Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan
Kebidanan di RSI Sultan Agung Semarang
Disusun oleh:
Mira Ramdian Ningsih
30101306994
Penguji:
dr. Muslich Azhari, Sp. OG
A. IDENTITAS
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds. Daleman RT04/RW01 Sayung,
DEMAK
Status : Menikah
Tanggal masuk : 13/03/2018
Ruang : B. Nissa 2
Kelas : II
B. ANAMNESA
Dilakukan autoanamnesa tanggal 13 Maret 2018 Pukul 07.00 WIB.
Keluhan Utama
Nyeri perut kanan bawah
Riwayat Haid
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang. Usia
pernikahan ± 14 tahun.
Riwayat Obstetric
G3P2A0
HPHT : 15 – 01 - 2018
HPL : 22 – 10 - 2018
UK : 8 minggu
1. Laki-Laki, bidan, spontan, BB : 3.200 gr, 13 tahun sehat
2. Perempuan, bidan, spontan, BB : 27.00 gr, 7 tahun sehat
3. Hamil ini usia 8 minggu
Riwayat KB
KB suntik 3 bulan
Kesan Ekonomi
Cukup Baik.
C. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TB : 158
BB : 96 kg
Vital Sign
Tensi : 140/100 mmHg
Nadi : 80 x / menit
RR : 20 x / menit
Suhu : 36,5 0C
STATUS INTERNUS
D. STATUS GINEKOLOGI
Genitalia Eksterna
Vulva oedem (-), massa (-), perlukaan (-), eritema (-), vaginal
discharge (-).
Genitalia Interna (VT)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG
USG Kandungan
UTERUS ukuran besar ,tak tampak GS intrauterine,endometrial line baik.
Tak tampak GS diregio adneksa
Tampak fluid collection minimal di cavum doyuglas dan morisson puch
Uterus besar, tak tampak GS intrauterine, ataupun ekstrauterine disertai fluid
collection minimal di cavum douglas dan morison pouch ,curiga kehamilan
ektopik terganggu
HEMATOLOGY
Darah Rutin 1
IMUNOSEROLOGI
KIMIA
Imunoserologi
HbsAg : Negatif.
Hb Seri : 8,3
F. RESUME
Pasien G3P2A0 usia 38 tahun hamil 8 minggu (tes kehamilan dengan
urin tanggal 14 maret (+) datang dengan keluhan nyeri perut dan kram
bagian bawah melilit disertai mual dan muntah, riwayat pingsan (-), keluar
darah pervaginam berupa flek flek, prongkolan (-), nyeri perut dan flek-
flek ± 7 hari yang lalu. Pasien mempunyai riwayat hipertensi, keluarga
pasien juga tidak mempunyai keluhan yang sama. Dari hasil pemeriksaan
fisik umum didapatkan kesan nyeri pada perut bawah.
G. DIAGNOSIS KERJA
Pasien wanita G3P2A0 hamil 8 minggu , 38 tahun dengan curiga KET.
H. TATALAKSANA
Rawat inap
Pengawasan: KU, TTV
Laparoskopi
Terapi medikamentosa:
a. Infus RL 20 tpm
b. Premed operasi: Sharox 750 gr IV dan cygest 400 mg supp
c. Post operasi: infus DS-rl 32 tpm
- Sharox 750 gr IV
- kalnex 3x500 gr IV
- Kaltrofen supp 3x1
- cek Hb post op
I. EDUKASI
Jaga luka tetap kering, ganti perban setiap hari
Latihan mobilisasi
S O A P
- Nyeri luka - TD : 130/90 Post op Salfo- - Planning Tx: Infus RL
operasi (+) ooferoctomi 20 tpm
- Nadi : 80x/m
- Mual (-) Dextra
- Cefradoxil 2x500
- Muntah (-) - RR : 18 x/m
- Nafsu - Asam trameksamat 3
- Suhu : 36ºC
makan baik x500
- BAB dan -
- Asam mefenamat
BAK dbn
3x500
- Ferofort 1x1
- Non Farmako:
Perbaikan KU Rawat
luka
- Monitoring TTV &
KU
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Klasifikasi
2.3.2 Uterus
Kanalis servikalis
Divertikulum
Kornu
Tanduk rudimenter
2.3.3 Ovarium
2.3.4 Intraligamenter
2.3.5 Abdominal
Primer
Sekunder
2.3.6 Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
2.5 Patogenesis
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada
nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan
biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur
bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka
ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan
dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan
kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk
kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh
invasi trofoblas (Wibowo dan Rachimhadi, 2002).
2.7.1 HCG-β 11
Pengukuran subunit beta dari HCGβ (Human Chorionic
GonadotropinBeta) merupakan tes laboratorium terpenting dalam
diagnosis. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara kehamilan
intrauterin dengan kehamilan ektopik.
2.7.2 Kuldosintesis
Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas. Adanya darah
yang diisap berwarna hitam (darah tua) biar pun sedikit,
membuktikan adanya darah di kavum Douglasi.
2.7.3 Dilatasi dan Kuretase
Biasanya kuretase dilakukan apabila sesudah amenore terjadi
perdarahan yang cukup lama tanpa menemukan kelainan yang nyata
disamping uterus.
2.7.4 Laparaskopi
Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosis
terakhir apabila hasil-hasil penilaian prosedur diagnostik lain untuk
kehamilan ektopik terganggu meragukan. Namun beberapa dekade
terakhir alat ini juga dipakai untuk terapi.
2.7.5 Ultrasonografi
Keunggulan cara pemerikssan ini terhadap laparoskopi ialah
tidak invasif, artinya tidak perlu memasukkan rongga dalam rongga
perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi, tebal
endometrium, adanya massa di kanan kiri uterus dan apakah kavum
Douglas berisi cairan.
2.7.6 Tes Oksitosin
Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat
membuktikan adanya kehamilan ektopik lanjut. Dengan
pemeriksaan bimanual, di luar kantong janin dapat diraba suatu
tumor.
2.7.7 Foto Rontgen
Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam
letak paksa. Pada foto lateral tampak bagianbagian janin menutupi
vertebra Ibu.
2.7.8 Histerosalpingografi
Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar
dari biasa, dengan janin diluar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan
jika diagnosis kehamilan ektopik terganngu sudah dipastikan
dengan USG (Ultra Sono 12 Graphy) dan MRI (Magnetic
Resonance Imagine) (Wibowo dan Rachimhadi, 2002) . Trias klasik
yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina
abnormal, dan amenore (Wibowo dan Rachimhadi, 2002).
2.8 Diagnosis Diferensial
2.10 Prognosis
Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu
turun sejalan dengan ditegakkannya diagnosis dini dan persediaan darah yang
cukup. Kehamilan ektopik terganggu yang berlokasi di tuba pada umumnya
bersifat bilateral. Sebagian ibu menjadi steril (tidak dapat mempunyai keturunan)
setelah mengalami keadaan tersebut diatas, namun dapat juga mengalami
kehamilan ektopik terganggu lagi pada tuba yang lain (Wibowo dan Rachimhadi,
2002).
Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF. Kehamilan Ektopik. Dalam: Obstetri
William (William's Obstetri). Edisi XVIII. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2005; 59926.
Polan ML, Wheeler JM. Kehamilan Ektopik (Diagnosis dan Terapi). Dalam: Seri
Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Infertilitas. Edisi I.
Jakarta: Bina Rupa Aksara. 1997; 1025
Schwart SI, Shires TS. Kehamilan Ektopik. Dalam: Intisari PrinsipPrinsip Ilmu
Bedah. Edisi VI. Editor: Spencer FC. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2000; 59906