Anda di halaman 1dari 16

KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA DAERAH

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERIODE TAHUN 2014-2015


Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya. Saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik
dari Pak Tubiyono selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang dapat menyempurnakan
makalah ini.

Surabaya, 8 Oktober 2017

Firdha Amatul Azizah


Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia menjadikan pajak sebagai salah satu sumber pendapatan terbesar yang
mencakup pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat adalah pajak yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat melalui undang-undang, yang wewenang pemungutannya ada pada
pemerintah pusat dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah pusat dan
pembangunan (Siahaan, 2010:9). Sedangkan Pajak Daerah merupakan kontribusi wajib
kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo,
2011:12)

Dari undang-undang no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan undang-undang no


33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
memberikan implikasi sistem pemerintahan berupa pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi yang luas kepada pemerintah daerah. Diharapkan pelaksanaan otonomi daerah
yang merupakan kewajiban yang diamanahkan pemerintah pusat kepada daerah untuk
mengatur dan mengurus pemerintahan dan kepentingan masyarakat dalam meningkatkan
mutu dan kualitas yang berhubungan dengan pelayanan terhadap masyarakat serta
pelaksanaan pembangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dapat berjalan
dengan nyata dan efektif .

Suatu daerah harus memiliki sumber-sumber pendapatannya sendiri karena salah satu
indikator untuk melihat keadaan otonomi suatu daerah terletak pada besar kecilnya kontribusi
daerah tersebut dalam PAD. Secara pokok sumber-sumber penerimaan PAD dikota Surabaya
terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah , bagian laba usaha daerah dan lain-lain pendapatan.
Penentuan target pemungutan masing-masing komponen pendapatan asli daerah ditentukan
oleh dinas-dinas atau unit pengelolanya berdasarkan potensi dan pengalaman perkiraan
penerimaan tahun sebelumnya.

Bagi kota yang terbilang sudah cukup makmur karena memiliki potensi yang sangat besar
tentu saja kota Surabaya sangat ingin melakukan kegiatan otonomi daerah agar lebih bisa
mengurus daerah otonom dengan bijak dan mandiri. Pelaksanaan otonomi daerah kota
Surabaya memerlukan anggaran biaya yang tidak sedikit dan harus sesuai dengan tuntutan
masyarakat. Sumber pembiayaan tersebut tentunya harus berpengaruh besar terhadap
Pendapatan Asli Daerah. Optimalisasi sumber-sumber PAD perlu dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Hal ini dapat dilakukan dengan
memformulasikan dan mengimplementasikan berbagai kebijakan untuk peningkatan PAD
baik dalam bentuk kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan.
Besar kecilnya hasil PAD paling tidak dapat mengurangi tingkat ketergatungan pada
pemerintah pusat dan pada gilirannya akan membawa dampak pada peningkatan kadar
otonomi daerah tersebut. Bukan hanya itu, daerah selain harus memikirkan peningkatan PAD
untuk pembiayaan belanja daerahnya sendiri juga harus memikirkan bagaimana
meningkatkan investasi daerahnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa Efektivitas dan efisiensi PAD di kota Surabaya pada tahun 2014-2015 ?
2. Berapa Rasio efektifitas belanja di kota Surabaya pada tahun 2014-2015 ?
3. Berapa Kontribusi PAD terhadap belanja daerah di kota Surabaya pada tahun 2014-2015
?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi pendapatan asli daerah kota Surabaya,
2. Untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian tingkat belanja daerah terhadap anggaran
belanja kota Surabaya.
3. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah
pemerintah kota Surabaya dalam periode tahun 2014-2015.
BAB II

2.1 TINJAUAN PUSTAKA


2.1.1 Pengertian PAD (Pajak Asli Daerah)
Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan yang dapat diperoleh
dengan memanfaatkan dan mengelola sumber-sumber keuangan daerah sendiri. Menurut
(Sutrisno , 1995:201). Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang menunjukkan
kemampuan suatu daerah dalam menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai
kegiatan daerah. Jadi pengertian pendapatan asli daerah dapat diartikan sebagai
pendapatan rutin dari usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi
sumber keuangan daerahnya untuk membiayai tugas dan tanggung jawabnya.
Pendapatan asli daerah sangat diperlukan untuk lebih memperlancar dan
meningkatkan pembiayaan penyelenggaraan pemerintah didaerah-daerah. Menurut
undang-undang no 22 tahun 1999 pendapatan asli daerah terdiri dari :
1. Hasil pajak daerah
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU dengan tidak mendapat
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Wewenang pungutan pajak daerah berada ditangan pemerintah
daerah. Menurut UU No. 28 tahun 2009, pajak daerah terdiri dari : (a) pajak hotel; (b)
pajak restoran; (c) pajak hiburan; (d) pajak reklame; (e) pajak penerangan jalan; (f)
pajak parkir; (g) pajak air tanah; (h) pajak bumi dan bangunan; (i) bea perolehan hak
atas tanah dan bangunan.
2. Hasil retribusi daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Objek retribusi daerah adalah :
(a) retribusi jasa umum; (b) retribusi jasa usaha; (c) retribusi perizinan tertentu.
3. Hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, yang terdiri dari : (a)Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahan
milik daerah / BUMD; (b) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahan milik
pemerintah /BUMN; (c) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
swasta atau kelompok usaha masyarakat .
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, disediakan untuk
menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah,
retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mencakup:
(a) Hasil penjualan asset daerah yang dipisahkan; (b) Hasil pemanfaatan atau
pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; (c) Jasa giro; (d) Bunga
deposito; (e)Penerimaan atas tuntutan ganti rugi; (f) Penerimaan komisi, potongan
ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau
jasa oleh daerah serta keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing; (g) Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanan pekerjaan; (h) Pendapatan
denda pajak dan denda retribusi; (i) Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan; (j)
Pendapatan dari pengembalian; (k) Fasilitas sosial dan faslitas umum; (l) Pendapatan
dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; (m) Pendapatan dari angsuran/cicilan
penjualan.

2.1.2 Belanja Daerah


Seluruh pendapatan daerah yang diperoleh baik dari daerahnya sendiri maupun
bantuan dari pemerintah pusat akan digunakan untuk membiayai seluruh pengeluaran
daerah itu. Menurut UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, belanja daerah
adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah dipergunakan dalam
rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
provinsiatau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan
yangpenanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama
antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan
dengan ketentuan perundang-undangan. Manajemen belanja daerah juga mengacu kepada
prinsip transparansi dan akuntabilitas, disiplin anggaran, keadilan anggaran serta efisiensi
dan efektivitas anggaran seperti dalam manajemen pendapatan daerah. Dari segi disiplin
anggaran, anggaran belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi. Penganggaran
belanja daerah secara keseluruhan harus juga didukung dengan adanya kepastian
tersedianya penerimaan. Ini bermakna bahwa daerah sebaiknya menghindari anggaran
defisit yang melebihi cadangan yang tersedia sehingga terhindar dari penciptaan utang
daerah. Menurut peraturan daerah kota Surabaya no 12 tahun 2008 Belanja daerah
dikelompokan ke dalam :
1. Belanja langsung
 Belanja pegawai
 Belanja barang dan jasa
 Belanja modal
2. Belanja Tidak Langsung
 Belanja pegawai
 Belanja bunga
 Belanja subsidi
 Belanja hibah
 Belanja bantuan sosial
 Belanja bagi hasil
 Belanja bantuan keuangan
 Belanja tidak terduga
Prinsip keadilan anggaran mewajibkan belanja daerah, khususnya dalam pemberian
pelayanan umum harus dialokasikan secara adil dan merata agar dapat dinikmati oleh
seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi. Dengan prinsip efisiensi dan efektivitas
anggaran, belanja harus menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang
optimal untuk kepentingan masyarakat. Ini bermakna bahwa setiap pos belanja daerah
harus dapat diukur kinerjanya.

2.2 METODE PENELITIAN


2.2.1 Jenis Penelitian dan Gambaran dari Obyek Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian dengan menitik beratkan pada pemahaman dan
persepsi penelitian untuk menjelaskan secara rinci tentang obyek studi dan mendapatkan
hasil praktis berdasarkan data yang diperoleh. Penelitian secara kualitatif dilakukan
dengan cara menguraikan , membahas , dan menganalisis setiap data yang didapat,
sehingga diperoleh pemaparan deskriptif atau gambaran yang jelas dan lengkap mengenai
permasalahan yang dibahas.
Dalam KTI ini, yang menjadi obyek penelitian dibatasi dalam sumber-sumber
pendapatan asli daerah pemerintah kota Surabaya yang akan dilihat kontribusinya
terhadap belanja daerah pemerintah kota Surabaya dengan periode waktu yang digunakan
antara 2014 sampai dengan 2015.
2.2.2 TEKNIK ANALISIS DATA
Didalam pembahasan ini, data yang sudah diperoleh dihubungkan dengan data-data
lainnya lalu diolah dan diamati secara sistematis, kemudian dibandingkan dengan teori-
teori yang telah dipelajari sehingga dapat ditarik kesimpulan dalam menyelesaikan
permasalahan yang diteliti sesuai dengan landasan teori yang dikemukakan maka teknik
analisis yang penulis gunakan untuk pembahasan ini adalah analisis deskriptif dengan
pendekatan kualitatif.
Analisis deskriptif pendekatan kualitatif adalah pelaksanaan analisis data dimana
penulis tidak menggunakan unsure-unsur bilangan, tetapi dilakukan dengan
mengemukakan uraian-uraian serta penjelasan. Metode analisis secara kualitatif ini
bertujuan membandingkan antara data yang diperoleh dari penelitian dengan dasar-dasar
teori yang ada.
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu
dengan mengumpulkan , mengolah dan menginterpretasikan data yang diperoleh sehingga
memberikan keterangan yang benar dan lengkap untuk pemecahan masalah yang
dihadapiyaitu dengan cara
1. Menghitung persentase (%) realisasi penerimaan PAD terhadap target penerimaan
PAD untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi PAD kota Surabaya.

Efektivitas dan efisiensi PAD : Realisasi PAD x 100%


Target PAD
2. Mengevaluasi perbandingan realisasi belanja daerah kepada Anggaran belanja kota
Surabaya.

Rasio efektifitas belanja = Realisasi Belanja x 100%


Anggaran belanja
3. Menganalisis kontribusi PAD terhadap belanja daerah pemerintah kota Surabaya.

Kontribusi PAD terhadap belanja daerah = PAD x 100%


Belanja daerah

2.3 HASIL DAN PEMBAHASAN


2.3.1 Efektivitas dan Efisiensi Pendapatan asli Daerah Kota Surabaya
Pendapatan asli daerah merupakan salah satu penerimaan daerah yang digunakan
untuk Pendapatan asli daerah merupakan sumber pembiayaan yang paling penting dalam
mendukung kemampuan daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Oleh karena
itu, suatu daerah harus memiliki sumber-sumber pendapatannya sendiri karena salah satu
indikator untuk melihat keadaan otonomi suatu daerah terletak pada besar kecilnya
kontribusi daerah tersebut dalam PAD.PAD dapat dikatakan Efektivitas dan efisiensi
apabila realisasi PAD sesuai atau hampir mendekati dengan target PAD yang telah
ditentukan dalam APBD. Berikut ini adalah table target dan realisasi PAD periode tahun
20014-2015 :

Tabel 1.
Pendapatan Asli Daerah periode 2014-2015
PAD TARGET REALISASI
2014
Hasil Pajak daerah 2.471.025.909.302,00 2.427.647.860.148,15
Hasil Retribusi daerah 285.197.286.889,00 270.112.725.497,14
Hasil Pengelolaan Kekayaan 120.855.713.722,00 120.856.635.210,40
daerah yang dipisahnkan
Lain-lain Pendapatan Asli 370.380.244.224,00 488.706.643.122,78
Darah yang Sah
Jumlah PAD tahun 2014 3.247.459.154.137,00 3.307.323.863.978,47
2015
Hasil Pajak daerah 2.679.368.000.000,00 2.738.899.424.558,36
Hasil Retribusi daerah 449.613.176.717,00 537.319.752.463,13
Hasil Pengelolaan Kekayaan 135.637.837.123,00 135.324.211.731,02
daerah yang dipisahnkan
Lain-lain Pendapatan Asli 518.028.220.457,00 624.106.079.645,46
Darah yang Sah
Jumlah PAD tahun 2015 3.782.647.234.297,00 4.035.649.478.397,97
Sumber : Laporan Realisasi APBD Kota Surabaya tahun 2014-2015

Dan Salah satu cara untuk mengukur efektivitas dan efisiensi pendapatan asli daerah
kota Surabaya dapat dilakukan dengan cara menghitung :
Efektivitas dan efisiensi PAD : Realisasi PAD x 100%
Target PAD
Hasilnya adalah sebagai berikut :
Table 2.
Efektivitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya
TAHUN Target PAD (Rp) Realisasi PAD (Rp) Efektivitas dan
efisiensi PAD
(%)
2014 3.247.459.154.137,00 3.307.323.863.978,47 101,84
2015 3.782.647.234.297,00 4.035.649.478.397,97 106,69
Sumber : Laporan Realisasi APBD Kota Surabaya tahun 2014-2015

Nilai efektivitas PAD dapat dikategorikan sebagai berikut :


Sangat efektif : >100%
Efektif : 100%
Cukup efektif : 90% - 99%
Kurang efektif : 75% - 89%
Tidak efektif : <75%

Pada tahun 2014 target PAD sebesar Rp. 3.247.459.154.137,00 dan pencapaian
realisasinya sebesar Rp. 3.307.323.863.978,47. Dengan begitu efektivitas dan efisensi
PADnya adalah 101,84 % yang berarti PAD pada tahun 2014 di katakana sangat efektif.
Pada tahun 2015 target PAD kota Surabaya sebesar Rp. 3.782.647.234.297,00 dan
realisasi yang dapat dicapai sebesar Rp. 4.035.649.478.397,97. Dengan betu efektivitas
dan efisiensi PADnya adalah 106,69 % yang artinya PAD pada tahun 2015 di katakana
sangat efektif. Pada tahun ini tingkat efektivitas PADkota Surabaya mengalami kenaikan
sebesar 4,85 %.
4.1.2 Efektivitas Belanja Daerah
Tabel 3
Belanja Daerah periode 2014-2015
Tahun Belanja Daerah Anggaran Realisasi
Belanja Pegawai 2.497.792.485.109,00 2.187.887.736.524,00
Belanja Bunga - -
Belanja Hibah 432.726.689.556,00 300.184.342.399,00
Belanja Bantuan Sosial 1.651.000.000,00 89.670.000,00
2014 Belanja Bagi Hasil 1.200.000.000,00 -
Belanja Keuangan 2.070.314.000,00 787.920.000,00
Belanja Tak Terduga 10.000.000.000,00 -
Jumlah Belanja Tidak 2.945.440.488.665,00 2.488.949.668.932,00
Langsung
Belanja Pegawai 432.728.689.556 300.184.342.399,00
Belanja Barang dan Jasa 2.116.689.109.008,00 1.814.062.371.710,00
Belanja Modal 2.010.585.827.631,00 1.404.3666.425.426,00
Jumlah Belanja 4.560.003.626.195,00 3.518.613.139.535,00
Langsung
Jumlah Belanja Daerah 7.505.444.114.860,00 6.007.562.828.467,00
2014
Belanja Pegawai 2.579.203.525.763,00 2.362.417.553.360,00
Belanja Bunga - -
Belanja Hibah 428.341.520.833,00 252.111.246.646,00
Belanja Bantuan Sosial 1.651.000.000,00 -
Belanja Bagi Hasil 3.529.027.410,00 -
Belanja Keuangan 2.083.273.745,00 732.571.000,00
Belanja Tak Terduga 10.000.000.000,00 -
Jumlah Belanja Tidak 3.024.808.347.751,00 2.579.262.371.006,00
2015 Langsung
Belanja Pegawai 428.341.52.833,00 252.111.246.646,00
Belanja Barang dan Jasa 2.417.183.344.025.00 2.125.973.133.026,00
Belanja Modal 2.486.345.703.617,00 1.785.125.255.500,00
Jumlah Belanja 5.331.870.568.417,00 4.163.209.635.172,00
Langsung
Jumlah Belanja Daerah 8.356.678.916.168,00 6.743.471.006.178,00
2015
Sumber : Laporan Realisasi APBD Kota Surabaya tahun 2014-2015

Untuk menilai rasio efektivitas belanja daerah, belanja daerah perlu dibandingkan
dengan anggaran yang telah ditetapkan dalam APBD. Apabila realisasi belanja sesuai atau
hampir mendekati anggaran belanja yang telah ditetapkan maka belanja daerah tersebut
dapat dikatakan efektif dan sebaliknya. Salah satu cara untuk menghitung rasio efektifitas
belanja daerah dapat dilakukan dengan cara :
Rasio efektifitas belanja = Realisasi Belanja x 100%
Anggaran belanja
Dan hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Rasio Efektivitas Belanja
Tahun Anggaran Belanja (Rp) Realisasi Belanja (Rp) Rasio Efektivitas (%)
2014 7.505.444.114.860,00 6.007.562.828.467,00 80,04
2015 8.356.678.916.168,00 6.743.471.006.178,00 80.69
Sumber : Laporan Realisasi APBD Kota Surabaya tahun 2014-2015

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 dengan anggaran yang mencapai
Rp. 7.505.444.114.860,00 , realisasi belanja yang dicapai yaitu sebesar Rp.
6.007.562.828.467,00 dengan demikian bisa dihitung rasio efektifitas belanja daerahnya
sebesar 80,04 %. Sedangkan pada tahun 2015 mengalami kenaikan pada rasio efektivitas
sebesar 0.65 %, yaitu senilai 80,69 %.

4.1.3 Kontribusi Pendapatan asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Kota Surabaya
Seluruh pendapatan daerah yang diperoleh baik dari daerahnya sendiri maupun
bantuan dari pemerintah pusat akan digunakan untuk membiayai seluruh pengeluaran
daerah itu. Sedangkan pendapatan asli daerah merupakan sumber pembiayaan yang
paling penting dalam mendukung kemampuan daerah dalam menyelenggarakan otonomi
daerah. Salah satu indikator untuk melihat keadaan otonomi suatu daerah terletak pada
besar kecilnya kontribusi daerah tersebut dalam PAD untuk membiayai belanja
daerahnya sendiri. Untuk menghitung kontribusi pendapatan asli daerah terhadap belanja
daerah dapat dilakukan dengan cara :
Kontribusi PAD terhadap belanja daerah = PAD x 100%
Belanja daerah
Kotribusi PAD terhadap belanja daerah kota Surabaya dalam periode tahun 2014-2015
dapat dilihat pada tabeli berikut ini :
Tabel 5
Kontribusi PAD Terhadap Belanja Daerah Kota Surabaya
Tahun PAD Belanja Daerah Kontribusi PAD
terhadap
anggaran belanja
(%)
2014 3.307.323.863.978,47 6.007.562.828.467,00 55,05
2015 4.035.649.478.397,97 6.743.471.006.178,00 59,84
Sumber : Laporan Realisasi APBD Kota Surabaya tahun 2014-2015

Pada tahun 2014 PAD yang telah dicapai sebesar Rp. 3.307.323.863.978,47 dan
belanja daerah sebesar Rp. 6.007.562.828.467,00 kontribusi PAD terhadap belanja daerah
sebesar 55,05 % dan mengalami kenaikan kontribusi pada tahun 2015 sebesar 4,79 %,
yaitu senilai 59,84 %.
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukan sebagai berikut :
(1) Efektifitas PAD pada tahun 2009 menunjukan hasil yang sangat efektif yaitu
bernili lebih dari atau diatas 100% . Hal ini dikarenakan realisisasi PAD
hampir mendekati target yang telah ditentukan.
(2) Rasio efektifitas belanja dari periode tahun 2014-2015 secara keseluruhan
berkisar antara 80%-81%. Hampir setiap tahun anggaran belanja daerah lebih
besar dari pada realisasi belanja daerahnya.
(3) Kontribusi PAD dalam kemampuannya membiayai total belanja daerah kota
Surabaya pada periode tahun 2014-2015 cukup, karena PAD mampu
memberi kontribusi lebih dari 50% dari total belanja daerah.

3.2 Saran
Dari uraian kesimpulan diatas, berikut ini beberapa saran yang dapat dijadikan
bahan masukan yaitu :
(1) Lebih meningkatkan dan mengoptimalkan intensifikasi pendapatan asli
daerah.
(2) Melakukan pengembangan ekstensifikasi pendapatan asli daerah yang
diharapkan mampu meningkatkan keuangan daerah.
Daftar pustaka

Christian, F. D. 2010. Kontribusi Pajak Daerah, Retribusi dan Laba BUMD terhadap Total
Pendapatan Daerah Pemerintah Kota Surabaya. Program Sarjana STIESIA.
Surabaya.
Halim, A. 2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat. Jakarta.
Mankiw, N. G. 2000. Teori Makro Ekonomi Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
Argi, R. 2011. Analisis Belanja Daerah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya di
Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah Periode 2004-2009. Program Sarjana
Universitas Diponegoro. Semarang
Sesotyaningtyas, Mirna. 2012. Pengaruh Leverage, Ukuran Legislative, Intergovernmental
Revenue dan Pendapatan Pajak Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Ladd, Helen F. 2016. Mimiking Of Local Tax Burdens Among Neighboring Counties. Duke
University. Trinity, Amerika.
Saez, Emmanuel. 2012. Determinants of Tax Rates in Local Capital Income. Ifo Institut
Leibniz Institute for Economic Research at the University of Munich. Munich,
German.
Piketty, Thomas. 2006. How Progressive Is The U.S. Federal Tax System ?. National
Bureau Economic Research. Cambridge

Anda mungkin juga menyukai