Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan dari pendidikan menengah pertama adalah untuk memberikan

bekal kemampuan kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya

sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga Negara serta mempersiapkan

peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah atas. Hal tersebut sesuai

dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional pasal 1 ayat 1 yang mendefinisikan pendidikan sebagai “ … usaha

sadar mewujudkan suasan belajar dan proses pembelajaranpeserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara”. Tujuan

tersebut mengisyaratkan bahwa siswa tidak hanya, pribadi dan sosial.

Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa,

dimana mereka sedang menjalani tahap perkembangan masa anak-anak dan

memasuki remaja awal. Masa remaja merupakan masa yang sangat penting

dan harus dilalui oleh setiap orang dalam kehidupannya (Yusuf, 2000). Pada

masa remaja mereka dihadapkan pada kondisi yang menuntut penyesuaian

pribadi dan sosial, karena mereka mulai memasuki lingkungan baru dan akan

lebih banyak berinteraksi dengan orang-orang baru seperti teman sekelasnya

(peer group), dan guru sebagai orang dewasa di lingkungan sekolah.

1
2

Adanya perluasan hubungan sosial merupakan salah satu tanda yang

menunjukkan perkembanga sosial pada remaja Sekolah Menengah Pertama.

Selain dengan keluarga, anak sudah mulai membentuk ikatan baru dengan

teman sebaya. Teman sebaya memberikan pengaruh penting bagi

perkembangan sosial anak. Dimana melalui hubungan dengan teman sebaya,

anak dapat belajar mengenai keterampilan sosial, terutama keterampilan yang

dibutuhkan untuk memulai dan memelihara hubungan sosial dan untuk

memecahhkan konflik sosial, yang mencakup keterampilan berkomunikasi,

berkompromi, dan berdiplomasi (Burton, 1986).

Kemampuan berhubungan sosial, bekerja dalam kelompok teman sebaya,

dan belajar menjadi pribadi yang mandiri merupakan salah satu tugas

perkembangan yang harus dicapai oleh remaja (Hurlock, 1978).

Salah satu tugas perkembangan masa remaja dalam mencapai jati dirinya

dapat dilakukan melalui pergaulan hidup baik dengan keluarga, guru, maupun

teman sebaya. Hampir sebagian besar waktu dalam kehidupan remaja

digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Interaksi sosial dengan teman

sebaya merupakan salah satu unsur penting untuk memenuhi kebutuhan akan

harga diri, aktualisasi diri di lingkungan mengadakan interaksi dengan

lingkungan sebagai tujuannya. Apabila hal tersebut tidak tercapai maka

individu akan mengalami masalah dalam kesehariannya.

Dalam ruang lingkup sekolah cara siswa bersosialisasi dengan teman

sangat beraneka ragam. Ada yang memiliki keterampilan bersosialisasi

dengan baik dan ada pula yang tidak. Siswa yang mempunyai keterampilan
3

bersosialisasi yang baik, akan memiliki banyak teman dan diterima dalam

lingkungannya. Sebaiknya, siswa yang tidak memiliki keterampilan

bersosialisasi, akan terisolasi dari pergaulan serta lingkungannnya

Berdasarkan hasil hasil observasi yang dilakukan pada siswa kelas VIII

SMP Negeri 7 Pontianak, terdapat beberapa siswa sulit berinteraksi dengan

orang lain, tidak mampu berempati, kesulitan memecahkan masalah atau

konflik, dan belum mempunyai kesadaran diri yang baik. Sikap-sikap yang

ditunjukkan tersebut mengidentifikasikan bahwa mereka tergolong siswa yang

kurang memiliki keterampilan sosial.

Jika perilaku sosial tidak memenuhi harapan sosial, hal tersebut dapat

membahayakan bagi penerimaan sosial oleh kelompok. Dimana siswa akan

merasa tertekan sehingga mencari jalan keluar yang membuat tidak dikucilkan

oleh kelompoknya. Untuk itu perlu diupayakan bantuan agar siswa yang

bermasalah tersebut dapat segera berinteraksi dengan teman-teman

dilingkungannya sehingga anak tidak kehilangan kesempatan untuk belajar

sosial. Karena hal tersebut dapat menimbulkan penilaian terhadap anak

dimana anak dinilai kurang baik dan ini akan menimbulkan penilaian diri yang

kurang baik pula.

Nilai-nilai soial dalam kehidupan anak sangat penting, karena dengan

adanya nilai-nilai tersebut anak akan terbentuk sikap serta tingkah lakunya

terhadap sesama. Hal tersebut tidak lain untuk menjadikan anak dapat diterima

dilingkungan masyarakat. Nilai-nilai sosial maupun perilaku sosial dapat

dibentuk manakala anak memiliki keterampilan sosial yang cukup tinggi.


4

Keterampilan sosial merupakan sarana bagi anak untuk memperoleh hubungan

yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain khususnya dengan lingkungan

masyarakat disekitarnya. Pentingya keterampilan sosial dimiliki oleh anak

yaitu untuk menjadikan sebagai individu yang dapat berperilaku sesuai dengan

tuntutan lingkungan sosialnya, sehingga anak dapat diterima dalam

lingkungan atau keompoknya.

Dari penjelasan tersebut, sehubungan dengan keterampilan sosial bagi

anak, maka penelitian ini menitikberatkan pada bagaimana meningkatkan

keterampilan sosial kepada anak. Salah satu upaya yang dapat digunakan

untuk meningkatkan keterampilan sosial anak yaitu melalui bimbingan

kelompok dengan menggunakan teknik “perasaan dan tanggapan”.

Bimbingan kelompok merupakan suatu pemberian bantuan (bimbingan)

kepada peserta didik melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan

kelompok, aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk

membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan dan pemecahan

masalah siswa yang menjadi peserta layanan. Aktifitas kelompok diarahkan

untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan lingkungan,

penyesuaian diri serta pengembangan diri.

Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk

pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan

berkomunikasi peserta layanan (siswa). Secara lebih khusus, layanan

bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan,

pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah


5

laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan. berkomunikasi baik

verbal maupun non verbal pada siswa.

Berdasarkan permasalahan yang berkembang diatas mendorong penulis

untuk melaksanakan penelitian yang berfokus pada kegiatan penelitian

tindakan dalam bimbingan dan konseling di sekolah dalam meningkatkan

ketrampilan sosial melaui layanan bimbingan kelompok dengan tehnik

behavioral pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Pontianak.

B. Rumusan Masalah

1. Masalah Umum
Masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

Meningkatkan ketrampilan sosial melalui Bimbingan kelompok dengan

teknik Behavioral Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 7 Pontianak”?

2. Masalah Khusus
Adapun sub-sub masalah tersebut dapat dirincikan sebagai berikut:

a. Apa saja tahap-tahap pelaksanaan layanan bimbingan kelompok

dalam meningkatkan ketrampilan sosial dengan teknik behavioral

pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Pontianak?

b. Apakah bimbingan kelompok dengan teknik behavioral dapat

meningkatkan ketrampilan sosial pada siswa kelas VIII B SMP

Negeri 7 Pontianak?

c. Bagaimana respon siswa terhadap pelaksanaan layanan bimbingan

kelompok dengan teknik behavioral dalam meningkatkan

ketrampilan sosial dengan teknik behavioral pada siswa kelas VIII

B SMP Negeri 7 Pontianak?


6

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini secara umum bertujuan untuk

meningkatkan ketrampilan sosial melalui bimbingan kelompok pada siswa

kelas VIII B SMP Negeri 7 Pontianak. Secara khusus tujuan penelitian

dirumuskan sebagaio berikut:

1. Memgetahui tahap-tahap layanan bimbingan kelompok dalam

meningkatkan ketrampilan sosial pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 7

Pontianak.

2. Mengetahui efektifitas layanan bimbingan kelompok untuk meningkatan

ketrampilan sosial pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Pontianak.

3. Untuk mengetahui respon siswa setelah mengikuti kegiatan layanan

bimbingan kelompok dengan teknik behavioral untuk meningkatkan

keterampilan sosial siswa.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Untuk mengembangkan program bimbingan dan konseling berkaitan

dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yaitu pemahaman dan

pengembangan,khususnya dalam meningkatkan ketrampilan sosial siswa

melalui bimbingan kelompok

2. Manfaat Praktis

Secara praktis dapat membantu Guru Bimbingan dan Konseling

memperkaya pengalaman dalam melaksanakan layanan Bk, khususnya

layanan informasi serta layanan bimbingan kelompok sehingga dapat


7

membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan sosial dan memecahkan

masalah yang mereka hadapi secara mandiri.

E. Definisi Operasional

Untuk memahami istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu

diberikan defenisi operasional terhadap beberapa istilah yang digunakan

didalam penelitian. Adapun definisi operasional penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Ketrampilan sosial pada remaja

Ketrampilan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku

yang diterima secara sosial sehingga memungkinkan seseorang untuk

berinteraksi dengan yang lainnya secara positif dan sesuai dengan norma

yang ada.

2. Bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok merupakan suatu jenis pelayanan bimbingan dan

konseling yang diberikan oleh seorang pembimbing kepada sekelompok

siswa guna memecahkan permasalahan berhubungan dengan pendidikan,

situasi sosial.

F. Kerangka Konsep / Berpikir

Sebagai makhluk sosial, remaja dituntut untuk mampu mengatasi segala

permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan

sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang

berlaku.Oleh karena itu, setiap remaja dituntut untuk mengusai ketrampilan


8

ketrampilan sosial dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan

disekitranya.

Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi penting

ketika menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja

individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh

teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan.

Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan

berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri

& orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi

atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai

norma dan aturan yang berlaku, dan sebagainya. Apabila keterampilan sosial

dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa

sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psiko sosial dengan

maksimal

Menurut hasil studi Davis dan Forsythe, dalam kehidupan remaja terdapat

delapan aspek yang menuntut keterampilan sosial (social skills) yaitu:

Keluarga, lingkungan, kepribadian, rekreasi, pergaulan dengan lawan jenis,

pendidikan/sekolah, persahabatan dan solidaritas kelompok, dan lapangan

kerja.

Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki

dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan

lingkungan sosial akan sangat menentukan.


9

Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan

menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya

sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan,

cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti

sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa

menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal,

tindakan kekerasan, dan sebagainya. Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka

sangat penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan ketrampilan-

ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri.Permasalahannya

adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang

harus diperhatikan.

Melihat permasalahan tersebut maka peran guru bimbingan konseling

sangat penting dalam upaya peningkatan ketrampilan sosial yang baik bagi

siswa. Salah satu upaya guru bimbingan konseling adalah melakukan

penelitian tindakan kepada siswa dengan memberikan layanan bimbingan

kelompok.Dalam layanan bimbingan kelompok akan dibahas topik-topik

umum yang berkaitan dengan ketrampilan sosial.

G. Hipotesa Tindakan

Berdasarkan kerangka konsep diatas maka hipotesis tindakan dalam

penelitian ini adalah “ Jika layanan bimbingan kelompok di lakukan dengan

baik, maka dapat meningkatkan ketrampilan sosial pada siswa kelas VIII b

Sekolah Menengah Pertama 7 Pontianak.

Anda mungkin juga menyukai