Anda di halaman 1dari 26

KONSEP DESA SIAGA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebidanan Komunitas
Dosen pembimbing mata kuliah : Bd. Diyan Indrayani SST,.M,Keb.

Disusun oleh :
Kelompok 3
Alya Idzni I P173241160
Khanza Khoiruna S P17324116059
Rani Aprilia Kartiwi P173241160
Rinda Mustika Nurfazri P17324116063
Tien Aulia Rahma P17324116025

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG
2018

0
Daftar Isi

Daftar Isi ..................................................................................................... I


Isi ................................................................................................................ 1
1.1. Konsep Desa Siaga
1.1.1. Pengertian Desa Siaga ............................................................ 1
1.1.2. Tujuan Desa Siaga ................................................................... 1
1.1.3. Ciri Ciri Desa Siaga .................................................................. 2
1.1.4. Sasaran Desa Siaga .................................................................. 2
1.1.5. Kriteria Desa Siaga .................................................................. 3
1.1.6. Keberhasilan Desa Siaga ......................................................... 3

1.2. Pembentukan Desa Siaga


1.2.1. Pengembangan Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif .................... 5
1.2.2. Pendekatan ............................................................................. 5
1.2.3. Persiapan ................................................................................ 7
1.2.4. Penyelengaraan ...................................................................... 9
1.2.5. Pentahapan ............................................................................. 13
1.2.6. Pembinaan Kelestarian ........................................................... 16
1.2.7. Prinsip Pengembangan Desa Siaga ......................................... 17
1.2.8. Kegiatan pokok desa siaga ...................................................... 18
1.2.9. Tahap pengembangan desa siaga ........................................... 19
1.2.10. Indikator keberhasilan Desa siaga .......................................... 19

1.3. Kasus ................................................................................................. 21


Daftar Pustaka............................................................................................. 24

1
ISI

DESA SIAGA
1.1. Konsep Desa Siaga
1.1.1. Pengertian Desa Siaga
Menurut Effendi Desa siaga merupakan gambaran bagi Indonesia Sehat
2010 yang sesuai dengan semangat otonomi daerah di bidang kesehatan yaitu
bottom up.

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber


daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan, kesehatan secara
mandiri. Desa yang dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas – batas wilayah, yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan
dihormati dalam Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2
1.1.2. Tujuan Desa Siaga
a. Tujuan Umum
Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang
sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di
wilayahnya.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khususnya adalah sebagai berikut :
 Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan.
 Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa
terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan (bencana, wabah, kegawadaruratan dan sebagainya)
 Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya
kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri
sendiri di bidang kesehatan.
1.1.3. Ciri-Ciri Desa Siaga
a. Minimal Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberi pelayanan
dasar ( dengan sumberdaya minimal 1 tenaga kesehatan dan sarana fisik
bangunan, perlengkapan & peralatan alat komunikasi ke masyarakat & ke
puskesmas )
b. Memiliki sistem gawat darurat berbasis masyarakat
c. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri
d. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat
1.1.4. Sasaran Pengembangan
Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi
intervensi, sasaran ini dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
a. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan di wilayah desanya
b. Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku
individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi
perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat termasuk tokoh
agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan
c. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan
kebijakan, peraturan perundang –undangan, dana, tenaga, sasaran, dll,

3
seperti kepala desa, camat, pejabat terkait, LSM, swasta, donatur, dan
pemilik kepentingan lainnya.
1.1.5. Kriteria Pengembangan
Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi
empat kriteria.
 Tahap bina. Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi
telah ada forum atau lembaga masyaratak desa yang telah berfungsi
dalam bentuk apa saja misalnya kelompok rembuk desa, kelompok
pengajian, atau kelompok persekutuan do’a.
 Tahap tambah. Pada tahap ini, forum masyarakat desa telah aktif dan
anggota forum mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat ,
selain posyandu. Demikian juga dengan polindes dan posyandu
sedikitnya sudah pada tahap madya.
 Tahap kembang. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah
berperan secara aktif,dan mampu mengembangkan UKBMsesuai
kebutuhan dengan biaya berbasis masyarakat.Jika selama ini pembiyaan
kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti karena kurangnya
pemahaman terhadap sistem jaminan,masyarakat didorong lagi untuk
mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana dan
di butuhkan oleh masyarakat misalnya tabulin.
 Tahap Paripurna,tahap ini,semua indikator dalam kriteria dengan siaga
sudah terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan seha tserta
berperilaku hidup bersih dan sehat.
1.1.6. Keberhasilan Program
Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4
kelompok indikator, yaitu : indicator input, proses, output dan
outcome (Depkes, 2009).
1. Indikator Input
 Jumlah kader desa siaga.
 Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.
 Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
 Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
 Tersedianya dana operasional desa siaga.
 Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.

4
 Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah
kesehatan yang dijumpai dalam warna yang sesuai.
 Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah
penderita gizi kurang, jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain).

2. Indikator proses
 Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan
dan sebagainya).
 Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.
 Berfungsi/tidaknya poskesdes.
 Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.
 Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah
kesehatan berbasis masyarakat.
 Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
 Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari
masyarakat.

3. Indikator Output
 Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.
 Jumlah kunjungan neonates (KN2).
 Jumlah BBLR yang dirujuk.
 Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.
 Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.
 Jumlah balita yang mendapat imunisasi.
 Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
 Jumlah keluarga yang punya jamban.
 Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
 Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
 Adanya data kesehatan lingkungan.
 Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular
tertentu yang menjadi masalah setempat.
 Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina

5
4. Indikator outcome

 Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari


sakitnya.
 Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
 Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
 Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.

1.2. Pembentukan Desa Siaga


1.2.1. Pengembangan Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan program
lanjutan dan akselerasi dari program Pengembangan Desa Siaga yang sudah
dimulai pada tahun 2006. Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat, yaitu upaya memfasilitasi
proses belajar masyarakat desa dan kelurahan dalam memecahkan
masalah-masalah kesehatannya.
Oleh karena merupakan upaya pembangunan desa dan kelurahan,
maka program ini memerlukan peran aktif dari berbagai pihak mulai dari pusat,
provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, sampai ke desa dan kelurahan.
1.2.2. Pendekatan
1. Urusan Wajib Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota
Bidang kesehatan yang berskala kabupaten dan kota merupakan
salah satu urusan wajib untuk daerah kabupaten dan kota. Berkaitan
dengan hal tersebut, Menteri Kesehatan telah menetapkan Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di kabupaten dan kota sebagai
tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan daerah
kabupaten dan kota. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
(SPM Kesehatan) tersebut berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang
meliputi jenis pelayanan beserta indikator kinerja dan targetnya untuk
tahun 2010-2015. Salah satu target dalam SPM Kesehatan tersebut
adalah cakupan Desa (dan Kelurahan) Siaga Aktif yang harus tercapai
sebesar 80% pada tahun 2015. Dengan demikian, jajaran kesehatan
di kabupaten dan kota mulai dari dinas kesehatan, Puskesmas sampai
ke rumah sakit wajib memberikan fasilitasi dan rujukan, serta dukungan
dana dan sarana bagi pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

6
Pengembangan desa dan kelurahan Siaga Aktif pada hakikatnya
merupakan bagian dari urusan pemerintahan yang menjadi kewajiban
dan kewenangan kabupatan dan kota yang diserahkan pengaturannya
kepada desa dan kelurahan, dan menjadi tanggung jawab Pemerintahan
Desa dan Pemerintahan Kelurahan. Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif harus tercakup dalam rencana pembangunan desa, baik
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD) dan
Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa). Mekanisme
perencanaan dan penganggarannya dibahas melalui forum Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes). Sedangkan
kegiatan-kegiatan dalam rangka pengembangan Kelurahan Siaga
Aktif diusulkan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kota.

2. Dukungan Kebijakan di Tingkat Desa dan Kelurahan


Pada tingkat pelaksanaan di desa, pengembangan Desa Siaga Aktif
harus dilandasi minimal oleh Peraturan Kepala Desa yang tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pada tingkat pelaksanaan di kelurahan, pengembangan Kelurahan Siaga
Aktif mengacu kepada kebijakan atau peraturan yang ditetapkan oleh
Bupati atau Walikota.

3. Integrasi dengan Program Pemberdayaan Masyarakat


Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan
program pemberdayaan masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan
kegiatannya terintegrasi dengan program-program pemberdayaan
masyarakat lain, baik yang bersifat nasional, sektoral maupun daerah.
Salah satu contohnya adalah Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri. Integrasi pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif ke dalam PNPM Mandiri merupakan sesuatu
yang sangat penting, karena tujuan dari PNPM Mandiri memang sejalan
dengan tujuan dari pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Pada tingkat pelaksanaannya pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif dapat bersinergi dengan program PNPM Mandiri yang ada untuk
kegiatan- kegiatan di bidang kesehatan masyarakat.

7
1.2.3. Persiapan
Dalam rangka persiapan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif perlu dilakukan sejumlah kegiatan yang meliputi: pelatihan
fasilitator, pelatihan petugas kesehatan, analisis situasi perkembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif, penetapan Kader Pemberdayaan Masyarakat,
serta pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat dan lembaga
kemasyarakatan.
1. Pelatihan Fasilitator
 Dalam rangka pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
diperlukan adanya fasilitator di kabupaten dan kota. Fasilitator
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah Petugas
Promosi Kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Dinas
Kesehatan Kota yang ditunjuk/ditugasi dan tenaga lain dari program
pemberdayaan masyarakat (seperti PNPM Mandiri), LSM, dunia
usaha, atau pihak-pihak lain.
 Pelatihan Fasilitator diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi dengan
materi pemberdayaan dan pengorganisasian masyarakat dalam
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
2. Pelatihan Petugas Kesehatan
 Petugas kesehatan di kabupaten, kota, dan kecamatan adalah
pembina teknis terhadap kegiatan UKBM-UKBM di desa dan
kelurahan. Oleh sebab itu, kepada mereka harus diberikan pula
bekal yang cukup tentang pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
 Pelatihan bagi mereka dibedakan ke dalam 2 (dua) kategori
berdasarkan kualifikasi pesertanya, yaitu: (1) Pelatihan Manajemen,
dan (2) Pelatihan Pelaksanaan.
 Pelatihan Manajemen diikuti oleh para Kepala Puskesmas dan pejabat
pengelola program-program kesehatan di Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota. Materi pelatihan ini lebih ditekankan kepada
konsep dan aspek-aspek manajerial dari pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
 Pelatihan Pelaksanaan diikuti oleh para petugas yang diserahi
tanggung jawab membina Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (satu orang
untuk masing-masing Puskesmas) dan para petugas kesehatan
yang membantu pelaksanaan UKBM di desa atau kelurahan (misalnya

8
bidan di desa). Materi pelatihan ini selain mencakup proses
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, lebih ditekankan
kepada teknis pelayanan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dan
promosi kesehatan.
 Pelatihan bagi petugas kesehatan diselenggarakan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang
dibuat oleh Kementerian Kesehatan.
3. Analisis Situasi Perkembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif
 Analisis situasi perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
dilaksanakan oleh Fasilitator dengan dibantu pihak-pihak lain terkait.
 Pelaksanaannya mengacu kepada petunjuk teknis yang dibuat oleh
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan, yang
mengarah kepada evaluasi dan inventarisasi terhadap desa-desa dan
kelurahan-kelurahan dalam kaitannya dengan pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif.
 Hasil evaluasi dan inventarisasi berupa daftar desa dan kelurahan
yang dikelompokkan ke dalam kategori: (1) Desa dan Kelurahan yang
belum digarap, (2) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama, (3) Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif Madya, (4) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Purnama, dan (5) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri.
 Daftar desa dan kelurahan hasil evaluasi dan inventarisasi dilaporkan
kepada Bupati atau Walikota dengan tembusan kepada: (1) Kelompok
Kerja Operasional (Pokjanal) Desa dan Kelurahan Siaga Tingkat
Kabupaten/Kota, (2) Pokjanal Tingkat Provinsi, dan (3) Pokjanal
Tingkat Pusat.
4. Penetapan Kader Pemberdayaan Masyarakat
 Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) adalah anggota masyarakat
desa atau kelurahan yang memiliki pengetahuan, kemauan dan
kemampuan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam
pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif di desa dan
kelurahan.
 KPM merupakan tenaga penggerak di desa atau kelurahan yang akan
diserahi tugas pendampingan di desa atau kelurahan dalam rangka
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
5. Pelatihan KPM dan Lembaga Kemasyarakatan

9
 Di kabupaten atau kota yang belum menyelenggarakan Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat atau masih ada Pelatihan Pemberdayaan
Masyarakat yang belum diselenggarakan, di dalam kurikulum
pelatihannya diintegrasikan materi tentang Pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif. Dengan demikian, sekaligus para peserta
pelatihan, termasuk KPM dan lembaga kemasyarakatan, selanjutnya
dapat berperan dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
 Untuk kabupaten atau kota yang telah menyelenggarakan Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat atau telah memiliki KPM, untuk para KPM
dan lembaga kemasyarakatan perlu diselenggarakan pelatihan khusus
tentang Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
 Materi dan metode penyelenggaraan pelatihan Pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif untuk KPM atau yang diintegrasikan ke
dalam Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat, mengacu kepada
petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan.
 Dalam pelatihan, tugas dari Fasilitator adalah membantu Panitia
Pelatihan untuk menyusun jadwal pelatihan dan mencarikan nara
sumber yang sesuai.
1.2.4. Penyelenggaraan
Kepala Desa dan Perangkat Desa bersama Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) adalah penyelenggara pemerintahan desa. Oleh karena itu,
kegiatan memfasiltasi masyarakat menyelenggarakan pengembangan
Desa atau Kelurahan Siaga Aktif, yang merupakan tugas dari Kader
Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dan kader kesehatan, harus mendapat
dukungan dari Kepala Desa/Lurah dan BPD, Perangkat Desa/Kelurahan,
serta lembaga kemasyarakatan yang ada. Kegiatannya berupa langkah-
langkah dalam memfasilitasi siklus pemecahan masalah demi masalah
kesehatan yang dihadapi masyarakat desa atau kelurahan, yang secara
skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

10
1. Pengenalan Kondisi Desa atau Kelurahan
Pengenalan kondisi desa atau kelurahan oleh KPM/kader
kesehatan, lembaga kemasyarakatan, dan Perangkat Desa atau
Kelurahan dilakukan dengan mengkaji data Profil Desa atau Profil
Kelurahan dan hasil analisis situasi perkembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif yang menggambarkan kriteria Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif yang sudah dapat dan belum dapat dipenuhi oleh
desa atau kelurahan yang bersangkutan.
2. Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS
Dengan mengkaji Profil/Monografi Desa atau Profil/Monografi
Kelurahan dan hasil analisis situasi, maka dapat diidentifikasi:
a. Masalah-masalah kesehatan yang masih dihadapi masyarakat
dan urutan prioritas penanganannya.
b. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah
kesehatan, baik dari sisi teknis kesehatan maupun dari sisi perilaku
masyarakat.
c. Potensi yang dimiliki desa/kelurahan untuk mengatasi masalah-
masalah kesehatan tersebut.
d. UKBM apa saja yang sudah ada (jika ada) dan atau harus diaktifkan
kembali/dibentuk baru dalam rangka mengatasi masalah-masalah
kesehatan tersebut.
e. Bantuan/dukungan yang diharapkan: apa bentuknya, berapa banyak,
dari mana kemungkinan didapat (sumber), dan bilamana dibutuhkan.

11
3. Musyawarah Desa/Kelurahan
a. Bila dirasakan perlu, Musyawarah Desa/Kelurahan dapat
dilakukan secara berjenjang dengan terlebih dulu menyelenggarakan
Musyawarah Dusun atau Rukun Warga (RW).
b. Musyawarah Desa/Kelurahan bertujuan:
 Menyosialisasikan tentang adanya masalah-masalah kesehatan
yang masih dihadapi masyarakat dan program pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
 Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalah-masalah
kesehatan yang hendak ditangani.
 Mencapai kesepakatan tentang UKBM-UKBM yang hendak
dibentuk baru atau diaktifkan kembali.
 Memantapkan data/informasi potensi desa atau potensi kelurahan
serta bantuan/dukungan yang diperlukan dan alternatif sumber
bantuan/dukungan tersebut.
 Menggalang semangat dan partisipasi warga desa atau kelurahan
untuk mendukung pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
4. Perencanaan Partisipatif
a. Setelah diperolehnya kesepakatan dari warga desa atau kelurahan,
KPM dan lembaga kemasyarakatan yang ada mengadakan
pertemuan- pertemuan secara intensif guna menyusun rencana
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif untuk dimasukkan
ke dalam Rencana Pembangunan Desa/Kelurahan.
b. Rencana pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
mencakup:
 UKBM-UKBM yang akan dibentuk baru atau diaktifkan kembali,
berikut jadwal pembentukan/pengaktifannya kembali.
 Sarana-sarana yang akan dibangun baru atau direhabilitasi
(misalnya Poskesdes, Polindes, Sarana Air Bersih, Sarana
Jamban Keluarga, dan lain-lain), berikut jadwal
pembangunannya.
 Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dan membutuhkan
biaya operasional, berikut jadwal pelaksanaannya.
c. Hal-hal yang dapat dilaksanakan dengan swadaya masyarakat dan atau
bantuan dari donatur (misalnya swasta), disatukan dalam dokumen

12
tersendiri. Sedangkan hal-hal yang memerlukan dukungan Pemerintah
dimasukkan ke dalam dokumen Musrenbang Desa atau Kelurahan
untuk diteruskan ke Musrenbang selanjutnya.
5. Pelaksanaan Kegiatan
a. Sementara menunggu proses Musrenbang selesai dan ditetapkannya
alokasi dana Pemerintah, KPM/kader kesehatan dan lembaga
kemasyarakatan yang ada dapat memulai kegiatan dengan
membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan, menetapkan kader-
kader pelaksananya, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan swadaya
atau yang sudah diperoleh dananya dari donatur. Juga pelaksanaan
kegiatan-kegiatan yang tidak memerlukan biaya operasional seperti
misalnya promosi kesehatan melalui Dasawisma, pertemuan Rukun
Tetangga, pertemuan Rukun Warga/ Dusun, atau forum-forum
kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan.
b. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan secara swakelola oleh
masyarakat dengan didampingi Perangkat Pemerintahan serta dibantu
oleh para KPM/kader kesehatan dan Fasilitator. Pelaksanaan kegiatan
meliputi pemilihan dan penetapan tim pengelola kegiatan (para kader
pelaksana UKBM atau pihak lain), pengajuan dan pencairan dana,
pengerahan tenaga kerja (khususnya untuk pembangunan sarana),
pengadaan barang dan jasa, serta pelaksanaan kegiatan yang
diusulkan.
c. Tim pelaksana kegiatan bertanggung jawab mengenai realisasi fisik,
keuangan, dan administrasi kegiatan yang dilakukan, sesuai dengan
rencana.
d. Apabila dibutuhkan barang/jasa berupa bahan, alat, dan tenaga
teknis kesehatan yang tidak dapat disediakan/dilakukan sendiri oleh
masyarakat, maka Dinas Kesehatan melalui Puskesmas dapat
membantu masyarakat untuk menyediakan barang/jasa tersebut.
e. Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk teknis dari Kementerian Dalam Negeri.
f. Pelatihan teknis, termasuk kursus-kursus penyegar, bagi para kader
pelaksana UKBM menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan
Kabupaten /Kota dengan dibantu oleh Dinas Kesehatan Provinsi untuk
melaksanakannya, dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang
dibuat oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan.

13
1.2.5. Pentahapan
Atas dasar kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang telah
ditetapkan, maka perlu dilakukan pentahapan dalam pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif, sehingga dapat dicapai tingkatan-tingkatan atau
kategori Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif sebagai berikut.
1. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama, yaitu desa/kelurahan yang:
a. Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa/Kelurahan, tetapi belum
berjalan.
b. Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader
kesehatan Desa/ Kelurahan Siaga Aktif minimal 2 orang.
c. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
d. Sudah memiliki Posyandu, tetapi UKBM lainnya tidak aktif.
e. Sudah ada dana untuk pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif
dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan tetapi belum
ada sumber dana lainnya.
f. Ada peran aktif dari masyarakat namun belum ada peran aktif
organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan Desa/Kelurahan Siaga
Aktif.
g. Belum memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang
melandasi dan mengatur pengembangan Desa/Kelurahan Siaga
Aktif.
h. Kurang dari 20 persen rumah tangga di desa/kelurahan mendapat
pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
2. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Madya, yaitu desa/kelurahan yang:
a. Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang
berjalan, tetapi belum secara rutin setiap triwulan
b. Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader
kesehatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif antara 3-5 Orang.
c. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
d. Sudah memiliki Posyandu dan 2 (dua) UKBM lainnya yang aktif.
e. Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau

14
kelurahan serta satu sumber dana lainnya baik dari masyarakat
ataupun dunia usaha.
f. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari satu ormas
dalam kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
g. Sudah memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang
melandasi dan mengatur pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif, tetapi belum direalisasikan.
h. Minimal 20 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat
pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
3. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Purnama, yaitu desa dan kelurahan
yang:
a. Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang
berjalan secara rutin, setiap triwulan.
b. Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader
kesehatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif antara 6-8 orang.
c. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
d. Sudah memiliki Posyandu dan 3 (tiga) UKBM lainnya yang aktif.
e. Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau
kelurahan serta mendapat dukungan dana dari masyarakat dan
dunia usaha.
f. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari dua ormas
dalam kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
g. Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau
kelurahan yang melandasi dan mengatur pengembangan
Desa/Kelurahan Siaga Aktif.
h. Minimal 40 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat
pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
4. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri, yaitu desa/kelurahan yang:
a. Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa/Kelurahan yang berjalan
secara rutin setiap bulan.
b. Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader
kesehatan Desa/ Kelurahan Siaga Aktif lebih dari sembilan orang.
c. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.

15
d. Sudah memiliki Posyandu dan lebih dari 4 (empat) UKBM lainnya
yang aktif dan berjejaring.
e. Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau
kelurahan serta mendapat dukungan dana dari masyarakat dan
dunia usaha.
f. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif lebih dari dua
ormas dalam kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
g. Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau
kelurahan yang melandasi dan mengatur pengembangan Desa/
Kelurahan Siaga Aktif.
h. Minimal 70 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat
pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Dalam bentuk matriks, pentahapan perkembangan Desa/Kelurahan
Siaga Aktif tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Kriteria Pentahapan Desa/Kelurahan Siaga Aktif


Pratama Madya Purnama Mandiri
Forum Desa / Ada, tetapi Berjalan, Berjalan Berjalan
Kelurahan belum tetapi setiap setiap bulan
berjalan belum rutin Triwulan
setiap

KPM/Kader Sudah ada triwulan


Sudah ada Sudah ada Sudah ada
Kesehatan minimal 3-5 Orang 6-8 orang 9 orang atau
2 Orang lebih

Kemudahan Akses Ya Ya Ya Ya
Pelayanan
Kesehatan
Posyandu &Dasar
UKBM Posyandu Posyandu Posyandu Posyandu &
lainnya aktif ya, UKBM & 2 UKBM & 3 UKBM 4 UKBM
lainnya tidak lainnya aktif lainnya aktif lainnya aktif
aktif

16
Dukungan dana Sudah ada Sudah ada Sudah ada Sudah ada
untuk kegiatan dana dari dana dari dana dari dana dari
kesehatan di Desa Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah
dan Kelurahan : Desa dan Desa dan Desa dan Desa dan
 Pemerintah Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan
Desa dan serta belum serta satu serta dua serta dua
Kelurahan ada sumber sumber sumber sumber
 Masyarakat dana lainnya dana dana dana lainnya
Peran serta Ada peran Ada peran Ada peran Ada peran
 Dunia usaha lainnya lainnya
masyarakat dan aktif aktif aktif aktif
Organisasi masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat
kemasyarakatan dan tidak ada dan peran dan peran dan peran
peran aktif aktif satu aktif dua aktif lebih
ormas ormas ormas dari dua
ormas
Peraturan Belum ada Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah
Kepala Desa direalis direalisasik direalisasika
atau peraturan sikan an n
Bupati/Wali
Pembinaan PHBS Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan
kota
di Rumah Tangga PHBS PHBS PHBS PHBS
kurang dari minimal minimal minimal
20% rumah 20% 40% 70% rumah
tangga yang rumah rumah tangga yang
ada tangga tangga ada
yang ada yang ada
Dengan ditetapkannya tingkatan atau kategorisasi tersebut di atas,
maka Desa Siaga dan Kelurahan Siaga yang saat ini sudah
dikembangkan harus dievaluasi untuk menetapkan apakah masih dalam
kategori Desa dan Kelurahan Siaga atau sudah dapat dimasukkan ke
dalam salah satu dari tingkatan/kategori Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif. Evaluasi ini dilakukan dengan mengacu kepada petunjuk teknis
yang disusun bersama oleh Kementerian Dalam Negeri dan
Kementerian Kesehatan.

1.2.6. Pembinaan Kelestarian


Pembinaan kelestarian Desa/Kelurahan Siaga Aktif pada dasarnya
merupakan tugas dari KPM/kader kesehatan, Kepala Desa/Lurah dan

17
Perangkat Desa/ Kelurahan dengan dukungan dari berbagai pihak,
utamanya Pemerintah Daerah dan Pemerintah. Dengan demikian kehadiran
Fasilitator di desa dan kelurahan sudah sangat minimal, karena perannya
sudah dapat sepenuhnya digantikan oleh para KPM/kader kesehatan.
Perencanaan partisipatif dalam rangka pembinaan Desa/Kelurahan
Siaga Aktif sudah berjalan baik dan rutin serta terintegrasi dalam proses
perencanaan Pembangunan Desa atau Kelurahan dan mekanisme
Musrenbang. Kemitraan dan dukungan sumber daya dari pihak di luar
Pemerintah juga sudah tergalang dengan baik dan melembaga.
Pada tahap ini, selain pertemuan-pertemuan berkala dan kursus-
kursus penyegar bagi para kader, termasuk KPM/kader kesehatan, juga
dikembangkan cara-cara lain untuk memelihara dan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan para kader tersebut. Antara lain melalui
program Kelompencapir dan Perpustakaan Desa/Kelurahan.
Pembinaan kelestarian juga dilaksanakan terintegrasi dengan
penyelenggaraan Perlombaan Desa dan Kelurahan yang diselenggarakan
setiap tahun secara berjenjang sejak dari tingkat Desa/Kelurahan sampai ke
tingkat Nasional.Dalam rangka pembinaan kelestarian juga diselenggarakan
pencatatan dan pelaporan perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
yang berjalan secara berjenjang dan terintegrasi dengan Sistem Informasi
Pembangunan Desa yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri.
1.2.7. Prinsip Pengembangan Desa Siaga
Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan
program kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya
masyarakat yang terorganisir. Desa siaga mengandung makna “kesiapan” dan
“kesiagaan” Kesiagaan masyarakat dapat didorong dengan memberi informasi
yang akurat dan cepat tentang situasi dan masalah-masalah yang mereka
hadapi.
Prinsip respons segera. Begitu masyarakat mengetahui adanya suatu
masalah, mereka melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang
perlu dan apabila langkah tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan
memberikan bantuan (termasuk pustu, puskesmas, Dinkes, dan RSUD).
Desa siaga adalah “wadah” bagi masyarakat dan sistem pelayanan
kesehatan untuk menyelenggarakan berbagai program kesehatan. Secara
organisasi, koordinasi dan kontrol proses pengembangan desa siaga
dilakukan oleh sebuah organisasi desa siaga. Organisasi desa siaga ini

18
berada di tingkat desa/kelurahan dengan penanggung jawab umum kepala
desa atau lurah. Sedangkan pengelola kegiatan harian desa siaga, bertugas
melaksanakan kegiatan lapangan seperti pemetaan balita untuk penimbangan
dan imunisasi, pemetaan ibu hamil, membantu tugas administrasi di
poskesdes dan lain-lain.
1.2.8. Kegiatan Pokok Desa Siaga
2. Surveilans dan pemetaan : Setiap ada masalah kesehatan di rumah
tangga akan dicatat dalam kartu sehat keluarga. Selanjutnya, semua
informasi tersebut akan direkapitulasi dalam sebuah peta desa (spasial)
dan peta tersebut dipaparkan di poskesdes.
3. Perencanaan partisipatif: Perencanaan partisipatif di laksanakan melal ui
survei mawas diri (SMD) dan musyawarah masyarakat desa (MMD).
Melalui SMD, desa siaga menentukan prioritas masalah. Selanjutnya,
melalui MMD, desa siaga menentukan target dan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai target tersebut. Selanjutnya melakukan
penyusunan anggaran.
4. Mobilisasi sumber daya masyarakat : Melalui forum desa siaga,
masyarakat dihimbau memberikan kontribusi dana sesuai dengan
kemampuannya. Dana yang terkumpul bisa dipergunakan sebagai
tambahan biaya operasional poskesdes. Desa siaga juga bisa
mengembangkan kegiatan peningkatan pendapatan, misalnya dengan
koperasi desa. Mobilisasi sumber daya masyarakat sangat penting agar
desa siaga berkelanjutan (sustainable).
5. Kegiatan khusus: Desa siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus
yang efektif mengatasi masalah kesehatan yang diprioritaskan. Dasar
penentuan kegiatan tersebut adalah pedoman standar yang sudah ada
untuk program tertentu, seperti malaria, TBC dan lain-lain. Dalam
mengembangkan kegiatan khusus ini, pengurus desa siaga dibantu oleh
fasilitator dan pihak puskesmas.
6. Monitoring kinerja : Monitoring menggunakan peta rumah tangga sebagai
bagian dari surveilans rutin. Setiap rumah tangga akan diberi Kartu
Kesehatan Keluarga untuk diisi sesuai dengan keadaan dalam keluarga
tersebut. Kemudian pengurus desa siaga atau kader secara berkala
mengumpulkan data dari Kartu Kesehatan Keluarga untuk dimasukkan
dalam peta desa.

19
7. Manajemen keuangan: Desa siaga akan mendapat dana hibah (block
grant) setiap tahun dari DHS-2 guna mendukung kegiatannya. Besarnya
sesuai dengan proposal yang diajukan dan proposal tersebut sebelumnya
sudah direview oleh Dewan Kesehatan Desa, kepala desa, fasilitator dan
Puskesmas. Untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas, penggunaan
dana tersebut harus dicatat dan dilaporkan sesuai dengan pedoman yang
ada.
1.2.9. Tahapan Pengembangan Desa Siaga
Pengembangan desa siaga merupakan aktivitas yang berkelanjutan
dan bersifat siklus. Setiap tahapan meliputi banyak aktivitas.
1. Pada tahap 1 dilakukan sosialisasi dan survei mawas diri (SMD), dengan
kegiatan antara lain : Sosialisasi, Pengenalan kondisi desa, Membentuk
kelompok masyarakat yang melaksanakan SMD, pertemuan pengurus,
kader dan warga desa untuk merumuskan masalah kesehatan yang
dihadapi dan menentukan masalah prioritas yang akan diatasi.
2. Pada tahap 2 dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya, terdiri
dari penentuan prioritas masalah dan perumusan alternatif pemecahan
masalah. Aktivitas tersebut, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat
2 (MMD-2). Selanjutnya, penyusunan rencana kegiatan, dilakukan pada
saat musyawarah masyarakat 3 (MMD-3). Sedangkan kegiatan antara
lain memutuskan prioritas masalah, menentukan tujuan, menyusun
rencana kegiatan dan rencana biaya, pemilihan pengurus desa siaga,
presentasi rencana kegiatan kepada masyarakat, serta koreksi dan
persetujuan masyarakat.
3. Tahap 3, merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring, dengan kegiatan
berupa pelaksanaan dan monitoring rencana kegiatan.
4. Tahap 4, yaitu : kegiatan evaluasi atau penilaian, dengan kegiatan berupa
pertanggung jawaban.
Pada pelaksanaannya, tahapan diatas tidak harus berurutan, namun
disesuaikan dengan kondisi masing-masing desa/kelurahan.
1.2.10. Indikator Keberhasilan Desa Siaga
Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4
kelompok indikator, yaitu : indikator input, proses, output dan outcome
(Depkes, 2009).
1. Indikator Input
a. Jumlah kader desa siaga.

20
b. Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.
c. Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
d. Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
e. Tersedianya dana operasional desa siaga.
f. Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.
g. Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan
yang dijumpai dalam warna yang sesuai.
h. Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita
gizi kurang, jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain).
2. Indikator proses
a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan
dan sebagainya).
b. Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.
c. Berfungsi/tidaknya poskesdes.
d. Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.
e. Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah
kesehatan berbasis masyarakat.
f. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
g. Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari
masyarakat.
3. Indikator Output
a. Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.
b. Jumlah kunjungan neonates (KN2).
c. Jumlah BBLR yang dirujuk.
d. Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.
e. Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.
f. Jumlah balita yang mendapat imunisasi.
g. Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
h. Jumlah keluarga yang punya jamban.
i. Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
j. Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
k. Adanya data kesehatan lingkungan.
l. Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular
tertentu yang menjadi masalah setempat.
m. Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.

21
4. Indikator outcome
a. Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari
sakitnya.
b. Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
c. Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
d. Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.
1.3. Kasus

JATIMTIMES, MALANG – Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan


Provinsi Jawa Timur, Desi Aviajiati SKM MKes sekaligus Tim Penilai Desa Siaga Aktif
Provinsi Jatim takjub dengan program inovatif Desa Siaga Aktifyang dijalankan Desa
Sidomulyo, Kabupaten Malang.

Hal itu ditegaskan Desi usai menilai program Desa Siaga Aktif yang digelar di Balai
Desa Sidomulyo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Selasa (8/8/2017) siang.

22
"Saya melihat luar biasa sekali program inovatif masyarakat yang sudah dijalankan
seperti program menuju Tabungan Bersalin Kelinci Masyarakat (Tabulin Cimas Cinani)
dan Pena Desi Mini. Kesemua itu semata-mata untuk memberdayalan masyarakat
khusunya bidang kesehatan," kata Desi kepada MalangTIMES.

Karena itu, menurutnya program bagus yang sudah dijalankan masyarakat Desa
Sidomulyo selanjutnya bisa dijadikan garda terdepan dan menjadi contoh bagi desa
lainnya untuk memberdayakan masyarakat.

Desi menilai potensi yang ada di Desa Sidomulyo ini memiliki beberapa inovatif
kegiatan yang punya nilai ungkit. Artinya dimana masyarakatnya berdaya untuk bisa
menolong dirinya sendiri.

Desi menerangkan bahwa Desa Siaga Aktif sudah banyak dijalankan di desa-desa
khususnya di wilayah Kabupaten Malang. Apalagi dalam hal ini Pemerintah Kabupaten
Malang melalui Dinas Kesehatan sangat aktif mengimplementasikan desa-desa
pemberdayaan masyarakat dalam tingkatan apapun.

"Sudah banyak desa di Kabupaten Malang melakukan program Desa Siaga Aktif,
mulai dari tingkat Pratama. Tapi untuk meraih penghargaan Desa Siaga Aktif tingkat
Madya dan Mandiri Itu tidaklah mudah untuk mencapainya, karena tingkatan itu
masyarakat harus benar-benar sadar akan kesehatan," kata Desi panjang lebar.

Lebih lanjut Desi menerangkan indikator penilaian Desa Siaga Aktif tidak semena-
mena ditinjau dari segi sarana dan prasarana saja. Melainkan pihaknya lebih
mengarah kepada bagaimana masyarakat ini mampu menangani kesiapsiagaan
masalah kesehatan dengan caranya sendiri.

"Jadi penilaian Desa Siaga Aktif ini indikatornya diambil dari segi pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan, baik itu pelayanan posyandu dan tingkat
kepedulian masyarakat terhadap kesehatan," ucapnya.

Kemudian, kategori Desa Siaga Aktif ada tingkatanya yang baru mulai melaksanakan
itu Pratama, lalu tingkat berikutnya disebut Madya. Semakin ke atas tingkatannya
Purnama dan terakhir Mandiri.

23
"Harapan kita ke depan terhadap lomba ini jangan dilihat dari ajang untuk mengejar
penghargaannya saja. Tapi bagaimana kita aktif mengimplementasikannya,
memelihara maintenancenya, agar program itu dilakukan secara terus menerus oleh
masyarakat," akunya.

"Desa yang sudah menjadi juara Desa Siaga Aktif nanti menjadi contoh bagi desa-
desa tetangganya, untuk bisa mengikuti pola sikap masyarakat satu desa bisa hidup
sehat," tegasnya.

Apalagi Kabupaten Malang dalam menghadapi era destinasi pariwisata nanti,


alangkah baiknya kalau setiap desa sudah siap menjadi Desa Siaga Aktif dalam
menangani wisatawan asing bila terjadi bencana.

Disamping itu kata Desi bahwa ada 8.405 Desa Siaga Aktif di Jawa Timur, sekitar 98
persen mayoritas masyarakatnya sudah menerapkan program inovatif Desa Siaga
Aktif.

Pewarta : Imam Syafii


Editor : Sri Kurnia Mahiruni
Publisher : Raafi Prapandha
Sumber : Malang TIMES

24
Daftar Pustika

Depkes RI. (2009). Pedoman pengembangan model operasional desa siaga. Jakarta :
Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat.

Effendi, F. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam


keprawatan. Jakarta : Salemba Medika

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Promosi Kesehatan Dan


Pemberdayaan Masyarakat. (2018). Desa siaga. (Online). Diakses dari:
http://promkes.depkes.go.id/desa-siaga (27 Agustus 2018)

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman umum pengembangan desa dan


kelurahan siaga aktif. Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan kementerian
Kesehatan RI

25

Anda mungkin juga menyukai