Anda di halaman 1dari 10

1.

Salah satu Polyhistory Jawa


- Subduksi lempeng S. Hindia dengan Sundaland (Kapur Akhir-Paleosen)
Pergerakan Lempeng Indo-Australia ke arah timurlaut menghasilkan subduksi dibawah Sunda Microplate sepanjang suture Karangsambung-Meratus, dan diikuti
oleh fase regangan (rifting phase) selama Paleogen dengan pembentukan serangkaian horst (tinggian) dan graben (rendahan). Aktivitas magmatik Kapur Akhir
akibat subduksi ini dapat diikuti menerus dari Timurlaut Sumatra-Jawa-Kalimantan Tenggara. Hasil dari proses subduksi ini menghasilkan pembentukan
cekungan depan busur (fore arc basin) yang berkembang di daerah selatan Jawa Barat dan Serayu Selatan di Jawa Tengah.
2. Evolusi Tektonik Kalimantan (Tinggian Meratus)
- Subduksi di tepi selatan Samudera Meso-Tetis pada Yura Akhir memicu peregangan kerak benua di tepian baratlaut Gondawana (Australia), menyebabkan
munculnya berbagai fragmen kontinen mikro, seperti mikrokontinen Banda (Kalimantan baratdaya) dan Argo (Jawa Timur – Sulawesi Barat), termasuk salah
satunya adalah kontinen mikro Jawa Timur yang membawa Pegunungan Selatan. Proses subduksi MesoTetis dan munculnya pemekaran samudera Keno-Tetis
yang mengikuti peregangan membawa berbagai kontinen mikro tersebut bergerak (drifting) ke arah utara, menuju Sundaland. Pada Kapur Akhir- Paleosen,
kontinen mikro Jawa Timur bergerak mendekati zona subduksi Karangsambung-Meratus. Docking (merapatnya) fragmen mikrokontinen Jawa Timur pada
bagian tepi timur Sundaland menyebabkan matinya zona subduksi Karangsambung-Meratus dan terangkat-nya zona subduksi tersebut menghasilkan Pegunungan
Meratus Periode Eosen (Periode Ekstensional /Regangan).
- Dampak dari terbentuknya pegunungan Meratus adalah pemisahan antara cekungan Barito di barat dan Sub cekungan Asem-asem di timur.
3. Perubahan arah subduksi Karasangsambung-Meratus menjadi Subduksi OAF akibat kolisi mikrokontinen Jawa Timur ditunjukan oleh :
- Dijumpai adanya inversi pada cekungan utara jawa
- Munculnya pola struktur barat-timur (pola sunda) yang terbentuk akibat perubahan arah tegasan dari subduksi OAF yang relative utara-selatan
- Adanya korelasi kompleks subduksi di Karangsambung, Jawa Tengah dan Meratus
- Litologi berumur Kapur yang tersingkap di Karangsambung memiliki karakter ofiolit, mencakup lava basal berstruktur bantal, rijang, batugamping, sekis, dan
batuan metasedimen (Wakita, 2000).
- Adanya fosil subduksi ditunjukkan oleh kehadiran batuan metamorfik tekanan tinggi yang membawa glaukopan-kuarsa-jadeit serta eklogit di komplek
karangsambung. (Miyazaki et al., 1998)
- Bayat sebagai salah satu fosil subduksi Jawa ditunjukan oleh kehadiran sekis-glaukofan-epidot (Setiawan et al, 2013)
4. Paparan sunda
- Merupakan amalgamasi dari beberapa kontinen mikro yang berasal dari Gondwana dan Laurasia di sepanjang Perioda Kapur (Metcalfe et al., 1996; Hall, 2002).
- Meliputi Semenanjung Malaya, Jawa, Kalimantan, Sulawesi bagian Barat dan Serawak
- Batas lempeng berupa active margine (batas lempeng yang ditandai dengan adanya zona subduksi)
Paparan Sahul
- Merupakan bagian dari kontinen asutralia yang berasal dari fragmen Gondwana yang mencakup Asutralia, Papua dan Timor leste.
- Batas lempeng berupa passive margine (batas lempeng yang ditandai dengan adanya delta, karbonat platform)
5. Arti penting mempelajari tektonik Sumatera dalam Evolusi Sundaland
- Sumatera dan Malaysia merupakan bagian paling tua dari sundaland yang terbentuk pada Paleozoik-Trias (Metcalfe, 2011)
- Terjadi kolisi antara Woyla intra-oceanic arc dengan sumatera dibagian barat sundaland pada Jura (Barber et al. 2005)
- Pengangkatan sundaland yang terjadi di Kapur Akhir disebabkan oleh subduksi antara lempeng benua sumatera dan lempeng samudera indo-australia yang
ditandai dengan ketidakselarasan regional (Clements 2011).
- Sumatera merupakan produk dari amalgamasi mikro-kontinen Subimasu, Woyla dan Indo-china yang menjadi satu membentuk sundaland.
6. Paparan Sunda atau “Sundaland” merupakan daerah yang dangkal di Kawasan Barat Indonesia (KBI). Coba anda jelaskan apa yang dimaksud dengan Paparan Sunda
tersebut dan di mana saja batas-batasnya ditinjau dari tatanan tektonik dan stratigrafi.
- Sundaland merupakan salah satu microplate akibat pecahnya Gondwana (126 juta tahun yang lalu) menyebabkan kepingan-kepingan benua Gondwana bergerak ke
utara dan membentur bagian selatan dari Asia, microplate ini disebut dengan microplate Sunda. Sundaland mencakup Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau
Kalimantan dan Semenanjung Malaysia. Pola Struktur yang berkembang pada Sundaland dipengaruhi oleh adanya kolisi antara lempeng India dan Eurasia,
sehingga menciptakan sesarsesar mendatar akibat adanya extrusion tectonic.
- Davies (1984) menyatakan bahwa Sundaland dibatasi oleh Palung Jawa dan Palung Sumatra yang berasal dari subduksi Benua Indo–Australia ke dalam Benua
Asia di bagian selatan dan bagian barat, batas ini disebut juga sebagai Western Margins. Sedangkan pada bagian utara dibatasi oleh Laut Cina Selatan dan
Indochina serta Lempeng Eurasia. Pada bagian timur dibatasi oleh Kalimantan Timur, Selat Makassar dan Jawa Timur yang disebut juga sebagai Eastern Margins.
Pada bagian timur dibatasi oleh jejak subduksi Meratus, ditandai dengan kompleks mélange yang dapat ditemui di daerah Bayat, Karangsambung, dan Bayat.
7. Uraikan dengan singkat tentang stratigrafi Pra Tersier dan Tersier di kawasan paparan Sunda. Berikan masing-masing contoh di suatu cekungan.
- Pra-Tersier
- Batuan yang terbentuk pada Paparan Sunda merupakan amalgamasi unsur-unsur dari Benua Asia dan Gondwana. Batuan ini merupakan bagian dari Lempeng
mikro Mergui dan basement. Jika diurut dari tua ke muda, maka stratigrafinya adalah sebagai berikut.
Kelompok Tapanuli (Devon-Permian)
Formasi Bahorok
Formasi ini memiliki ciri litologi yaitu pebbly sandstone yang dijumpai di Pakistan, Himalaya, Burma, dan New South Wales sebagai endapan turbidit dan
endapan glasial (sub/fluvial)
Formasi Kluet
Formasi ini memiliki ciri litologi yaitu batupasir kuarsa, batulempung, dan batulanau, juga terdapat batugamping klastik.
Formasi Alas
Formasi ini memiliki ciri litologi seperti Formasi Kluet, tetapi didominasi oleh batugamping. Kelompok Tapanuli ditafsirkan sebagai bagian dari
Gondwana yang memisah dan bergerak ke utara dengan mendekati lingkungan panas (tropis)
Kelompok Peusangan (Permian-Trias)
Formasi Silungkang
Formasi ini memiliki litologi berupa endapan volkanik.
Formasi Kualu/Tabur
Formasi ini memiliki endapan cekungan tepi busur volkanik. Kelompok Peusangan ditafsirkan sebagai busur magmatik Perm, produk interaksi konvergen
yang menunjam dan menyusup ke timur.
Kelompok Woyla (Jura-Kapur)
Dicirikan oleh asosiasi batuan volkanik dan batuan ofiolit (kerak samudra). Ditafsirkan sebagai produk gejala pemisahan lempeng; mungkin suatu intraarc
atau back-arc pada sistem palung-busur.
- Tersier
Pada zaman Tersier terjadi interaksi antar lempeng Samudra Hindia-Australia dengan Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik dengan Lempeng Eurasia, dan
tumbukan India dengan Eurasia.
Stratigrafi cekungan Sumatra Selatan memperlihatkan pengendapan yang terjadi pada kawasan
Paparan Sunda. Pada Eosen, diendapkan Formasi Lahat secara tidak selaras diatas basement dan
terdapat sisipan Middle Kikim Sand. Pengendapan ini adalah awal dari rifting yang terjadi akibat
benturan India ke Eurasia dan cekungan Sumatra Selatan merupakan pull apart basin akibat
transtension yang terjadi. Formasi Lemat diendapkan pada masa Oligosen. Pada saat ini terjadi
pengisian graben yang diiringi uplift serta erosi. Formasi Talang Akar diendapkan secara selaras
diatas Formasi Lemat. Formasi Telisa diendapkan menjari dengan Formasi Lemat dan Formasi
Talang Akar. Pada masa Miosen, Formasi Baturaja terendapkan secara selaras diatas Formasi
Talang Akar dan menjari dengan Formasi Telisa. Lalu, diendapkan Formasi Palembang Bawah yang
menjari terhadap Formasi Telisa. Pada Miosen Akhir terendapkan Formasi Palembang Tengah
secara selaras di atas Formasi Palembang Bawah dan terjadi kompresi yang tersebar luas. Pada 6.3
juta tahun yang lalu (Miosen) terendapkan Formasi Palembang Atas. Setelah itu terbentuk primary
trap.

8. Coba anda jelaskan tentang evolusi dari jalur-jalur magmatisma di Pulau Jawa sejak Pra Tersier, Tersier hingga Kuarter.
Jalur magmatisme yang berkembang di Pulau Jawa adalah hasil subduksi Lempeng Hindia-Australia dengan Lempeng Eurasia. Terjadi beberapa kali perubahan arah
jalur zona magmatisme yang dipengaruhi oleh kecepatan penunjaman lempeng Hindia-Australia terhadap Lempeng Eurasia.
a. Pra-Tersier
Terdapat jalur subduksi purba mulai dari Jawa Barat bagian Selatan (Ciletuh), Pegunungan Serayu (Jawa Tengah), dan Laut Jawa bagian timur ke Kalimantan
Tenggara. Lalu hadir jalur magmatik Kapur yang menempati lepas pantai utara Jawa. Jalur subduksi purba disebabkan penunjaman Lempeng Hindia-Australia
dibawah Lempeng Eurasia yang berarah NE-SW dan pola tektonik ini dinamakan pola Meratus
b. Tersier
Eosen Akhir-Miosen Awal
Jalur magmatis ini berada di sebelah selatan Pulau Jawa. Jalur ini dipengaruhi oleh zona subduksi yang lebih dekat dengan pulau Jawa dibandingkan dengan posisi
zona subduksi yang terjadi pada zaman Kuarter. Berdekatannya posisi zona subduksi dengan posisi pegunungan magmatis lebih disebabkan oleh sudut penunjaman
lebih tajam pada kala itu.
Miosen Akhir-Pliosen
Terjadi pergerakan mundur dari zona subduksi daerah selatan pulau Jawa (rollback) yang diikuti dengan melandainya sudut penunjaman antara lempeng Hindia-
Australia dengan Lempeng Eurasia, sehingga menyebabkan bergeraknya zona magmatis lebih ke uatara pulau Jawa, tepatnya berada di daerah tengah dari pulau Jawa.
c. Kuarter
Zona magmatis masih berada pada daerah tengah pulau Jawa, tidak jauh berbeda dengan posisi pada masa Miosen Akhir-Pliosen. Sudut penunjaman juga tidak jauh
berbeda dengan masa Miosen Akhir-Pliosen.

Anda mungkin juga menyukai