Anda di halaman 1dari 3

Kajian menarik berikutnya yang telah dilakukan setelah beberapa kajian sebelumnya

adalah mencoba mengetahui apasih sistem polinasi si Edelweiss (Anaphalis DC.) ini. Untuk
sekedar mengingat kembali bahwa sistem polinasi itu pada umumnya kan ada yang
disebut dengan Cleistogamy, Autogamy, Autogamy Facultative, Xenogamy Facultative dan
Xenogamy Obligate. Nah dalam hal ini kami telah mencoba menelusurinya dengan
menggunakan teknik perbandingan / Rasio jumlah polen dengan ovul (P/O ratio).
Banyaknya jumlah polen pada suatu tumbuhan akan mengindikasi sistem polinasi
tumbuhan tersebut. Biasanya tumbuhan dengan jumlah polen yang banyak akan
mengalami penyerbukan silang (Xenogamy). Menurut Wyatt (1983), tanaman dengan
penyerbukan silang memiliki karakteristik antara lain bunga banyak, sepal dan petal luas,
anther panjang, polen banyak, dan biji banyak. Namun demikian tumbuhan yang
mempunyai banyak polen fertil membantu dalam keberhasilan reproduksinya tapi
menginves banyak energi sehingga kesuksesan reproduksi menjadi rendah (Cruden, 1976).

Nilai P/O ratio yang mencerminkan reproduksi biologi juga bervariasi antar jenis maupun
genera yang diteliti. Log P/O ratio merupakan indikator sistem polinasi suatu tumbuhan.
Tanaman dengan penyerbukan sendiri (autogamy) memiliki Log P/O ratio lebih sedikit
dibandingkan tanaman xenogamy yang berarti tingkat keberhasilan penyerbukan pada
xenogamy adalah lebih besar dibandingkan autogamy (Cruden, 1970). Berdasarkan
pengelompokan breeding system (Cruden, 1977) maka 9 populasi Anaphalis yang diteliti
maka telah dapat dikategorikan memiliki sistem polinasi mendekati nilai tumbuhan
dengan sifat “Xenogamy Facultative” yang artinya dia bisa melakukan pembuahan sendiri
(selfing) ataupun dengan individu lain (crossing). Demikianlah, smoga bermanfaat^^.

Anda mungkin juga menyukai