Hal 38 - 46 Vol.24 No.1 2000 Malaria Serebral-Isi
Hal 38 - 46 Vol.24 No.1 2000 Malaria Serebral-Isi
ABSTRACT
Cerebral malaria is severe form of malaria with the decrease in consciousness
scored by Glasgow Coma Scale (GCS). Adult malaria patients have GCS < 15. Almost
all cerebral malaria is caused by plasmodium falsiparum infection. Leptospirosis as an
infectious disease caused by Leptospira sp. Severe cases is characterized by jaundice,
hemorrhage, anemia, azotemia, consciousness disorder, and continual fever.
A 34-year old man was hospitalized in Internal Department of M. Djamil
Hospital because continual fever since the previous 10 days. General status was bad,
and physical examination revealed jaundice, palmar eritem, flapping tremor, and
enlargement of the liver and spleen. Bilirubin I was 3,6g%, Bilirubin II was 13,6gr%,
natrium was 127 mol/L and ureum was 216,6 mg%. Leptospira was found in urinary
examination. The diagnose was cerebral malaria with Leptospirosis and hepatic
cirrhosis as differential diagnoses.
proses ini akan menimbulkan anoksia otak. Mengatasi kelainan penyerta seperti
(3.4)
kejang, hipoglikemia, gagal ginjal,
Gejala Klinis sembab paru.(1)
Manifestasi klinis disertai bentuk
malaria berat lainnya seperti edema paru, Pemberian obat anti malaria cerebral
anemia berat dan gagal ginjal. Terjadi harus sedini mungkin dengan dosis yang
demam yang terus-menerus, menggigil dan adekuat. Obat malaria yang diberikan yaitu
berkeringat, nyeri kepala yang hebat, klorokuin basa 200 – 300 mg intra vena,
mialgia, badan letih dan lesu, mual muntah intra muskular atau cairan infus yang dapat
dan diare. Gejala lain yang di dapat, yaitu: di ulangi tiap 8 – 12 jam sampai pemberian
penurunan kesadaran, kelainan pada ginjal, oral dapat dilaksanakan. Pemberian oral
hipoglikemia, kelainan pada hepar, anemia, saat penderita sadar diberikan dengan dosis
demam kencing hitam.(5) 300 mg klorokuin tiap 6 jam. Sebaiknya
Prognosis menjadi buruk bila pemberian klorokuin basa tidak melebihi
ditemukan : 800 mg dalam 24 jam. Obat – obat lain
o
Skor koma menurut Glasgow = 0 yang dapat digunakan yaitu kuinin,
o
Hipoglikemia; primakuin dan artemisin. Pemberian
o
Hiperparasitemia (>5% eritrosit kortikosteroid masih kontroversial.
terinfeksi ); Pemberian kortikosteroid dosis tinggi tidak
o
Leukositosis [>15.000/mm3]; berguna, malahan dapat memberikan
o
Ada bukti gangguan ginjal.(3) komplikasi perdarahan lambung dan infeksi
sekunder.(3.7)
Diagnosis
Penurunan kesadaran dan parasitemia LEPTOSPIROSIS IKTERIK
merupakan hal yang patognomonis dalam (SINDROMA WEIL)
diagnosa malaria cerebral. Meskipun Pendahuluan
demikian, kemungkinan penyebab lain Leptospirosis yang berat yang di tandai
penurunan kesadaran harus disingkirkan. dengan ikterus, kadang – kadang di sertai
Ada empat pemeriksaan yang sering perdarahan, anemi, azotemia gangguan
digunakan dalam diagnosa penurunan kesadaran dan demam dengan tipe febris
kesadaran yaitu : kontinua.(8)
Analisa kimia / toksikologi darah Nama lain lepatospirosis adalah
dan urine; sindroma weil. Ditemukan pertama kali
CT scanning / MRI; oleh Weil pada tahun 1886.(9)
Pemeriksaan Elektro Ensefalo Grafi
Etiologi
(EEG);
Genus leptospira yang patogen adalah
Pemeriksaan cairan serebrospinal.(6)
Leptospira interrogans, yaitu leptospira
patogen yang terdapat pada hewan dan
Penatalaksanaan
manusia. Kelompok yang patogen terdiri
Prinsip penatalaksanaan malaria
atas subgrup yang masing – masing terbagi
cerebral meliputi :
lagi atas berbagai sero tipe yang jumlahnya
Menghilangkan parasitemia; sangat banyak. Saat ini telah ditemukan 240
Mencegah mengurangi udem otak; sero tipe yang tergabung dalam 23 serogrup.
Keseimbangan cairan dan elektrolit; Sero tipe yang menyebabkan penyakit
dengan gejala yang berat, bahkan dapat Penurunan perfusi ginjal akibat
berakibat fatal adalah L. hipovolemia akan menimbulkan
ikterohemorhagika. Menurut beberapa nekrosis tabular akut.
penelitian yang paling sering menginfeksi
manusia adalah L. ikterohemorhagika Manifestasi pendarahan :
dengan reservoir tikus.(10-12) Purpura, ptekie, ekimosis, epistaksis,
pendarahan gusi, hemoptisis,
Patogenesis perdarahan saluran cerna, perdarahan
Awal munculnya gejala demam konjungtiva, perdarahan sub arachnoid.
(demam, dll) dan phase I tak berbeda Perdarahan ini timbul akibat proses
dengan serangan letospira biasa. Phase vaskulitis yang difus pada dinding
imun berlangsung lebih lama, demam dapat kapiler, di sertai hipoprotrombinemia
berlangsung berminggu – minggu dengan dan trombositopenia.
suhu yang tinggi. Gejala khas sindroma
Weil timbul pada hari kelima – kesembilan , Gambaran laboratorium :
-
ataupun lebih cepat pada hari ketiga – Jumlah lekosit
3
keenam dan mencapai puncak dalam empat meningkat : 15.000 – 30.000/mm ;
-
atau lima hari kemudian yang dapat terus- Anemia;
menerus selama satu bulan.(8) -
Trombositopenia
<30.000/mm2;
-
Gejala Klinik Bilirubin
Manifestasi klinik oleh gangguan hati meningkat, terutama bilirubin direk;
-
berupa : Ureum meningkat;
Peningkatan bilirubin -
Kreatinin
sampai 40%, terutama bilirubin meningkat;
-
direk, karena adanya hambatan Mikroskopik :
ekskresi bilirubin; pemeriksaan lapangan gelap dengan
Peningkatan SGOT, tinta dari pemusingan air kemih dapat
jarang melebihi lima kali normal; ditemukan letospira yang positip.(10.11)
Hepatomegali dengan
nyeri tekan; Morfologi :
Alkali phospatase Ciri khas organisme : spiroketa sangat
meningkat. berbelit, tipis, fleksibel, panjang 5 - 15 mm,
dengan spiral sangat halus yang lebarnya
Manifestasi klinik oleh gangguan ginjal 0,1 – 0,2 mm. Salah satu ujung organisme
berupa : sering bengkok, membentuk kait. Terdapat
Azotemia / gerak rotasi aktif tapi tidak ditemukan
peninggian BUN yang hebat dapat flagella. Dengan mikroskop elektron dapat
terjadi pada hari kelima – ketujuh; terlihat filamen aksial tipis dan selaput yang
Proteinuria. halus. Spiroketa ini sangat halus sehingga
dalam lapangan gelap hanya dapat di lihat
Karena terjadi disfungsi pembuluh darah ; sebagai rantai kokus kecil. Organisme ini
tidak mudah di warnai tapi dapat di
Oliguria, anuria.
impregnasi dengan perak.(13.14)
Faal hemostatik : CT, BT, trombosit, PT, Rawat sebagai prekoma hepatikum ec
APTT. sirosis hati.
FOLLOW UP Kesan
30 Juni 1999 Leptospirosis.
Kesadaran menurun, demam, BAK Anemia normokrom normositer ec
600cc; KU jelek, kesadaran : apatis, TD hemolitik ec malaria.
120/70 mmHg, N : 100 x/menit, suhu 380C, Prekoma hepatikum.
nafas 24x/ menit. Malaria cerebral.
Konsul sub.bagian Petri :
Rawat sebagai malaria serebral; Sikap
Diet DH I cair;
Pasang foley catheter;
Penicilin procain 2 x 1,2 juta unit
(rencana 10 hari).
Saran
IVFD aminoleban : martos 10%=2 :
Konsul ke Sub bagian
1 8 jam/kolf.
Gastrohepatologis, kemungkinan prekoma
hepatikum. Madopar 3x1 tablet.
Neomisin 4 x 500 mg tablet.
Sikap Dulcolactol syrup 3 x30 cc.
IVFD NaCl 0,9% : D5% = 1:1 Kloroquin 3 x 1 ampul.
12jam/kolf. Primaquin 1 x 15 mg, vit B
Kloroquin 3x1 ampul IM. Komplek 3 x 1 tablet;
Primaquin 1x15 mg.
Kalmetason 4x10 mg IV. 2 Juli 1999 :
Demam (-), BAK kehitaman, KU jelek,
Vitamin B komplek 3x1 tablet.
apatis, TD 110/70 mm Hg N : 96/menit,
nafas 20 x menit, suhu 36,20C. Intake : 2700
1 Juli 1999 :
cc, output 1000 cc.
Demam, gelisah, BAB encer, PF : KU
Saran Sub bagian Nefrologi : beri Lasix
jelek, kesadaran apatis, intake : 2120cc,
1x1 ampul IV.
output 1200cc.
Visite Konsulen : infus Aminolebam 1
kolf/hari.
Laboratorium.
Sikap : teruskan terapi
Hb 9,9 g%, leukosit 11.400/mm3,
Lasix 1x1 amp IV.
LED 86/jam I, Ht : 29%, DC 0/2/2/70/25/1,
gambaran darah tepi : normositik,
DISKUSI
normokrom, protein 8,1 g%, Albumin 3,6 g
Telah dilaporkan suatu kasus seorang
%, Globulin 4,5 g%, total bilirubin : 13,10
laki – laki usia 34 tahun di rawat di bangsal
mg%, bilirubin II 10,89 mg%,
penyakit dalam pria dengan diagnosa kerja
Urine : ditemukan kuman berbentuk
malaria cerebral dan diagnosa banding
spiral dengan hook (kait).
leptospirosis dan sirosis hepatis post
Konsul Sub bagian Gastrohepatologis :
nekronik stadium dekompensata + prekoma
hepatikum.
-
Dasar diagnosa malaria cerebral, dari Hepatosplenomegal
anamnesa : i;
- -
Penurunan Eritem palmaris;
-
kesadaran; Flappin tremor.
-
Demam menggigil;
-
Mata kuning; Pasien datang telah ada hasil
-
Riwayat pergi ke laboratorium kimia darah dengan faal hepar
daerah endemis (Mentawai). terganggu. Kemungkinan penyebab
penurunan kesadaran yang lain pada pasien
Dari pemeriksaan fisik, ditemukan : ini yang masih perlu dipikirkan adalah:
-
Ikterik; hiponatremia, uremia. Tapi dari hasil Na :
-
Febris; 127 mmol/l maka penurunan kesadaran
-
Hepatosplenomegal karena hiponatremia dapat disingkirkan.
i. Hasil ureum 216,6 mg%, penurunan
kesadaran karena uremia belum dapat
Laboratorium : malaria bentuk cincin (+) disingkirkan karena tidak ada hasil
Pada mulanya pasien ini diagnosa kreatinin.
banding dengan leptospirosis, jenis Sesuai dengan kepustakaan, untuk
leptospirosis ikterik dengan dasar diagnosis, mendiagnosis pasien dengan penurunan
dari anamnesa : kesadaran, seharusnya di periksa : analisa
-
Penurunan toksilogi, pemeriksaan cairan serebrospinal,
kesadaran; CT scan, MRI, EEG tapi karena berbagai
-
Demam; kendala tidak dapat dilaksanakan.
-
Mata kuning; Hari kedua di rawat, pada pemeriksaan
laboratorium urin ditemukan kuman
Dari pemeriksaan fisik, ditemukan : leptospira(+). Sehingga terjadi koinsiden
-
Ikterik; penyakit : malaria dan leptospirosis.
-
Febris; Dugaan diagnosis sirois hepatis post
-
Hepatosplenomegal nekronik stadium dekompensata + prekoma
i; hepatikum pada pasien ini tidak di dukung
-
Injeksi silier; oleh data yang kuat. Hanya terdapat 3
-
Nyeri gejala (Formulasi Suharyono Soebandri)
gastroknemeus. Yaitu :
-
Splenomegali.
-
Dipikirkan pula penurunan kesadaran Eritem palmaris.
-
oleh sebab lain yaitu prekoma hepatikum Sedikit penurunan
karena gangguan di hati dengan dasar albumin (3,6 gr%).
diagnosis, dari anamnesa :
-
Penurunan Untuk menyokong diagnosa sirosis
kesadaran; tersebut, pasien seharusnya dilakukan USG
-
Mata kuning dan tapi belum sempat dilakukan karena
demam; keadaan makin memburuk.
Hasil laboratorium darah : hiper
Dari pemeriksaan fisik, ditemukan : bilirubinemia, dengan bilirubin II dominan
-
Ikterik; lebih meningkat dari bilirubin I. Pada
malaria cerebral yang telah terjadi komplikasi pendarahan lambung dan infeksi
hemolisis, bilirubin I lebih meningkat dari skunder.
bilirubin II. Pada leptospirosis, bilirubin II Pasien ini sempat di tatalaksana sebagai
dominan meningkat dari bilirubin I. Pada prekoma hepatikum, namun dasar diagnosis
pasien ini, kemungkinan terjadi dominasi prekoma hepatikum dan sirosis hati kurang
pengaruh leptospira pada gangguan fungsi menunjang.
hepar. Pada kepustakaan kematian pada
Uremia pada pasien ini dapat leptospira dapat disebabkan karena
disebabkan karena komplikasi dari malaria perdarahan sub arachnoid atau gagal ginjal.
cerebral dan laptospirosis. Hanya pada Manifestasi perdarahan pada pasien ini
pasien ini tidak di periksa kadar kreatinin, tidak menonjol dan produksi urin masih
sehingga belum bisa menentukan tingkat normal. Koinsiden penyakit saling
keparahan ginjal. Kemungkinan terjadi akut memperberat, di duga penyebab kematian
tubular nekrosis pada pasien ini dapat pasien ini adalah karena disfungsi serebral.
disingkirkan, dengan produksi urine yang
masih >400 cc/hari. KEPUSTAKAAN
Pemeriksaan darah rutin : Hb : 15,2 g% 1. Wibisono BH
(30/6/99), Hb : 9,9 g% (1/7/99). Perbedaan : Aspek Klinis Malaria Otak Pada Orang
kadar Hb yang cukup besar selang 1 hari, Dewasa. AMI, vol. XXVII, Nomor
dapat disebabkan oleh karena proses Gabungan, 1995, 189 – 215.
hemolisis atau dapat juga disebabkan oleh
2. Wita Pribadi,
bias kesalahan pemeriksaan oleh pemeriksa. saleha Sungkar : Malaria : Balai Penerbit
Kadar lekosit 6700/mm3 (1/6/99) dan FK UI, Jakarta, 1994.
11400/mm3 (1/7/99), tidak sesuai dengan
kepustakaan yaitu seharusnya terjadi 3. Zulkarnaen I.
lekositosis yang tinggi. : Malaria : Ilmu Penyakit Dalam, jilid I,
Penderita datang sudah dalam keadaan Edisi III, Balai Penerbit FK UI, Jakarta,
yang lanjut, yang sebelumnya di duga 1996
ikterus obstruksi. Koinsiden penyakit
malaria dan leptospira saling memperberat. 4. Cohen S :
Selama di rawat kesadaran penderita tidak Malaria : Hunter’s Tropical Medicine
Stricland GT (Eds), 7 th edition, WB
membaik, malah cendrung memburuk, ini
Sounders Company Tokyo, 1993, 586 –
dapat disebabkan oleh parasit malaria yang 613.
telah berada pada kapiler alat – alat dalam.
Pada kepustakaan terapi leptospirosis 5. White NJ,
diberikan penisilin prokain 4x1,5 juta unit Plorde J.J : Malaria : Harrison’s Principles
selama 1 minggu. Pemberian 4 x sesuai Of Internal Medicine, 12 th. Edition ,
dengan waktu paruh penisilin yaitu selam 6 Braunwald et all, Mc Grawhill Inc. 1991,
jam. Pada pasien ini pemberian dosis terapi 782 – 788.
Penisilin perlu di tingkatkan.
Pemberian kostikosteroid masih 6. Rooper A.
kontroversi. Pada kepustakaan di sebut H : Coma and Other Disoders Of
Consciousness : Harrison’s Principles Of
pemberian kostikosteroid dosis tinggi tidak
Internal Medicine, 12 th. Edition ,
berguna, malahan dapat memberikan
8. Datau E.A :
Perkembangan Baru Pengobatan Malaria,
Acta Medica Indonesiana, Vol XXIX,
1997, 191 – 199.
9. Zinsser :
Leptospira : Microbiology II, 20 th edition,
Prentice Hall International Inc. 1992, 671 –
675.
10. Sanford JP :
Leptospirosis : Harrison’s Principles Of
Internal Medicine, 12 th. Edition ,
Braunwald et all, Mc Grawhill Inc. 1991,
663 – 666.
13. Citra E :
Manisfestasi Klinis dan Pengobatan
Malaria. Pusat Penelitian Penyakit
Menular, Dep. Kesehatan RI, Cermin
Dunia Kedokteran No. 94, Jakarta, 1994, 5
– 11.
14. Gupte S :
Spirochaetes : Basic Microbiology, 3rd
edition, Binarupa Aksara, Jakarta, 1990,
308 – 311.