Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

Home Care (Perawatan Rumah)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV

NUR FADLIA NURISTIQAMAH DS


RISKAYANA HERIYANTI
PUSPITA INDAH CAHYANI GUSNAWATI
RESKI IDA HASTUTI ANA M SARWUNA
RECHAN HANDAYANI ABD RAHMAT ZULFIKAR
SRI NURHIDAYAH S FITRI
NISAUL MAGFIRAH RISNAYANTI
NURINSANI RAHMAN NURLAELI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan


tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya


bahwa dalam makalah ini ada kekurangan baik dari segi penyusun
bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki
makalah ini dikemudian hari.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat diambil


hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap
pembaca.

Makassar, 6 Mei 2019

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan ..................................................................................... 3
D. Manfaat ................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAAN ...................................................................... 4

A. Defenisi Home Care ............................................................... 4


B. Tujuan Home Care ................................................................. 4
C. Prinsip Home Care ................................................................. 5
D. Bentuk – Bentuk Layanan Home Care ................................... 6
E. Aspek Legal dan Etik dalam Home Care ............................... 9
F. Kebijakan dalam Home Care ................................................. 12
G. Kepercayaan dan Budaya dalam Home Care ........................ 12
H. Pro dan Kontra Home Care .................................................... 13
I. Standar Praktik Pelayanan Home Care ................................. 15
J. Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Rumah ( Home Care ) 18
K. Standar Alat Home Care ........................................................ 19
L. Pendekatan Interdisiplin dalam Pelayanan Home Care ......... 20

BAB III PENUTUP ................................................................................ 23

A. Kesimpulan ......................................................................... 23
B. Saran .................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang dikenal
masyarakat dalam sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan
rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi lain banyak anggota masyarakat
yang menderita sakit karena berbagai pertimbangan terpaksa dirawat
di rumah dan tidak dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan.
Faktor-faktor yang mendorong perkembangan perawatan kesehatan di
rumah adalah:
 Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak
efisien lagi apabila dirawat di institusi pelayanan kesehatan.
Misalnya pasien kanker stadium akhir yang secara medis belum ada
upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan,
 Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan
pada kasus-kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan
yang relatif lama. Dengan demikian berdampak pada makin
meningkatnya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut
keperawatan di rumah. Misalnya pasien pasca stroke yang
mengalami komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan
rehabilitasi yang membutuhkan waktu relatif lama.
 Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan
kesehatan membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak
dapat menikmati kehidupan secara optimal karena terikat dengan
aturan-aturan yang ditetapkan,
 Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian
pasien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga
dapat mempercepat kesembuhan (Depkes, 2002).

1
Perawatan Kesehatan di rumah bukanlah merupakan sebuah
konsep baru dalam sistem pelayanan kesehatan, khususnya pada
praktek keperawatan komunitas. Hal ini sudah dikembangkan sejak
tahun 1859 yang pada saat itu Willian Rathbone of Liverpool, England
dan juga Florence Nightingale melakukan perawatan kesehatan di
rumah dengan memberikan pengobatan kepada pasien (masyarakat)
yang mengalami sakit terutama terutama mereka dengan status sosial
ekonomi rendah, kondisi sanitasi, kebersihan diri dan lingkungan, dan
gizi buruk sehingga beresiko tinggi terhadap berbagai jenis penyakit
infeksi yang umum ditemukan di masyarakat.

Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah


memandirikan masyarakat untuk hidup sehat dengan misi membuat
rakyat sehat. Guna mewujudkan visi dan misi tersebut berbagai
program kesehatan telah dikembangkan termasuk pelayanan
kesehatan di rumah.

Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 %


menyatakan perlu dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3
% mengatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana dan
pelayanan, serta 91,9 % menyatakan pengelola keperawatan
kesehatan di rumah memerlukan ijin oprasional.

Selain Home Care, di Indonesia juga di kenal pelayanan One Day


Care atau pelayanan rawat sehari yang merupakan perawatan dalam
jangka waktu pendek (relatif singkat), yaitu 1 hari atau 24 jam. Menurut
penelitian hampir 70% rumah sakit Indonesia menerapkan sistem one
day care. Pelayanan One Day Care menghindarkan pasien dari
terjadinya infeksi nosokomial karena pasien tidak perlu di rawat lama di
rumah sakit sehingga dapat menekan biaya yang dikeluarkan oleh
pasien.

2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya antara lain :
1. Apa defenisi, tujuan dan prinsip dari home care?
2. Bagaimana bentuk – bentuk layanan home care?
3. Bagaiamana aspek legal dan perizinan home care?
4. Bagaimana standar praktik pelayanan homecare?
5. Apa saja standar alat home care?
6. Bagaimana pendekatan interdisiplin dalam pelayanan home care?
7. Bagaimana kebijakan home care di Indonesia?
8. Bagaimana pro dan kontra home care di Indonesia?
9. Bagaimana kepercayaan dan kebudayaan dalam home care?

C. Tujuan
Agar pembaca mendapatkan pengetahuan lebih dan memahami
mengenai pelayanan kesehatan di rumah ( home care )

D. Manfaat
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik
dibidang profesi agar dapat menerapkan tindakan keperawatan yang
sesuai dalam home care. Pada mahasiswa, untuk dapat menjadi
sarana belajar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Pada
masyarakat, agar lebih memahami mengenai pelayanan kesehatan di
rumah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Home Care


Pelayanan kesehatan rumah adalah komponen dari rentang
pelayanan kesehatan yang komprehensif yang di dalamnya terdapat
pelayanan kesehatan untuk indiidu dan keluarga di tempat tinggal
mereka dengan tujuan meningkatkan, memelihara atau memulihkan
kesehatan atau meningkatkan kemandirian, menimalkan akibat dari
ketidakmampuan dan penyakit terminal (Warhola, 1980).
Pelayanan kesehatan rumah merupakan kunjungan rumah dan
bagian integral dari pelayanan keperawatan, yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu individu, keluarga, dan masyarakat
mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang
mereka hadapi (Sherwen, 1991).
Menurut ANA (1992) pelayanan kesehatan rumah adalah
perpaduan perawat kesehatan masyarakat dan ketrampilan tekhnis
yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari kumpulan perawat
komunitas, seperti perawat gerontologi, perawat psikiatri, perawat ibu
dan anak, perawat kesehatan masyarakat, dan perawat medikal –
bedah.
Dari beberapa definisi di atas komponen utama pada pelayanan
kesehatan rumah adala pasien, keluarga, pemberi pelayanan
kesehatan yang diberikan secara profesional (multidisiplin),
direncanakan, dikoordinasikan bertujuan membantu pasien kembali
ketingkat kesehatan optimum dan mandiri yang dilaksanakan di rumah
beradasarkan kontrak dan merupakan kelanjutan dari pelayanan
keperawatan pada tiap tingkat fasilitas pelayanan kesehatan.

4
B. Tujuan Home Care
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga

2. Tujuan Khusus
 Terpenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko-sosial-spiritual) secara
mandiri
 Meningkatan kemandirian keluarga dalam pemeliharan kesehatan
 Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan
dirumah

C. Prinsip Home Care


Agar pelayanan home care ini dapat berjalan dengan lancar maka
perlu diperhatikan beberapa prinsip dalam melakuakan pelayanan
home care.
Prinsip – prinsip tersebut diantaranya :
1. Pengelolaan home care dilaksanakan oleh perawat
2. Pelaksana Home Care adalah terdiri dari profesi kesehatan yang ada
(dokter, bidan, perawat, ahli gizi, apoteker, sanitarian dan tenaga
profesi yang lain).
3. Mengumpulkan data secara sistematis, akurat dan komrehensif.
4. Memberi pelayanan paripurna yang terdiri dari prepentif, kuratif,
promotif dan rehabilitaif.
5. Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui
manajemen.
6. Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.
7. Berpartisipasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care.
8. Menggunakan kode etik profesi dalam melaksanakan pelayanan di
home care.

5
D. Bentuk – Bentuk Layanan Home Care
1. Berdasarkan fokus masalah kesehatan
Berdasarkan jenis masalah kesehatan yang dialami oleh pasien,
pelayanan keperawatan di rumah (home care) di bagi tiga kategori
yaitu :
a. Layanan perawatan pasien sakit
Keperawatan pasien yang sakit di rumah merupakan jenis yang
paling banyak dilaksanakan pada pelayanan keperawatan di
rumah sesuai dengan alasan kenapa perlu di rawat di rumah.
Individu yang sakit memerlukan asuhan keperawatan untuk
meningkatkan kesehatannya dan mencegah tingkat keparahan
sehingga tidak perlu di rawat di rumah sakit.
b. Layanan berbasis promotif dan preventif
Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya
pada promosi dan prevensi. Pelayanannya mencakup
mempersiapkan seorang ibu bagaimana merawat bayinya setelah
melahirkan, pemeriksaan berkala tumbuh kembang anak,
mengajarkan lansia beradaptasi terhadap proses menua, serta
tentag diet mereka.
c. Pelayanan atau asuhan spesialistik
Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan
pada penyakit-penyakit terminal misalnya kanker, penyakit-
penyakit kronis seperti diabetes, stroke, hipertensi, masalah-
masalah kejiwaan dan asuhan pada anak.

2. Berdasarkan institusi penyelenggara


Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan
layanan Home Care (HC), antara lain :
a. Institusi Pemerintah
Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama
berlangsung dilakukan adalah dalam bentuk perawatan

6
kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun lansia)
yang akan dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas
(digaji oleh pemerintah). Pasien yang dilayani oleh puskesmas
biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di Amerika hal
ini dilakukan oleh Visiting Nurse (VN)
b. Institusi Sosial
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan
sukarela dan tidak memungut biaya. Biasanya di lakukan oleh
LSM atau organisasi keagamaan dengan penyandang dananya
dari donatur, misalnya Bala Keselamatan yang melakukan
kunjungan rumah kepada keluarga yang membutuhkan sebagai
wujud pangabdian kepadan Tuhan.
c. Institusi Swasta
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam
bentuk praktik mandiri baik perorangan maupun kelompok yang
menyelenggarakan pelayanan HC dengan menerima imbalan
jasa baik secara langsung dari pasien maupun pembayaran
melalui pihak ke tiga (asuransi). Sebagaimana layaknya layanan
kesehatan swasta, tentu tidak berorientasi “not for profit
service”
d. Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital Home Care)
Merupakan perawatan lanjutan pada pasien yang telah dirawat
dirumah sakit, karena masih memerlukan bantuan layanan
keperawatan, maka dilanjutkan dirumah. Alasan munculnya jenis
program ini selain apa yang telah dikemukakan dalam
alasan Home Care (HC) diatas, adalah :
 Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat,
sehingga kesempatan untuk melakukan pendidikan kesehatan
sangat kurang (misalnya ibu post partum normal hanya dirawat
1-3 hari, sehingga untuk mengajarkan bagaimana cara
menyusui yang baik, cara merawat tali pusat bayi, memandikan

7
bayi, merawat luka perineum ibu, senam post partum, dll)
belum dilaksanakan secara optimum sehingga kemandirian ibu
masih kurang.
 Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada
pasien yang dirawat dirumah sakit.
 Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS tentu
memerlukan biaya yang besar
 Perlunya kesinambungan perawatan pasien dari rumah sakit ke
rumah, sehingga akan meningkatkan kepuasan pasien maupun
perawat. Hasil penelitian dari “Suharyati” staf dosen
keperawatan komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung di
RSHS Bandung menunjukkan bahwa konsumen RSHS
cenderung menerima program HHC (Hospital Home
Care) dengan alasan ; lebih nyaman, tidak merepotkan,
menghemat waktu & biaya serta lebih mempercepat tali
kekeluargaan (Suharyati, 1998)

3. Berdasarkan pemberi layanan


Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua jenis tenaga,
yaitu :
a. Tenaga informal
Tenaga informal adalah anggota keluarga atau teman yang
memberikan layanan kepada pasien tanpa dibayar. Diperkirakan
75% lanjut usia di Amerika dirawat oleh jenis tenaga ini (Allender
& Spradley, 2001)
b. Tenaga formal
Tenaga formal adalah perawat yang harus bekerja bersama
keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan, sehingga
harus memperhatikan semua aspek kehidupan keluarga. Oleh
karena itu perawat di masyarakat dituntut untuk mampu berfikir
kritis dan menguasai ketrampilan klinik dan harus seorang RN.

8
Dengan demikian diharapkan perawat dapat memberikan layanan
sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.

E. Aspek Legal dan Etik dalam Home Care


Seorang perawat dikatakan legal dalam menjalankan praktik home
care apabila telah memiliki lisensi dan surat ijin praktik perawat ( SIPP).
Isu legal yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di rumah
antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan
teknik yang tinggi, seperti pemberian pengobatan dan transfusi darah
melalui IV di rumah.
2. Aspek legal dari pendidikan yang diberikan pada pasien seperti
pertanggungjawaban terhadap kesalahan yang dilakukan oleh
anggota keluarga karena kesalahan informasi dari perawat.
3. Pelaksanaan peraturan Medicare atau peraturan pemerintah lainnya
tentang perawatan di rumah. Karena biaya yang sangat terpisah dan
terbatas untuk perawatan di rumah, maka perawat yang memberi
perawatan di rumah harus menentukan apakah pelayanan akan
diberikan jika ada resiko penggantian biaya yang tidak adekuat.
Seringkali, tunjangan dari Medicare telah habis masa berlakunya
sedangkan pasien membutuhkan perawatan yang terus-menerus
tetapi tidak ingin atau tidak mampu membayar biayanya.
a. Aspek etik dalam home care
1. Kode etik menurut ANA (1985) menyebutkan bahwa perawat
menjaga hak pasien terhadap privasi dengan bijaksana melindungi
informasi yang bersifat rahasia.
2. Kode etik keperawatan indonesia ( PPNI, 2000) yaitu perawat wajib
merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanyakecuali jika diperlukan oleh
yang berwenang sesuai ketentuan hokum yang berlaku (Muhamad
Mu’in, 2015).

9
Didalam praktik harus memperhatikan dimensi politi, etika dan isu-
isu seperti akses ke layanan atau alokasi sumber daya, menajement
kasus menjadi semakin pragmatis, serta berbagai tanggapan dari
masyarakat terhadap praktik mandiri (Kristin Bjornsdottir, 2009).
b. Perizinan home care
Fungsi Hukum dalam Praktik Perawat :
1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
mana yang sesuai dengan hukum.
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan
keperawatan mandiri.
4. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
Landasan Hukum :
1. UU Kes.No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah
3. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
4. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
5. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik
perawat
6. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar
puskesmas
7. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman
penyelenggaraan Perkesmas
8. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan
fungsonal perawat.
9. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
10. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta
Perizinan home care diatur dalam Kep. Menkes no 148 tahun
210 tentang izin dan penyelenggaraan parktik perawat.dan

10
permenkes 17/ 2013. Perizinan diatur SSI peraturan yang
ditetapkan pemerintah pusat maupun daerah (Fatchulloh, 2015).
Perizinan yang menyangkut operasional pengelolaan pelayanan
kesehatan rumah dan praktik yang dilaksanakan oleh tenaga
profesional dan non profesional diatur sesuai dengan peraturan
yang ditetapkan, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
 Persyaratan perizinan
1. Berbadan hukum yang ditetapkan di badan kesehatan akte
notaris tentang yayasan di badan kesehatan.
2. Mengajukan permohonan izin usaha pelayanan kesehatan
rumah kepada Dinas Kesehatan Kota setempat dengan
melampirkan:
a. Rekomendasi dari organisasi profesi
b. Surat keterangan sehat dari dokter yang mempunyai SIP
c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik
d. Izin lingkungan
e. Izin usaha
f. Persyaratan tata ruangan bangunan melipti ruang direktur,
ruang manajemen pelayanan, gudang sarana dan peralatan,
sarana komunikasi, dan sarana transportasi
g. Izin persyaratan tenaga meliputi izin praktik profesional dan
sertifikasi pelayanan kesehatan rumah.
3. Memiliki SIP, SIK dan SIPP.
4. Perawat dapat melaksankan praktik keperwatan pada saran
pelayanan kesehatan, praktik perorangan dan/atau berkelompok
5. Perawat yang melaksanakan praktik keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan harus memiliki SIK
6. Perawat yang praktik perorangan/berkelompok harus memiliki
SIPP
7. Mendapatkan rkomendasi dari PPNI

11
F. Kebijakan dalam Home Care
1. Perawat dalam melakukan praktek harus sesuai dengan
kewenangan yang diberikan, berdasarkan pendidikan dan
pengalaman serta dalam memberikan pelayanan berkewajiban
mematuhi standar praktek
2. Perawat dalam menjalankan praktek harus membantu program
pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3. Perawat dalam menjalankan praktik keperawatan harus senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan
dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, baik diselenggarakan
oleh pemerintah maupun organisasi profesi.
4. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien,
perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenanga. Pelayanan dalam keadaan darurat ditujukan untuk
penyelamatan jiwa.
5. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus
mencantumkan SIPP diruang prakteknya. Perawat yang
menjalankan praktek perorangan tidak diperbolehkan memasang
papan praktek.
Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan
keperawatan dalam bentuk kunjungan rumah. Perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan dalam bentuk kunjungan rumah harus
membawa perlengkapan perawatan sesuai kebutuhan (Galuh Forestry
Mentari, 2012).

G. Kepercayaan dan Budaya dalam Home Care


Perawat saat bekerja sama dengan keluarga harus melakukan
komunikasi secara alamiah agar mendapat gambaran budaya keluarga

12
yang sesungguhnya. Hal ini terkait dengan sistem nilai dan
kepercayaan yang mendasari interaksi dalam pola asuh keluarga.
Praktik mempertahankan kesehatan atau menyembuhkan anggota
keluarga dari gangguan kesehatan dapat didasarkan pada
kepercayaan yang dianut.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya
pasien, baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat
mencegah terjadinya culture shock maupun culture imposition.Cultural
shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau
beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (pasien)
sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga
kesehatan (perawat), baik secara diam-diam maupun terang-terangan
memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku
yang dimilikinya pada individu, keluarga, atau kelompok dari budaya
lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada
budaya kelompok lain (Galuh Forestry Mentari, 2012).

H. Pro dan Kontra Home Care


Pada saat pasien dan keluarga memutuskan untuk menggunakan
sistem pelayanan keperawatan dirumah (home care nursing), maka
pasien dan keluarga berharap mendapatkan sesuatu yang tidak
didapatkannya dari pelayanan keperawatan dirumah sakit. Adapun
pasien dan keluarga memutuskan untuk tidak menggunakan sistem ini,
mungkin saja ada pertimbangan-pertimbangan yang menjadikan home
care bukan pilihan yang tepat. Dibawah ini terdapat tentang pro dan
kontra home care, yaitu :
Pro home care berpendapat :
1. Home care memberikan perasaan aman karena berada dilingkungan
yang dikenal oleh pasien dan keluarga, sedangkan bila di rumah
sakit pasien akan merasa asing dan perlu adaptasi.

13
2. Home care merupakan satu cara dimana perawatan 24 jam dapat
diberikan secara focus pada satu pasien, sedangkan dirumah sakit
perawatan terbagi pada beberapa pasien.
3. Home care memberi keyakinan akan mutu pelayanan keperawatan
bagi pasien, dimana pelayanan keperawatan dapat diberikan secara
komprehensif (biopsikososiospiritual).
4. Home care menjaga privacy pasien dan keluarga, dimana semua
tindakan yang berikan hanya keluarga dan tim kesehatan yang tahu.
5. Home care memberikan pelayanan keperawatan dengan biaya
relatif lebih rendah daripada biaya pelayanan kesehatan dirumah
sakit.
6. Home care memberikan kemudahan kepada keluarga dan care giver
dalam memonitor kebiasaan pasien seperti makan, minum, dan pola
tidur dimana berguna memahami perubahan pola dan perawatan
pasien.
7. Home care memberikan perasaan tenang dalam pikiran, dimana
keluarga dapat sambil melakukan kegiatan lain dengan tidak
meninggalkan pasien.
8. Home care memberikan pelayanan yang lebih efisien dibandingkan
dengan pelayanan dirumah sakit, dimana pasien dengan komplikasi
dapat diberikan pelayanan sekaligus dalam home care.
9. Pelayanan home care lebih memastikan keberhasilan pendidikan
kesehatan yang diberikan, perawat dapat memberi penguatan atau
perbaikan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan keluarga.
Kontra home care berpendapat :
1. Home care tidak termanaged dengan baik, contohnya jika
menggunakan agency yang belum ada hubungannya dengan tim
kesehatan lain seperti :
a. dokter spesialis.
b. Petugas laboratorium.

14
c. Petugas ahli gizi.
d. Petugas fisioterafi.
e. Psikolog dan lain-lain.
2. Home care membutuhkan dana yang tidak sedikit jika dibandingkan
dengan menggunakan tenaga kesehatan secara individu.
3. Pasien home care membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak
untuk mencapai unit-unit yang terdapat dirumah sakit, misalnya :
a. Unit diagnostik rontgen
b. Unit diagnostik CT scan.
c. Unit diagnostik MRI.
d. Laboratorium dan lain-lain.
4. Pelayanan home care tidak dapat diberikan pada pasien dengan
tingkat ketergantungan total, misalnya: pasien dengan koma.
5. Tingkat keterlibatan anggota keluarga rendah dalam kegiatan
perawatan, dimana keluarga merasa bahwa semua kebutuhan
pasien sudah dapat terlayani dengan adanya home care.
6. Pelayanan home care memiliki keterbatasan fasilitas emergency,
misalnya :
a. Fasilitas resusitasi
b. Fasilitas defibrilator
7. Jika tidak berhasil, pelayanan home care berdampak tingginya
tingkat ketergantungan pasien dan keluarga pada perawat.

I. Standar Praktik Pelayanan Home Care


Standar praktik merupakan salah satu perangkat yang diperlukan
oleh setiap tenaga profesional. Standar praktik keperawatan
mengidentifikasi harapan minimal bagi para perawat profesional dalam
memberikan asuhan keperawataan yang aman efektif dan etis. Standar
praktik pelayanan kesehatan rumah yang dikembangkan oleh Amerikan

15
Nurse Association(1986) yang memperlihatkan hubungan proses
keperawatan dengan standar praktik.
1. Standar I (Organisasi)
Seluruh pelayanan rumah direncanakan, diorganisir langsung
oleh perawat profesional tingkat master yanag telah dipersiapkan
untuk memberi pelayanan kesehatan rumah dan mempunyai
pengalaman baik secara organisasi maupun diorganisasi kesehatan
komunitas. Pimpinan dan perawat pelaksana bekerja bersama-
sama, untuk membuat rencana dan program yang sesuai dengan
kebutuhan dengan pelayanan komunitas.
Perawat administrator (pengelola) membuat misi, filosofi, dan
tujuan agen yang akan memutuskan jenis pelayan yang dibutuhkan
pasien dan keluarganya di lingkungan mereka. Anggaran kebijakan
perorangan dan metoda evaluasi terhadap program dan personal
ditetapkan. Penetapan cara memantau program kendali mutu untuk
memperbaiki dan meningkat pelayanan yang diberikan.
2. Standar II-IV (Teori)
Pengumpulan data dan diagnosis kerangka kerja bermanfaat
untuk pengkajian, intervensi, dan evaluasi berdasarkan pada konsep
teori dari keperawatan, kesehatan masyarakat, fisik, sosial dan ilmu
prilaku. Perawatan pelayanan kesehatan rumah bertanggung jawab
untuk mengkaji pasien dan kluarga pada sat kunjungan rumah
pertama kali dan kunjungan teratur berikutnya. Informasi ynga
diprileh dari pasien dan keluarga di tetapkan menjadi data dasar
yang terdiri dari data objektif dan subjektif.
3. Standar V (Perencanaan)
Rencana keperawatan dikembangkan menjadi tujuan jangka
pendek dan jangka panjang. Tujuan berfokus pada unsur - unsur
promosi dan pemeliharaan kesehatan, pemulihan dan pencegahan
terjadinya komplikasi.

16
4. Standar VI (pelaksanaan / intervensi)
Implementasi rencana dilakukan dalam tiga fase : sebelum,
selama dan sesudah kunjungan rumah, bertanggung pada keperluan
perawat pelayanan kesehatan rumah bertanggung jawab membantu
pasien kembali ketingkat fungsi optimal dan kesehatannya dan
menjamin pasien dan keluarga terlibat. Dan partisipasi dalam
pelayanan kesehatan rumah, penyuluhan, pengawasan terhadap
obat-obat dan diet dan evaluasi terhadap Pengaturan pasien
dengan diabetes.
5. Standar VII (evaluasi)
Secara bersama-sama pasien , keluarga dan perawat pelayanan
kesehatan rumah melakukan penilaian terhadap status pasien dan
kemajuan yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Karena pada kunjungan rumah yang pertama perawat telah
menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tujuan jangka
pendek dan tujuan jangka panjang yang harus dicapai.
6. Standar VIII ( keperawatan Berkelanjutan)
Perawat bertanggung jawab untuk menyediakan system
keperawatan yang menyediakan suatu transisi secara bertahap bag
pasien dan keluarga, dari rumah sakit kerumah. Hal ini dilakukan
melalui koordinasi dengan sumber daya lain yang ada dimasyarakat
sesuai dengan kebutuhan pasien.
7. Standar IX (kerja sama antar disiplin)
Kerja sama antara disiplin pada area pelayanan kesehatan
rumah cukup penting karena banyak anggota yang terlihat dalam tim
pelayanan kesehatan rumah.agar kerja tim antar disiplin ini sukses
maka mereka harus bersama-sama merencanakan, menerapkan
dan melakukan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan.
8. Standar X (pengembangan Profesional)
Perawatan kesehatan masyarakat selalu aktif berusaha
(mengambil bagian) dalam menjamin pelayanan yang berkualitas

17
melalui evaluasi terhadap kelompok, evaluasi diri sendiri yang
merupakan bagian dari tim kesehatan.
Perawat pelayanan kesehatan dirumah diberi kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan formal maupun kegiatan ilniah lainnya.
Pengembangan professional adalah suatu area pentiing karena
pelayanan kesehatan rumah sedang berkembang dengan pesat
dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam masalah
sosisl dan ebutuhan peleyanan kesehatan dirumah.
9. Standar XI (Riset)
Perawat pelayana kesehatan rumah berpartisipasi dalam
berbagai kesempatan dalam melakukan riset, walau belum pernah
mempunyai pengalaman riset keperawatan terutama dalam riset
keperawatan komunitas, namun jika sumber daya dan faktor
pendukung dalam penelitian tersebut memadai, perawat kesehatan
rumah dapat dilibatkan.
10. Standar XII (Etika)
Kode etik yang disun oleh American Nurses Assosiasion bagi
perawat guna membuat pertimbangaan etis dalam haal bertindak
sebagai advokat kilen, melakukan promosi kesehatan, memberikan
informed consent dan melakukan kontrak pertama untuk melihat
sumber daya yang ada dimasyarakat. Dilema dan konflik
diselesaikan melalui suatu mekanisme yang di rancang dan
disepakati. Untuk mencapai tujuan tersebut perawat bertanggung
jawab untuk membina hubungan saling percaya dengan keluarga
dalam meyakinkan bahwa rumah adalah tempat yang sesuai untuk
pemberian pelayanan kesehatan.

J. Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Rumah ( Home Care )


1. Manajer kasus : mengelola dan mengkolaborasikan pelayanan,
dengan fungsi :
 Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga

18
 Menyusun rencana pelayanan
 Mengkoordinir akifitas tim
 Memantau kualitas pelayanan
2. Pelaksana : memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi
pelayanan dengan fungsi :
 Melakukan pengkajian komprehensif
 Menyusun rencana keperawatan
 Melakukan tindakan keperawatan
 Melakukan observasi terhadap kondisi pasien
 Membantu pasien dalam mengembangkan perilaku koping yang
efektif
 Melibatkan keluarga dalam pelayanan
 Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan
kesehatan
 Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan
 Mendikumentasikan asuhan keperawatan.

K. Standar Alat Home Care


1. Alat kesehatan 2. Alat habis pakai
a) Tas/ kit a) Obat emergency
b) Pemeriksaan fisik b) Perawatan luka
c) Set perawatan luka c)Suntik/pengambilan
darah
d) Set emergency d) Set infus
e) Set pemasangan selang lambung e) NGT dengan berbagai
ukuran
f) Set huknah f) Huknah
g) Set memandikan g) Kateter
h) Set pengambilan preparat h) Sarung tangan, masker
i) Set pemeriksaan lab. Sederhana

19
j) Set infus/ injeksi 3. Sarana lain
k) Sterilisator pendidikan a) Alat dan media
l) Pot/ urinal kesehatan
m)Tiang infus b) Ruangan beserta
n) Tempat tidur khusus orang sakit perlengkapannya
o) Pengisap lendir c) Kendaraan
p) Perlengkapan oxigen d) Alat komunikasi
q) Kursi roda e) Dokumentasi
r) Tongkat/ tripot
s) Perlak/ alat tenun

L. Pendekatan Interdisiplin dalam Pelayanan Home Care


Kerja sama antar disiplin di perlukan dalam pelayanan kesehatan
rumah. Tanpa kerja sama yang efektif tidak akan terjadi pelayana yang
berkesinambungan, sehingga akan terjadi kebingungan dan salah
pengertian pada pasien dan keluarga. Proses kolaborasi di mulai dari
rumah sakit dengan rrencana pulang, perawat di rumah sakit yang
mengidentifikasi akan kebutuhan pasien untuk pelayanan kesehatan
rumah yang merencanakan bersama dengan dokter untuk membuat
program di rumah nanti. Peran dan fungsi profesi antar disiplin
bergantung beberapa faktor, faktor tersebut meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap dengan karakteristik masing-masing anggota
tim harus kompeten sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di bidang
mereka.
Pada umumnya tenaga kesehatan yang terlibat pelayanan
kesehatan rumah adalah dokter, Perawat, Apoteker, Ahli fisioterapi, ahli
terapi wicara, ahli gizi, pekerja sosial dan home health aide (pembantu
kesehatan rumah)
1. Dokter
Pemberian Home Care harus berada di bawah perawatan dokter.
Dokter harus sudah menyetujui rencana perawatan sebelum

20
perawatan diberikan kepada pasien. Rencana perawatan meliputi:
diagnosa, status mental, tipe pelayanan dan peralatan yang
dibutuhkan, frekuensi kunjungan, prognosis, kemungkinan untuk
rehabilitasi, pembatasan fungsional, aktivitas yang diperbolehkan,
kebutuhan nutrisi, pengobatan, dan perawatan.
2. Perawat
Bidang keperawatan dalam home care, mencakup fungsi langsung
dan tidak langsung. Direct care yaitu aspek fisik actual dari
perawatan, semua yang membutuhkan kontak fisik dan
interaksi face to face. Aktivitas yang termasuk dalam direct
care mencakup pemeriksaan fisik, perawatan luka, injeksi,
pemasangan dan penggantian kateter, dan terapi intravena. Direct
care juga mencakup tindakan mengajarkan pada pasien dan
keluarga bagaimana menjalankan suatu prosedur dengan
benar. Indirect care terjadi ketika pasien tidak perlu mengadakan
kontak personal dengan perawat. Tipe perawatan ini terlihat saat
perawat home care berperan sebagai konsultan untuk personil
kesehatan yang lain atau bahkan pada penyedia perawatan di rumah
sakit.
3. Apoteker
Program Home Health Care atau yang dikenal dengan Homecare
banyak di lakukan oleh apoteker guna memberikan pelayanan yang
maksimal kepada pasien. Program Homecare adalah suatu bentuk
pelayanan yang dilakukan oleh apoteker dengan cara memberikan
pelayanan konsultasi, informasi dan edukasi kepada pasien
langsung ke rumah pasien, memonitoring terapi penggunaan obat
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan kepatuhan
penggunaan obatnya.

4. Ahli fisioterapi ( Physical therapist )

21
Menyediakan perawatan pemeliharaan, pencegahan, dan
penyembuhan pada pasien di rumah. Perawatan yang diberikan
meliputi perawatan langsung dan tidak langsung. Perawatan
langsung meliputi: penguatan otot, pemulihan mobilitas, mengontrol
spastisitas, latihan berjalan, dan mengajarkan latihan gerak pasif dan
aktif. Perawatan tidak langsung meliputi konsultasi dengan petugas
home care lain dan berkontribusi dalam konferensi perawatan
pasien.
5. Ahli gizi
Peran ahli gizi dalam home care antara lain : melakukan
pengkajian kebutuhan nutrisi, menetapkan masalah nutrisi,
menyusun rencana pemecahan masalah nutrisi, memberikan
bantuan tehnis tentang kebutuhan nutrisi, membimbing atau
konseling pada pasien dan semua anggota keluarga dalam
masalah nutrisi, melakukan evaluasi dan mendokumentasikan
tindakan
6. Ahli terapi wicara ( Speech pathologist )
Tujuan dari speech theraphy adalah untuk membantu pasien
mengembangkan dan memelihara kemampuan berbicara dan
berbahasa. Speech pathologist juga bertugas memberi konsultasi
kepada keluarga agar dapat berkomunikasi dengan pasien, serta
mengatasi masalah gangguan menelan dan makan yang dialami
pasien.
7. Pekerja social (Social wolker)
Pekerja social membantu pasien dan keluarga untuk menyesuaikan
diri dengan faktor sosial, emosional, dan lingkungan yang
berpengaruh pada kesehatan mereka.
8. Pembantu kesehatan rumah ( Homemaker/home health aide )
Tugas dari home health aide adalah untuk membantu pasien
mencapai level kemandirian dengan cara sementara waktu
memberikan personal hygiene. Tugas tambahan meliputi

22
pencahayaan rumah dan keterampilan rumah tangga lain (Bukit,
2008).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Home care merupakan pelayanan kesehatan yang holistik dengan
mempertimbangkan aspek bio, psiko, sosial, spiritual dan ekonomi
secara komprehensip dengan mengutamakan kepentingan dan
kepuasan pasien yang dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ada
beberapa bentuk pelayanan home care di masyarakat sehingga home
dapat menjadi upaya terbaik bagi pasien – pasien penyakit kronik atau
terminal untuk meningkatkan dan mempertahankan kemampuan
optimal.
Dalam pelaksanaan home care ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan seperti aspek legal dan etik dalam home care, perizinan
pendirian home care, kebijakan dalam home care, dan kepercayaan
dan budaya dalam home care. Hal ini di lakukan untuk menghindari
adanya saling menyalahkan dalam home care sehingga tidak ada pihak
yang saling merugikan. Sehingga pasien juga mendapatkan perawatan
yang baik serta perawat juga mengerti dan memahami peraturan-
peraturan yang ada dan langkah-langkah dalam menjalankan home
care. Hal tersebut juga dapat menekan terjadinya pro dan kontra home
care di masyarakat.
Sebagai tenaga profesional, perawat harus mengerti standar
pelayanan dan peran serta fungsi perawat dalam home care sehingga
perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan etis
kepada pasien.

23
Dalam home care juga diperlukan team kesehatan yang solid untuk
memberikan pelayanan yang komprehensif dan paripurna kepada
pasien sehingga peningkatan kualitas hidup pasien dapat tercapai.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar para
pembaca khususnya kepada mahasiswa untuk dapat meningkatkan
pemahamannya darah guna terwujudnya pelaksanaan proses belajar
yang baik. Kami menyadari Makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami menyarankan kepada pembaca untuk
tetap terus menggali sumber-sumber yang menunjang terhadap
pembahasan yang akan datang.

24
DAFTAR PUSTAKA

Syamsudin, 2005. Makalah Seminar Alternatif Model Keperawatan Home

Health Care. Akper Karya Bakti Nusantara Magelang : Magelang.

Potter dan Ferry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan

Vol.1.Jakarta:EGC

Depkes. RI. 2002. Pengembangan Model Praktik Pelayanan Mandiri

Keperawatan . Jakarta : Pusgunakes

Ainy, Nur. 2011. Makalah Keperawatan Komunitas - Home Nursing.


http://fakhrun-duniakita.blogspot.co.id/2011/12/makalah-
keperawatan-komunitas-home.html. Diakses tanggal pada tanggal
4 September 2017

Jatiarso, Eko. 2012. Makalah Home Care.


http://jatiarsoeko.blogspot.co.id/2012/03/makalah-home-
care.html. Diakses pada tanggal 4 September 2017

Elvina, Siska. 2015. Makalah Home Care.


http://siskaelvinapurba.blogspot.co.id/2015/11/normal-0-false-
false-false-en-us-x-none_9.html. Diakses pada tanggal 4
September 2017

25
Marini, Hellen. 2015. Makalah Etik dan Legal Home Care.
http://hellenmarini.blogspot.co.id/2015/11/makalah-etik-dan-
legal-home-care.html. Diakses pada tangga 4 September 2017

26

Anda mungkin juga menyukai