekuatan medan magbnet eksternal. Untuk magnet
dengan kekuatan 1 Tesla (10.000 gauss), frekuensi RF yang diperlukan
adalah 42,6 Mhz, sedangkan untuk 1,5 Tesla diperlukan 63,9 Mhz
d. MR Signal
Adalah sebagai akibat resonansi NMV mengalami inphase pada bidang
transversal. Hukum Farady menyatakan jika receiver koil ditempatkan
pada area medan magnet yang bergerak misalnya NMV yang
mengalami presesi pada bidang transversal tadi akan dihasilkan voltage
dalam receiver koil. Oleh karena itu NMV yang bergerak menghasilkan
medan magnet yang berfluktuasi dalam koil. Saat NMV berpresesi
sesuai frekuensi Larmor pada bidang transversal, maka akan terjadi
voltage. Voltage ini merupakan MR signal. Frekuensi dari signal adalah
sama dengan frekuensi Larmor, besarnya kecilnya sinyal tergantung
pada banyaknya magnetisasi dalam bidang transversal. Bila masih
NMV, akan menimbulkan sinyal yang kuat dan tampak terang pada
gambar, bila NMV lemah akan sedikit menimbulkan sinyal dan akan
tampak gelap pada gambar.
f. Relaksasi
Selama relaksasi NMV membuang seluruh energinya yang diserap dan
kembali pada Bo. Pada saat yang sama, tetapi tidak tergantung moment
magnetik NMV kehilangan magnetisasi transversal yang dikarenakan
dephasing. Relaksasi menghasilkan recoveri magnetisasi longitudinal
dan decay dari magnetisasi transversal.
h. T2 Decay
Disebabkan oleh pertukaran energi inti atom dengan atom yang lain.
Pertukaran energi ini disebabkan oleh medan magnet dari tiap-tiap inti
atom berinteraksi dengan inti atom lain. Seringkali di namakan spin-
spin relaksasi dan menghasilkan decay atau hilangnya magnetisasi
transverse. Rate decay juga merupakan proses eksponensial, sehingga
waktu relaksasi T2 dari jaringan soft tissue konstan. T2 adalah waktu
pada saat 63% magnetisasi transverse menghilang.
3. Pembentukan Citra
Citra MRI dibentuk melalui proses pengolahan sinyal yang keluar dari
obyek. Sinyal baru bisa diukur apabila arah vektornya di putar dari
sumbu z (Mz) menuju sumbu xy (Mxy). Pemutaran arah vector magnet
jaringan dan pengambilan sinyalnya dijelaskan melalui serangkaian
proses dibawah ini.
a. Pulsa RF (Radiofrekuensi)
Pulsa Rf merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki
frekuensi antara 30-120 MHz. Apabila spin diberikan oleh sejumlah
pulsa yang mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi Larmor,
maka terjadilah resonansi. Spin akan menyerap energi pulsa dan
mengakibatkan sudut presesi semakin besar. Peristiwa tersebut dikenal
dengan nama (Nuclear magnetik Resonance)
b. Pembobotan T1
Yaitu citra yang kontrasnya tergantung pada perbedaan T1 time. T1
time adalah waktu yang diperlukan NMV untuk kembalinya 63%
magnetisasi longitudinal dan dikontrol oleh TR. Karena TR
c. Pembobotan T2.
Yaitu citra yang kontrasnya tergantung perbedaan T2 time. T2 time
adalah waktu yang diperlukan untuk meluruh hingga 37 % dari nilai
awalnya dan dikontrol oleh TE. Untuk mendapatkan T2 weighting, TE
harus panjang untuk memberikan kesempatan lemak dan air untuk
decay, sehingga kontras lemak dan air dapat tervisualisasi dengan baik.
Jika TE terlalu pendek maka baik lamak dan air tidak punya waktu
untuk decay sehingga keduanya tidak akan menghasilkan kontras
gambar yang baik. Pembobotan PD/T2 dimana TR panjang 2000 ms,
TE pendek 20 ms/ TE panjang >80 ms dan Waktu scnning 7-8 menit
4. Spin Echo
a. Pengertian Spin Echo
Menggunakan eksitasi pulsa 90o yang diikuti oleh satu atau lebih
rephasing pulsa 180o, untuk menghasilkan spin echo. Jika hanya
menggunakan satu echo gambaran T1 Weighted Image dapat
diperoleh dengan menggunakn TR pendek dan TE pendek. Sedangkan
untuk menghasilkan proton density dan T2 Weighted Image,
diaplikasikan dua spin echo dengan dua pulsa RF 180o rephasing, echo
pertama dengan short TE dan long TR, untuk menghasilkan proton
density, echo kedua dengan long TR dan long TE menghasilkan T2.
Pada spin echo raw image data, dari masing-masing echo di simpan
Spin Echo
gradient
frequency encode readout
signal
FID spin
Gambar 6. Urutan sekuence pada
echo
pulse sekuence spin echo
(Westbrook,C, dan Kaut,C, 1999).
b. Waktu Scanning
Waktu scanning pada sekuens Spin Echo dapat dihitung dengan rumus
:
Dimana:
pada dekade terkhir ini, spin echo konvensional adalah yang paling
sering digunakan untuk menghasilkan citra dengan pembobotan T1
1. Densitas Proton.
Merupakan jumlah proton pada area pemeriksaan yang menentukan
amplitude sinyal yang diterima. Daerah dengan densitas proton
yang rendah menghasilkan signal yang rendah sehingga SNR yang
dihasilkan juga rendah. Sebaliknya daerah dengan desitas proton
yang tinggi akan menghasilkan proton yang tinggi sehingga SNR
yang dihasilkan juga tinggi.
2. Voxel volume
Voxel volume menandakan volume dalam pasien dan ditentukan
oleh pixel area dan ketebalan irisan (slice thickness). Pixel area
ditentukan oleh ukuran Field of View (FOV) dan jumlah pixel
dalam FOV atau matrik. Voxel yang besar mempunyai inti-inti
atom yang lebih banyak daripada voxel yang kecil, sehingga voxel
yang besar mempunyai SNR yang lebih tinggi. Melipatgandakan (2
4. NEX
NEX (Number of excitation) merupakan nilai yang menunjukkan
pengulangan pencatatan data selama akuisisi dengan amplitudo dan
phase encoding yang sama. NEX mengontrol jumlah data yang
disimpan dalam tiap-tiap lajur K-space. Menduakalikan NEX maka
menduakalikan jumlah data yang disimpan dalam lajur K-
space.Data berisi signal dan noise. Noise adalah random dan dalam
posisi yang berbeda tiap-tiap waktu data yang disimpan. Dan signal
tidak random, selalu terjadi dalam tempat yang sama ketika data
dikumpulkan. Menambah NEX sebesar 2 kali, hanya akan
menambah SNR sebesar 2 (=1.4). Meningkatkan NEX,
bukan cara terbaik untuk meningkatkan SNR. Keuntungan NEX
meningkat yaitu: meningkatnya SNR dan rata-rata signal lebih
banyak dan mengurangi motion artefak, sedangkan kerugiannya
adalah meningkatnya waktu scanning Keuntungan NEX turun
yaitu: berkurangnya waktu scanning dan kerugiannya adalah
menurunnya SNR dan rata-rata signal kurang
5. Receive bandwidth
Adalah rentang frekuensi yang terjadi pada sampling data pada
obyek yang di scan. Semakin kecil bandwidth maka noise akan
semakin kecil tetapi akan berpengaruh pada TE minimal yang
dipilih.
6. Koil
Pada prinsipnya semakin dekat koil dengan organ maka SNR yang
dihasilkan semakin tinggi.
struktur yang kecil dapat dibedakan. Sedangkan voxel yang besar akan
menghasilkan resolusi yang rendah dan struktur yang kecil tidak dapat dibedakan.
Hal ini dikarenakan intensitas sinyal dirata-rata bersama sehingga partial volume
terjadi. Spatial resolution dapat ditingkatan dengan:
Signal to Noise Ratio (SNR) pada regio lumbal tergantung pada kualitas coil
yang digunakan. Coil spinal posterior menghasilkan sinyal yang kuat pada
daerah kanalis lumbal dan korpus vertebra, namun jaringan lemak pada pantat
mendapatkan hasil pencitraan yang baik pada region thorakal dan lumbal hal
Karena aliran LCS berkurang pada area ini, FSE lebih sering digunakan
secara rutin. Hal ini memungkinkan implementasi matriks yang sangat halus
sumbu empat persegi panjang dari superior ke inferior ) dan FOV kecil pada
S
Rumus SNR persamaan 2.1
www. MRI Quality. htm 02 Januari 07
S = sinyal
Contras to Noise Ratio (CNR) adalah perbedaan SNR antara organ yang saling
berdekatan. CNR yang baik dapat menunjukkan perbedaan daerah yang patologis
dan daerah sehat. Dalam hal ini, CNR dapat ditingkatkan dengan cara :
saturation.
tampak gelap.
Tabel 2.1
1 Lemak 180 90
2 Lever 270 50
3 Renal 360 70
5 Limpa 480 80
7 Otot 600 40
(CSF)
menjadi rendah.
panjang jika lebih dari 1500 ms. TR berkaitan dengan waktu relaksasi
kekontrasan citra lebih baik, karena relaksasi longitudinal jaringan CSF yang lebih
intensitas sinyal yang diberikan dari kedua jaringan lebih besar, kontras pada
kecil.
A. Prinsip-prinsip dasar
1) Magnet Utama
2) Gradien Koil
dan pengkodean fase. Terdapat tiga medan yang saling tegak lurus,
3) Koil Radiofrekuensi
Freimarck, 1995).
Beberapa jenis koil RF, diantaranya adalah : koil volume (Volume Coil),
koil permukaan (surface koil), koil linier, koil kuadran, Phase array (PA)coil.
Keterangan gambar:
1. Magnet statis
2. Koil gradien
3. Koil radiofrekuensi
4) Sistem Komputer
b. Pembentukkan Citra
Citra MRI dibentuk melalui proses pengolahan sinyal yang keluar dari
obyek. Sinyal baru bisa diukur apabila arah vektornya diputar dari
proses berikut :
4) Sinyal FID
lahi pulsa 180 ˚. Sinyal echo yang akan ditangkap koil sebagai data
akan terukur dalam peralatan MRI menjadi suatu nilai Signal To Noise Ratio
noise. Dan SNR ini yang akan menentukan citra yang diperoleh. SNR ini yang
akan menggambarkan besar intensitas signal yang di dapat pada elemen voxel,
maka NSR akan bergantung pada langkah pengkodean fase dan dapat
juga, tetapi ukuran pixel bertambah kecil. Jika ukuran matriks bertambah besar
menjadi lebih kecil. Namun hal itu akan mengurangi banyaknya sinyal yang
diterima oleh setiap pixel sehingga memperoleh perbandingan SNR yang sangat
dengan thickness (tebal) yang besar dan luas, maka apabila kita beri RF
akan memberikan signal pada semua bila RF dan BO sama. Maka dalam
Dalam instrumen MRI disebutkan ada tiga buah gardien koil, yaitu :
Yang dimaksud dengan pulsa sequency yaitu suatu cara untuk memperoleh
pulsa dengan memodifikasi besar dan waktu RF dan perubahan gradient coil.
Nama atau system pulsa sequency dalam setiap alat MRI berbeda-beda dari
parameter saja.
Dengan pengaplikasian 3 gradien saling tegak lurus tersebut diatas, maka keadaan
a. MR Active Nuchlei
hydrogen (1 proton dan tanpa neutron) serta atom lain secara teoritik
kuat per inti. Hal ini menyebabkan sinyal hydrogen yang dihasilkan
Proton dan neutron adalah komponen penyusun semua inti atom yang
b. Resonansi
Ketika terdapat lebih dari satu proton dan neutron akan terdapat
menjadi sangat kecil. Hal ini berarti bila inti dengan proton genap dan
sedangkan untuk inti dengan proton dan neutron ganjil akan terdapat
Spining nucleus
Spining charged with charge
particle
Direction of
magnetic field
Direction of spin
Direction of
magnetic field
Gambar 4. Arah momen magnet tergantung pada arah putaran spin proton
c. Presesi
pada kuat medan magnetic yang diberikan pada jaringan. Semakin kuat
Larmor.
d. Sinyal
gambar citra, sebab pada proses dephase proton akan dihasilkan suatu
diputar 90˚ ke bidang transversal dan terjadi proses relaksasi T2. Jaringan yang
mempunyai nilai T2 pendek dephase yang terjadi sangat cepat, sehingga intensitas
sinyal yang dihasilkan sangat besar dan jaringan dengan waktu relaksasi T2
pendek ini akan kelihatan hitam pada pembobotan nilai T2. proses relaksasi T1
dan T2 adalah suatu kerja yang berlawanan yaitu pada saat proses pertumbuhan
hingga pada kurva relaksasi T2. Dua efek relaksasi T1 dan T2 terjadi ketika
yang satu dengan yang berikutnya disebut dengan Time Repetition (TR),
sedangkan waktu tengah antara pulsa 90˚ dan sinyal maksimum (echo) disebut
dengan Time Echo (TE). Parameter T1 dan T2 sebagai sifat instrinsik jaringan dan
kehitaman pada gambar MRI. Pada T2 Weighting derajat kehitaman gambar akan
dikontrol oleh TE dan T2, sedangkan untuk T1 Weighting derajat kehitaman akan
dikontrol oleh TR dan T1 serta proton density Weighting akan tergantung dari
densitas proton dalam jaringan yang menentukan besar kecilnya sinyal. Hal ini
berarti variasi T1, T2, TE dan TR adalah komponen utama yang akan menentukan
selama pemeriksaan MRI, dengan parameter TR, TE, dan T1 serta parameter-
parameter lain yang menyertainya. Beberapa urutan pulsa yang biasa digunakan
Urutan pulsa Spin Echo terdiri dari 90˚ pulsa excitation yang
diikuti 180˚ pulsa rephasing, dan hanya dengan satu langkah Phase
citra yang sangat baik karena memiliki nilai SNR yang tinggi.
relatif panjang.
Disamping SE (Spin Echo) ada juga FSE (Fast Spin Echo), yaitu
karena saturasi penuh dari vektor lemak dan air telah tercapai pada
4. Kualitas Gambar
gambar, yaitu :
oleh :
2). Tebal Irisan, yaitu semakin besar ukuran ketebalan irisan atau
4). NEX ganda berarti jumlah data yang tersimpan pada K-Space juga
daerah yang sehat. Dalam hal ini, CNR dapat ditingkatkan dengan
cara :
saturation
c. Spatial Resolution
frekuensi dapat dipilih dari 256 sampai 64 satuan. Ada banyak cara
pencitraan yang besar, namun harga SNR akan berkurang. Hal ini
pencitraan.
Irisan yang tebal cenderung menghasilkan pembagian volume yang lebih besar,
dimana hal ini dapat menyarankan pembatasan obyek-obyek yang lebih kecil.
baik dan dapat mencakup suatu volume jaringan yang besar, tetapi
resolusi yang lebih tinggi tetapi volume yang dapat dicakup lebih
kecil.
1. TR sependek mungkin
2). Peradangan
6). Trauma
lainnya.
5). Pasien diminta untuk ganti baju pasien dan meninggalkan semua
d. Protokol pemeriksaan
1). Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan feet first. Beri
pendek pendek akan tampaknya putih, sedangkan jaringan dengan T1 yang lama