Makalah Spondylodiscitis
Makalah Spondylodiscitis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kuliah dengan metode “Task Reading”
yang difasilitasi oleh tutor kelompok kami yaitu dr. Warda El Maida Rusdi.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Spodylodiscitis” yang
mencakup pengertian spondylodiscitis itu sendiri, dimana spondylodiscitis adalah infeksi
pada diskus dan vertebrae yang berdekatan dengan diskus yang disebabkan oleh piogen .
Gejala dari infeksi ini tidaklah spesifik, diantaranya demam, nyeri lokal, dan tanda-tanda
neurologis ketika kelainan bentuk struktur yang terkena semakin parah. Kurangnya gejala
spesifik, mengakibatakan keterlambatan diagnosa sehingga menyebabkan potensi untuk
morbiditas dan mortalitas tinggi. Dalam kebanyakan kasus, pasien yang terkena memiliki
satu atau lebih kondisi yang mendasari predisposisi, seperti diabetes mellitus,
alkoholisme, infeksi HIV, kelainan tulang belakang atau intervensi, maupun infeksi lokal
atau sistemik yang berpotensi menjadi spondylodiscitis.
Oleh karena itu, sepatutnya kita harus lebih mendalami tentang spondylodiscitis
baik itu presentasi, faktor resiko, diagnosa, dan penatalaksanaan penyakit ini. Semua hal
ini kami bahas dalam makalah TR kami kali ini agar bermanfaat bagi kita semua dan
semoga dapat membantu mengurangi masalah keterlambatan diagnosa yang meyebabkan
potensi morbiditas dan mortalitas tinggi.
1.2.Tujuan
a. Mengetahui apa itu spondylodiscitis.
b. Bagaimana pathogenesis spondylodiscitis.
c. Mengetahui hal apa saja yang harus dilakukan untuk mendiagnosa spondylodiscitis.
d. Mengetahui apa saja diagnosa banding, factor resiko, dan penatalaksanaannya.
.
1.3.Manfaat
Dengan adanya makalah ini kita sama-sama dapat memahami tentang penyakit
spondylodiscitis serta dapat mendiagnosa penyakit spodylodiscitis lebih dini.
Spondylodiscitis |2
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 1. A. Pandangan lateral kolumna vertebralis. B. Ciri-ciri umum berbagai jenis vertebrae.
Gambar 2. Vertebrae L3 dilihat dari atas, memperlihatkan hubungan antara diskus intervertebralis dan cauda equine.
Spondylodiscitis |4
Permukaan atas dan bawah corpus vertebrae yang berdekatan yang menempel
pada discus diliputi oleh cartilage hyaline yang tipis.
Sifat nucleus pulposus yang setengah cair memungkinkannya berubah bentuk dan
vertebra dapat menjungkit ke depan atau ke belakang di atas yang lain, seperti pada
gerakan fleksi dan ekstensi columna vertebralis.
2.2.Definisi Spondylodiscitis
Spondylodiscitis adalah infeksi pada diskus intervertebralis dan corpus vertebra
yang berdekatan karena masuknya piogen, yang bisaanya melalui jalur hematogen. Plain
film radiography (pada tahap awal terlihat normal) menunjukkan vertebral endplate yang
terlihat kabur dan berkurangnya tinggi diskus yang berlangsung cepat. MRI merupakan
pemeriksaan penunjang yang dianjurkan karena dapat mendeteksi edema dalam tulang
trabekular sangat awal sebelum terjadinya kehancuran. Injeksi medium kontras dengan
saturasi sinyal lemak dapat meningkatkan deteksi dan visualisasi penyebaran infeksi di
jaringan ikat dan ruang epidural. Pencitraan dapat juga digunakan untuk memandu
aspirasi menggunakan jarum untuk menginvestigasi agen infektif.(4)
2.3.Epidemiologi
Insiden tahunan kasus spondylodiscitis di Prancis, berdasarkan database dari The
French Hospital (PMSI) sebanyak 2,4 per 100.000 orang, sebuah angka yang sebanding
dengan negara-negara barat lainnya. Rasio berdasrkan jenis kelamin yaitu 1,5 untuk pria
dan 1 untuk wanita, dan rata-rata usia yang terkena spondylodiscitis ini adalah 59 tahun
(1-98 tahun). Anak-anak dan usia dibawah 20 tahun hanya terhitung 3% dari jumlah
penderita, tanpa perbedaan jenis kelamin. Setelah umur 20 tahun, didominasi oleh pasien
pria. Spondylodiscitis adalah hasil dari infeksi lewat jalur hematogen, kontak langsung,
atau kontaminasi dari infeksi jaringan yang bersebelahan. Infeksi hematogen adalah
penyebab utama pada anak-anak (60-80% kasus) karena diskusnya sangat
tervaskularisasi, tetapi pada orang dewasa vaskularisasinya berkurang. Spodylodiscitis
Spondylodiscitis |5
dapat juga disebabkan oleh infeksi pada lokasi yang jauh dari tulang belakang
(endokardirtis, abses, infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru atau pelvis), timbul setelah
intervensi bedah dalam situs yang jauh (panggul, kemih, pembuluh darah, operasi jantung
atau organ dalam) komplikasi sebuah infeksi local yang menjadi sistemik, atau hasil
penggunaan dari narkoba yang disuntikkan. Kontak langsung piogen dengan tulang (15-
40%) berkembang sebagai respon terhadap kontaminasi local diskus atau vertebrae:
puncture, infiltrasi, diskografi, laminectomi, discectomy, terapi laser, atau operasi untuk
columna vertebrae. Masuknya piogen ke vertebrae akibat infeksi yang terjadi pada
jaringan yang berdekatan, seperti abses atau aorta graft yang terinfeksi, kasusnya lebih
jarang (sekitar 3% kasus). Agen yang bertanggung jawab terhadap infeksi
spondylodiscitis bervariasi tergantung pada jalur kontaminasinya (hematogen, langsung,
atau berdekatan) dan letak geografis (lokasi endemik TB atau tempat dimana brucellocis
muncul). Tabel 1 merangkumkan agen infeksi yang dapat menyebabkan spondylodiscitis
berdasarkan frekuensinya.(4)
Sumber: Diagnostic and Interventional Imaging (2012) published by Elsevier Masson SAS on behalf of
The Edition Francaises de Radiologie.
2.4.Patogenesis
Spondylodiscitis bisa terjadi akibat infeksi virus atau bakteri. Pembengkakan dan
peradangan pada spondylodiscitis dapat menyebabkan nyeri punggung. Jika tulang
terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering membengkak.Karena
pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku, maka
Spondylodiscitis |6
pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran darah
ke tulang.Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati.Patogen-
patogen tersebut dapat masuk kedalam tulang belakang dan cakram tulang belakang yang
bisaanya terlindung dengan baik, dapat mengalami infeksi melalui beberapa jalan,
diantaranya :
a. Melewari aliran darah ( hematogenic)
Infeksi terjadi apabila jika organisme bersifat virulen dan jumlah inokulum
yang besar. Bakeri dapat masuk kedalam tubuh secara langsung dengan adanya
trauma tembus, dengan penyebaran secara hematogen dari pusatPusat
peradanganyang berada jauh dari tulang belakang dapat menyebarkan patogen-
patogen melalui aliran darah yang menuju tulang belakang.melalui pembuluh
darah karena refluks di Batson yang pleksus disebabkan oleh peningkatan
tekanan .
b. Melewati aliran getah bening ( lymphogeneric)
c. Melalui sebuah infeksi pada luka sesudah operasi (iatrogenic)
Pada prinsipnya, ketika masuk dalam tubuh manusia, bakteri tersebut bisa
menyerang ke organ mana pun. Sepanjang ada aliran darah, bakteri bisa menyerang
persendian, tulang, atau bahkan otak..Jenis tulang yang bisaanya diserang
mikrobakterium tuberkulosis umumnya merupakan tulang-tulang besar yang menjadi
penopang tubuh, seperti tulang belakang, tulang pinggul, tulang bokong, tulang bahu,
termasuk persendian serta kaki.
Bakteri-bakteri penyebab tuberkulosis tersebut masuk dalam spongiosa tulang
ketika terbawa oleh aliran darah. Jika tulang yang diserang ini ditekan maka akan
menimbulkan rasa nyeri yang luar bisaa. Namun umumnya bersifat lokal.Jadi nyerinya
hanya di satu titik saja.
Jika tidak kunjung diobati, bakteri-bakteri ini akan menggerogoti dan
menghancurkan tulang tempat bakteri tersebut bersarang. Lama-kelamaan tulang menjadi
keropos dan hancur.(3)
dengan cepat pada beberapa media dan dengan aktif melakukan metabolism,
fermentasi karbohidrat dan menghasiikan bermacam-macam pigmen dari warna putih
hingga kuning gelap. Beberapa merupakan anggota flora normal pada kulit dan
selaput lender manusia; yang lain menyebabkan supurasi dan bahkan septicemia fatal.
Stafilokokus yang pathogen sering menghemolisis darah, mengkoagulasi plasma dan
menghasilkan berbagai enzim ekstraseluler dan toksin.
Genus stafilokokus sedikitnya memiliki 30 spesiesl. Tiga tipe Stafilokokus
yang berkaitan dengan medis adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis dan Staphylococcus saprophyticus. Staphylococcus aureus bersifat
koagulase positif, yang membedakannya dari spesies lain. Staphylococcus aureus
adalah pathogen utama pada manusia. Hampir setiap orang pernah mengalami
berbagai infeksi S. aureus selama hidupnya, dari keracunan makanan yang berat atau
infeksi kulit yang kecil, sampai infeksi yang tidak bisa disembuhkan. Stafilokokus
koagulase negatif merupakan flora normal manusia dan kadang-kadang menyebabkan
infeksi, seringkali hal ini berhubungan dengan alat-alat yang ditanam, khusunya pada
pasien yang muda, sangat tua dan mengalami penurunan daya tahan tubuh.
1. Ciri khas
Stafilokokus adalah sel yang berbentuk bola yang tersusun dalam
bentuk kluster yang tidak teratur. Stafilokokus bersifat nonmotil dan tidak
berbentuk spora.
2. Biakan
Stafilokokus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi
dibawah suasana aerobic atau mikroaerofilik. S. aureus bisaanya
membentuk koloni abu-abu hingga kuning emas.
3. Pathogenesis
Stafilokokus khususnya S. epidermidis, adalah anggota flora normal
pada kulit manusia, saluran respirasi dan gastrointestinal. Stafilokokus
juga ditemukan pada pakaian, sprei, dan benda lain di lingkungan manusia.
Kemampuan patogenik dari galur S. aureus adalah pengaruh gabungan
antara factor ekstraseluler dan toksin bersama dengan sifat daya sebar
invasif. Pada satu sisi semata-mata diakibatkan oleh ingesti enterotoksin;
pada sisi lain adalah bakterikimia dan penyebaran abses pada berbagai
organ. Peranan berbagai bahan ekstraseluler pada pathogenesis berasal dari
sifat masing-masing bahan tersebut.
Spondylodiscitis |8
B. Mycobacterium tuberculosis
Dalam jaringan, basil tuberkel adalah bakteri batang lurus. Pada media buatan,
bentuk kokoid dan filamentous tampak bervariasi dari satu spesies ke spesies lain.
Mikrobakteria tidak dapat dikelompokkan sebagai gram positif.
1. Biakan :
Media untuk membiakkan mikrobakteria adalah media nonselektif dan
media selektif. Media selektif berisi antibiotic untuk mencegah
pertumbuhan kontaminan bakteri dan fungi yang berlebihan. Ada tiga
formulasi umum yang dapat digunakan untuk kedua media selektif dan
nonselektif.
a. Media Agar Semisintetik. Media ini berisi garam tertentu,
vitamin, kofaktor, asam oleat, albumin, katalase, gliserol, glukosa,
dan malachite green.
b. Media Telur Inspisasi. Media ini berisi garam tertentu, gliserol,
dan substansi organic kompleks (yaitu telur segar atau kuning telur,
tepung kentang dan bahan-bahan lain dengan komposisi yang
bervariasi).
c. Media Kaldu. Media kaldu mendukung proliferasi inokulen kecil.
Bisaanya mikrobakteria tumbuh dalam rumpun atau masa karena
sifat hidrofobik dari permukaan sel.
2. Karakteristik Pertumbuhan
Mikrobakteria merupakan aerobic obligat yang memperoleh energy
dari oksidasi beberapa senyawa karbon sederhana. Penambahan CO2
meningkatkan pertumbuhan. Tidak ada aktivitas biokimia yang menandai.
Bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih cepat, proliferasi terjadi pada
temperature 22-23˚C.
3. Patogenitas Mikrobakteria
Ada perbedaan kemampuan mikrobakteria untuk menyebabkan lesi
pada spesies inang. Manusia dan babi guinea rentan terhadap infeksi M.
tuberculosis, dimana unggas dan lembu resisten. M. tuberculosis dan
Myobacterium bovis sama-sama pathogen terhadap manusia.
S p o n d y l o d i s c i t i s | 10
4. Gambaran klinis
Karena basil tuberkel dapat menembus ke seluruh system organ,
manifestasi klinisnya adalah protean. Kelelahan, kelemahan, penurunan
berat badan, dan demam dapat menandakan penyakit tuberculosis.(1)
C. Brucella
Munculnya pada kultur muda bervariasi dari kokus sampai batang. Berbentuk
gram negatif.
1. Sifat Khas Pertumbuhan
Brucella beradaptasi pada kehidupan intraseluler dan kebutuhan nutrisi
mereka sangat komplek. Beberapa galur telah ditumbuhkan pada media
tertentu yang mengandung asam amino, vitamin, garam, dan glukosa.
Specimen segar bersumber dari hewan dan manusia bisaanya dibiakkan
pada Trypticase Soy atau media pembiakan darah.
Brucella memanfaatkan karbohidrat tetapi tidak menghasilkan asam
atau gas dalam jumlah yang cukup untuk klasifikasi. Katalase dan oksidase
dihasilkan oleh empat spesies yang menginfeksi manusia.
Brucella sensitive terhadap panas dan keasaman. Bakteri ini mati dalam
susu yang dipasteurisasi.
2. Pathogenesis dan Patologi
Mekanisme infeksi yang umum pada manusia terjadi pada saluran
pencernaan (menelan susu yang terinfeksi), selaput lender dan kulit (kontak
dengan jaringan hewan yang terinfeksi. Keju yang terbuat dari susu
kambing yang tidak dipasteurisasi merupakan perantara yang umum.
Organism berkembang dari pintu masuk melalui saluran limpa dan kelenjar
limfe yang regional, menuju ductus thorasikus dan aliran darah, yang
menyebarkannya ke organ-organ parenkhimatous. Nodul grabulomatosa
yang berkembang menjadi abses terbentuk di dalam jaringan limpatik, hati,
limpa, sumsum tulang dan bagian lain dari system retikuloendotelial. Pada
lesi, pada prinsipnya brucella bersifat intraseluler.
Brucella yang menginfeksi manusia menunjukkan perbedaan dalam
patogenitas. B abortus selalu menyebabkan penyakit ringan tanpa
komplikasi bernanah; noncaseating dari granuloma non-kaseasi dapat
timbul. B cannis juga menyebabkan penyakit. Infeksi B suis cenderung
S p o n d y l o d i s c i t i s | 11
menjadi kronik dengan lesi bernanah, juga bisa terjadi granuloma. Infeksi
B melitensis lebih akut dan membahayakan.
Orang-orang dengan bruselosis aktif bereaksi lebih nyata (demam,
mialgia) pada orang normal yang terinfeksi brucella memiliki endotoksin.
Jadi sensitifitas terhadap endotoksin dapat memainkan peran dalam
pathogenesis.
3. Gambaran Klinis
Masa inkubasi adalah 1-6 minggu. Perjalanan pelan dengan rasa tidak
enak badan, demam lemah, sakit dan berkeringat. Demam selalu muncul
pada sore hari; turun pada malam hari diikuti dengan mengalirnya keringat
dengan deras. Dapat pula terjadi gejala gastrointestinal dan kecemasan.
Kelenjar limfe membesar, limpa membesar dan teraba. Hepatitis dapat
diikuti dengan sakit kuning. Nyeri keras dan gangguan gerakan, terutama
pada tulang belakang, dengan dugaan osteomielitis. Gejala infeksi brucella
yang umum menghilang dalam waktu berminggu-minggu atau berbulan-
bulan, walaupun luka dan gejala masih berlanjut.
Setelah infeksi awal, stadium kronis dapat terjadi, ditandai dengan
lemah, sakit, demam ringan, kecemasan dan manifestasi nonspesifik lain
yang mirip dengan gejala psikoneurotik. Brucella tidak dapat diisolasikan
dari pasien pada tingkatan ini. Tetapi agglutinin titer bisa tinggi. Diagnosis
brucellosis kronis sulit untuk ditentukan dengan pasti kecuali luka setempat
terjadi.(1)
Gambar 3. Kiri: Spondylodiscitis Tuberkulosis. Memperlihatkan T1 bidang sagital pada MRI dengan fat sat. Kompresi
medulla spinalis yang disebabkan oleh epiduritis spinal dengan spondylodiscitis. Kanan: Spondylodiscitis Tuberkulosis.
Penampakan Godalinium T1 bidang agital pada MRI dengan fat sat. Abses epidural bi-lobed (tanda bintang) pada posisi
klasik dibawah ligamentum longitudinal anterior.
S p o n d y l o d i s c i t i s | 13
Gambar 4. Spondylodiscitis Tuberkulosis: A. Bidang aksial tomografi computer: abses dengan batas tegas dikombinasikan
dengan osteolisis pada vertebrae; B. Volume akusisi 3D CT-scan: multiple geodes sentosomatik.
B. Spondylodiscitis Brucellar
Keadaan ini sangat jarang ditemukan di Perancis. Pemeriksaan serologi bisa
menegakkan diagnose untuk spondylodiscitis brucellar ini. Pencitraan bisaanya
menunjukkan lesi destruktif yang kurang agresif dibandingkan dengan bentuk lain dari
spondylodiscitis dan bisa disertai dengan proliferasi tulang. Pada MRI, dokter harus
menyadari temuan mencurigakan, seperti: Penyusutan diskus yang cepat, terutama
penyusutan pada bagian dalam endplate superior pada diksus yang terkena dan
munculnya abses epidural secara lambat. (4)
Gambar 5. Spondylodiscitis pada bayi baru lahir. A. Gambaran radiografi bagian lateral yang dilakukan pada hari
pertama. B. Pada hari ke 30. Perubahan pada radiologi, terutama pengurangan tinggi diskus, terjadi dengan cepat.
Gambar 6. Spondylodiscitis pada anak: A. T2 bidang sagital pada MRI: Diskus tampak seperti penyakit degeneratif, pada
dasarnya intensitas sinyal rendah pada T2. B. Godalinium T1 dengan menggunakan fat sat: tidak ada perubahan gambar yang
berarti setelah injeksi medium kontras.
S p o n d y l o d i s c i t i s | 15
2.7.Manifestasi Klinis
a. Sakit punggung akibat pergerakan dan tekanan
b. Kebisaaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi
yang sehat
c. Nekrosis pada diskus invertebralis dan korpus vertebra.
d. Pembengkakan setempat (abscess); abses psoas, jaringan lunak sekitar tulang
belakang.
e. Terdapatnya Gibbus.
f. Komplikasi nerologis dengan kerusakan motorik ( paraplegia, paresis) (3)
2.8.Faktor Resiko
a. Infeksi jarak jauh
b. Instrumentasi tulang belakang
c. Penggunaan obat intravena
d. Imunosupresi
e. Pemberian steroid sistemik jangka panjang
f. Diabetes mellitus
g. Tranplantasi organ
h. Malnutrisi
i. Kanker (2)
2.9. Diagnosis
A. Anamnesis
Apakah pasien terkena infeksi bakteri baru-baru ini?
Apakah pasien pernah melakukan operasi/ melakukan prosedur pengobatan
pada sumsum tulang belakang?
Apakah pasien mederita penyakit seperti tuberculosis ?
Apakah pasien menderita penyakit autoimun atau diabetes melitus?(2)
B. Pemeriksaan fisik
Sikap/postur tubuh
Selama perjalanan penyakitnya, sikap tubuh yang normal akan hilang.
Apabila vertebra cervical terserang, maka pergerakan leher akan terbatas serta
S p o n d y l o d i s c i t i s | 16
1. Foto polos
Foto polos merupakan pemeriksaan pertama yang diperlukan, namun
pemeriksaan ini tidak sensitive untuk mendiagnosa secara dini spondylodiscitis
karena gambaran akan tetap terlihat normal untuk 2-3 minggu pertama
perjalanan penyakit. Foto polos harus melakukan pemeriksaan dari
anteroposterior dan lateral dari segmen tulang belakang yang mengalami
gangguan. Tanda-tanda radiologi dapat terlihat tergantung berapa lama masa
inkubasi agen infeksi (tanda bisa terlihat lebih awal pada spondylodiscitis non-
TB dibandingkan dengan spondylodiscitis TB) dan hanya jika kerusakan tulang
melebihi 30%. Jika terjadi keterlambatan diagnose (terutama dalam kasus
tuberculosis) kelainan dapat dilihat pada radiografi pada lebih dari 90% kasus.
Abnormalitas pada gambaran radiografi. (gambar 7) selama perjalanan penyakit
adalah sebagai berikut :
Gambar 7. Spondylodiscitis di vertebra lumbal pada penampang lateral radiografi. Kehilangan tinggi diskus yang bersamaan
dengan pengikisan vertebral endplate, memperlihatkan tulang kortikal yang tampak kabur.
Kortikal strip dari endplate vertebra tampak buram dan tidak jelas.
Sudut anterior vertebra endplate terkikis, dan temuan ini akan lebih
dicurigai jika terlihat pada pemeriksaan.
S p o n d y l o d i s c i t i s | 18
2. CT-Scan
Karena sudah tersedia alat yang lebih sensitif seperti CT-Scan,
pemeriksaan akan lebih berguna terutama untuk mempelajari daerah yang sulit
untuk dianalisis pada radiografi standar seperti pada daerah vertebra
dorsolumbal atau tulang servikal yang lebih rendah. Kelainan akan terlihat pada
computer tomography (CT) di 2 minggu pertama infeksi pada sebagian pasien.
Pengamatan terhadap tanda-tanda awal akan memperlihatkan adanya
penyusutan diskus yang bermanifestasi terhadap berkurangnya kepadatan
tulang. Daerah osteolisis, pengikisan tulang atau pelebaran vertebral endplate
S p o n d y l o d i s c i t i s | 19
Gambar 8. CT-Scan Spondylodiscitis TB. Rekonstruksi bidang sagital: terlihat adanya geode senstrosomatik.
S p o n d y l o d i s c i t i s | 20
Gambar 9. Karakteristik dari Spondylodiscitis pada bidang sagital dari MRI : A. pada tingkat T1 vertebral endplate
intensitas sinyalnya rendah; B. pada tingkatan T2 intensitas sinyal dari diskus tinggi; C. T1 dalam T1 Fat-Sat setelah
injeksi gadolinium pada vertebral endplate dan menunjukkan peningkatan degenerasi diskus intervertebralis.
S p o n d y l o d i s c i t i s | 21
Sumber : Diagnostic and Interventional Imaging (2012) published by Elsevier Masson SAS on behalf of The
Edition Francaises de Radiologie.
Gambar 10. A. bidang sagital. B. bidang frontal pada CT-Scan. Terdapat udara di dalam diskus (tanda panah),
gambaran sklerosis (tanda bintang) dan situs berbeda yang terkena erosi (tanda panah) harus ada untuk
menyeimbangkan diagnosis penyakit pengikisan diskus degenerative.
Dokter juga harus menyelidiki adanya temuan sugestif dari penyebab non-septik:
a. Kemunculan yang bersamaan dari penyusutan beberapa area tulang belakang
b. Tulang kortikal dari endplate hancur, endplate mengalami kondensasi
S p o n d y l o d i s c i t i s | 22
2.12. Penatalaksanaan
A. Terapi konservatif
Prognosis tampak baik dengan pengobatan konservatif termasuk NSAID,
istirahat, fisioterapi, dan penggunaan korset.Memakai korset dalam jangka waktu 6-
10 minggu telah disetujui oleh sebagian besar penulis.
Peran fisioterapi meliputi terapi pemulihan fungsi (kekuatan, stabilitas
koordinasi, mobilitas) jika perlu. Latihan yang dapat meningkatkan kekuatan otot
dan koordinasi penting dilakukan, dan stabilitas punggung harus dilatih pula.
Terapi ini berdasar pada pemberian antibiotik dan imobilisasi tulang belakang.
Terapi konservatif ini dapat dipertimbangkan jika gejala klinis dan kerusakan yang
relatif ringan atau risiko operasi terlalu besar.Masalah utama dalam terapi
konservatif adalah untuk mencapai fiksasi yang baik.Mobilisasi pada pasien hanya
disarankan sekali setelah infiltrasi osseus terlihat.Meskipun istirahat tidur
disarankan, namun praktik ini sekarang sedang ditinggalkan.
Pengobatan spontan rutin; oksasilin, dicloxacillin, dan sefalosporin
diberikan.Untuk kasus yang rumit atau di host dikompromikan, luas spektrum
antibiotika efektif terhadap organisme gram-negatif dan anaerob harus
ditambahkan.NSAID atau narkotika ringan dapat membantu pasien dengan sakit
parah pada awalnya sampai infeksi dikontrol.
B. Terapi operatif
Biopsi mungkin diperlukan pada pasien immunocompromised, atau satu untuk
yang terapi medis telah gagal.Anterolateral atau pendekatan posterolateral dengan
panduan fluoroscopic.Drainase mungkin diperlukan untuk pasien yang gagal untuk
merespon manajemen medis saja. Bisaanya diperoleh melalui pendekatan anterior
untuk memungkinkan visualisasi yang memadai, debridement, dan keselamatan
Bedah rekonstruksi ruas tulang belakang dapat diindikasikan untuk orang dewasa
dengan ruang disk kerusakan substansial atau kompromi endplate.(2)
S p o n d y l o d i s c i t i s | 23
BAB III
KESIMPULAN
Spondylodiscitis adalah infeksi diskus dan dua vertebra yang berdekatan. Untuk
mendiagnosa penyakit ini disarankan menggunakan radiografi meskipun lebih mudah
divisualisasikan dengan MRI. Kultur darah harus dilakukan dan jika hasilnya negatif kita
harus melakukan aspirasi discovertebral dan biopsy atau aspirasi jarum halus pada diskus.
Dalam hal melakukan diagnosis berdasarkan mikrobiologi, cara mengintervensi, kriteria
kualitas, proses pengambilan spesimen, dan cara pemakaiannya harus dioptimalkan. Pada
akhirnya, pencitraan yang digunakan untuk memantau spondylodiscitis hanya dilakukan
ketika kemajuan klinis buruk atau hasil laboratorium tidak memuaskan.