Anda di halaman 1dari 8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengadaan (Procurement)


Pengadaan (Procurement) adalah upaya mendapatkan barang dan jasa
yang dibutuhkan berdasarkan pemikiran logis dan sistematis dan mengikuti
norma dan etika yang berlaku yang sesuai dengan metode pengadaan barang
dan jasa (Siahaya, 2013).
Menurut Raharjo (2009), pengadaan menurut arti luas mencakup
pembelian peralatan, material, tenaga kerja dan segala bentuk jasa yang
diperlukan untuk proses konstruksi. Hal ini termasuk juga kegiatan-kegiatan
penunjang yang terkait dengannya seperti pengiriman dan transportasi,
pemaketan, penanganan selama pengiriman, pemeliharaan, pergudangan,
asuransi dan jaminan, kelengkapan dokumen, penagihan dan pembayarannya.
Seluruh proses pengadaan beserta kegiatan yang terkait tersebut selalu
muncul dalam setiap tahapan konstruksi.
Untuk memperoleh barang dan jasa yang kuantitasnya besar, biasanya
perusahaan membuat sistem penawaran dengan cara pemasok akan
berkompetisi satu sama lain.
Terdapat beberapa metode dalam pemilihan penyedia barang/jasa yang
dapat digunakan, yaitu sebagai berikut:
a. Seleksi.
Untuk pengadaan yang dilakukan melalui seleksi, metode pemilihannya
dibedakan menjadi seleksi umum dan seleksi sederhana. Pada prinsipnya
pengadaan menggunakan metode seleksi umum, namun seleksi sederhana
dapat digunakan untuk pengadaan yang bersifat sederhana dan bernilai
sampai dengan Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
b. Pelelangan umum
Pelelangan umum dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang
memenuhi syarat.

3
c. Penunjukan langsung
Metode penunjukan langsung ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 54
Tahun 2010 yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. 70
Tahun 2012 beserta petunjuk teknisnya.
d. Pengadaan langsung
Pengadaan langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di
pasar kepada penyedia yang sesuai dengan kebutuhan.
e. Sayembara
Sayembara dilakukan untuk pengadaan yang memiliki karakteristik: (1),
merupakan proses dan hasil dari gagasan, kreatifitas, inovasi, budaya, dan
metode pelaksanaantertentu; (2), tidak mempunyai harga pasar; (3), tidak
dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan

Dalam metode seleksi, penunjukan langsung, dan pengadaan langsung,


kesepakatan antara pemerintah dan penyedia tentang spesifikasi teknis dan
harga barang/jasa harus dilakukan melalui proses negosiasi. Sedangkan,
dalam metode sayembara tidak boleh dilakukan negosiasi.

2.2 Negosiasi
Negosiasi dilakukan bukan saja untuk mencapai kesepakatan tentang
harga dan kualitas teknis barang/jasa tetapi untuk memperoleh harga yang
sesuai dengan harga pasar yang berlaku dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan. Keputusan yang disepakati sebagai hasil negosiasi
akan dituangkan dalam Berita Acara Negosiasi yang akan ditindaklanjuti
dengan penandatangan kontrak.
Meskipun para pihak yang melaksanakan negosiasi memiliki kebebasan
untuk menetapkan isi kesepakatan, termasuk bebas untuk tidak sepakat
dengan apa yang dikehendaki salah satu pihak, namun setiap pihak harus taat
dan tunduk pada ketentuan yang berlaku. Karena itu jika ada salah satu pihak
memaksakan kehendaknya yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-

4
undangan, maka hal itu tidak saja dapat berakibat kegagalan dalam negosiasi
tetapi dapat menyebabkan munculnya permasalahan hukum lainnya.
Negosiasi hanya dilakukan dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa
yang dilakukan dengan cara Seleksi, Penunjukan Langsung, dan Pengadaan
Langsung. Hal ini karena dalam proses pemilihan penyedia yang
dilaksanakan dengan cara seleksi, faktor harga bukan merupakan faktor
utama yang dipersaingkan. Ketentuan tersebut secara eksplisit diatur dalam
Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 pasal 36 ayat (4) yang berbunyi
“dalam pelelangan umum tidak ada negosiasi teknis dan harga”.
Ketentuan yang mewajibkan dilakukannya negosiasi untuk setiap metode
pemilihan tersebut diatur di dalam Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012
sebagai berikut:
a. Pasal 38 ayat (3) yang berbunyi “Penunjukan langsung dilakukan dengan
negosiasi baik teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang sesuai
dengan harga pasar yang berlaku dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan”.
b. Pasal 49 ayat (7) “semua evaluasi penawaran Pekerjaan Jasa Konsultansi
harus diikuti dengan klarifikasi dan negosiasi, dengan ketentuan sebagai
berikut:
 Harga satuan yang dapat dinegosiasikan yaitu biaya langsung non-
personil yang dapat diganti (reimburseable cost) dan/atau biaya
langsung personil yang dinilai tidak wajar.
 Aspek biaya yang perlu diklarifikasi atau dinegosiasi yaitu
kesesuaian rencana kerja dengan jenis pengeluaran biaya, volume
kegiatan dan jenis pengeluaran, serta biaya satuan dibandingkan
dengan biaya yang berlaku di pasaran/kewajaran biaya.

2.3 Pemilihan Supplier


2.3.1 Kriteria Pemilihan
Setiap ruang lingkup dalam perencanaan dan pelaksanaan konstruksi
selalu mengutamakan kesesuaian dalam hal mutu, biaya, dan waktu sesuai

5
dengan tujuan proyek. Dalam pelaksanaan konstruksi, material merupakan
unsur sumber daya yang sangat penting untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Oleh karena itu dalam melakukan perencanaan akan suatu pemilihan material
perluh dipikirkan pihak-pihak supplier yang akan dipilih sebagai pihak
pendukung penyediaan alokasi material selama pelaksanaan konstruksi.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pememilihan alternatif
supplier dalam menyediakan material selama konstruksi berlangsung baik
dari pihak pelaksana/kontraktor maupun pihak pemilik proyek, antara lain:
a. Kualitas
Unsur kualitas merupakan hal yang sangat menentukan hasil dari
pekerjaan yang dikerjakan, maka dari itu diharapkan agar sebelum
memilih pihak-pihak yang akan dijadikan supplier perlu dipastikan
kesesuaian mutu yang ditawarkan oleh supplier dengan mutu yang
diminta oleh kontraktor atau pemilik proyek.

b. Pelayanan
Pemberian pelayanan yang baik kepada para pihak costumer tentu
berpengaruh terhadap motif ketika pemilihan supplier yang akan dipilih,
misalnya pelayanan akan penjelasan produk material secara jelas dan
detail dan kecepatan dalam proses pemesanan produk material yang
diorder, sehingga dapat memberikan rasa kepuasan dari pihak pelaksana
maupun pemilik proyek.

c. Harga
Faktor harga juga mempengaruhi motif pelaksana ataupun pemilik
proyek dalam memilih supplier, dikarenakan harga yang relatif murah
umumnya dikehendaki pihak pelaksana dalam memilih supplier yang
bersangkutan, tetapi harus dilihat kembali kualitas material yang
ditawarkan. Kriteria harga dalam hal ini tidak hanya mencakup biaya
material saja namun juga biaya pengiriman dan biaya layanan tambahan
lainnya.

6
d. Ketepatan Pengiriman
Ketepatan waktu pengiriman material pada lokasi proyek merupakan
salah satu faktor yang menentukan kecepatan dalam proses pelaksanaan
konstruksi, dikarenakan waktu dalam proyek merupakan hal terpenting
yang harus diatur secara baik sehingga dengan ketepatan waktu
pengiriman material kiranya dapat mereduksi penyimpangan
terhadap jadwal perencanaan. Oleh karena itu dalam memilih supplier,
diharapkan pihak pelaksana maupun pemilik proyek perlu mengetahui
rekam ketepatan dalam proses pengiriman material pada supplier yang
akan dipilih. Ketepatan pengiriman di sini meliputi 2 kriteria, yaitu:
1) Kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang
telah disepakati.
2) Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi

e. Lokasi Proyek
Lokasi proyek juga menentukan pemilihan terhadap supplier yang
akan dipilih, dikarenakan jarak lokasi proyek terhadap lokasi supplier
dapat mempengaruhi waktu pengiriman material yang dipesan serta dapat
menimbulkan biaya transportasi/logistik yang besar pula, misalnya jika
lokasi proyek berapa di Pulau Bali sedangkan lokasi supplier yang akan
dipesan berada di Pulau Jawa, tentunya pihak pelaksana proyek maupun
pemilik proyek akan mempertimbangkan pemilihan alternatif supplier
yang akan dipilih, apakah memilih supplier lokal atau dari Jawa.
Tentunya dalam hal ini banyak faktor yang harus dikaitkan agar dapat
diputuskan dalam pemilihannya.

f. Citra/Nama Baik Supplier


Track record / nama baik supplier dapat memberikan gambaran hasil
prestasi dan reputasi dari supplier, sehingga perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan supplier. Sebagai contoh, jika suplier yang akan dipilih

7
memiliki reputasi yang buruk dalam pelayanannya misalkan dalam
menawarkan produk material dengan produk yang mutunya tidak sesuai
dengan permintaan maka sebaiknya tidak dipilih untuk menjadi rekan.
Tentunya hal ini perlu diketahui sebelumnya agar terhindar dari hal-hal
yang dapat menghambat proses pelaksanaan konstruksi serta terjaganya
nama baik dari pihak pelaksana maupun pemilik proyek.

2.3.2 Evaluasi Sistem Gugur


Evaluasi sistem gugur adalah metode evaluasi penawaran yang pada
prinsipnya digunakan untuk Pengadaan Barang/ Pekerjaan
Konstruksi/Jasa lainnya.
Sistem gugur merupakan evaluasi penilaian penawaran dengan cara
memeriksa dan membandingkan Dokumen Penawaran terhadap
pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan
Penyedia Barang/Jasa dengan urutan proses evaluasi dimulai dari
penilaian persyaratan administrasi, persyaratan teknis, dan kewajaran
harga. Terhadap Penyedia Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
yang tidak lulus penilaian pada setiap tahapan dinyatakan gugur.

2.4 Ready Mix Concrete


Ready Mix Concrete adalah cor beton curah siap pakai atau biasa disebut
Beton Ready Mix yang diproduksi di pabrik olahan beton atau batching plant.
Beton ready mix banyak dipilih oleh proyek-proyek skala menengah keatas
karena kualitas campurannya yang tetap terjaga dan waktu pengaplikasian
yang lebih singkat dibanding pengecoran secara manual.

2.3.1. Campuran Material Ready Mix Concrete


Campuran jenis material pada ready mix concrete terdiri dari beberapa
material khusus, seperti penambahan fly ash sebagai bahan untuk
memaksimalkan kinerja semen agar hasil pengecoran lebih padat dan tidak
mudah retak. Material utama dari campuran beton ready mix yaitu pasir

8
hitam, batu kerikil, air, dan semen Portland atau semen hidrolik, serta
bahan tambahan (aditif) yang bersifat kimiawi atau fisikal pada
perbandingan tertentu, hingga menjadi campuran yang homogen.

2.3.2. Mutu Ready Mix Concrete


Beton ready mix terdiri dari beberapa macam kelas mutu, antara lain
K150, K125, K150, K175, K200 untuk konstruksi non struktural, dan
mutu K225, K250, K275, K300 untuk konstruksi struktural. Selain itu, ada
kelas mutu K350, K325, K375, K400, K450, dan K500 untuk beton
khusus pratekan.

2.5 Pondasi Bored Pile


Menurut Hary Christady Hardiyatmo dalam Analisis dan Perancangan
Pondasi II (2014), pondasi bored pile adalah pondasi tiang yang
pemasangannya dilakukan dengan mengebor tanah pada awal pengerjaannya.
Bored pile dipasang ke dalam tanahdengan cara mengebor tanah terlebih
dahulu, kemudian diisi tulangan dan dicor beton.
Fungsi pondasi tiang bor pada umumnya dipengaruhi oleh besar atau
bobot dan fungsi bangunan yang hendak didukung dan jenis tanah sebagai
pendukung konstruksi seperti :
a. Transfer beban dari konstruksi bangunan atas (upper structure) ke dalam
tanah melalui selimut tiang dan perlawanan ujung tiang.
b. Menahan daya desak ke atas (up live) maupun guling yang terjadi akibat
kombinasi beban struktur yang terjadi.
c. Memampatkan tanah, terutama pada lapisan tanah yang lepas (non
cohesive).
d. Mengontrol penurunan yang terjadi pada bangunan terutama pada
bangunan yang berada pada tanah yang mempunyai penurunan yang
besar.

9
2.4.1. Jenis Pondasi Bored Pile
Berdasarkan cara penyaluran bebannya ke tanah, pondasi tiang
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Pondasi tiang dengan tahanan ujung (End Bearing Pile)
Tiang ini akan meneruskan beban melalui tahanan ujung tiang ke
lapisan tanah pendukung.
2. Tiang pancang dengan tahanan gesekan (Friction Pile)
Jenis tiang ini akan meneruskan beban ke tanah melalui gesekan antara
tiang dengan tanah di sekelilingnya. Bila butiran tanah sangat halus
tidak menyebabkan tanah di antara tiang - tiang menjadi padat,
sedangkan bila butiran tanah kasar maka tanah di antara tiang akan
semakin padat.
3. Tiang dengan tahanan lekatan (Adhesive Pile)
Bila tiang dipancangkan pada dasar tanah pondasi yang memiliki nilai
kohesi tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh
lekatan antara tanah di sekitar dan permukaan tiang

10

Anda mungkin juga menyukai