Pengembangan Manusia dalam perspektif Pendidikan Islam
Dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37, Allah SWT secara khusus menjelaskan pengembagan manusia dalam bentuk potensi yang dianugerahkan kepada Nabi Adam, yaitu potensi kekhalifahan dan potensi pedagogis. a. Potensi Kekhalifahan Dalam Qs Al-Baqarah ayat 30, Allah telah menjelaskan secara khusus bahwa manusia terlahir sebagai khalifah dan hamba Allah. Selain untuk menyembah Allah, manusia juga sebagai pemimpin di muka bumi. Maka jelas bahwa manusia itu memiliki peran sebagai pemimpin. Ibarat seorang ayah yang menjadi pemimpin dalam keluarga, maka sudah seharusnya dia membimbing anak dan istrinya. Begitu juga dengan guru, dia harus bisa membimbing dan memimpin peserta didik agar menjadi anak yang lebih baik. Dalam mengembangkan potensi kekhalifahan tersebut, Allah telah memuliakan Adam atas malaikat dengan mengajarkan nama-nama benda. Selanjutnya barulah Adam mengajarkannya kepada para malaikat. Kemudian para malaikat menyadari bahwa secara fitrah manusia mempunyai bakat untuk mengetahui hal-hal yang belum mereka ketahui. Karena itulah, manusia berhak menjadi khalifah di bumi.
b. Potensi Pedagogis / mendidik
Manusia adalah makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Potensi itulah yang dapat menjadikan khalifah di muka bumi. Hal tersebut dapat membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya dan inilah yang membuat manusia itu istimewa dan lebih mulia yang sekaligus bahwa manusia adalah makhluk pedagogis. Untuk mengembangkan potensi pedagogis ini, Allah telah menganugerahkan kepada manusia yaitu Adam dan keturunannya, kekuatan akal dan daya pikir yang memungkinkannya mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menyelidiki dan memanfaatkan segala yang tersedia dibumi. Apabila seseorang belum mempunyai pengetahuan tentang suatu hal, hendaklah ia mempelajarinya dari yang sudah mengetahuinya. Demikian pula sebaliknya, apabila mempunyai ilmu, hendaklah ia mengajarkannya kepada orang lain dengan rendah hati, tulus ikhlas dan penuh rasa kasih sayang. Potensi manusia sebagai khalifah dan juga sebagai makhluk pedagogis membawa peran bagi dirinya untuk selalu bertindak sesuai dengan ajaran Sang Pencipta. Segala potensi yang dimiliki manusia tidak lain sebagai jalan pengabdian kepada-Nya. B. Implementasi Pengembangan Manusia dalam perspektif Pendidikan Islam Potensi dasar manusia harus ditumbuhkembangkan secara optimal dan terpadu melalui proses pendidikan sepanjang hayatnya. Manusia diberi kebebasan untuk berikhtiar mengembangkan potensi-potensi dasar atau fitrah manusia yang dimilikinya. Tugas pendidikan Islam merupakan realisasi dari pengertian tarbiyah al-insya (menumbuhkan atau mengaktualisasikan potensi). Manusia mempunyai sejumlah potensi atau kemampuan, sedangkan pendidikan merupakan proses untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi tersebut yang dimiliki oleh setiap peserta didik, dan mengarahkan fitrah dan potensi tersebut menuju kebaikan dan kesempurnaan. Pengembangan berbagai potensi manusia (fitrah) dapat dilakukan dengan kegiatan belajar, yaitu melalui berbagai institusi. Belajar yang dimaksud tidak berfokus melalui pendidikan di sekolah saja, tetapi juga dapat dilakukan di luar sekolah, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun melalui institusi sosial keagamaan yang ada. Secara umum memang pendidikan Islam diarahkan kepada usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi fitrah manusia hingga ia dapat memerankan diri secara maksimal sebagai pengabdi Allah yang taat. Namun dalam kenyataannya manusia selaku makhluk individu memiliki kadar kemampuan yang berbeda. Selain itu manusia juga sebagai makhluk sosial yang menghadapi lingkungan dan masyarakat yang bervariasi. Pendidikan dalam Islam berusaha untuk mengembangkan potensi manusia seoptimal mungkin untuk dapat difungsikan sebagai sarana bagi pemecahan masalah-masalah hidup dan kehidupan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya manusia, dan pengembangan sikap iman dan takwa kepada Allah SWT. KESIMPULAN 4. Pengembangan potensi manusia dalam pendidikan Islam Dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37 terdapat potensi yang diberikan Allah kepada Adam, yaitu potensi kekhalifahan dan potensi pedagogis. Untuk mengembangkan potensi kekhalifahan, Allah telah memuliakan Adam atas malaikat dengan mengajarkan nama- nama benda. Selanjutnya barulah Adam mengajarkannya kepada para malaikat. Kemudian para malaikat menyadari bahwa secara fitrah manusia mempunyai bakat untuk mengetahui hal-hal yang belum mereka ketahui. Karena itulah, manusia berhak menjadi khalifah di bumi. Sedangkan untuk mengembangkan potensi pedagogis, Allah telah menganugerahkan kepada manusia yaitu Adam dan keturunannya, kekuatan akal dan daya pikir yang memungkinkannya mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menyelidiki dan memanfaatkan segala yang tersedia dibumi. Apabila seseorang belum mempunyai pengetahuan tentang suatu hal, hendaklah ia mempelajarinya dari yang sudah mengetahuinya. Demikian pula sebaliknya, apabila mempunyai ilmu, hendaklah ia mengajarkannya kepada orang lain dengan rendah hati, tulus ikhlas dan penuh rasa kasih sayang. 5. Implementasi Pengembangan Potensi Manusia Melalui Pendidikan Islam Pengembangan berbagai potensi manusia (fitrah) dapat dilakukan dengan kegiatan belajar, yaitu melalui berbagai institusi. Belajar yang dimaksud tidak berfokus melalui pendidikan di sekolah saja, tetapi juga dapat dilakukan di luar sekolah, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun melalui institusi sosial keagamaan yang ada. Secara umum memang pendidikan Islam diarahkan kepada usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi fitrah manusia hingga ia dapat memerankan diri secara maksimal sebagai pengabdi Allah yang taat. Namun dalam kenyataannya manusia selaku makhluk individu memiliki kadar kemampuan yang berbeda. Selain itu manusia juga sebagai makhluk sosial yang menghadapi lingkungan dan masyarakat yang bervariasi. Pendidikan dalam Islam berusaha untuk mengembangkan potensi manusia seoptimal mungkin utuk dapat difungsikan sebagai sarana bagi pemecahan masalah-masalah hidup dan kehidupan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya manusia, dan pengembangan sikap iman dan takwa kepada Allah SWT.