Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seluruh indera kita memberikan informasi yang spesifik yang kemudian akan disatukan
dan diolah diotak menjadi suatu informasi yang lengkap yang kemudian akan mempengaruhi
manusia dalam bertindak dan bagaimana memandang sesuatu. Mata, sepasang panca indera
yang mempunyai fungsi sangat penting dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Dengan
sepasang mata yang berfungsi normal, kita mampu melihat dunia dan berkarya dengan baik.
Mata melakukan tugas dalam jangka waktu yang lama secara terus menerus, sehingga suatu
saat bisa mengalami penyusutan fungsi. Tak sedikit yang harus menggunakan bantuan seperti
kacamata, lensa kontak dan bahkan terapi lasik yang mulai familiar saat ini.

Untuk tetap dapat melihat dengan jelas dan jeli, kita memang harus menjaga fungsi
normal mata. Apalagi sekarang banyak hal yang dapat merusak dan mengurangi kejernihan
pandangan, seperti debu, polusi udara, terlalu lama menonton televisi dan melihat layar
monitor. Hal seperti ini dapat menyebabkan berbagai keluhan pada mata seperti mata merah,
pandangan kabur atau keluhan lain yang harus diatasi dengan benar.

Proses penuaan merupakan proses alami yang pasti akan kita lalui suka maupun tidak.
Proses penuaan (aging) tentu saja terjadi pada seluruh organ dan alat tubuh kita tidak
terkecuali mata. Semakin bertambahnya usia, semakin menurun fungsi-fungsi tubuh termasuk
indera penglihatan. Setelah umur 60 tahun, penyakit yang sering terjadi salah satunya adalah
glaukoma.

Glaukoma adalah penyakit mata yang terjadi karena adanya peningkatan tekanan bola
mata yang menyebabkan saraf dan retina menjadi rusak yang akan mengakibatkan
penyempitan lapang pandang. Glaukoma menjadi penyebab kebutaan nomor 2 di dunia
setelah katarak
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat kami tarik suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Apa pengertian dari glaukoma?

1.2.2 Bagaimana epidemiologi dari penyakit glaukoma?

1.2.3 Apa etiologi dari glaukoma?

1.2.4 Apa penyebab atau faktor predisposisinya?

1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari penyakit glaukoma?

1.2.6 Apa saja gejala klinisnya?

1.2.7 Apa saja pemeriksaan fisik yang dilakukan?

1.2.8 Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan?

1.2.9 Bagaimana kriteria diagnosis glaukoma?

1.2.10 Bagaimana pencegahan glaukoma?

1.2.11 Therapy apa yang diberikan pada penderita glaukoma?

1.2.12 Bagaimana prognosis dari penyakit glaukoma?

1.2.13 Bagaimana asuhan keperawatannya yang terdiri dari : pengkajian, diagnosa,


intervensi dan evaluasinya?

1.3 Tujuan

Tujuan Umum: agar kita memahami konsep dasar asuhan keperawatan pasien dengan
Glukoma

Tujuan Khususnya: Diharapkan Mahasiswa

- Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Glukoma

- Mampu membuat diagnose keperawatan pada klien Glukoma berdasarkan data


pengkajian yang didapat
- Mampu membuat intervensi yang sesuai dengan diagnose keperawatan yang diperoleh

- Mampu melakukan evaluasi yang sesuai dengan criteria hasil pada perencanaan pada
klien dengan blefaritis.

1.4 Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan yaitu metode kepustakaan yang mengambil materi
dari beberapa literature dan dari data sebaran internet.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Definisi

Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh tekanan bola mata yang
meningkat, ekskavasi dan atropi papil saraf optik serta kerusakan lapang pandang yang khas
(Radjamin, 1984)

Glaukoma berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaucoma. (ilmu penyakit mata)

2.1.2 Epidemiologi

Di Indonesia, Glaukoma merupakan penyakit ketiga yang menyebabkan kebutaan di


Indonesia dan mengenai sekitar 0,40% dari kasus penyakit mata. Penyakit ini biasanya
mengenai orang dewasa di atas usia 40 tahun terutama pada usia lanjut, biasanya dalam
keluarga sedarah.

2.1.3 Etiologi

Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intra okular ini disebabkan oleh:

1. Faktor keturunan

2. Komplikasi penyakit lain, seperti Diabetes Melitus

3. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar

4. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
(glaukoma hambatan pupil)

5. Pemakaian kortikosteroid dalam waktu yang lama.


2.1.4 Faktor Predisposisi

§ Bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam


lama di tempat gelap, dan gangguan emosional.

§ Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen


atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca
pembedahan intraokuler.

PATOFISIOLOGI

TIO ditentukan oleh kecepatan produksi akueos humor dan aliran keluar aqueos
humor dari mata. TIO normal adalah 10-21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat
keseimbangan antara produksi dan aliran keluar aqueos humor. Aqueos humor diproduksi di
dalam badan silier dan mengalir ke luar melalui kanal Schlemn ke dalam system vena.
Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier atau oleh peningkatan
hambatan abnormal terhadap aliran keluar aqueos melalui camera oculi anterior (COA).
Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama.
Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebabkan
struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari
perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan saraf optic dan
retina adalah ireversibel dan hal ini bersifat permanen. Tanpa penanganan, glaucoma dapat
menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang
pandang.

2.1.6 Klasifikasi

Klasifikasi Vaughen untuk Glaukoma adalah sebagai berikut:

· Glaukoma Primer

- Glaucoma sudut terbuka (glaucoma simpleks)

- Glaucoma sudut sempit

· Glaukoma Kongenital
- Primer atau infatil

- Menyertai kelainan kongenital lain

· Glaukoma Sekunder

- Perubahan lensa

- Kelainan uvea

- Trauma

- Bedah

- Rubeosis

- Steroid dan lainnya

· Glaukoma Absolut

Dari pembagian diatas dapat dikenal glaucoma dalam bentuk-bentuk:

· Glaukoma sudut sempit primer dan sekunder. (dengan blokade pupil atau tanpa blokade
pupil).

· Glaukoma sudut terbuka primer dan sekunder.

Kelainan pertumbuhan, primer (congenital, infatil, juvenile), sekunder kelainan pertumbuhan


lain pada mata.

2.1.7 Gejala Klinis

1. Peningkatan TIO mendadak.

2. Mata terasa nyeri

3. Fotophobia

4. Mata berair

5. Kehilangan penglihatan.
6. Tajam penglihatan berkurang.

7. Mata merah

2.1.8 Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

a. Ukuran mata

b. Bentuk

c. Warna (konjungtiva, pupil, sklera, gerakan bola mata,dll)

d. Terdapat pus/tidak

e. Adanya pendarahan/tidak

2. Palpasi

a. Tekanan bola mata

b. Nyeri tekan

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan tekanan bola mata dan Tonometri

Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan Tonometri menunjukkan peningkatan.
Nilai dianggap normal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg

2. Funduskopi

Ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung,
warna pucat, dan terdapat perdarahan papil.

3. Pemeriksaan lapang pandang

Menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne atau Skotoma
Busur.

2.1.10 Terapy/Pengobatan
1. Asetazolamid, Pilokarpin

2. Pembedahan/iridektomi

2.1.11 Penatalaksanaan

1. Pemberian obat tetes mata

Obat tetes mata glaukoma adalah bentuk penanganan yang paling umum dan paling awal
diberikan oleh dokter mata

2. Laser Trabeculoplasty

Laser Trabeculoplasty (LTP) adalah prosedur laser yang biasanya digunakan untuk
menangani glaukoma sudut-terbuka. Ada kalanya tetap perlu melanjutkan penggunaan obat
tetes mata glaukoma sesudah Laser Trabeculoplasty.

3. Operasi Filtrasi Mata (Trabeculectomy)

Bila obat-obatan atau prosedur laser tidak dapat mengendalikan tekanan pada mata, maka
akan dilakukan tindakan operasi untuk membuat saluran baru yang akan memudahkan cairan
mata keluar dari mata.

2.2 Asuhan Keperawatan

Pengkajian

· Aktivitas/Istirahat

Gejala : Perubahan aktivitas biasanya atau hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.

· Neurosensori

Gejala : Penglihatan berawan atau kabur, tampak lingkaran cahaya atau pelangi di sekitar
sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (Glaukoma akut)
Tanda : pupil menyemput dan merah dengan kornea berawan.

· Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Ketidaknyamanan ringan atau mata berair (glaucoma kronis). Nyeri tiba-tiba atau
berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaucoma akut).

· Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala : Riwayat stress, alergi, gangguan fasomotor (contoh : peningkatan tekanan vena),
ketidakseimbangan endokrin, diabetes.

Diagnosa

1. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan pandangan perifer

2. Perubahan sensori-perseptual : penglihatan berhubungan dengan kerusakan saraf akibat


peningkatan tekanan intraokuler

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan


kurang terpajan informasi

5. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler

6. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi behubungan dengan mual, muntah


sekunder akibat peningkatan tekanan intraokuler

1. Rencana Tindakan Keperawatan

Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler

Tujuan : - klien akan melaporkan nyeri berkurang/terkontrol/hilang

Kriteria hasil :

- Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan

- Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan.


Intervensi

a. Pertahankan tirah baring ketat pada posisi semi fowler dan cegah tindakan yang dapat
meningkatkan TIO (batuk,bersin,mengejan)

R : tekanan pada mata meningkat jika tubuh datar dan manuver Valsalva diaktifkan seperti
aktivitas tersebut

b. Berikan lingkungan gelap dan tenang

R: stress dan sinar akan meningkatkan TIO yang dapat mencetuskan nyeri.

c. Observasi tekanan darah, nadi dan pernapasan tiap 24 jam jika klien tidak menerima agens
osmotic secara intravena dan tiap 2 jam jika klien menerima agens osmotic intravena.

R : mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

d. Observasi derajat nyeri mata tuap 30 menit selama fase akut

R: mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

e. Observasi asupan-haluaran tiap 8 jam saat klien mendapatkan agens osmotic intravena.

R: mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

f. Observasi ketajaman penglihatan setiap waktu sebelum penetesan obat mata yang
diresepkan.

R: mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

g. Berikan obat mata yang diresepkan untuk glaucoma dan beritahu dokter jika terjadi
hipotensi, haluaran urine < 24 ml/jam, nyeri pada mata tidak hilang dalam waktu 30 menit
setelah terapi obat, tajam penglihatan turun terus menerus

R: agens osmotic intravena akan menurunkan TIO dengan cepat. Agens osmotic bersifat
hiperosmolar dan dapat menyebabkan dehidrasi, manitol dapat mencetuskan hiperglikemis
pada kliean DM, tetes mata miotik memperlancar drainase aqueos humor dan menurunkan
produksinya. Pengontrolan TIO adalah esensial untuk memperbaiki penglihatan.
h. Berikan analgesic narkotik yang diresepkan jika klien mengalami nyeri hebat dan evaluasi
keefektifannya.

R: mengontrol nyeri. Nyeri berat akan mencetuskan maneuver Valsalva dan meningkatkan
TIO

Perubahan sensori-perseptual : penglihatan berhubungan dengan kerusakan saraf akibat


peningkatan tekanan intraokuler

Tujuan :

Klien akan :

· Mengidentifikasikan tipe perubahan visual yang dapat terjadi saat TIO meningkat di atas
level aman

· Mencari bantuan saat terjadi perubahan visual

· Mendapatkan kembali dan mempertahankan visus normal dengan pengobatan.

Kriteria hasil :

- Mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut

Intervensi

a. Pastikan tipe/derajat kehilangan penglihatan

R: memperngaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi

b. Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemungkinan kehilangan


penglihatan

R : sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan atau


mengalami pengalaman kehilangan penglihatan sebagian atau total. Meskipun kehilangan
penglihatan telah terjadi tak dapat diperbaiki 9meskipun dg pengobatan), kehilangan lanjut
dapat dicegah.

c. Tunjukan pemberian tetes mata, contoh mebghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah
dosis.
R: mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut

d. Bantu pasien dalam menangani keterbatasa penglihatan

R : menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang pandang

e. Kolaborasi :berikan obat sesuai indikasi : pilokarpin hidroklorida (IsotoCarpine,


OcusertPilo, Pilopine HS Gel)

R: obat miotik topical ini menyebabkan konstriksi pupil, memudahkan keluarnya aqueos
humor

f. Berikan sedasi : analgesic sesuai kebutuhan

R: serangan akut glaukoma sehubungan dengan nyeri tiba-tiba, yang dapat mencetuskan
ansietas, selanjutnya meningkatkan TIO. Catatan : manajemen medic memerlukan 4-6 jam
sebelum TIO menurun atau nyeri berkurang.

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan : klien tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi

Kriteria hasil :

- Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah

- Menggunakan sumber secara efektif

Intervensi

a. Kaji tingkat ansietas,derajat pengalaman nyeri atau timbulnya gejala tiba – tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini.

R:Faktor ini mempengaruhi persepsi klien terhadap ancaman diri,potensial siklus,dan dapat
mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO.

b. Berikan infirmasi yang akurat dan jujur.Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan
pengobatan dapat mencegah kehilangan pengelihatan tambahan.

Anda mungkin juga menyukai

  • ToR Early Warning System
    ToR Early Warning System
    Dokumen6 halaman
    ToR Early Warning System
    jaxassss
    100% (2)
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Soal GG Tiroid
    Soal GG Tiroid
    Dokumen2 halaman
    Soal GG Tiroid
    novia ayu
    Belum ada peringkat
  • Kasus Glaukoma
    Kasus Glaukoma
    Dokumen1 halaman
    Kasus Glaukoma
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Bab I0penutup
    Bab I0penutup
    Dokumen11 halaman
    Bab I0penutup
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Absen BHD
    Absen BHD
    Dokumen1 halaman
    Absen BHD
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Glaukoma
    Glaukoma
    Dokumen18 halaman
    Glaukoma
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Absen BHD
    Absen BHD
    Dokumen2 halaman
    Absen BHD
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • UNDANGAN Code Blue
    UNDANGAN Code Blue
    Dokumen1 halaman
    UNDANGAN Code Blue
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Glaukoma
    Glaukoma
    Dokumen18 halaman
    Glaukoma
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Tor Code Blue
    Tor Code Blue
    Dokumen3 halaman
    Tor Code Blue
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gloukoma
    Makalah Gloukoma
    Dokumen12 halaman
    Makalah Gloukoma
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Tor Ppi RS PMC Yella Apd
    Tor Ppi RS PMC Yella Apd
    Dokumen6 halaman
    Tor Ppi RS PMC Yella Apd
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Tor BHD
    Tor BHD
    Dokumen4 halaman
    Tor BHD
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Absen BHD
    Absen BHD
    Dokumen2 halaman
    Absen BHD
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Sosialisasi Form Monitoring Restrain
    Sosialisasi Form Monitoring Restrain
    Dokumen2 halaman
    Sosialisasi Form Monitoring Restrain
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Tor Ppi RS PMC Yella Apd
    Tor Ppi RS PMC Yella Apd
    Dokumen6 halaman
    Tor Ppi RS PMC Yella Apd
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Kasus Katarak
    Kasus Katarak
    Dokumen1 halaman
    Kasus Katarak
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Absen BHD
    Absen BHD
    Dokumen2 halaman
    Absen BHD
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Absen BHD
    Absen BHD
    Dokumen2 halaman
    Absen BHD
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Glaukoma
    Glaukoma
    Dokumen18 halaman
    Glaukoma
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Kebijakan Dan Pedoman Icu Yg Betul Yella
    Kebijakan Dan Pedoman Icu Yg Betul Yella
    Dokumen48 halaman
    Kebijakan Dan Pedoman Icu Yg Betul Yella
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Tor Ppi RS PMC Yella Apd
    Tor Ppi RS PMC Yella Apd
    Dokumen6 halaman
    Tor Ppi RS PMC Yella Apd
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Laporan Ipcln Yella
    Laporan Ipcln Yella
    Dokumen26 halaman
    Laporan Ipcln Yella
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Cuci Tangan
    Cuci Tangan
    Dokumen3 halaman
    Cuci Tangan
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • PP Konsep Dasar Penyakit
    PP Konsep Dasar Penyakit
    Dokumen2 halaman
    PP Konsep Dasar Penyakit
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • PP Glukoma
    PP Glukoma
    Dokumen2 halaman
    PP Glukoma
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • PP Man Keuangan
    PP Man Keuangan
    Dokumen2 halaman
    PP Man Keuangan
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat
  • Prosedur Mengumumkan
    Prosedur Mengumumkan
    Dokumen2 halaman
    Prosedur Mengumumkan
    Adelina Triana Agustin
    Belum ada peringkat