PENDAHULUAN
Seluruh indera kita memberikan informasi yang spesifik yang kemudian akan disatukan
dan diolah diotak menjadi suatu informasi yang lengkap yang kemudian akan mempengaruhi
manusia dalam bertindak dan bagaimana memandang sesuatu. Mata, sepasang panca indera
yang mempunyai fungsi sangat penting dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Dengan
sepasang mata yang berfungsi normal, kita mampu melihat dunia dan berkarya dengan baik.
Mata melakukan tugas dalam jangka waktu yang lama secara terus menerus, sehingga suatu
saat bisa mengalami penyusutan fungsi. Tak sedikit yang harus menggunakan bantuan seperti
kacamata, lensa kontak dan bahkan terapi lasik yang mulai familiar saat ini.
Untuk tetap dapat melihat dengan jelas dan jeli, kita memang harus menjaga fungsi
normal mata. Apalagi sekarang banyak hal yang dapat merusak dan mengurangi kejernihan
pandangan, seperti debu, polusi udara, terlalu lama menonton televisi dan melihat layar
monitor. Hal seperti ini dapat menyebabkan berbagai keluhan pada mata seperti mata merah,
pandangan kabur atau keluhan lain yang harus diatasi dengan benar.
Proses penuaan merupakan proses alami yang pasti akan kita lalui suka maupun tidak.
Proses penuaan (aging) tentu saja terjadi pada seluruh organ dan alat tubuh kita tidak
terkecuali mata. Semakin bertambahnya usia, semakin menurun fungsi-fungsi tubuh termasuk
indera penglihatan. Setelah umur 60 tahun, penyakit yang sering terjadi salah satunya adalah
glaukoma.
Glaukoma adalah penyakit mata yang terjadi karena adanya peningkatan tekanan bola
mata yang menyebabkan saraf dan retina menjadi rusak yang akan mengakibatkan
penyempitan lapang pandang. Glaukoma menjadi penyebab kebutaan nomor 2 di dunia
setelah katarak
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat kami tarik suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1.3 Tujuan
Tujuan Umum: agar kita memahami konsep dasar asuhan keperawatan pasien dengan
Glukoma
- Mampu melakukan evaluasi yang sesuai dengan criteria hasil pada perencanaan pada
klien dengan blefaritis.
Adapun metode penulisan yang digunakan yaitu metode kepustakaan yang mengambil materi
dari beberapa literature dan dari data sebaran internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh tekanan bola mata yang
meningkat, ekskavasi dan atropi papil saraf optik serta kerusakan lapang pandang yang khas
(Radjamin, 1984)
Glaukoma berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaucoma. (ilmu penyakit mata)
2.1.2 Epidemiologi
2.1.3 Etiologi
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intra okular ini disebabkan oleh:
1. Faktor keturunan
4. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
(glaukoma hambatan pupil)
PATOFISIOLOGI
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi akueos humor dan aliran keluar aqueos
humor dari mata. TIO normal adalah 10-21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat
keseimbangan antara produksi dan aliran keluar aqueos humor. Aqueos humor diproduksi di
dalam badan silier dan mengalir ke luar melalui kanal Schlemn ke dalam system vena.
Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier atau oleh peningkatan
hambatan abnormal terhadap aliran keluar aqueos melalui camera oculi anterior (COA).
Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama.
Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebabkan
struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari
perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan saraf optic dan
retina adalah ireversibel dan hal ini bersifat permanen. Tanpa penanganan, glaucoma dapat
menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang
pandang.
2.1.6 Klasifikasi
· Glaukoma Primer
· Glaukoma Kongenital
- Primer atau infatil
· Glaukoma Sekunder
- Perubahan lensa
- Kelainan uvea
- Trauma
- Bedah
- Rubeosis
· Glaukoma Absolut
· Glaukoma sudut sempit primer dan sekunder. (dengan blokade pupil atau tanpa blokade
pupil).
3. Fotophobia
4. Mata berair
5. Kehilangan penglihatan.
6. Tajam penglihatan berkurang.
7. Mata merah
1. Inspeksi
a. Ukuran mata
b. Bentuk
d. Terdapat pus/tidak
e. Adanya pendarahan/tidak
2. Palpasi
b. Nyeri tekan
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan Tonometri menunjukkan peningkatan.
Nilai dianggap normal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg
2. Funduskopi
Ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung,
warna pucat, dan terdapat perdarahan papil.
Menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne atau Skotoma
Busur.
2.1.10 Terapy/Pengobatan
1. Asetazolamid, Pilokarpin
2. Pembedahan/iridektomi
2.1.11 Penatalaksanaan
Obat tetes mata glaukoma adalah bentuk penanganan yang paling umum dan paling awal
diberikan oleh dokter mata
2. Laser Trabeculoplasty
Laser Trabeculoplasty (LTP) adalah prosedur laser yang biasanya digunakan untuk
menangani glaukoma sudut-terbuka. Ada kalanya tetap perlu melanjutkan penggunaan obat
tetes mata glaukoma sesudah Laser Trabeculoplasty.
Bila obat-obatan atau prosedur laser tidak dapat mengendalikan tekanan pada mata, maka
akan dilakukan tindakan operasi untuk membuat saluran baru yang akan memudahkan cairan
mata keluar dari mata.
Pengkajian
· Aktivitas/Istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya atau hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
· Neurosensori
Gejala : Penglihatan berawan atau kabur, tampak lingkaran cahaya atau pelangi di sekitar
sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (Glaukoma akut)
Tanda : pupil menyemput dan merah dengan kornea berawan.
· Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan atau mata berair (glaucoma kronis). Nyeri tiba-tiba atau
berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaucoma akut).
· Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat stress, alergi, gangguan fasomotor (contoh : peningkatan tekanan vena),
ketidakseimbangan endokrin, diabetes.
Diagnosa
Kriteria hasil :
a. Pertahankan tirah baring ketat pada posisi semi fowler dan cegah tindakan yang dapat
meningkatkan TIO (batuk,bersin,mengejan)
R : tekanan pada mata meningkat jika tubuh datar dan manuver Valsalva diaktifkan seperti
aktivitas tersebut
R: stress dan sinar akan meningkatkan TIO yang dapat mencetuskan nyeri.
c. Observasi tekanan darah, nadi dan pernapasan tiap 24 jam jika klien tidak menerima agens
osmotic secara intravena dan tiap 2 jam jika klien menerima agens osmotic intravena.
e. Observasi asupan-haluaran tiap 8 jam saat klien mendapatkan agens osmotic intravena.
f. Observasi ketajaman penglihatan setiap waktu sebelum penetesan obat mata yang
diresepkan.
g. Berikan obat mata yang diresepkan untuk glaucoma dan beritahu dokter jika terjadi
hipotensi, haluaran urine < 24 ml/jam, nyeri pada mata tidak hilang dalam waktu 30 menit
setelah terapi obat, tajam penglihatan turun terus menerus
R: agens osmotic intravena akan menurunkan TIO dengan cepat. Agens osmotic bersifat
hiperosmolar dan dapat menyebabkan dehidrasi, manitol dapat mencetuskan hiperglikemis
pada kliean DM, tetes mata miotik memperlancar drainase aqueos humor dan menurunkan
produksinya. Pengontrolan TIO adalah esensial untuk memperbaiki penglihatan.
h. Berikan analgesic narkotik yang diresepkan jika klien mengalami nyeri hebat dan evaluasi
keefektifannya.
R: mengontrol nyeri. Nyeri berat akan mencetuskan maneuver Valsalva dan meningkatkan
TIO
Tujuan :
Klien akan :
· Mengidentifikasikan tipe perubahan visual yang dapat terjadi saat TIO meningkat di atas
level aman
Kriteria hasil :
Intervensi
c. Tunjukan pemberian tetes mata, contoh mebghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah
dosis.
R: mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut
R: obat miotik topical ini menyebabkan konstriksi pupil, memudahkan keluarnya aqueos
humor
R: serangan akut glaukoma sehubungan dengan nyeri tiba-tiba, yang dapat mencetuskan
ansietas, selanjutnya meningkatkan TIO. Catatan : manajemen medic memerlukan 4-6 jam
sebelum TIO menurun atau nyeri berkurang.
Tujuan : klien tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
Kriteria hasil :
Intervensi
a. Kaji tingkat ansietas,derajat pengalaman nyeri atau timbulnya gejala tiba – tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini.
R:Faktor ini mempengaruhi persepsi klien terhadap ancaman diri,potensial siklus,dan dapat
mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO.
b. Berikan infirmasi yang akurat dan jujur.Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan
pengobatan dapat mencegah kehilangan pengelihatan tambahan.