I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dugaan bahwa bunyi merupakan sebuah fenomena gelombang berawal dari pengamatan
gelombang-gelombang air. Perilaku bunyi yang memperlihatkan gejala yang sama denagn
gelombang dicetuskan oleh philosof Yunani Chrysippus (240 SM), arsitek dan insinyur Romawi
Vetruvius (25 SM), dan philosof RomawiBoethius (480-524). Pernyataan yang sama dicutuskan
oleh Aristoteles (384-322 SM) yang menyatakan bahwa pengaruh yang menggerakan udara
dibangkitkan oleh adanya sebuah sumber yang bergetar.
Bunyi sering dikaitkan dengan indra pendengaran beserta fisiologi telinga dan otak.
Gelombang bunyi mampu menginterpretasikan sesuatu yang datang ke telinga. Intensitas bunyi
yang dapat didengar oleh telinga hanya berkisar 20-20000 Hz. Jika terlalu kecil atau terlalu
besar, maka telinga tidak dapat menangkapnya (mendengar). Agar penggunaan bunyi sesuai
dengan daya tangkap telinga (khususnya telinga manusia), maka diperlukan pengukuran
intensitas bunyi.
B. Tujuan
Bunyi dapat dipantulkan terjadi apabila bunyi mengenai permukaan benda yang keras,
seperti permukaan dinding batu, semen, besi, kaca dan seng.
Refiaksi adalah pembelokan arah linatasan gelombang setelah melewati bidang batas
antara dua medium yang berbeda.
Seperti halnya interferensi cahaya, interferensi bunyi juga memerlukan dua sumber bunyi
yang koheren.
Difraksi adalah peristiwa pelenturan gelombang bunyi ketika melewati suatu celah
sempit. (Halliday & Resnick, 1989)
1. Sumber Bunyi
Benda-benda yang dapat menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi. Contoh sumber
bunyi adalah berbagai alat musik, seperti gitar, biola, piano, drum, terompet dan seruling.
Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang tidak tampak. Bunyi hanya
dapat merambat melalui medium perantara. Contohnya udara, air, dan kayu. Tanpa medium
perantara bunyi tidak dapat merambat sehingga tidak akan terdengar. Berdasarkan penelitian, zat
padat merupakan medium perambatan bunyi yang paling baik dibandingkan zat cair dan gas.
3. Pendengar
Bunyi dapat didengar apabila ada pendengar. Manusia dilengkapi indra pendengar, yaitu
telinga sebagai alat pendengar. Getaran yang berasal dari benda-benda yang bergetar, sampai ke
telinga kita pada umumnya melalui udara dalam bentuk gelombang. Karena gelombang yang
dapat berada di udara hanya gelombang longitudinal, maka bunyi merambat melalui udara selalu
dalam bentuk gelombang longitudinal. Kita perlu ingat bahwa gelombang longitudinal adalah
3
perapatan dan perenggangan yang dapat merambat melalui ketiga wujud zat yaitu : wujud padat,
cair dan gas.
C. Intensitas Bunyi
Apabila suatu sumber bunyi mempunyai daya sebesar P watt, maka besarnya intensitas
bunyi di suatu tempat yang berjarak r dari sumber bunyi dapat dinyatakan :
dengan :
I =intensitas bunyi (watt/m2)
P = daya sumber bunyi (watt, joule/s)
A = luas permukaan yang ditembus gelombang bunyi (m2)
r = jarak tempat dari sumber bunyi (m)
dengan :
TI = taraf intensitas bunyi(dB = desi bell)
I = intesitas bunyi (watt.m-2)
Io = intensitas ambang pendengaran (Io = 10-12 watt.m-2)
4
III. METODE
A. Waktu Dan Tempat
Percobaan Taraf Intensitas Bunyi telah pada hari Jumat tanggal 25 Agustus 2017,
bertempat di Lapangan Desa Jejalen jaya, Bekasi, Tambun Selatan.
1. Meteran
3. Sound meter
4. 2 buah motor
5. Perekam video
C. Cara Kerja
Jadinya :
1. Untuk 1 suara klakson motor kita ambil TI1 = 80 dB dan r1 = 180 cm dan r2 = 360 cm
Jawab : DIK : -TI1 = 80 dB
- r1 = 180 cm = 1,8 m
- r2 = 360 cm = 3,6 m
DIT : TI2 ?....
𝑟2
TI2 = 𝑇𝐼1 − 20 log
𝑟1
3,6
TI2 = 80 − 20 log
1,8
TI2 = 80 − 20 log 2
TI2 = 80 − 20.0,3
TI2 = 80 − 6
= 74 𝑑𝐵
TI2 = 79 + 10 log 2
TI2 = 79 + 10.0,3
TI2 = 79 + 3
TI2 = 82 𝑑𝐵
6
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Hal-hal yang mempengaruhi penjalaran gelombang bunyi antara lain kecepatan angin,
suhu dan kelembaban, keadaan medium yang dilaluinya, serta sumber bunyi latar pada lokasi
pengukuran.
B. Saran
Sebaiknya para anggota kelompok masing masing memberikan penjelasan yang jelas
dan memberikan contoh saat praktikum
7
VI FOTO FOTO