Anda di halaman 1dari 8

DEFINISI

Hemoroid adalah bagian vena verikosa pada kanalis ani, hemoroid timbul akibat
kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik, banyak terjadi pada usia diatas 25
tahun, ( Price dan Wilson, 2006 ).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid internal
yaitu hemoroid yang terjadi diatas spingter anal sedangkan yang muncul di spingter anal disebut
hemoroid eksternal, ( Suzanne C. Smeltzer, 2006 ).
Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari
fleksus hemoroidalis yang merupakan keadaan patologik, ( Sjamsuhidayat, R. – Wim de Jong,
2010 ).

B. ETIOLOGI

Ada beberapa penyebab diantaranya herediter merupakan penyebab hemoroid yang


merupakan kelemahan dinding pembuluh darah. Banyak anatomi antar pleksus terhambatnya
aliran vena fleksus hemoroidalis superior yang menuju ke vena portal. Pekerjaan juga merupakan
salah satu penyebab terjadinya hemoroid, misalnya terlalu lama duduk atau berdiri, dan beberapa
faktor resiko lainnya seperti mengedan saat buang air besar yang sulit, pola BAB yang salah (
lebih banyak memakai jamban duduk, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena
tumor (tumor usus, abdomen), kehamilan, faktor usia, konstipasi kronik, diare kronik atau diare
akut yang berlebihan, kurang asupan cairan, makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga
dan penyakit lain yang menyebabkan hemoroid seperti hipertensi portal.

C. PATOFISIOLOGI

Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidialis yang
disebabkan oleh faktor-faktor pencetus. Yang diawali karena sering terjadinya peningkatan intra
abdomen dan penekanan vena hemoroid, penekanan tersebut terjadi ketika rectum melebar, lalu
terisi oleh suatu yang keras seperti feses yang keras yang disebabkan oleh kurang nya konsumsi
serat. Hal inilah yang dapat menjadikan sumbatan. Jika sumbatan tersebut berlangsung terus
menerus, dapat menyebabkan terjadi pelebaran pada vena hemoroid yang permanen. Akibat dari
sumbatan tersebut maka akan terjadi trombosis, distensi, dan perdarahan yang akan terjadi.
Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna. Adapun hemoroid
interna dapat dibagi berdasarkan gambaran klinis yaitu derajat 1 apabila terjadi pembesan
hemoroid yang tidak prolaps keluar anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop, derajat ke
dua pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri kedalam anus secara
spontan, derajat ke tiga pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi kedalam anus
dengan bantuan dorongan jari dan derajat ke empat prolaps hemoroid yang permanen. Rentang
dan cenderung mengalami trombosis dan infrak, ( Marcellus Simardibrata K. 2009).
Manisfestasi dari hemoroid yaitu dapat menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering
menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal
dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang sering disebabkan oleh
trombosis. Juga dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Dapat juga terjadi
konstipasi serta dapat terjadi prolaps setelah banyak duduk atau berdiri lama.
Adapun komplikasi dari hemoroid antara lain terjadinya perdaharan, pada derajat satu
darah keluar menetes dan memancar, terjadi trombosis karena hemoroid keluar sehingga lama-
lama darah akan membeku dan terjadi trombosis, dan peradangan kalau terjadi lecet karena
tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena disana banyak kotoran yang
ada kuman.

D. PENATALAKSANAAN

Pasien yang dirawat dengan diagnosa post operasi hemoroidektomi harus diperlakuakn
langsung sebagai pasien, dan berikan pengobatan sebagai berikut :

1. Konservatif
a. Farmakoterapi
Obat-obat farmakoterapi dibagi atas 4 yaitu :
1) Obat memperbaiki defekasi
Suplemen serat (fiber supplement), pelincir atau pelicin tinja (stool softener)
2) Obat simtomatik
Bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, pengurangan
keluhan sering dicampur pelumas (lubricant) vasokontriktor, dan antiseptik lemah. Anastesi lokal
digunakan untuk menghilangkan nyeri serta diberikan kortikosteroid.
3) Obat menghentikan perdarahan
Dapat diberikan psylium yang digunakan untuk menghentikan perdarahan pre dan post
op hemoroidektomi.
4) Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid
Diberikan diosminthesperidin untuk memperbaiki gejala inflamasi, kongesti, edema dan
prolaps.
b. Non Farmakoterapi
Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan
pola / cara defekasi dengan mengusahakan buang air besar tiap hari ( bowel manajemen program
) terdiri dari diet atau pemberian diet tinggi serat jika di indikasikan ( makanan berserat ), cairan
( minimal 30-40 ml/kgBB/hari ), serat tambahan ( suplemen serat ), pelicin feses serta perubahan
perilaku buang air besar seperti mengejan yang berlebihan, rendam duduk dengan PK dapat
dilakukan serta mobilisasi guna mempercepat penyembuhan.

2. Operatif
a. Sclero terapi dilakukan dengan agen sclerosing diantara sekitar vena yang akan memproduksi
reaksi inflamasi dan menimbulkan fibrosis. Prosedur ini dapat dilakukan dengan pasien rawat
jalan dengan anjuran 1-4 x injeksi pada pasien selama 5-7 hari , dan kemudian agen tersebut
dapat menimbulakan jaringan parut pada kanal anus.
b. Hemoroidektomi dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa vena hemoroidalis
yang melebar yang terlihat dalam proses ini. Selama pembedahan, spingter rectal biasaya
didilatasi secara digital dan hemorid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan
kemudian dieksisi.
c. Laser Nd : yang digunakan dalam mengeksisi hemoroid, terutama hemoroid eksterna.
Tindakan ini cepat dan kurang menimbulkan nyeri, hemoragi dan abses jaringan serta jarang
menjadi komplikasi pada periode pasca-operatif.

E. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Kelemahan, Kelelahan, Malaise, cepat lelah. Imsomnia, tidak teratur karena diare.
Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas / kerja sehubungan dengan efek proses
penyakit.
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, Kemerahan, area ekimosis, TD hipotensi.
3. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal. Faktor stress akut/ kronis. Faktor budaya.
Peningkatan prevelensi pada populasi yahudi.
Tanda : Menolak, perhatian menyembpit, depresi.
4. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses berfariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair.
Tanda : Menurunya bising usus, tak ada peristaltik yang dapat dilihat.
5. Makanan/ Cairan
Gejala : Anoreksia, mual/ muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diet/ sensitif.
Tanda : Penurunan lemak subkutan/ massa otot. Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk,
membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut.
6. Hygiene
Tanda : Ketidak mampuan mempertahankan perawatan diri, stomatitis menunjukkan kekurangan
vitamin, bau badan.
7. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Nyeri/ nyeri tekan pada kuadran kiri bawah. Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (artritis).
Nyeri mata, foto fobia (iritis).
Tanda : Nyeri tekan abdomen/ distensi.
8. Keamanan
Gejala : Riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik, vaskulitis, artritis, peningkatan suhu
39,6-40oC.
Tanda : Lesi kulit mungkin ada. Ankilosa spondilitis. Ureitis, konjungtivitis.
9. Seksualitas
Gejala : Frekuensi menurun/ menghindari aktivitas sosial.
10. Interaksi Sosial
Gejala : Masalah hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi. Ketidakmampuan aktivitas
dalam sosial.
11. Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit
12. Pemeriksaan Diagnostik
a. Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama kemajuan penyakit)
: terutama yang mengandung mukosa, darah, pus, dan organisme usus, khususnya entamoba
histolitika.
b. Darah lengkap : dapat menunjukkan anemia hiperkronik
c. Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah.
d. Masa protombin : memanjan pada kasus yang berat karena gangguan faktor VII dan X
disebabkan karena kekurangan vitamin K.
e. Prostagsimoidoskopi : memperlihatkan ulkus, edema, hiperemia, dan inflamasi (akibat
infeksi sekunder mukosa dan submukosa). Area yang menurun fungsinya dan perdarahan karena
nekrosis dan ulkus terjadi pada 85% bagian pada pasien ini.
f. Elektrolit : penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat.
g. Kadar albumin : penurunan karena kehilangan protein plasma/ gangguan fungsi hati.
h. Alkali fosfatase : meningkat, juga dengan kolesterol serum dan hipoproteinemia,
menunjukkan gangguan fungsi hati.
i. Trombositosis : dapat terjadi karena proses penyakit inflamasi.
j. Sitologi dan biopsi rektal : membedakan antara proses infeksi dan karsinoma.
k. Enema barium : dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dapat dilakukan meskipun
jarang dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat kondisi eksorsibasi.
l. Kolonoskopi : mengidentifikasi adesi, perubahan lumen dinding.
m. ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) atau LED (Laju Endap Darah ) : meningkat karena
beratnya penyakit.
n. Sumsum tulang : menurun secara umum pada tipe berat/ setelah inflamasi panjang.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Pre Operatif


1. Ansietas berhubungan dnegan faktor psikologi dan dilakukan tindakan pembedahan.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama
perforasi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi kulit/ jaringan, eksoriasi fisura perirektal, pelebaran
vena hemoroidalis.
Diagnosa Post Operatif
1. Nyeri berhubungan dengan intervensi pembedahan.
2. Resiko infeksi yang berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan primer.
3. Resiko konstipasi yang berhubungan dengan status puasa dan defekasi yang snagat nyeri.
4. Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dnegan dekatnya lokasi pembedahan dengan
lokasi kandung kemih serta efek dari anestesi.
5. Intoleran aktifitas berhungan dengan kelemahan umum, penurunan kekuatan/ ketahanan
nyeri, mengalami keterbatasan aktivitas, depresi.

G. INTERVENSI KEPERAWATAN

Pre Operatif
1. Ansietas berhubungan dnegan faktor psikologi dan dilakukan tindakan pembedahan.
Tujuan : Ansietas dapat berkurang
Kriteria Hasil : Menunjukkan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tak dapat
ditangani. Menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat menerimanya.

Perencanaan :
- Mandiri
a. Catat petunjuk perilaku mis., gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata, perilaku
menarik diri.
b. Dorong menyatakan perasaan dan beri perhatian
c. Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang diekspresikan orang lain
d. Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan mis., tirah baring,
pembatasan masukan peroral dan prosedur.
e. Berikan lingkungan tenang dan istirahat.
f. Dorong pasien/ orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian.
g. Bantu pasien untuk mengidentifikasi/ memerlukan koping masa lalu.
h. Bantu pasien belajar mekanisme koping baru.
- Kolaborasi
a. Berikan obat sesuai indikasi.
b. Rujuk pada spesialis psikiatrik perawat, pelayanan sosial, penasehat agama.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama
perforasi.
Tujuan : Pertahanan primer yang adekuat
Kriteria hasil : Pencapaian pemulihan luka tepat waktu

Perencanaan :
-Mandiri
a. Pantau tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.
b. Observasi pernyataan luka, karakter drainase, adanya inflamasi.
c. Pantau pernafasan dan bunyi nafas.
d. Observasi terhadap tanda dan gejala peningkatan nyeri.
e. Pertahankan perawatan luka aseptik.
f. Berikan obat sesuai indikasi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi kulit/ jaringan, eksoriasi fisura perirektal, pelebaran
vena hemoroidalis.
Tujuan : Nyeri berkurang atau tidak ada
Kriteria hasil : Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol. Tampak rileks dan mampu tidur/ istirahat
dengan tepat.
Perencanaan :
-Mandiri
a. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
b. Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lama, intersitas (skala 0-10).
c. Catat petunjuk non-verbal.
d. Kaji ulag faktor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.
e. Izinkan pasien untuk memuali posisi yang nyaman.
f. Berikan tindakan nyaman dan aktivitas senggang
g. Bersihkan area rektal dengan sabun ringan dan air/ lap setelah defekasi dan berikan
perawatan luka.
h. Berikan rendam duduk dengan tepat.
i. Observasi adanya isiorektal dan fistula perianal.
j. Observasi/ catat adanya distensi abdomen, peningkatan suhu, penurunan TD.
-Kolaborasi
a. Lakuakan modifikasi diet sesuai resep.
b. Berikan obat sesuai indikasi.
c. Bantu dnegan mandi duduk (rendam) sesuai indikasi.

Post Operatif
1. Nyeri berhubungan dengan intevensi pembedahan
Tujuan : Nyeri dapat ditekan dan berkurang
Kriteria hasil : Mengungkapkan peningkatan tingkat kenyamanan. Memperlihatkan afek yang
lebih rileks.

Perencanaan :
a. Ketika tirah baring, miringkan tubuh pasien setiap 2 jam.
b. Berikan anelgesik sesuai kebutuhan, jika penggunaan sale diprogramkan, pertama lakukan
test alergi. Kaji keefektifan pereda nyeri.
c. Minta pasien menghindari posisi terlentangjika mungkin : tempatkan bantal diantara kedua
lutut sementara tubuh dalam posisi miring.
d. Pantau keefektifan kompres basah dan hangat atau kompres dengan kantong es.
e. Ambulasi pasien dengan bantuan : berikan gelfoam atau flatation flad untuk duduk : hindari
ban karet yang cenderung meregangkan bokong dan menimbulkan ketidak nyamanan lanjut.
f. Berikan periode istirahat berencana : minta pasien untuk tidak duduk dikursi dalam waktu
lama.
g. Berikan analgesik sebelum melepaskan tampon.
h. Pantau rendam duduk untuk mengkaji keefektifan.

2. Resiko infeksi yang berhubungan dengan ketidah adekuatan pertahanan primer.


Tujuan : Pertahanan primer yang adekuat
Kriteria hasil : Luka sembuh secara adeuat. Jaringan diskitar luka bersih, kering dan utuh

Perecanaan :
a. Pantau TTV setiap 4 jam, laporkan peningkatan suhu tubuh.
b. Observasi balutan setiap 2-4 jam, periksa perdarahan, drainase, bau, dan keadaan tampon.
c. Ganti balutan bila perlu : pasang kassa petrolium (petrolium gauze)
d. Bersihkan daerah perianal setiap kali selesai defekasi dan jaga agar daerah tersebut selalu
bersih serta kering.
e. Kaji tanda-tanda penyembuhan.
f. Cukur daerah perianal untuk mencegah iritasi dan infeksi.
g. Instruksikan pasien melaksanakan irigasi luka jika sesuai.

3. Resiko konstipasi yang berhubungan dnegan status puasa dan defekasi yang sangat nyeri.
Tujuan : Konstipasi tidak terjadi
Kriteria hasil : Bising usus normal. Feses yang dikeluarkan sudah berbentuk dan lunak.

Perencanaan :
a. Pertahankan puasa sampai mual berkurang
b. Berikan diet lunak rendah sisa sesuai toleransi
c. Tingkatkan asupan cairan sampai 2000-2500 ml/hari, kecuali terdapat kontra indikasi
d. Pantau bising usus tiap 4 jam
e. Berikan pelunak feses, dorong defekasi segera ketika ada dorongan, berikan privasi.
f. Pantau keefektifan pelunak feses.
g. Dorong aktifitas dan ambulasi segera mungkin.

4. Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dnegan dekatnya lokasi pembedahan dengan
lokasi kandung kemih serta efek dari anestesi.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan eliminasi urine
Kriteria hasil : Melaporkan bahwa urine berwarna kuning muda serta jernih dan jumlah yang
adekuat. Mengekspresikan kemampuan berkemih tanpa gangguan rasa nyaman.

Perencanaan
a. Ukur asupan dan haluaran selama 24 jam, observasi tanda retensi urine
b. Jika perlu, lakuakan tindakan yang menstimulasi pasien untuk berkemih, buka keran air
didekat pasien, tuangkan air hangat pada abdomen bawah pasien, dan masukkan tangan pasien
kedalam air.
c. Bantu pasien berkemih.
d. Dorong dan bantu ambulasi untuk meningkatkan perasaan ingin berkemih.

5. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan kekuatan/


ketahanan nyeri, mengalami keterbatasan aktivitas, depresi.
Tujuan : Tidak terjadi kelemahan umum dan tidak terjadi keterbatasan aktivitas.
Kriteria Hasil : menyatakan pemahaman situasi/ faktor resiko dan program pengobatan
individu. Menunjukkan teknik/ perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.

Perencanaan :
a. Tingkatkan tirah baring serta berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung sesuai
keperluan.
b. Ubah posisi sesering mungkin.
c. Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
d. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu latihan rentang gerak sendi pasif.
e. Dorong penggunaan teknik manajemen stress. Mis., relaksasi progresif,, visualisasi,
bimbingan imajinasi.
f. Berikan obat sesuai indikasi mis., sedatif dan antiansietas.

Anda mungkin juga menyukai