Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELITUS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV

NUR FADLIA NURISTIQAMAH DS


RISKAYANA HERIYANTI
PUSPITA INDAH CAHYANI GUSNAWATI
RESKI IDA HASTUTI ANA M SARWUNA
RECHAN HANDAYANI ABD RAHMAT ZULFIKAR
SRI NURHIDAYAH S FITRI
NISAUL MAGFIRAH RISNAYANTI
NURINSANI RAHMAN NURLAELI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan system endokrin diabetes melitus

Makalah asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system


endokrin diabetes melitus ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
“Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system endokrin diabetes
mellitus” ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
endokrin diabetes melitus ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, 24 April 2019

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menurut Word Health Orgaisastion (WHO), Prevalensi global diabetes

di kalangan orang dewasa di atas 18 tahun telah meningkat dari 108 juta

(4,7%) pada tahun 1980 menjadi 422juta (8,5%) pada tahun 2014. Dan

Pada tahun 2015,diperkirakan 1,6 juta kematian secara langsung

disebabkan oleh diabetes. Hampir setengah dari semua kematian akibat

glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia 70 tahun. WHO memproyeksikan

diabetes akan menjadi penyebab kematian ketujuh di tahun 2030.

Indonesia merupakan negara yang menempati urutan ke 7 dengan

jumlah penderita Diabetes Mellitus 8,5 juta penderita setelah negara Cina,

India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Mexico. Prevalensi Diabetes

mellitus di Indonesia berdasarkan jawaban yang pernah di diagnosis dokter

pada kelompok umur 55-75+ tahun adalah sekitar 11.8% atau sekitar 4.384

juta jiwa. Sedangkan diabetes mellitus berdasarkan diagnosis atau gejala

sebesar 13.8% atau sekitar 5.127 juta jiwa (Riskesdes, 2013)

Diabetes melitus juga tercermin di tingkat provinsi khususnya di

provinsi Sulawesi Selatan.Berdasarkan laporan bidang pengendalian

penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) pada tahun 2010penyakit

tidak menular (PTM) berbasis Rumah Sakit di Sulawesi Selatan,diabetes

melitus termasuk urutan keempat yaitu sebesar14,24%, dan merupakan


penyebab kematian tertinggidi urutan pertama yaitu 41,56%. Sedangkan

pada tahun tahun 2012 terdapat27,64% kasus diabetes melitus (Dinkes

Provinsi Sulawesi Selatan 2012)

B. Rumusan Masalah

1. Mengetahui defenisi Diabetes Melitus

2. Mengetahu klasifikasi Diabetes Melitus

3. Mengetahui etiologi Diabetes Melitus

4. Mengetahui patofisiologi Diabetes Melitus

5. Mengetahui manifestasi klinis Diabetes Melitus

6. Mengetahui pemeriksaan penunjang Diabetes Melitus

7. Mengetahui penatalaksanaan Diabetes Melitus

8. Mengetahui konsep asuhan keperawatan Diabetes Melitus

C. Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui defenisi Diabetes Melitus

2. Dapat mengetahui klasifikasi Diabetes Melitus

3. Dapat mengetahui etiologi Diabetes Melitus

4. Dapat mengetahui patofisiologi Diabetes Melitus

5. Dapat mengetahui manifestasi klinis Diabetes Melitus

6. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang Diabetes Melitus

7. Dapat mengetahui penatalaksanaan Diabetes Melitus

8. Dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan Diabetes Melitus


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Diabetes Melitus

1. Defenisi Diabetes Melitus

Menurut Brunner & Suddarth cit. Andra & Yessie (2013) Diabetes

Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi Diabetes Millitus menurut Amin Huda (2015) sebagai berikut:

a. Tipe 1 : Diabetes mellitus tergantung insulin (independent

Diabetes Millitus) yang disebabkan destruksi sel beta pulau

langerhans autoimun.

b. Tipe 2 : Diabetes mellitus tak tergantung insulin (non insulin

Dependent Diabetes Mellitus) disebabkan oleh kegagalan relative

sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya

kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh

jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.

3. Etiologi Diabetes Melitus

Menurut Hanifah cit. Khalid Mujahidullah (2012) Diabetes Mellitus dapat

disebabkan karena:

a. Usia (>45 Tahun)

b. Obesitas
c. Hipertensi (TD > 140/90 mmHg)

d. Riwayat keluarga diabetes melitus

e. Riwayat melahirkan dengan bayi BB > 4000 gr

f. Riwayat diabetes melitus pada kehamilan (DM Gestasional)

Penyebab utama pada era globalisasi ini adanya perubahan gaya hidup

(pola makan dan kurang aktivitas), stress, kelainan genetik, usia yang

semakin tua dengan fungsi organ dalam tubuh sudah tidak dapat

bekerja semaksimal mungkin.

4. Patofisiologi Diabetes Melitus

Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk

sel baru dan mengganti sel yang rusak.Disamping itu tubuh juga

memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan

baik.Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan

yang kita makan setiap hari.Bahan makanan tersebut terdiri dari unsure

karbohidrat, lemak dan protein. Pada keadaan normal kurang dari 50%

glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2

dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi

lemak

Pada diabetes mellitus semua proses tersebut terganggu karena

terdapat defesiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan

metabolismenya terganggu.Keadaan ini menyebabkan sebagian besar


glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi

hiperglikemia.

Penyakit diabetes mellitus disebabkan oleh karena gagalnya

hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat

diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan

terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena

ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila

terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi

sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang

menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang

disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air

hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan

dehidrasi intra seluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga

klien akan merasa haus terus menerus sehingga klien akan minum terus

yang disebut polidipsi.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya

transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan

simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena

digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan

merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut

poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi

penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah


meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak

hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan,

akibatnya bau urine dan napas spenderita berbau aseton atau buah-

buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan menjadi

koma yang disebut koma diabetic. (M.Clevo Rendi, 2012)

5. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus

Menurut M.Clevo Rendi (2012) seseorang dapat dikatakan

menderita diabetes melitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu:

a. Keluhan TRIAS: Banyak minum, banyak kencing dan penurunan

berat badan

b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl

c. Kadar glukosa darah dua jam sedudah makan lebih dari 200 mg/dl

Keluhan yang sering terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah:

Poliuria, polidipsia, polifagi, berat badan menurun, lemah, kesemutan,

gatal.

6. Pemeriksaan penunjang Diabetes Melitus

Kriteria diagnostik menurut Khalid Mujahidullah (2012):

a. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi: GDS>200mg/dl, gula darah puasa

>120mg/dl dan glukosa 2 jam PP (post pran-dial) >200mg/dl


b. Urin

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urin, pemeriksaan

dilakukan dengan cara benedict (reduksi), hasil dapat dilihat melalui

perubahan warna pada urin: hijau(+), kuning (++), merah (+++) dan

bata (++++)

c. Kultur pus

Mengetahui jumlah kuman pada luka dan memberikan antibiotik

yang sesuai dengan jenis kuman

7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Adapun penatalaksanaan Diabetes Melitus yang dapat dilakukan

menurut Andra & Yessie (2013) yaitu:

Yang bertujuan:

a. Jangka panjang : Mencegah komplikasi

b. Jangka pendek : Menghilangkan keluhan/gejala diabetes

mellitus

Penatalakasaan diabetes melitus:

a. Diet

Perhimpunan diabetes Amerika dan persatuan Dietetik Amerika

merekomendasikan = 50-60% kalori yang berasal dari:

1) Karbohidrat 60-70%

2) Protein 12-20%

3) Lemak 20-30%
b. Obat hipoglikemik oral (OHO)

1) Sulfonylurea :Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan

cara:

a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan

b) Menurunkan ambang sekresi insulin

c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan

glukosa

2) Binguanid: Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai

dibawah normal

3) Inhibitor α glukosidase: Menghambatkan kerja enzim α

glukosidase di dalam saluran cerna: sehingga menurunkan

penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia, pasca

prandial

4) Insulin sensiting agent: Thoazahdine diones meningkatkan

sensivitas insulin, sehingga bias mengatasi masalah resistensi

insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia, tetapi obat ini belum

beredar di Indonesia

5) Insulin

Indikasi gangguan:

a) Diabetes melitus dengan berat b dan menurun dengan

cepat

b) Ketoasidasis asidosis laktat dengan koma hiperosmolar


c) DM dengan kehamilan atau DM gastasional yang tidak

terkendali dalam pola makan

c. Latihan

Latihan dengan cara melawan tahapan dapat menambah laju

metabolism istirahat, dapat menurunkan BB, stress dan

menyegarkan tubuh

Gunakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap hari sesudah

makan melakukan latihan.

d. Pemantauan

Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri

e. Terapi (jika diperlukan)

f. Pendidikan

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian Menurut Marilyn E. Doenges (2012)

a. Aktivitas/ Istirahat

Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/ berjalan, kram otot,

tonus otot menurun, gangguan tidur istirahat.

Tanda: Penurunan kekuatan otot.

b. Sirkulasi

Gejala: Adanya riwayat Hipertensi

kesemutan pada ekstremitas.

Ulkus pada kaki.


Penyembuhan luka yang lama.

Tanda: Perubahan tekanan darah, nadi yang menurun,

kulit panas, kering dan kemerahan.

c. Integritas Ego

Gejala: Stress; tergantung pada orang lain.

Masalah finansial yang berhubungan dengan

Kondisi.

Tanda: Ansietas, peka rangsang.

d. Eliminasi

Gejala: Perubahan pola berkemih (polyuria).

Rasa nyeri/ terbakar, kesulitan berkemih, ISK

baru/ berulang.

Nyeri tekan abdomen.

Tanda: Urine encer, pucat, kuning;polyuria.

Urine berkabut, bau busuk (infeksi).

Abdomen keras, adanya asites.

Bising usus lemah dan menurun.

e. Makanan/ Cairan

Gejala: Hilang nafsu makan, mual-muntah, haus.

Penurunan berat badan lebih dari beberapa hari/

minggu.

Tanda: Kulit kering/ bersisik, turgor jelek.


Kekakuan/ distensi abdomen, muntah.

Pembesaran tiroid.

f. Neurosensory

Gejala: pusing/pening, sakit kepala.

kelemahan

Gangguan penglihatan.

Tanda: Mengantuk, letargi, gangguan memori.

Reflex tendon dalam, aktivitas kejang.

g. Nyeri/ Kenyamanan

Gejala: Abdomen yang tegang/ nyeri.

Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat

berhati-hati

h. Pernafasan

Gejala: Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa

sputum.

Tanda: Lapar udara.

Batuk/ dengan tanpa sputum.

Frekuensi pernafasan.

i. Keamanan

Gejala: Kulit kering, gatal.

Tanda: Demam, kulit rusak.


Menurunnya kekuatan umum.

j. Seksualitas

Gejala: Rabas vagina.

Masalah impotan pada pria; kesulitan orgasme

pada wanita.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut NANDA Nic-Noc dalam Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma

(2015). Diagnosa keperawatan Diabetes Melitus meliputi:

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan

dan aktivitas jasmani.

b. Resiko syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit

kedalam sel tubuh, hipovolemia

c. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses

penyakit (diabetes melitus).

d. Retensi urine berhubungan dengan inkomplit pengosongan

kandung kemih, sfingter kuat dan poliuru

e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan sirkulasi darah ke perifer, proses penyakit (DM)

f. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gejala

poliuri dan dehidrasi

g. Keletihan
3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan menurut NANDA Nic-Noc dalam Amin Huda

Nurarif dan Hardhi Kusuma (2015)

Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujan dan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
1 2 3 4
1 Ketidakseimban NOC NIC
gan nutrisi dari Outcome untuk Nutrition managemnt
butuhan tubuh mengukur 1. Mentukan status gizi
Definisi: Asupan penyelesaian dari pasien
nutrisi tidak tidak diagnosis dankemampuan
cukup untuk Status nutrisi pasien untuk
memenuhi Outcome tambahan memenuhi kebutuhan
kubutuhan untuk mengukur gizi
metabolik batasa karakteristik 2. Identifikasi adanya
Nafsu makan alergi atau intoleransi
Kesehatan mulut makanan yang dimiliki
Status menelan pasien
Outcome yang 3. Identifikasi makanan
berkaitan dengan yang disukai
faktor yang 4. Bantu pasien
berhubungan atau dalammenentukan
outcome menengah pedoman atau
Kontrol diri terhadap piramida makanan
kelainan makan yang cocok dalam
Kepercayaan mengenai memenuhi kebutuhan
Kesehatan nutrisi (misalnya,
Pengetahuan piramida makanan
manajemen berat badan vegetarian,
dan piramida
makanan untuk lanjut
usia lebih dari 70)
5. Berikan pilihan
makanan sambil
menawarkan
bimbingan terhadap
pilihan makanan yang
lebih sehat, jika
diperlukan
6. Lakukan pemeriksaan
gula darah dengan
menggunakan “finger
stick”
7. Tentukan program
diet dan pola makan.
8. Libatkan keluarga
dalam perencanaan
makan.
9. Anjurkan keluarga
untuk membawa
makanan favorit
pasien sementara
pasien yang berada di
rumah sakit atau
fasilitas perawatan
yang sesuai
10. Bantu pasien
membuka kemasan
makanan, memotong
makanan, dan makan
jika diperlukan
11. Anjurkan pasien
terkait dengan
kebutuhan makanan
tertentu berdasarkan
perkembangan atau
usia (misalnya,
peningkatan kalsium,
protein, cairan, kalori)
12. Pastikan diet
mencakup makanan
tinggi kandungan
serat
13. Monitor kalori dan
asupan makanan
14. Monitor BB
1 2 3 4
2 Resiko syok NOC NIC
Defenisi: Outcome untuk menilai Syok prevention
Beresiko dan mengukur 1. Monitor status sirkulasi
mengalami aliran kejadian aktual dari warna kulit, suhu kulit,
darah kurang ke diagnosis denyut jantung, HR,
jaringan-jaringan Keparahan syok: dan ritme nadi perifer,
tubuh, yang Hipovolemik dan kapiler refill
dapat Keparahan syok: Septik 2. Monitor tanda
menyebabkan Outcome yang inadekuat oksigenasi
gangguan fungsi berhubungan dengan jaringan
seluler yang faktor resiko 3. Monitor suhu dan
membahayakan Status sirkulasi pernafasan
jiwa Kontrol resiko 4. Monitor input dan
Deteksi resiko output
Tanda-tanda vital 5. Pantau nilai labor:
HB, HT, AGD, dan
elektrolit
6. Monitor hemodinamik
invasi yang sesuai
7. Monitor tanda dan
gejala asites
8. Monitor tanda dan awal
syok
9. Tempatkan pasien
pada posisi supine,
kaki elevasi, untuk
peningkatan preload
dengan tepat
10. Lihat dan pelihara
kepatenan jalan napas
11. Berikan vasodilator
yang tepat
12. Ajarkan keluarga dan
pasien tentang tanda
dan gejala datangnya
syok
13. Ajarkan keluarga dan
pasien tentang langkah
untuk mengatasi gejala
syok
Syok Management
14. Monitor fungsi
neurologis
15. Monitor fungsi renal
(e.g BUN dan Cr Lavel)
16. Monitor tekanan nadi
17. Monitor input& output
18. Catat gas darah arteri
dan aksigen dijaringan
1 2 3 4
19. Monitor EKG, sesuai
20. Memanfaatkan
pemantauan jalur arteri
untuk meningkatkan
akurasi pembacaan
tekanan darah, sesuai
21. Menggambar gas
darah arteri dan
22. memonitor jaringan
oksigenasi
23. Memantau tren dalam
parameter
hemodinamik
(misalnyan CVP, MAP,
tekanan kapiler
pulmonal/arteri)
24. Memantau factor
penentu pengiriman
jaringan oksigen
(misalnya PaO2 kadar
hemoglobin SaO2,
CO), jika tersedia
25. Memantau tingkat
karbondioksida
sublingual dan / atau
tonometry lambung,
sesuai
26. Memonitor gejala
gagal pernapasan
(misalnya, rendah
PaO2 peningkatan
PaCO2 tingkat,
kelemahan otot
pernapasan)
27. Monitor nilai
laboratorium
(misalnya. CBC,
dengan diferensial)
koagulasi profil, ABC)

3 Resiko Infeksi NOC NIC


Definisi: Outcome untuk menilai Infection Control
Beresiko dan mengukur (Kontrol infeksi):
terserang kejadian actual dan 1. Bersihkan lingkunan
organisme diagnosis setelah dipakai pasien
patogen Keparahan infeksi lain.
Outcome yang 2. Pertahankan teknik
berhubungan dengan isolasi
Faktor resiko
1 2 3 4
Status imunitas 3. Batasi pengunjung
Respon pengobatan bila perlu.
Control resiko 4. Insturksikan pada
Deteksi resiko penginjung untuk
mencuci tangan saat
berkunjung dan
setelah berkunjung
meniggalkan pasien.
5. Gunakan sabun
antibikrobia untuk cuci
tangan
6. Cuci tangan setip
sebelum dan
sesuadah tindakan
keperawatan.
7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung.
8. Pertahankan
lingkungan aspetik
selama pesangan
alat.
9. Tingkatkan intake
nutrisi
10. Berikan
terapiantibiotic bila
perlu infection
promotion (proteksi
terhadap infeksi).
11. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal.
12. Monitor hitung
granulosi WBC.
13. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
14. Batasipengunjung
15. Sering pengunjung
tehadap penyakit
menular
16. Pertahankan teknik
aspesis pada psien
yang berisiko.
17. Pertahankan teknik
Isolasi
18. Berikan perawatan
kulit pada area
epidema.
19. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
1 2 3 4
terhadap kemerahan,
panas, drainase.
20. Inspeksi kondisi luka/
insisi bedah.
21. Dorong masukan
nutrisi yang cukup.
22. Dorong masukan
cairan.
23. Dorong istirahat
24. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep.
25. Ajarkan psien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
26. Ajarkan
caramenghindari
infeksi.
27. Laporkan kecurigaan
infeksi
28. Laporkan kultur positif

4 Retensi Urine NOC NIC


Defenisi: Outcome untuk Urinary retention care
pengososngan mengukur 1. Lakukan pengkajian
kemih tidak penyelesaian dari komprehensif sistem
komplet. diagnosis perkemihan fokus
Eliminasi urine terhadap
Outcome tambahan inkontinensia
untuk mengukur (misalnya, urine
batasan karakteristik output, pola berkemih
Keparahan gejala masalah perkemihan
Kontinensia urine sebelumnya)
Outcome yang 2. Monitor penggunaan
berkaitan dengan obat anti kolionergik.
factor yang 3. Monitor derajat
berhubungan atau distensi bladder.
outcome menengah 4. Instuksikan pada
Respon pengobatan pasien dan keluarga
Penuaan fisik untuk mencatat output
Control gejala urin.
5. Sediakan privacy
6. stimulasi refleks
bladder dengan
kompres dingn pada
abdomen.
7. Katerisasi jika perlu.
1 2 3 4
5 Ketidakefektifan NOC NIC
perfusi jaringan Outcome untuk Periphaeral sensation
perifer mengukur management
Definisi: penyelesaian dari (manajemen sensasi
penurunan diagnosis periver)
serkulasi darah Perfusi jaringan perifer 1. Monitor adanya
ke perifer yang Outcome tambahan daerah tertentu yang
dapat untuk mengukur hanya peka terhadap
menggangu batasan karakteristik panas/ dingin/ tajam/
kesehatan Ambulasi tumpul
Status sirkulasi 2. Monitor adanya
Perfusi jaringan paretase
Tanda-tanda vital 3. Intruksikan keluarga
Outcome yang untuk mengobservasi
berkaitan dengan kulit jika ada isi atau
factor yang lerasasi
berhubungan atau 4. Gunakan sarung
outcome menengah tangan untuk proteksi
Koagulasi darah 5. Anjurkan klien
Keefektifan pompa menggunakan
jantung pelembab pada kulit
Partisipasi latihan kaki yang kering.
Keparahan hipertensi 6. Ajarkan cara
Pergerakan perawatan kaki dan
Perilaku berhenti kuku
merokok 7. Kolaborasi pemberian
analgetik
8. Ajarkan senam kaki
diabetik
9. Melakukan
pemerikasaan gula
darah
6 Resiko NOC NIC
ketidakseimbang Outcome untuk menilai Fluid management
an elektrolit dan mengukur 1. Timbak popok/atau
Definisi: Berisiko kejadian actual dari pembalut jika
mengalami diagnosis diperlukan
kadar elektrolit Keseimbangan elektrolit 2. Pertahankan catatan
serum yang Outcome yang intake dan output
dapat mengangu berhubungan dengan yang akurat
kesehatan factor resiko 3. Monitor status hidrasi
Eliminasi usus (kelembaban
Keseimbangan cairan membran mukosa),
Keparahan cairan jika diperlukan
berlebihan 4. Monitor vital sign
Fungsi ginjal 5. Monitor masukan
Respon pengobatan makanan atau cairan
Control resiko dan hitung intake
Deteksi resiko kalori harian
1 2 3 4
6. Kolaborasi pemberian
cairan IV
7. Monitor status nutrisi
berikan cairan IV
8. Pada suhu ruangan
9. Monitor status nutrisi
10. Berikan cairan IV
11. pada suhu ruangan
12. Dorong masukan oral
13. Berikan penggantian
nasogatrik sesuai
output
14. Dorong keluraga
untuk membantu
pasien makan
15. Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
16. Kolaborasi dengan
dokter jika tanda
cairan berlebih
muncul meburuk
17. Atur kemungkinan
transfuse
18. Persiapkan untuk
transfusi
Hypovolemia
Management
1. Monitor status cairan
termasuk intake dan
ouput cairan
1. Peliharaan IV line
2. Monitor tingkat HB
dan hematokrit
3. Monitor tanda vital
4. Monitor responpasien
terhad penambahan
cairan
5. Monitor berat badan
6. Dorong pasien untuk
menambah cairan
7. Monitor berat badan
8. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
9. Pemberian cairan IV
monitor adanya gejala
kelebihan volume
cairan
10. Monitor adanya gejala
gagal ginjal
4
1 2 3
7 Keletihan NOC NIC
Definis: Rasa Outcome untuk Energy managemnt
letih luar biasa mengukur 1. Observasi adanya
dan penurunan penyelesaian dari pembatasan klien
kepasitas kerja diagnosis dalam melakukan
fisik dan jiwa Tingkat kelelahan aktifitas
pada tingkat Outcome tambahan 2. Kaji adanya faktor
yang biasanya untuk mengukur kelelahan
secara terus- batasan karakteristik 3. Monitor sistem kardio
menerus Toleransi terhadap respirasi (TD, Nadi)
aktivitas 4. Monitor pasien
Konsentrasi adanya kelelahan fisik
Daya tahan dan emosiberlebihan
Istirahat 5. Kaji jenis dan
Kesadaran diri banyaknya aktifitas
Tidur yang bisa dilakukan
Outcome yang 6. Monitor pola tidur dan
berkaitan dengan lamanya tidur/istirahat
factor yang pasien
berhubungan atau 7. Diskusikan penyebab
outcome menengah keletihan seperti nyeri
Tingkat kecemasan sendi
Kadar glukosa 8. Berikan aktivitas
Keseimbangan gaya alternatif dengan
hidup periode istirahat yang
Pergerakan cukup
Kebugaran fisik 9. Bantu aktifitas sehari-
Tingkat stres hari sesuai dengan
kebutuhan.
10. Tingkat tirah dan tarih
baring dan
pembatasan aktifitas
(tingkatkan periode
istirahat)
11. Konsultasi dengan
ahli gizi untuk
meningkatakan
asupan makanan
yang berenergi tinggi
4. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana

tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama

pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah

dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan

interpersonal, intelektual, teknik yang dilakukan dengan cermat dan

efesien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan

keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi dilakukan

dokumentasi yang meliputi intervensi yangsudah dilakukan dan

bagaimana respon pasien (Taqiyyah Bararah,2013)

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.

Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai

setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan

dalam perencanaan.

Perawat mempunyai tiga alternative dalam menentukan sejauh mana

tujuan tercapai:
a. Berhasil: Perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu

atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.

b. Tercapai sebagian: Pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak

sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan

c. Belum tercapai: Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan

perilaku yang diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan

(Taqiyyah Bararah,2013)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk berespon

terhadap insulin dan atau tidak terdapatnya pembetukan insulin oleh

pancreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemi, yang dapat

menyebabkan terjadinya koplikasi metabolic akut seperti ketoadosis

diabetic. Hiperglikemi jangka Panjang dapat menunjang terjadinya

komplikasi mikrovaskuler kronis (penyakit ginjal dan mata) serta

komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit

makrovaskuler, termasuk infar miokard, stroke dan penyakit vaskuler

perifer.
B. Saran

Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini bisa bermanfaat bagi

mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan untuk bisa lebih

mengerti dan memahami tentang asuhan keperawatan dengan

Diabetes Melitus. Makalah Diabetes Melitus ini masih jauh dari kata

sempurna, maka diharapkan kritik dan saran untuk lebih memperbaiki

makalah.

Daftar Pustaka

Andra, S. W.&Yessie,M.P. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah


Keperawatan Dewasa Teori Yogyakarta: Nuha Medika.

Bararah, T dan Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap


Menjadi Perawat Profesional.Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Doenges, Marylinn E. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC,


1998

Nurarif, A.H., & Hardhi, K., (2015). Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1, Yogyakarta: Mediaction

Rendy, M Clevo dan Margareth TH.(2012).Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah Penyakit Dalam.Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai