Anda di halaman 1dari 2

Analisis Kebijakan dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa
Timur Pada Aspek Process

Menurut Sabatier dan Jenkins‐Smith (1993) dalam Buse et al., (2005), proses kebijakan
adalah cara mengawali kebijakan, mengembang atau menyusun kebijakan, bernegosiasi,
mengkomunikasikan, melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan.
a. Identifikasi Masalah dan Isu
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki peranan sangat penting.
Hal ini dikarenakan air memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu
dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi kehidupan manusia serta makhluk hidup
lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan kondisi lingkungan hidup
menjadi buruk sehingga akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan keselamatan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Kegiatan pembangunan di Jawa Timur telah
berkembang dengan pesat, dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan
industri.
Berdasarkan pengawasan dari Perum Jasa Tirta I (PJT I), beban limbah domestik dan
industri di Kali Surabaya terus mengalami peningkatan setiap tahunnya diiringi
jumlah industri yang juga bertambah. Tanpa adanya penanganan dan ketegasan
khusus salah satunya dari pemerintah, beban limbah ini akan terus menumpuk dan
mampu mencemari air di sekitar penduduk.
PJT I memprediksi peningkatan beban limbah domestik Kali Surabaya dari 224 meter
kubik per detik (tahun 2005) melonjak hingga 257 meter kubik per detik (tahun
2020). Sedangkan, peningkatan beban limbah industri bertambah dari 171 meter
kubik per detik (tahun 2005) menjadi 308 meter kubik per detik (tahun 2020). Hal ini
tentunya menjadi permasalahan dikarenakan masyarakat sekitar yang berpotensi
untuk terkena penyakit diare hingga kanker.

b. Perumusan Kebijakan
Pemerintah Daerah Jawa Timur sebelumnya telah menandatangani dan menetapkan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2000 tentang Pengendalian
Pencemaran Air di Jawa Timur, hanya saja peraturan ini masih dirasa tidak cukup
dikarenakan belum adanya kebijakan lain terkait pengelolaan kualitas air. Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2000 tentang Pengendalian Pencemaran
Air di Jawa Timur, perlu ditinjau kembali agar dapat dilakukan pengelolaan kualitas
air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan
kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta keseimbangan ekologis.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur ini ditetapkan
pada tanggal 28 Februari 2008 oleh Gubernur Jawa Timur saat itu yaitu H. Imam
Utomo. S dan Plt. Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur yaitu Drs. Chusnul Arifien
Damuri, MM. MSi..

c. Pelaksanaan Kebijakan
Kebijakan ini dijalankan oleh seluruh elemen masyarakat Provinsi Jawa Timur mulai
dari instansi pemerintah, industri dan masyarakat setempat. Informasi mengenai
status mutu air, pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air diberikan
oleh Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL). Laporan yang
dilakukan masyarakat kepada Gubernur melalui Kepala BAPEDAL dilakukan secara
tertulis dengan melampirkan identitas pelapor atas kejadian pelanggaran terhadap
pengelolaan kualitas air dan pencemaran air. Swapantau dilaksanakan setiap 1 (satu)
bulan, sedangkan laporan hasil swapantau dilaporkan setiap 3 (tiga) bulan kepada
Kepala BAPEDAL.
Untuk evaluasi dari kebijakan ini menurut beberapa literatur masih belum berjalan
dengan baik, hal ini disebebkan masih kurangnya kesadaran khususnya dari
masyarakat yang masih saja suka membuang sampah ke perairan, serta masih
kurangnya sosialisasi dan informasi mengenai bahaya dari membuang sampah atau
limbah ke perairan sehingga masyarakat masih merasa belum jera.

Daftar Pustaka
Buse, K. Mays, N. Wall, G. Understanding Public Health : Making Health Policy.
London: Open University Press. 2005.

Anda mungkin juga menyukai