Anda di halaman 1dari 9

1.

Penyetelan Instrumen ukur dan kalibrasi


1.1 Tujuan Intruksional Umum

Mahasiswa mampu memahami cara menyetel alat ukur dan mampu melakukan kalibrasi sari
instrument ukur

1.2 tujuan Instruksional khusus


Mahasiswa mampu untuk
 Menyetel atau adjustment alat ukur dengan membandingkan pada alat ukur yang
mempunyai keakurasian lebih tinggi
 Mahasiswa mampu melakukan pelaporan hasilnya dalam kurva kesalahan

1.3 K3
o Pastikan ketika merangkai power listrik dalam keadaan off
o Pastikam peralatan dalam skala yang benar
o Pastikan polaritas instrument ukur ketika dipakai untuk mengukur arus atau
tegangan DC
o Gunakan perlengkapan kerja laboratorium

1.4 Peralatan
o Kertas milimeter blok
o Buku catatan
o Multi meter
o Kalibrator arus, dan tegangan
o Resistor
o Power supplay DC
1.5 Teori

Setting atau penyetelan instrument adalah suatu cara untuk mempertahankan kesalahan
sistematik supaya tidak membesar. Penyetelan instrument dilakukan untuk mendapatkan
kembali akurasi agar seesuai dengan standard acuannya

Dalam setting ini, sangat perlu diperhatikan adalah instrument yang dijadikan standard acuan
yakni instrument yang digunakan untuk dijadikan patokan nilai- nilai dari instrument yang
akan disetel. Instrument patokan ini, harus mempunyai nilai akurasi minimal setingkat lebih
tinggi dari nilai akurasi instrument yang akan dicocokkan. Hal ini dimaksudkan agar
instrument yang disetel atau disetting mempunyai akurasi yang mendekati instrument
patokan tersbut

Koreksi yang dapat dilakukan pada penyetelan biasanya difokuskan pada tiga macam
kesalahan, yakni

1. Kesalahan Linearitas
2. Kesalahan Span (kemiringan)
3. Kesalahan Titik Mula (Zero)

Kesalahan – kesalahan inin dapat ditunjukkan dengan cara membandingkan hasil pengukuran
instrument dengan instrument rujukan dengan memberikan masukan pada kedua instrument
tersebut dan kemudian dibuat grafik input output instrument dengan nilai input adalah nilai
yang ditunjukkan oleh instrument yang dirujukkan.

Setelah dilakukan koreksi dengan cara penyetelan atau setting, maka biasanya dilakukan
tahapan selanjutnya yakni melakukan pencocokan data antara instrument yang disetting ulang
dengan instrument acuan. Pencocokan tersebut dilakukan dengan melakukan pengambilan
data dengan tatacara tertentu. Tatacara melalui proses legal dengan melakukan pengambilan
data dan analisanya tersebut sering disebut proses kalibrasi.

Kalibrasi dalam hal ini lebih ditujukan sebagai proses legal untuk mendokumentasikan hasil
penyetelan instrument,yang meliputi hasil perubahan kualitas ddan koreksi
pembacaan,diantaranya adalah
1. Keakuratan (ketelitian)
2. Histerisis
3. Perulangan (repeatability)

1.5.1 Penyetelan Instrument

Untuk mendapatkan hasil yang sah dari penyetelan dan kalibrasi instrument perlu diikuti
aturan yang dibuat. Sebagai contoh adalah proses pengambilan data dan analisa data pada
peristiwa penyetelan instrument sebagai berikut

Yakni hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah hubungan input-output apakah
sama atau berbeda (missal : konversi sinyal untuk input 20 s-d 100 kPa dan output 4 s-d 20
mA), perlu di cek adanya kesejajaran. Kemudian setelah didapat kesejajaran, perlu dibuat
gambar hubungan input-output pada grafik Kartesian

Contoh dari hasil pembacaan (dalam kPa) adalah

Input Akurat Pembacaan Output


0.0 6.0
10.0 18.8
20.0 27.6
30.0 35.1
40.0 41.3
50.0 46.8
Kemudian dibuat grafik Kartesian hubungan input output ini,
Terlihat bahwa hubungan input-output dari instrument tersebut mempunyai kesalahan
linearitas, kesalahan span, kesalahan titik nol. Jadi untuk penyetelan perlu diketahui bahwa
aturannya adalah melakukan koreksi-koreksi yang diperlukan untuk memperbaiki hal-hal
berikut

1. Pertama : linearitas
2. Kedua : menyetel span
3. Ketiga : menyetel zero

Yakni dilakukan pengulangan – pengulangan penyetelan instrument dalam tiga nilai tersebut
diatas, sampai ketiganya didapat nilai terbaik.

Dalam hal ini yang disebut titik nol adalah titik dari nilai terendah skala jadi tidah selalu harus
titik koordinat nol-nol atau tidak selalu harus nol yang sesungguhnya, yang disebut span adalah
kemiringan kurva. Pada Error! Reference source not found, dapat diperlihatkan bahwa jika
kedua instrument yakni instrument rujukan dan yang dirujukkan mempunyai otput berupa nilai
besaran yang sama, maka hasil terbaik akan didapatkan jika kurva berbentuk garis lurus dari
koordinat (0,0) ke koordinat (50,50). Dengan gambar yang sama dpat dikatakan bahwa jika garis
yang dihasilkan adalah lurus dan kesebandingannya adalah satu maka setting serta titik awalnya
adalah sama maka instrument yang dirujukkan tersebut telah ‘sesuai’ dengan instrument rujukan.
Dengan demikian dapat dikatkan bahwa kegiatan penyetelan menjadi telah selesai dilaksanakan.

Untuk mendapatkan nilai terbaik dari penyetelan ini biasanya para praktisi dimahirkan oleh
pengalaman, karena ternyata tidak didapatkan hanya dalam sekali jalan. Perlu dilakukan
pengulangan berkali – kali dalam penyetelan. Hanya urut – urutannya seperti diatas.

Perlu dierhatikan bahwa penyetelan ini hamper tidak mungkin mendapatkan nilai-nilai yang
persis sama antara masukan dan keluarannya, untuk itu yang perlu menjadi pegangan adalah
bahwa kita mencari nilai terbaik yang bias didapatkan, bukan mendapatkan nilai sempurna.
Sehingga sebaiknya sebagai pengukur nilai dari input dicari instrument yang mempunyai
standard yang lebih tinggi dari instrument yang sedang dilakukan penyetelan.

Pada kegiatan pencocokan tersebut dapat diperlihatkan bahwa penyimpangan tiap nilai dari nilai
standarnya belumlah teridentifikasi dengan jelas, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pencocokan nilai dengan cara melakukan setting tersebut belumlah dapat menghasilkan nilai dari
akurasi instrument. Untuk mendapatkan nilai akurasi dari instrument, maka menjadi logis bahwa
kegiatan tersebut adalah sebentuk kegiatan yang berbeda dari kegiatan setting. Yakni akurasi
dapat dicari dengan cara melakukan kalibrasi yang penjelasannya diuraikan pada sub-bab
dibawah ini.

1.5.2 Kalibrasi

Pencocokan instrument dengan standar yang lebih tinggidengan menyetel instrument bukanlah
kalibrasi,ini hanyalah penyetelan. Cara legal untuk mendapatkan pengakuan hasil proses
penyetelan ini ,pengujiannya dan kemudian dicatat data pentingnya disebut kalibrasi. Jadi proses
kalibrasi instrument dapatdikelompokkan menjadi beberapa bagian dengan rincian kegiatan
adalah seperti uraian berikut.

Pemilihan instrument master dan komponen pendukungnya . Yakni pemilihan instrument master
adaalah mencari instrument dengan akurasi dan presisi yanglebih baik dari instrument yang di
kalibrasi. Instrument master ini harus selalu dicocokkan dengan standard yang lebih tinggi
dengan perioda tertentu sehingga selalu terjamin akurasinya. Kemudian komponen pendukung
adalah komponen yang berfungsi sebagai pelengkap agar proses penyetelan dapat dilakuakn,
missal sumber sinyal, perangkat penyambung, dan seterusnya. Pemilihan peralatan pendukung
ini harus memenuhi berbagai syarat, missal kebersihan, tidak ada kebocoran sinyal, impedansi
yang sesuai, dan seterusnya. Serta harus diketahui besarnya konstanta waktu dari instrument.

Penyediaan pencatat dokumen kalibrasi. Karena kegiatan kalibrasi adalah kegiatan yang
dilakukan dengan cara mencocokkan nilai – nilai instrument yang dirujukkan kepada instrument
atau besaran standard dengan caramencatat data setiap kegiatan penting,maka pencatatan data
adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan. Pada pencocokan data ini, pembuatan table
yang sesuai menjadi hal yang penting. Table ini seringkalai dinamakan form kalibrasi yang
isinya antara lain mencatat tentang kondisi lingkungan, instrument yang dirujuk, gambar instalasi
cara melakukan kegiatan, dan seterusnya.
Atau dengan kata lain, form kalibrasi ini diantaranya berisi hal-hal berikut ini.

1. Tempat, hari dan jam dilakukannya kalibrasi


2. Nama petugas kalibrasi dan pembantunya
3. Nomor model, nomor seri dan nomor pengenal lain dari instrument yang akan
dikalibrasi
4. Sketsa gambar
5. Nomor model dan nomor seri dari master
6. Kondisi lingkungan seperti temperature,tekanan,kelembaban,dst
7. Catatan pendukung,kondisi,dan keterangan yang diperlukan lainnya

Table pencatatan data pengukuran missal berbentuk data-data hasil uji yang telah disepakati
antar pihak yang berkepentingan

Penyelenggaraan pengukuran. Setelah melengkapi dan mengisi dokumen pendukung,maka


pengukur terhadap sinyal dengan menggunakan kedua alat yakni alatukur standard dan alat yang
akan dicocokkan juga diperlukan adanya sinyal standard sebagai sinyal yang akan dijadikan
masukan kedua alat ukur tersebut. Sinyal ini kemudian diukur dengan instrument standard
dinyatakan sebagai input data dan keluaran instrument yang dicocokkan sebagai output.
Pengukuran dimulai dari input naik sampai maksimum dan kemudian turun sampai minimum,
kemudian naik lagi sampai maksimum, biasanya dengan lima langkah yakni 0%, 25%, 50%,
75%, dan 100% skala penuh, kemudian turun 75%, 50%,25%,0% dari skala penuh; hal ini
dilakukan sampai beberapa kali pergantung dari aturan yang disepakati.

Penyetelan instrument yang akan dikalibraasi sebaiknya tidak dilakukan pada saat pengambilan
data ini, tetapi sebaiknya dilakukan sebelumnya yakni ketika diselenggarakan proses penyetelan.
Pada bagian ini hanyalah proses pengukuran dan hanyalah penyetelan input sinyal serta
pemasukan data pada dokumen.

Evaluasi dan pressentasi data. Evaluasi terdiri atas ;

1. Penyesuaian data,pembuatan persen (%) input yakni besarnya pengukuran x 100% dibagi
dengan spannya, pembuatan persen output, pembuatan persen perbedaan (pengukuran
master- pengukuran diuji) dikali 100% dibagi span
2. Pemasukan data ke table perbedaan. Ini akan terlihat kecenderungan ketika naik dan
ketika turun
3. Pembuatan diagram. Dengan membuat grafik atau diagram maka akan dapat dilihat
hubungan antara input dan output dari instrument, dan didapatkan pula gambaran
penyimpangan instrument dari garis liniernya. Kemudian dengan menggunakan diagram
perbedaan maka dapat dilihat hubungan antara persen perbedaan dengan input idealnya.
Dengan demikian dapat dibuatkan kesimpulan yang berguna dalam tentang hubungan
input output instrument dan dapat pula dibuat kesimpulan tentang adanya
“penyimpangan” atau kesalahan dari instrument terhadap input idealnya atau nilai
referensi standarnya.
Penentuan akurasi. Dengan menggunakan diagram perbedaan (kesalahan) yang bentuk dasarnya
(tanpa data) doperlihatkan pada Error! Reference source not found ,maka dapat ditarik
beberapa hasil, yakni didapatkan;

4. Akurasi referensi,yakni persen maksimum kesalahan dari pengukuran(tidak peduli positif


atau negatif), atau persen mutlak maksimum dari kesalahan ; dapat diperlihatkan dengan
Error! Reference source not found ini adalah nilai yang biasa ditampilkan pada
instrument
5. Histerisis yakni persen maksimum perbedaan pengukuran antara saat naik dan sat turun
dengan nilai input yang sama. Dalam penulisan, histerisis ini adalah persen selisih nilai
kesalahan tertinggi antara saat input naik dengan saat input turun pada nilai input yang
sama yang ada pada diagram perbedaan (Error! Reference source not found) jika telah
diisi data. Cara mencarinya adalah dengan melihat nilai input yang sama dan melihat
lebar nilai bentangan terlebar antara saat naik dan saat turun dari persen kesalahan.
6. Repeatability (pengulangan), yakni persen perbedaan nilai pengukuran tertinggi yang ada
dengan kondisi input yang sama yakni saat naik saja atau saat turun saja dan kemudian
dicari selisih maksimum. Cara mencarinya adalah dengan melihat bentangan terlebar
pada semua nilai kesalahan untuk saat naik atau saat input turun.

Pengunaan dokumen kalibrasi. Jika telah diolah/dievaluasi dari data yand diperoleh, maka
dapat dilihat beberapa hal penting seperti akurasi,histerisis dan repeatability dari alat ukur
yang dikalibrasi.
Hasil pengolahan data penting tersebut dapat dipakai untuk memberikan beberapa
rekomendasi, seperti antara lain untuk dilakukan pengetesan ulang,dipakai untuk rujukan
kalibrasi berikutnya, dipakai untuk merekomendasikan nilai akurasi dari instrument

1.6 Langkah kerja


o Rangkai resistor,power suplay,voltmeter dan multimeter seperti dibawah ini:

1. Buka voltmeter dan cari resistor – resistor dan menunjukan setting zero dan span
2. Atur penunjukan voltmeter yang di set ulang agar mempunyai nilai yang sama dengan
voltmeter reverensi. Untuk berbagai nilai skala 100% atur span nya
3. Lakukan pendataan untuk skala 0%, 25%, 50%, 75%, 100%, kemudian turun 75%, 50%,
25%, 0%; berturut – turut 3 kali.
4. Masukka data kedalam table

Anda mungkin juga menyukai