Penanganan Limbah B3
Dosen Pengampu: Dr. Soesilo Wibowo
JURUSAN PERTANIAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Racun adalah bahan kimia yang dalam jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau
mahluk hidup lainnya. Keracunan adalah salah satu masalah kesehatan yang semakin meningkat
baik di Negara maju maupun negara berkembang. Angka yang pasti dari kejadian keracunan di
Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun banyak dilaporkan kejadian keracunan di
beberapa rumah sakit, tetapi angka tersebut tidak menggambarkan kejadian yang sebenarnya di
masyarakat. Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di
Indonesia adalah akibat paparan pestisida, obat obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif,
alkohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan
beberapa tanaman beracun lainnya. Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh
racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi
dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik
penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus
memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula.
Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan bahan B3, harus
dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula. (O DI SUSUN,
C SIREGAR - academia.edu
1. Tujuan
1. Mengurangi dan mendaur ulang bahan B3 rumah tangga mengkonservasi sumber daya dan
energi yang terbuang selama produksi
Proses produksi produk yang mengandung bahan-bahan berbahaya tentu sama dengan
produk lainnya, membutuhkan bahan baku dan energi untuk kemudian diolah agar dapat
dikonsumsi. Mengingat jumlah bahan baku dan energi yang digunakan, setiap bahan B3
rumah tangga yang dibuang dengan percuma sama dengan membuang sekian sumber
daya alam dan energi yang telah dikeluarkan. Maka, mengurangi dan mendaur ulang serta
mengolah bahan B3 dengan tepat akan membantu efisiensi energi
2. Menggunakan lagi bahan B3 rumah tangga sama dengan menghemat uang dan mengurangi
energi untuk mengolah substansi beracun
Menggunakan lagi di sini berarti secara kreatif mencari pilihan alternatif selain
membuang bahan B3. Sebagai contoh kita dapat mengubah baterai-baterai bekas menjadi
karya tangan. Dengan berpikir kreatif dan inovatif dalam penggunaan ulang bahan-bahan
tersebut maka kita berkontribusi pada penghematan energi dalam skala sederhana.
3. Pembuangan bahan B3 rumah tangga yang tepat dapat mencegah polusi yang dapat
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan
Keuntungan terakhir ini merupakan keuntungan berorientasi masa depan, di mana kualitas
sampah yang kita buang mempengaruhi pengolahan secara keseluruhan dan berpengaruh
bagi lingkungan. Sebagai contoh, dengan tidak membuang obat kadaluarsa di saluran air,
kita dapat mencegah terjadinya polusi air secara signifikan.
https://pengolahanbahan101.wordpress.com/2013/06/28/manfaat-pengelolaan-bahan-b3-
yang-tepat/
B. Manfaat Penulisan
Dari hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memperluas wawasan ilmu
pengetahuan pembaca mengenai maksud, dampak terhadap manusia, dan solusi
pengolahan bahan B3, Pembaca juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari jika diperlukan. https://www.academia.edu/9647190/Makalah_bahan_B3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Bahan B3
A. Klasifikasi Bahan B3
Menurut Depkes RI melalui keputusan Menkes No. 453/Menkes/Per/XI/1983 telah
memberi arahan mengenai bahan berbahaya beracun dan pengelolaannya, yang dibagi menjadi 4
(empat) klasifikasi, yaitu :
Klasifikasi I
1. Bahan kimia atau sesuatu yang telah terbukti atau diduga keras dapat menimbulkan bahaya
yang fatal dan luas, secara langsung atau tidak langsung, karena sangat sulit penanganan dan
pengamanannya
2. Bahan kimia atau sesuatu yang baru yang belum dikenal dan patut diduga menimbulkan
bahaya.
Klasifikasi II
1. Bahan radiasi
2. Bahan yang mudah meledak karena gangguan mekanik
3. Bahan beracun atau bahan lainnya yang mudah menguap dengan LD50 (rat) kurang dari 500
mg/kg atau yang setara, mudah diabsorpsi kulit atau selaput lender
4. Bahan etilogik/biomedik
5. Gas atau cairan beracun atau mudah menyala yang dimampatkan
6. Gas atau cairan atau campurannya yang bertitik nyala kurang dari 35oC
7. Bahan padat yang mempunyai sifat dapat menyala sendiri.
Klasifikasi III
1. Bahan yang dapat meledak karena sebab-sebab lain, tetapi tidak mudah meledak karena
sebab-sebab seperti bahan klasifikasi II
2. Bahan beracun dengan LD50 (rat) kurang dari 500 mg/kg atau setara tetapi tidak mempunyai
sifat seperti bahan beracun klasifikasi II
3. Bahan atau uapnya yang dapat menimbulkan iritasi atau sensitisasi, luka dan nyeri
4. Gas atau cairan atau campurannya dengan bahan padat yang bertitik nyala 35oC sampai 60oC
5. Bahan pengoksidasi organic
6. Bahan pengoksidasi kuat
7. Bahan atau uapnya yang bersifat karsinogenik, tetratogenik dan mutagenic
8. Alat atau barang-barang elektronika yang menimbulkan radiasi atau bahaya lainnya.
Klasifikasi IV
1. Bahan beracun dengan LD50 (rat) diatas 500 mg/kg atau yang setara
2. Bahan pengoksid sedang
3. Bahan korosif sedang dan lemah
4. Bahan yang mudah terbakar.
B. Menurut SK Menprind No. 148/M/SK/4/1985. tentang Pengamanan Bahan Beracun dan Berbahaya di
Perusahaan Industri. Pengelompokan bahan B3 berdasarkan keputusan tersebut meliputi :
g. Bahan radioaktif.
Yaitu bahan yang dapat menyebabkan terjadinya radiasi pada makhluk hidup.
Bahan beracun dan berbahaya lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Perindustrian.
Sebagian dari daftar bahan berbahaya dan beracun tercantum pada lampiran keputusan
tersebut.
C. Sedangkan menurut Kep Menaker No. 187 tahun 1999 mengenai bahan kimia berbahaya.
Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang
berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja,
instansi, dan lingkungan hidup.
Pada Pasal 9 disebutkan bahwa bahan tergolong B3 meliputi :
a. Bahan beracun, yaitu Bahan kimia beracun dalam hal pemajangan melalui :
Cairan mudah terbakar dalam hal titik nyala > 21oC dan titik didih < 55oC pada tekanan 1
atm.
Cairan sangat mudah terbakar dalam hal titik nyala < 21oC dan titik didih > 20oC pada
tekanan 1 atm.
Gas mudah terbakar dalam hal titik didih < 20oC pada tekanan 1 atm.
Seperti gas alam, hidrogen, asetilin, etilin oksida.
- bereaksi dengan air mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar. Seperti: alkali (Na,
K) dan alkali tanah (Ca) aluminium tribromida, CaO, sulfuril khlorida
- bereaksi dengan asam mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar,
atau beracun atau korosif. seperti : KClO3, KMnO4, Cr2O3
h. Bahan kimia termasuk kriteria oksidator
Apabila reaksi kimia atau penguraiannya menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan
kebakaran.
Untuk mengelola limbah B3 harus mematuhi dan memenuhi ketentuan peraturan perundangan
yang telah ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup RI.
Yang dimaksud dengan mengelola limbah B3 disini mulai dari proses menghasilkan, menyimpan
sementara, pengangkut, pengumpul, pemanfaat, pengolah, penimbun hingga pemusnahan limbah
B3.
Bagi perusahaan atau pelaku industri yang menghasilkan limbah B3, untuk mengelola limbah B3
boleh dibilang sangat rumit. Sebab untuk “boleh” mengelola limbah B3, perusahaan atau pelaku
industri, diharuskan memiliki ijin dari Kementrian Lingkungan Hidup untuk semua jenis
pengelolaan.
Sedangkan untuk bisa memiliki ijin pengelolaan limbah B3 dari Kementrian Lingkungan Hidup
perusahaan atau pelaku industri harus memenuhi persyaratan yang sangat rumit, baik berupa
persyaratan administratif maupun persyaratan teknis.
Yang mana, bagi perusahaan / pelaku industri hal seperti ini tidak hanya menyita waktu, dan
tenaga namun juga biaya yang tidak kecil jumlahnya.
Karena itulah sebagai cara praktis yang biasanya dipilih perusahaan atau pelaku industri untuk
mengelola limbah B3 adalah bekerja sama dengan perusahaan yang telah memiliki Ijin Dari
Kementrian Lingkungan Hidup. Yang dalam hal ini sering disebut juga sebagai Pihak Ketiga
yang berijin.
Bentuk kerja sama ini juga harus dituangkan di dalam sebuah kontak tertulis, dimana di
dalamnya harus tertuang jenis pengelolaan limbah B3 apa yang akan dikerja-samakan.
Sebagai informasi agar lebih memahami jenis-jenis pengelolaan limbah B3 berikut adalah
definisi dari masing – masing pengelola limbah B3, antara lain :
1. Penghasil Limbah B3
Yang dimaksud dengan Penghasil Limbah B3 adalah setiap orang yang usaha dan/atau
kegiatannya menghasilkan limbah B3 atau setiap orang yang memiliki limbah B3.
2. Pengangkut Limbah B3
Yang dimaksud dengan Pengangkut Limbah B3 adalah : badan usaha yang berbadan hukum
yang melakukan kegiatan pengangkutan limbah B3.
Izin yang wajib dimiliki oleh Pengangkut limbah B3 adalah Izin Pengangkutan Limbah B3 dari
Dirjen Perhubungan setelah sebelumnya mendapatkan rekomendasi dari Kementerian
Lingkungan Hidup.
3. Pengumpul Limbah B3
Yang dimaksud dengan Pengumpul Limbah B3 adalah badan usaha yang berbadan hukum yang
melakukan kegiatan pengumpulan dengan tujuan untuk mengumpulkan limbah B3 sebelum
dikirim ke tempat pengolahan dan/atau pemanfaatan dan/atau penimbunan limbah B3.
Izin yang wajib dimiliki oleh pengumpul limbah B3 adalah Izin pengumpulan limbah B3 yang
dikeluarkan oleh Badan yang menangani pengelolaan lingkungan Hidup.
Jika ruang lingkup pengumpulan dilakukan sebatas wilayah dalam kota, maka pengajuan
permohonan Izin Pengumpulan ditujukan kepada Badan Lingkungan Hidup Pemerintah
Kota/Kabupaten.