Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini yang menjadi salah satu agenda global negara di dunia termasuk Indonesia
adalah ketahanan pangan dan kemiskinan, karena ketahanan pangan menjadi sesuatu yang
sangat penting bagi proses pembangunan. Kegagalan dalam pencapaian ketahanan pangan
akan diidentikkan dengan kemiskinan dan kondisi rawan pangan. Karena itu, masalah
ketersediaan pangan memerlukan penanganan yang serius, terencana, dan hati-hati. Untuk
menjamin ketersediaan bahan pangan bagi penduduk lebih dari 200 jiwa seperti negara
Indonesia, tentulah bukan persoalan mudah dan sederhana. Oleh karena itu, komitmen
pemerintah atas ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat menjadi tema sentral dalam
rangka kegiatan pembangunan (Sudirja, 2008).

Pembangunan saluran irigasi untuk menunjang penyediaan bahan pangan nasional


sangat diperlukan, sehingga ketersediaan air di lahan akan terpenuhi walaupun lahan tersebut
berada jauh dari sumber air permukaan (sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik
irigasi yaitu memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang, dan tepat waktu dengan
cara yang efektif dan ekonomis (Sudjarwadi, 1990). Kontribusi prasarana dan sarana irigasi
terhadap ketahanan pangan selama ini cukup besar yaitu sebanyak 84 persen produksi beras
nasional bersumber dari daerah irigasi (Hasan, 2005 dalam Suroso dkk., 2007).

Namun sering kali air yang dibutuhkan untuk irigasi sulit diperoleh, disebabkan karena
rendahnya curah hujan suatu daerah, debit sungai kecil, tidak adanya tampungan dan jauh
dari sumber air yang lain. Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah pemanfaatan
air tanah.
Air tanah memiliki cadangan ketersediaan yang cukup, tergantung dari cakupan wilayah
Cekungan Air Tanah (CAT) di suatu daerah. Sedangkan untuk mengandalkan air
permukaan, seperti air sungai tidak bisa, dikarenakan curah hujan relatif rendah, temperatur
tinggi atau tidak adanya waduk atau embung karena tidak layak untuk dibangun dengan
alasan teknis maupun ekonomis. Meskipun demikian ketersediaan air permukaan yang
semakin terbatas menuntut

1
pemanfaatan air tanah sebagai sumber air irigasi. Air tanah dalam akuifer dapat
dimanfaatkan melalui sumur pompa. Irigasi sumur pompa dikembangkan terutama di
wilayah wilayah yang air permukaannya sulit untuk dikembangkan tetapi mempunyai
potensi air tanah yang besar.

1.2 Identifikasi Masalah

Daerah Irigasi di Desa Kesambi, Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung


dengan luas 30 Ha merupakan sawah tadah hujan yang air irigasinya mengandalkan air hujan
saja yang akan melimpah pada saat musim penghujan, akan tetapi pada saat musim kemarau,
daerah tersebut akan mengalami kekeringan. Sehingga pada saat musim kemarau, petani
tidak dapat menanam padi maupun palawija sehingga lahan pertanian tidak ditanami, kondisi
ini disebut musim bero. Untuk mengatasi hal tersebut maka pada tahun 2017 Balai Wilayah
Sungai Brantas telah membangun sumur produksi SDTA 608 (Sumur Dalam Tulungagung
No.608) dengan kedalaman sumur 110 m yang terletak di Desa Kesambi, Kecamatan
Bandung, Kabupaten Tulungagung. Debit Optimum yang mampu dihasilkan SDTA 608
adalah 15 lt/dtk. Pola tata tanam yang dikembangkan pola tanam rangkap 3 dengan jenis
tanaman padi dan palawija. Dengan panjang jaringan irigasi 2254 m dengan jenis pompa
turbin yang menggunakan energi diesel. Areal irigasi yang memanfaatkan sumur produksi
SDTA 608 cukup besar terdapat 13 box pembagi agar dapat menjamin efisiensi sumber air.
Pemanfaatan airtanah untuk irigasi diharapkan dapat meningkatkan frekwensi
produksi, karena lahan-lahan tadah hujan yang ditanami sekali pada saat musim hujan
menjadi dapat ditanami sepanjang tahun. Pengelolaan irigasi dengan menggunakan sumur
produksi dapat mendukung usaha tani berkelanjutan apabila petani mampu mengelolanya
dengan baik, hal ini dapat ditunjukkan dengan kemampuan petani untuk membayar biaya
operasional serta mampu mengelolah usaha tani dengan baik. Namun, penggunaan pompa
untuk memenuhi air irigasi dikalangan petani saat ini belum sepenuhnya dilakukan. Hal ini
dikarenakan petani masih beranggapan bahwa besarnya biaya yang dikeluarkan jika
menggunakan pompa untuk irigasi.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu studi khusus mengenai evaluasi kinerja sumur
pompa SDTA 608, karena belum adanya sistem yang efisien. Studi ini dilakukan untuk
mengetahui pola operasi sumur dan pola pemberian air irigasi dalam pemenuhan air bagi
tanaman sehingga sistem usaha tani berkelanjutan dapat dipertahankan.

2
3

1.3 Rumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka rumusan
masalah yang dapat dikemukakan dalam studi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil evaluasi kinerja sumur pompa SDTA 608, yang meliputi teknik
pompa, pola operasi, dan debit optimum sumur pompa?
2. Bagaimana Pola Tata Tanam eksisting untuk daerah oncoran SDTA 608?
3. Bagaimana sistem pembagian air irigasi eksisting pada daerah oncoran SDTA 608?
4. Bagaimana persepsi HIPA (Himpunan Petani Pemakai Air) dengan adanya sumur
pompa SDTA 608 terhadap produksi tani?
5. Bagaimana hasil evaluasi kinerja jaringan irigasi air tanah di daerah oncoran SDTA
608?

1.4 Batasan Masalah

Dalam Pembahasan ini, diberikan beberapa batasan masalah antara lain :

1. Hanya membahas daerah oncoran sumur pompa SDTA 608 di Desa Kesambi
Kecamatan Bandung Kabupaten Tulungagung
2. Tidak membahas RAB
3. Kualitas air sudah memnuhi standar

1.5 Tujuan

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi permasalahan diatas, maka tujuan
penelitian adalah

1. Mengetahui hasil evaluasi kinerja sumur pompa SDTA 608, yang meliputi teknik
pompa, pola operasi, dan debit optimum sumur pompa
2. Mengetahui Pola Tata Tanam eksisting untuk daerah oncoran SDTA 608
3. Mengetahui sistem pembagian air irigasi eksisting pada daerah oncoran SDTA 608
4. Mengetahui persepsi HIPA (Himpunan Petani Pemakai Air) dengan adanya sumur
pompa SDTA 608 terhadap produksi tani
5. Mengetahui hasil evaluasi kinerja jaringan irigasi air tanah di daerah oncoran SDTA
608
1.6 Manfaat

Manfaat dari penilitian ini adalah :

1. Meningkatkan sistem jaringan irigasi air tanah di daerah irigasi setempat


2. Mengoptimalkan hasil pertanian tiap petak sawah
3. Mengefisiensikan pembagian air pada daerah oncoran SDTA 608
4. Memperbaiki sistem jaringan air tanah

Anda mungkin juga menyukai